Anda di halaman 1dari 37

MINI RISET

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SD


054935 PALUH MARDAN
Dosen Pengampu:
Pitriani Nasution, M.Pd
Disusun Oleh:
Fitri Aulia
Dena Novita
Maya Annisa NST
Natasya Aulia Zulianti

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

JAMA’IYAH NAHMUDIYAH

TANJUNG PURA

T.A 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat,nikmat,serta
hidayah-Nya yang memberikan kesempatan kepada penulis sehingga Mini Riset
yang berjudul Pengambilan Keputusan Pengembangan Kurikulum di SD 054935
Paluh Mardan dapat dikumpulkan tepat pada waktunya. Mini Riset yang
dikerjakan bukanlah yang sempurna oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun agar Mini Riset dapat lebih baik lagi
dikemudian hari.
Mini Riset ini disusun berdasarkan proses pembelajaran di Sekolah Tinggi
Agama Islam Jam’iyah Mahmudiyah Tanjung Pura.Meski dalam penyusunan
Mini Riset ini saya sebagai penulis telah berusaha dengan semaksimal
mungkin.Namun, penulis masih merasa memiliki kekurangan dalam penyusunan
Mini Riset ini.Maka dari itu penulis meminta kritik dan saran dari dosen
pengampu Pitriani Nasution, M.Pd. Serta para pembaca Mini Riset ini,semoga
Mini Riset ini dapat memberikan banyak manfaat bagi teman-teman yang
membaca dan mendengarkan.
Demikian yang dapat reviewer sampaikan reviewer berharap Mini Riset
ini dapat bermanfaat bagi reviewer khususnya,dan bagi pembaca pada
umumnya.Amin ya rabbal’alamin.

Tanjung Pura,21 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Batasan Masalah........................................................................................................2
C. Rumusan Masalah......................................................................................................3
D. Tujuan Penelitian.......................................................................................................3
E. Manfaat Penelitian.....................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................5
DESKRIPSI TEORI................................................................................................................5
A. KAJIAN TEORITIS........................................................................................................5
B. PENELITIAN TERDAHULU..........................................................................................16
C. KERANGKA BERPIKIR................................................................................................18
BAB III...............................................................................................................................20
METODE PENELITIAN.......................................................................................................20
A. JENIS PENELITIAN.....................................................................................................20
B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.................................................................................20
C. TEKNIK ANALISIS DATA.............................................................................................21
BAB IV..............................................................................................................................24
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................................................24
A. TEMUAN UMUM......................................................................................................24
B. TEMUAN KHUSUS.....................................................................................................26
C. PEMBAHASAN..........................................................................................................29
BAB V...............................................................................................................................31
PENUTUP..........................................................................................................................31
A. SIMPULAN................................................................................................................31
B. SARAN......................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................32
LAMPIRAN........................................................................................................................33

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya pengambilan keputusan merupakan proses memilih satu opsi
dari beberapa pilihan yang tersedia. Untuk mengambil keputusan kita harus
mempertimbangkan berbagai faktor yang memberikan keyakinan bahwa
keputusan tersebut tepat. Keputusan yang tepat adalah hasil dari pertimbangan
rasional yang sesuai dengan hati nurani serta didukung oleh fakta yang akurat
sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Terkadang, keputusan tidak selalu
bersifat rasional karena dipengaruhi oleh emosi, hubungan antar manusia, tradisi,
lingkungan, dan faktor lainnya. Namun, jika keputusan tersebut masih dapat
dipertanggungjawabkan biasanya keputusan tersebut tetap diambil.

Dalam bidang pendidikan keputusan yang akurat tidak hanya bergantung


pada pengalaman dan keahlian yang dimiliki melainkan juga terkait dengan
ketersediaan informasi yang relevan terkait permasalahan yang akan diatasi.
Meskipun kita memiliki keahlian dalam manajemen namun tanpa informasi yang
berkaitan dengan masalah yang akan diselesaikan tidak menjamin bahwa
keputusan yang diambil akan tepat.1

Dalam pengembangan kurikulum terdapat sejumlah masalah yang kompleks


dan memerlukan perhatian khusus untuk dipertimbangkan serta diselesaikan.
Berbagai tantangan tersebut muncul karena adanya beragam kondisi yang harus
disesuaikan dengan tuntutan dan prinsip kebutuhan yang harus dipenuhi.2
Perbedaan filosofi dan pandangan hidup suatu bangsa atau negara mengakibatkan
perbedaan tujuan yang ingin dicapai dalam sistem pendidikan tersebut. Hal ini
juga memiliki dampak pada negara tersebut. Perubahan politik dalam
pemerintahan suatu negara juga memiliki pengaruh signifikan terhadap bidang
pendidikan yang sering kali mengakibatkan perubahan dalam kurikulum yang

1
Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah. Pengantar Manajemen. (Jakarta: Kencana.
2010) Hal. 95
2
Oemar Malik. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. (Bandung: Remaja Rosdakarya.
2009) Hal. 41

1
berlaku. Oleh karena itu, kurikulum bersifat dinamis untuk lebih menyesuaikan
diri dengan perkembangan yang terjadi.3

Penting untuk terus mengembangkan kurikulum pendidikan secara terus-


menerus yang mampu menanggapi kebutuhan saat ini dan mendatang dari
masyarakat. Kurikulum yang ada seharusnya mampu menjawab tuntutan masa
kini dan yang akan datang. Sebuah kurikulum sebenarnya adalah gambaran dari
apa yang ditawarkan oleh sebuah lembaga pendidikan kepada masyarakat.
Kurikulum juga merupakan cerminan identitas sebuah madrasah yang
membedakannya dari lembaga pendidikan lainnya.4

Pengembangan kurikulum memerlukan perencanaan serta penyebarluasan


informasi agar semua yang terlibat, termasuk pakar ilmu pendidikan dapat terlibat
dalam proses ini. Biasanya di madrasah Direktur Kurikulum bertanggung jawab
atas pengelolaan kurikulum dan berperan sebagai sumber informasi serta
konsultan bagi program madrasah. Setiap pihak yang terlibat memiliki peran dan
tanggung jawab yang saling terkait baik dari segi struktural maupun fungsional
dalam mengelola serta mengembangkan kurikulum. Kepala madrasah
bertanggung jawab sebagai pemimpin yang mengkoordinasi dan mengawasi
pelaksanaan kurikulum di madrasahnya. Dalam proses pengambilan keputusan
terkait pengembangan kurikulum kepala sekolah perlu melibatkan guru sebagai
elemen kunci kesuksesan dalam penerapan kurikulum tersebut.

B. Batasan Masalah
Harapan dari evolusi kurikulum adalah untuk menghasilkan transformasi
dan memenuhi tuntutan yang ada dalam masyarakat. Namun, perubahan dalam
pengembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh perubahan dalam sistem politik.
Oleh karena itu, peran kepemimpinan dalam merumuskan kebijakan terkait
pengembangan kurikulum diharapkan dapat memicu perubahan serta menciptakan
sekolah yang unggul dalam segala aspek baik itu dalam hal akademis maupun
kreativitas. Berdasarkan penjelasan tersebut terdapat beragam faktor lain yang
turut berperan dalam pengambilan keputusan terkait pengembangan kurikulum.

3
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia. 2002)Hal. 229
4
Rahmad Hidayat dan Candra Wijaya. Ayat-ayat Tentang Manajemen. (Medan: LPPPI. 2017) Hal.
82

2
Oleh karena itu, penulis perlu melakukan pembatasan topik untuk menghadirkan
keterbatasan-keterbatasan seperti waktu, tempat, metode, dan faktor-faktor
lainnya. Hal ini dilakukan agar fokus tulisan dapat terarah secara khusus pada
peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengambilan Keputusan
Pengembangan Kurikulum di SD 054935 PALUH MARDAN.

C. Rumusan Masalah
Sesuai pembatasan masalah diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan pengembangan kurikulum di SD 054935


PALUH MARDAN ?
2. Apa saja factor pendukung dan penghambat dalam penerapan
pengembangan kurikulum di SD 054935 PALUH MARDAN ?
3. Bagaimanakah strategi kepemimpinan kepala Sekolah dalam pengambilan
keputusan pengembangan kurikulum di SD 054935 PALUH MARDAN ?

D. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penerapan pengembangan kurikulum di SD 054935


PALUH MARDAN.
2. Untuk mengetahui factor pendukung dan penghambat pengembangan
kurikulum di SD 054935 PALUH MARDAN
3. Untuk mengetahui strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam
pengambilan keputusan pengembangan kurikulum di SD 054935 PALUH
MARDAN

E. Manfaat Penelitian
Dengan merujuk pada perumusan tujuan penelitian di atas, maka hasil
penelitian didapat berguna untuk:

1. Bagi Penulis
Dengan melakukan penelitian ini penulis bertujuan untuk menggunakan
pengetahuan yang telah diperolehnya guna memperoleh pengalaman,

3
mengumpulkan informasi, serta menambah pengetahuan dalam ranah
penelitian pendidikan mengenai Pengambilan Keputusan
Pengembangan Kurikulum.
2. Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan dan khasanah pengetahuan dalam bidang
penelitian pendidikan maupun dalam pembahasan Kebijakan
Pendidikan dan Pengambilan Keputusan dalam Pengembangan
Kurikulum yang nantinya bisa di kembangkan dalam ilmu Manajemen
Pendidikan Islam.

4
BAB II

DESKRIPSI TEORI

A. KAJIAN TEORITIS
1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Keputusan adalah proses penelusuran masalah yang berawal dari latar


belakang masalah, identifikasi masalah hingga kepada terbentuknya kesimoulan
atau rekomendasi. Rekomendasi itulah yang selanjutnya dipakai dan digunakan
sebagai pedoman basis dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu begitu
besarnya pengaruh yang akan terjadi jika seandainya rekomendasi yang dihasilkan
tersebut terdapat kekeliruan atau adanya kesalahan-kesalahan yang tersembunyi
karena faktor ketidakhati-hatian dalam melakukan pengkajian masalah.5

Untuk memudahkan pemahaman dalam pengambilan keputusan, terlebih


dahulu dikemukakan oleh Robbin “decision making is a process in which one
chooses between two or more alternative”. Pendapat ini menegaskan bahwa
pengambilan keputusan sebagai proses memilih satu pilihan diantara dua atau
lebih alternatif. Pengambilan keputusan adalah menetapkan pilihan atau alternatif
secara nalar dan menghindari diri dari pilihan yang tidak rasional tanpa alasan
atau data yang kurang akurat.

Davis dan syamsi mengemukakan suatu keputusan merupakan jawaban


yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab
pertanyaan: tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang dibicarakan
dalam hubungannya dengan perencanaan.

Menurut Mc. Farland “a decision is an act of choice where in an executive


forms a conclusion about what must or must not be done in a given situation”.
Keputusan adalah suatu tindakan pemilihan dimana pimpinan menentukan suatu
kesimpulan tentang apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu. Selain itu
juga dapat dipahami bahwa pengambilan keputusan itu tidak terlepas dari upaya
memilih alternatif yang tepat untuk situasi tertentu dengan langkah tertentu pula.6

5
Irham Fahmi. Perilaku Organisasi Teori Aplikasi Kasus. (Bandung: Alfabeta. 2016)Hal: 233
6
Mesiono. Manajemen dan Organisasi. (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis)Hal: 153-154

5
2. Jenis- Jenis Pengambilan Keputusan

Jenis – jenis keputusan dapat disusun berdasarkan berbagai sudut pandang


dan secara garis besar dikenal tiga jenis keputusan yaitu sebagai berikut:

a. Keputusan Berdasarkan Tingkat Kepentingan

Pada umumnya sebuah lembaga termasuk lembaga pendidikan memiliki


hierarki manajemen. Secara klasik hierarki ini terbagi atas tiga tingkatan yaitu
manajemen puncak, manajemen menengah dan manajemen tingkat bawah.
Manajemen tingkat puncak berkaitan dengan perencanaan yang bersifat
strategis. Manajemen tingkat menengah menangani masalah pengawasan dan
kegiatan lebih banyak bersifat administrasi. Manajemen tingkat bawah yaitu
manajemen operasional, berkaitan dengan kegiatan operasi sehari-hari.

b. Keputusan Berdasarkan Regularitas

Keputusan yang dikemukakan oleh simon (1995) dibagi menjadi keputusan


terprogram dan keputusan tidak terprogram yang diuraikan sebagai berikut:

- Pengambilan keputusan terprogram


Pengambilan keputusan ini bersifat rutinitas dan berulang-ulang dengan
cara penanggulangan telah ditentukan untuk penyelesaian masalah
melalui: prosedur, aturan dan kebijakan.
- Pengambilan keputusan tidak terprogram
Pengambilan keputusan ini bersifat tidak rutinitas dan digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang bersifat berstruktur.
c. Keputusan Berdasarkan Lingkungan

Keputusan ini dibedakan menjadi 4 bagian yaitu:

- Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti


- Pengambilan keputusan dalam kondisi beresiko
- Pengambilan keputusan dalam kondisi tidak pasti
- Pengambilan keputusan dalam kondisi konflik

Jenis pengambilan keputusan yang sesuai tergantung pada keputusan itu


sendiri maupun waktu pengambilan keputusannya. Pengambilan keputusan

6
terprogram apabila keputusan itu bersifat rutinitas dan berulang-ulang.
Pengambilan keputusan yang dalam kondisi pasti harus memperhitungkan
alternatif-alternatif yang ada. Apabila pengambilan keputusan berisiko harus
diambil resiko yang paling kecil untuk kondisi yang tidak pasti dapat
menggunakan macam-macam metode dan mengambil keputusan dengan tim
sekolah. Adapun dalam kondisi konflik harus banyak menggunakan yang bersifat
rasional.

Menurut V.H. Vromm dan P.W. Yetton mengemukakan teori pengambilan


keputusan normatif yang berdasarkan pada asumsi bahwa proses pengambilan
keputusan ditentukan oleh pemimpin, pengikut dan faktor situasi7.

3. Tahap-tahap Pengambilan Keputusan

Guna memudahkan pengambilan keputusan maka perlu dibuat tahap-tahap


yang bisa mendorong kepada penciptanya keputusan yang diinginkan. Adapun
tahap-tahap tersebut adalah:

a. Mendefinisikan masalah tersebut secara jelas dan mudah untuk dimengerti.


b. Membuat daftar masalah yang akan muncul dan menyusunnya secara
prioritas dengan maksud agar adanya sistematika yang lebih terarah dan
terkendali
c. Melakukan identifikasi dari setiap masalah tersebut dengan tujuan untuk lebih
memberikan gambaran secara lebih taja, dan terarah secara lebih spesifik.
d. Memetakan setiap masalah tersebut berdasarkan kelompoknya masing-
masing yang kemudian selanjutnya dibarengi dengan menggunakan model
atau alat uji yang akan dipakai.
e. Memastikan kembali bahwa alat uji yang dipergunakan tersebut telah sesuai
dengan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya.

Disisi lain Simon mengatakan pengambilan keputusan berlangsung melalui


empat tahap yaitu:

a. Intellegence
b. Design
7
Eti Rochaety dkk. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara. 2010)Hal:
160-163

7
c. Choice
d. Implementasi

Secara lebih dalam beliau menegaskan bahwa “intelegence adalah proses


pengumpulan informasi yang bertujuan mengidentifikasi permasalahan. Design
adalah tahap perancangan solusi terhadap masalah, biasanya pada tahap ini dikaji
berbagai macam alternatif pemecahan masakah. Choice adalah tahap mengkaji
kelebihan dan kekurangan dari berbagai macam alternatif yang ada dan memilih
yang terbaik. Implementation adalah tahap pengambilan keputusan dan
melaksanakannya.8

4. Pengertian Pengembangan Kurikulum

Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa yunani yaitu curir yang
artinya pelari dan curare yang artinya tempat berpacu. Jadi istilah kurikulum
berasal dari dunia olah raga pada zaman romawi kuno di yunani yang
mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis
start sampai garis finish.

Dalam bahasa arab kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj yang


berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang
kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan dalam qamus tarbiyah adalah
seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga
pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan.9

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar


menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.. proses ini berhubungan
dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar.
Antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan
yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengukur
pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit,
rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya untuk memudahkan
proses belajar mengajar.

8
Ibid. Hal: 234
9
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia. 2002)Hal. 230

8
Kerangka pengembangan kurikulum mengacu pada sebuah kerangka umum
yang berisikan hal-hal yang diperlukan dalam pembuatan keputusan.10

a. Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam pengembangan kurikulum ini menekankan


pada keharusan pengembangan kurikulum yang telah terkonsep dan
diinterpretasikan degan cermat, sehingga upaya- upaya yang terbatas dalam
reformasi pendidikan kurikulum yang tidak berimbang dan inovasi jangka
pendek dapat di hindarkan.

Dalam konteks ini kurikulum didefinisikan sebagai suatu rencana untuk


mencapai hasil-hasil yang diharapkan atau dengan kata lain suatu rencana
mengenai tujuan hal yang dipelajari dan hasil pembelajaran. Dengan demikian
kurikulum terdiri atas beberapa komponen yaitu hasil belajar dan struktur.

Sesuai dengan definisi tersebut, kriteria evaluasi kurikulum disiapkan jika


hasil hasil belajar yang diharapkan sudah teridentifikasi. Pengembangan
kurikulum melibatkan banyak keputusan pada beberapa level yang berbeda
seperti anak-anak di usia prasekolah, SD, Sekolah Lanjut atau SMP serta
SMA dan Perguruan tinggi. Pengembangan kurikulum dapat difokuskan pada
unit yang sampai pada scope yang luas dengan melibatkan kelompok besar
misalnya kelompok guru disuatu daerah.

Dalam pengembangan kurikulum kepemimpinan yang efektif bergantung


pada kemampuan menjelaskan dan menerapkan pendekatan dalam tercapainya
tujuan kurikulum serta melibatkan orang lain dalam proses perencanaan dan
implementasinya.

b. Tujuan Pengembangan Kurikulum

Istilah yang digunakan untuk menyatakan tujuan pengembangan kurikulum


adalah goals dan objectives. Tujuan sebagai Goals dinyatakan dalam rumusan
yang lebih abstrak dan bersifat umum dan pencapaiannya relatif dalam jangka
10
Oemar Malik. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009)
Hal. 185-191

9
panjang. Adapun tujuan sebagai objectives lebih bersifat khusus, operasional
dan pencapaiannya dalam jangka pendek.

Perumusan tujuan menjadi langkah pertama dalam pengembangan


kurikulum. Filosofi yang dianut pendidikan atau sekolah biasanya menjadi
dasar pengembangan tujuan. Oleh karena itu tujuan hendaknya merefleksikan
kebijakan, kondisi masa kini dan masa datang, prioritas, sumber-sumber yang
sudah tersedia serta kesadaran terhadap unsur- unsur pokok dalam
pengembangan kurikulum.

Lebih jauh tujuan berfungsi sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-


tujuan spesifik, kegiatan belajar, implementasi kurikulum dan evaluasi untuk
mendapatkan balikan (feedback).

c. Penilaian Kebutuhan

Kebutuhan merupakan suatu hal yang pokok dalam perencanaan. Dalam


kaitannya dengan pengembangan kurikulum da pembelajaran, kebutuhan
didefinisikan sebagai perbedaan antara keadaan aktual dan keadaan ideal yang
dicita-citakan. Dengan kata lain, suatu perbedaan antara keadaan riil dan ideal
kondisi, kualitas dan sikap.

Penilaian kebutuhan adalah prosedur, baik secara terstruktur maupun


informal. Untuk mengidentifikasi kesenjangan antara situasi disini dan
sekarang dan tujuan yang diharapkan.

d. Konten Kurikulum

Pada umumnya konten kurikulum dipandang sebagai informasi yang


terkandung dalam bahan-bahan yang dicetak, rekaman audio visual, komputer,
alat- alat elektronik lainnya. Atau yang ditransmisikan secara lisan. Konten
kurikulum seperti ini sebenarnya sangat potensial bagi siswa. Informasi
menjadi konten bagi siswa jika dapat memberi pengertian terhadap aktivitas
yang berguna. Karena itu seleksi konten untuk kurikulum dan pembelajaran
hanya merupakan salah satu bagia dari tugas-tugas pengembangan kurikulum
yang berhubungan dengan konten tersebut.

10
e. Sumber Materi Kurikulum

Materi kurikulum yang diperlukan oleh para pengembanga kurikulum dapat


diperoleh dibuku-buku teks dan petunjuk bagi guru. Materi tersebut juga dapat
diperoleh dibeberapa tempat seperti perpustakaan.

f. Implementasi Kurikulum

Sebuah kurikulum yang telah dikembangkan tidak akan berarti menjadi


kenyataan jika tidak diimplementasikan dalam artian digunakan secara aktual
disekolah dan dikelas. Dalam implementasi ini tentu saja harus diupayakan
penanganan terhadap pengaruh faktor tertentu misalnya kesiapan sumber daya,
faktor budaya masyarakat dan lain sebagainya.

Berbagai dimensi implentasi kurikulum yang penting untuk dicermati


adalah materi kurikulum, struktur organisasi kurikulum, peranan dan perilaku,
pengetahuan dan internalisasi nilai. Keberhasilan implementasi terutama
ditentukan oleh aspek perencanaan dan strategi mengajar dan kegiatan belajar
serta evaluasi dan feedback.

g. Evaluasi Kurikulum

Evaluasi adalah suatu proses interaksi, deskripsi dan pertimbangan untuk


menemukan hakikat dan nilai dari suatu hal yang dievaluasi dalam hal ini
kurikulum. Evaluasi kurikulum sebenarnya dimaksudkan untuk memperbaiki
substansi kurikulum, prosedur implementasi, metode instruksional serta
pengaruhnya pada belajar dan perilaku siswa.

Pertimbangan penting lainnya bagi evaluator kurikulum adalah evaluasi


formatif untuk perbaikan program dan evaluasi sumatif. Untuk memutuskan
melanjutkan program yang dievaluasi atau menghentikannya dengan program
lain. Model-model evaluasi kurikulum yang dapat dipilih dan diaplikasikan
adalah model perencanaan tujuan, model pertimbangan, model pengambilan
keputusan dan model deskriptif.

h. Keadaan di Masa Mendatang

11
Karena manusia memiliki visi terhadap masa yang akan datang, maka
manusia selalu menghadapi tantangan yang semakin berat. Dalam
pengembanagan kurikulum dan pembelajaran , pandangan dan kecenderungan
pada kehidupan masa datang sudah menjadi kepentingan pokok.

Pesatnya prubahan dalam kehidupan sosial, ekonomi, teknologi serta


berbagai peristiwa dunia, memaksa setiap warga masyarakat berpikir dan
merespon setiap perubahan yang dihadapi. Oleh karenanya harus dipikirkan
solusi alternatif dalam menghadapi situasi masa yang akan datang tersenbut.
Prediski keadaan penduduk, persediaan makanan polusi, sumber- sumber yang
tidak dapat diperbaharui , serta gejolak politik dan ekonomi harus direspon
sejak sekarang , tidak terkecuali respon dari pengembangan pendidikan.
Dengan kata lain setiap rencana pengembangan kurikulum harus memasukkan
pertimbangan kehidupan dimasa depan serta implikasinya pada perencanaan
kurikulum.

5. Komponen Pengembangan Kurikulum

Kerangka kerja pengembangan kurikulum bertujuan untuk membuat proses,


implementasi dan pengawasan kurikulum agar lebih mudah dikelola. Kegiatan ini
terdiri dari 9 komponen yaitu:

a. Kebijakan umum dalam kegiatan belajar mengajar

Komponen utama dalam kerangka pengembangan kurikulum adalah


kebijakan dalam kegiatan belajar mengajar. Kebijakan didefinisikan sebagai
pelatihan atau metode kegiatan yang telah dipilih baik oleh lembaga,
kelompok atau secara individual dari sekian alternatif yang ada dan dalam
kondisi yang diberikan untuk membantu dan menentukan keputusan saat ini
dan dimasa depan. Faktor penting dalam kegiatan belajar mengajar adalah
peran guru. Berbagai model yang lebih produktif telah ditemukan dengan
dikotomi sederhana seperti formal informal, tradisional dan progresif dan
teacher centered- student centered.

b.Program Kerja

12
Stretegi program kegiatan digunakan untuk memfasilitasi kebijakan dan
monitoring. Tujuan dari program kegiatan ini adalah untuk memfasilitasi
implementasi oleh pengambil satu kebijakan dan membuatnya fokus pada
seluruh tingkatan sekolah selama periode kegiatan belajar.

c. Rencana Pengembangan Sekolah

Terdapat hubungan antara kebijakan untuk belajar mengajar, proram


kegiatan dan rencana pengembangan sekolah yang merupakan salah satu
prioritas utama. Oleh karena itu diharapkan adanya program kegiatan yang
berkenaan dengan kebutuhan perencanaan pengembangan sekolah.

d.Organisasi dan Struktur Kurikulum

Struktur dan organisasi dokumen kurikulum menampilkan respon sekolah


sebagai berikut:

- Jumlah waktu yang ditetapkan dalam perbedaan atau kombinasi subjek.


Analisis waktu ini harus dilakukan secara hati-hati.
- Bagaimana perbedaan subjek diterapkan dalam organisasi kurikulum. Hal
ini akan berindikasi pada subjek yang menerapkan lintas kurikulum dalam
hal subjek mana yang akan diajar sebagai masukan yang terpisah
- Bagaimana memutuskan struktur kurikulum yang telah disetujui untuk
disebarkan kepada guru.
e. Skema Kerja

Skema kerja merepresentasikan apa yanag telah dibuat dalam penentuan


keputusan tentang struktur dan organisasi kurikulum. Setiap skema harus
merefleksikan fakta bahwa pada masa ini siswa harus mempunyai kemampuan
yang progresif dan memahami sistem informasi.

f. Penilaian, Perekaman dan Pelaporan

Komponen ini terdiri atas keseluruhan kebijakan sekolah untuk penilaian,


perekaman dan pelaporan perkembangan siswa. Banyak sekolah yang
memiliki koordinator penilaian sendiri. Yang menjadi kunci utama dalam
kegiatan penilaian. Koordinator kurikulum harus dapat berkomunikasi yang

13
baik dengan koordinator penilaian agar dapat menghasilkan dokumen
kebijakan yang efektif yang mengindikasikan bagaimana penilaian akan
diambil dalam berbagai kajian kurikulum.

g. Petunjuk Teknis

Petunjuk teknis berfungsi dalam menjawab pertanyaan bagaimana.


Contohnya, andai guru memiliki keterbatasan ilmu pengetahuan. Akan tetapi
bagaimanapun juga ia berkewajiban menyampaikan ilmu tersebut kepada
siswa. Oleh karena itu guru tersebut akan terbantu dengan keberadaan
koordinator ilmu. Koordinator tersebut dapat merespon keinginan informal,
menjelaskan apa yang diperlukan dan mengambil sumber-sumber yang
bermanfaat. Dalam kaitannya dengan hal ini pembuatan teknis bertujuan untuk
memberikan respon pertama pada pertanyaan yang muncul. Arsip teknis
tersebut kemudian didokumentasikan untuk membantu memudahkan guru
dalam proses belajar mengajar.

h.Perencanaan Jangka Pendek dan Menengah

Perencanaan jangka menengah sering digunakan dalam kelompok tim


tahunan yang didukung oleh manajer mata pelajaran. Skema kerja ditransfer
dalam suatu rencana detail yang mempunyai tujuan belajar yang luas, sumber
identifikasi serta dialokasikan dan konfirmasi dibuat agar kurikulum dapat
diorganisasi dalam kurun waktu tertentu yang disetujui.

Perencanaan jangka pendek dan menengah telah ditetapkan berdasarkan


proporsi tertentu agar terjadi keseimbangan antara kerangka kerja jangka
pendek dengan kerangka kerja yang lebih detail.

i. Strategi Monitoring

Komponen ini adalah komponen terakhir kerangka kerja pengembangan


kurikulum. Outline strategi monitoring yang akan diadopsi disekolah harus
mengacu pada implementasi kebijakan belajar mengajar dan memperhatikan
kualitas monitoring.

6. Dasar Pengembangan Kurikulum

14
Pengembangan kurikulum sebagai bagian dari ilmu pendidikan
meniscayakan adanya keinginan atau inisiatif para pengelola pendidikan untuk
memastikan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat sesuai dengan
tuntutan perubahan internal dan eksternal dunia pendidikan. Semua segmen
stakeholders pendidikan (orang tua, masyarakat, dunia usaha dan industri)
khususnya pengguna jasa lulusan menjadi faktor yang harus diperhatikan
kebutuhannya terhadap pendidikan yang disediakan para pengelola pendidikan,
sejak dari perencanaan, pelaksanaan program sampai kepada evaluasi program
kurikulum. Kegiatan pengembangan kurikulum harus dilakukan berdasarkan ilmu
manajemen karena pengembangan kurikulum menuntut adanya perencanaan
sampai dengan pengawasan bahkan termasuk monitoring dan evaluasi.11 Hasil
evaluasi kurikulum sejatinya memerlukan pengembangan atau bahkan perubahan
kurikulum pendidikan. Itu artinya hasil evaluasi kurikulum meniscayakan upaya
mengembangkan kurikulum. Menurut Sukiman, setiap pegembangan kurikulum
hendaknya menggunakan landasan yang kuat sehingga akan melahirkan kurkulum
yang sesuai dengan kebutuhan. Adapun yang dimaksud dengan landasan
kurikulum di sini adalah bidang-bidang yang dapat dijadikan dasar pokok
keputusan tentang kurikulum karena berdasarkan landasan-landasan tersebut dapat
dijawab pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti: 1) bagaimanakah tujuan hidup
manusia, 2) hal-hal apakah harus diajarkan kepada generasi muda agar dapat
membimbing mereka kehidupan yang baik; 3) seberapa jauh peranan dan
tanggungjawab sekolah dalam hal ini, 4) relevansi pendidikan terhadap kebutuhan
dan struktur masyarakat, 5) peranan teknologi dan struktur keluarga terhadap
praktik kependidikan disekolah, 6) pemenuhan kebutuhan dasar manusia jalur
pendidikan di sekolah, dan 7) relevansi struktur kurikulum dengan tahap-tahap
perkembangan kedewasaan anak didik, dan masih banyak lagi pertanyaan yang
relevan. Melalui kajian terhadap bidang-bidang yang menjadi landasan
pengembangan kurikulum ini, hal-hal yang bersifat normatif dan ideal yang
menjadi tumpuan tujuan penyelenggaraan pendidikan dapat dianalisis, dan ini

11
Zainal Arifin. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum(Bandung: Remaja Rosdakarya.
2012)Hal. 25.

15
sangat bermanfaat untuk mencegah agar program pendidikan yang lahir tidak
mudah goyah dan berubah-ubah karena rapuhnya pondasi yang mendasarinya.12

Namun mutu pendidikan yang diharapkan harus dibarengi peningkatan yang


berkelanjutan melalui pengembangan model pembelajaran sebagai implementasi
dari kurikulum, sehingga umpan balik dari evaluasi terhadap pelaksanaan
meniscayakan adanya pengembangan kurikulum pendidikan yang dapat dibuat
perubahannya dalam rentang waktu tertentu. Dalam perkembangannya bidang
studi pengembangan kurikulum dewasa ini telah diakui sebagai ilmu terapan.
Sebagai ilmu terapan, pengetahuan tentang pengembangan kurikulum harus dapat
digunakan untuk menciptakan kurikulum bidang studi pada jenjang pendidikan
tertentu yang efektif. Dengan demikian, pengembangan kurikulum harus
berorientasi kepada kebutuhan bidang studi dan jenjang pendidikan tertentu serta
disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik.13

B. PENELITIAN TERDAHULU
Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan dengan pendekatan sistem
di lembaga pendidikan:

1. Danang rizky permadani, maisyaroh, mustiningsih. 2018. jurnal


adminitrasi dan manajemen pendidikan. kepemimpinan kepala sekolah
dalam pembuatan keputusan. berpendapat bahwa:
Hasil penelitian menunjukkan pembuatan keputusan oleh Kepala
sekolah di Yayasan Tarbiyatun Nasyi’in Al Mihaaj Wates Kabupaten
Kediri bahwa hal yang dilaksanakan oleh kepala sekolah meliputi peran
regulatife, demokratif, dan persuasif. Hal tersebut dilakukan sebagai
bentuk tindakan yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Tugas tersebut
tidak terlepas dari kerjasama dengan pihak terkait seperti para guru dan
karyawan. Proses pembuatan keputusan yang dilakukan kepala sekolah
selalu menerapkan beberapa hal sebagai berikut: (a) mengadakan
workshop. Kegiatan tersebut nantinya membahas tentang program kerja
atau kegiatan pada tahun ajaran baru. Kegiatan tersebut dilakukan untuk

12
Sukiman. Pengembangan Kurikulum. (Bandung: Rosda Karya. 2015) Hal: 25-26
13
Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi Kejuruan.
(Bandung: Refika Aditama. 2010) Hal:7.

16
mengumpulkan aspirasi dan mengevaluasi keputusan yang sebelumnya.
(b) analisis atau mengidentifikasi masalah yang dihadapi. Hal ini
dilakukan untk mengetahui masalah apa yang terjadi. Pada proses ini
kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu
mengidentifikasikan perbedaan, perubahan yang ada dan mengembangkan
kemungkinan. (c) alternatif pemecahan masalah ini merupakan hal yang
harus dikuasai oleh seorang kepala sekolah dalam menentukan keputusan.
Proses ini harus melalui beberapa tahapan hingga pertimbangan yang
untuk pembuatan sebuah keputusan, (d) alternatif yang dipilih, alternatif
yang dipilih merupakan alternatif yang paling tepat dengan
mempertimbangkan konsekuensi yang ada, (e) pembuatan keputusan,
pembuatan keputusan ini dilakukan dengan melalui beberapa alternatif
pilihan sebelumnya. Setiap keberhasilan sebuah lembaga pendidikan tidak
lepas dari peran kepemimpinan kepala sekolah. Bahwa dimana pemimpin
dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan
pembuatan keputusan. Melakukan komunikasi yang efektif yaitu dua arah
dengan tujuan mengoptimalkan berbagai rencana beberapa program seperti
mengadakan kegiatan workshop, menganalisis masalah yang dihadapi
sekolah hal tersebut ditujukan untuk kepentingan program kerja di tahun
ajaran baru. Selain itu kepala sekolah melakukan monitoring serta evaluasi
terhadap guru dan murid untuk meminimalisir penyimpangan terhadap
program kerja yang telah direncanakan dan juga melibatkan anggota
dengan cara melakukan musyawarah bersama dalam pembuatan
keputusan.
2. Bambang Hartanto. 2007. Skripsi. Strategi Pengembangan Kurikulum di
MTs Al- Munawwar Grogol Jakarta Barat. Berpendapat Bahwa:
 Pengembangan Kurikulum di Mts Munawwar Grogol Jakarta Barat
melalui beberapa tahapan atau proses. Beberapa tahapan yang
dimaksud adalah:
a. Cara-cara atau langkah-langkah pengembangan
b. Menyusun rencana kurikulum
c. Strategi pengembangan

17
d. Proses penyusunan
e. Aplikasi/ pelaksanaan
f. Evaluasi program
 Pengembangan Kurikulum di Mts Al- Munawwar Grogol Jakarta
Barat didasarkan Pada UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional Undang-undang No 21 Tahun 2003 tentang
otonomi daerah, kurikulum 2004 (Kurikulum berbasis kompetensi)
serta Kurikulum Departemen Agama.
 Dalam rangka mengembangan kurikulum atau program pengajaran
pada tingkat kelas hampir semua guru MTs Al- Munawwar Grogol
Jakarta Barat (90,4 %) membuat rencana Pembelajaran Skenario
Pembelajaran meskipun masih ada beberapa yang tidak membuatnya
(9,5%).

C. KERANGKA BERPIKIR
Pengembangan kurikulum pada dasarnya membutuhkan perencanaan dalam
merumuskan tujuan. Dalam pengembangan kurikulum kepemimpinan yang efektif
bergantung pada kemampuan menjelaskan dan menerapkan pendekatan dalam
tercapainya pengembangan kurikulum.

Semakin berkembangnya zaman dan adanya faktor budaya, ekonomi dan


teknologi banyak sekolah yang semakin berlomba-lomba dalam mengembangkan
kualitas mutu pendidikan. Persaingan yang ada berpengaruh kepada lingkungan
masyarat pada minat atau ketertarikan untuk belajar disekolah tersebut. Sebelum
lebih lanjut, dalam hal ini sekolah harus mengetahui dahulu apa yang menjadi
kelemahan hingga kelebihan ataupun daya tarik yang membuat para siswa untuk
belajar disekolah tersebut. Salah yang memiliki pengaruh keberhasilan sekolah
adalah kurikulum yang menjadi alat dalam proses belajar siswa. Kurikulum yang
ada akan mencapai tujuan sekolah dengan bekerja sama antara pemimpin dan
guru. Dalam hal ini kebijakan kepala sekolah diperlukan dalam hal mengambil
keputusan untuk pengembangan kurikulum sekolah agar sekolah menjadi sekolah
yang berkembang dan memiliki daya saing baik dalam bidang akademik maupun
kreativitas.

18
Jika kurikulum sekolah berhasil maka akan menciptakan output yang
berkualitas tinggi sehingga tujuan sekolah yang sudah tercapai menjadi sorotan
bagi lingkungan sekitar dan membawa dampak positif pada masyarakat. Dengan
demikian begitu besarnya dampak kebijakan pemimpin dalam pengambilan
keputusan pengembangan kurikulum untuk memajukan suatu madrasah bukan
hanya untuk lingkungan sekolah namun juga berguna memajukan bangsa.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Dimana
penelitian ini bermula dari pengamatan peneliti sendiri dilapangan tentang adanya
masalah pada saat peneliti sedang melaksanakan PPL yang merupakan rangkaian
dari program Pendidikan Profesi Guru (PPG) dibulan November 2018. Penelitian
ini bermaksud untuk mengamati, memahami dan memberi kejelasan pada fakta
yang terjadi. Objek penelitian bertempat di SD 054935 PALUH MARDAN dan
pelaksanaannya pada bulan Juni. Sumber data diperoleh melalui informan yang
terlibat langsung dengan Pengambilan Keputusan Pengembangan Kurikulum.
Beberapa pihak yang menjadi narasumber dalam penelitian ini diantaranya ialah
Kepala Sekolah serta melibatkan beberapa guru pengajar.

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Dalam melakukan pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa
metode yang saling mendukung dan melengkapi yang sesuai dengan metodologi
Research, yaitu:

a. Observasi

Metode observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencacatan

dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang di teliti. 14 Metode ini

digunakan untuk mengetahui secara langsung tentang proses pelaksanaan

Pengambilan Keputusan dalam Pengembangan Kurikulum di SD 054935

PALUH MARDAN menyangkut dengan pengembangan kurikulum yang

diterapkan.

b. Wawancara (Interview)

Salim dan Syahrum. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Citapustaka Media. 2011)
14

Hal. 114.

20
Wawancara adalah percakapan yang biasanya dilakukan oleh dua orang

(tetapi kadang-kadang lebih) yang diarahkan oleh salah seorang dengan maksud

memperoleh keterangan.15

Metode wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara yang bersifat

langsung kepada Kepala Madrasah, Kepala Bidang Kurikulum serta guru yang

mengajar di Madrasah untuk mendapatkan keterangan yang berkaitan dengan

pengambilan keputusan dalam pengembangan kurikulum di SD 054935

PALUH MARDAN.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cacatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

biasanya berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang.16 Dalam penelitian ini yang merupakan data dokumentasi seperti

buku Program Kerja Kepala Sekolah/RPPS, Profil sekolah, serta data-data

mengenai seputar pengambilan keputusan dalam pengembangan kurikulum.

Data dokumen ini digunakan sebagai data pendukung dalam menyusun hasil

penelitian.

C. TEKNIK ANALISIS DATA


Analisis data adalah usaha menguraikan data yang telah terkumpul
kemudian di olah dan disimpulkan. Menganalisa data merupakan penting dalam
penelitian, sehingga dapat menarik kesimpulan berdasarkan data yang faktual.
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam
pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.17

15
Ibid, hal. 119.
16
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). (Bandung: Alfabeta, 2015) Hal.
326.
17
Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2006) Hal.
181.

21
Dalam analisis ini peneliti mula-mula membaca hasil catatan observasi dan
wawancara untuk pengumpulan data. Setelah data terkumpul dilakukan proses
penyederhanaan dan perubahan data. Dari data yang diperoleh kemudian
dideskripsikan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Kemudian setiap kesimpulan yang ditetapkan akan terus-menerus di
verifikasi hingga benar-benar di peroleh data yang valid dan kokoh.
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi. Sejak awal pengumpulan data, peneliti
harus sudah memahami makna-makna dari sesuatu hal yang ditemui di lapangan.
Dengan adanya catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang menjadi sajian
informasi yang telah di saring dan dikelompokkan. Kesimpulan akhir pada
penelitian kualitatif, tidak akan ditarik kecuali setelah proses pengumpulan data
berakhir. Kesimpulan yang dibuat perlu diverifikasi dengan cara melihat dan
mempertanyakan kembali, sambil meninjau secara sepintas pada catatan lapangan
untuk memperoleh pemahaman yang lebih cepat.18
A. Teknik Penjamin keabsahan data

Data hasil temuan yang telah dianalisis dapat diuji keabsahannya dengan
Metode Triangulasi terhadap peneliti, metode, teori dan sumber data.

1. Triangulasi kejujuran peneliti,yaitu dengan meminta bantuan peneliti lain


untuk observasi ulang,wawancara ulang serta merekam data yang sama di
lapangan.Hal ini sama dengan proses verifiksi terhadap hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh seorang peneliti.
2. Triangulasi dengan metode,yaitu dengan melakukan pengecekan terhadap
metode pengumpulan data,apakah data temuan dan informasi yang diperoleh
dengan metode interview sama dengan metode observasi,atau apakah hasil
observasi sesuai dengan informasi yang diberikan ketika diinterview.
3. Triangulasi dengan teori,yaitu dengan menguraikan pola,hubungan dan
menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema atau
penjelasan pembanding.Sehingga dari proses ini peneliti dapat memperoleh
penjelasan pembanding untuk memastikan data temuan memiliki derajat
kepercayaan yang baik atau tidak sebagai bukti keberhasilan sebuah
penelitian kualitatif.
18
Effi Aswita. Metodologi Penelitian Pendidikan. (Medan: Unimed Press. 2012) Hal. 139-140

22
4. Triangulasi dengan sumber data, yaitu dengan membandingkan dan
mengecek baik derajat kepercayaan sebuah informasi yang diperoleh melalui
waktu dan cara yang berbeda seperti (1) membandingkan data observasi
dengan data wawancara (2) membandingkan apa yang dikatakan di depan
umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi (3 )membandingkan apa
yang dikatakan oleh Kepala Madrasah dengan apa yang dikatakan guru juga
siswa (4) membandingkan perspektif pandangan oleh beberapa sumber
berbeda baik kepala madrasah,guru maupun siswa (5) membandingkan hasil
wawancara dengan dengan dokumen yang berkaitan.

23
BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. TEMUAN UMUM
1. Profil Sekolah
Nama Sekolah : SD 054935 Paluh Mardan
No Statistik/ NPSN : 731076004001/ 10210765
Provinsi : Sumatera Utara
Kabupaten/Kota : Medan
Kecamatan : Tanjung Pura
Alamat : Jalan. DR. Mansyur/ Jl. STMK
Kode Pos : 20131
Status Sekolah : Negeri
Daerah : Perkotaan
Status Akreditasi :B

2. Visi dan Misi Sekolah

Visi Sekolah:

Mewujudkan SD 054935 Paluh Mardan Sebagai lembaga diklat yang


unggul dalam menghasilkan tamatan di bidang keahlian Tata Boga, Tata
Busana, Tata Kecantikan dan Akomodasi Perhotelan berstandar
Internasional dan mampu bersaing di pasar Global.

Misi Sekolah:

Menyiapkan SDM yang terampil, kreatif, bertanggungjawab dan


berwawasan luas sesuai bidang keahliannya dan berorientasi mutu disegala
kegiatannya. Mengembangkan iklim belajar dan bekerja yang kondusif,
kompotitif, dengan pemberdayaan potensi sekolah : Guru, siswa dan
masyarakat yang dilandasi oleh keimanan, kejujuran dan kedisiplinan.

24
3. Keadaan Bangunan dan Sarana Penunjang

No Uraian Jumlah Kondisi

1 Ruang Belajar 36 Baik

2 Ruang Kantor 6 Baik

3 Ruang Perpustakaan 1 Baik

4 Lapangan Olahraga 1 Baik


5 Ruang Ibadah/ Mushola 1 Baik

6 Kantin 2 Baik

7 WC Guru dan Murid 2+15 Baik

8 Meja Belajar 540 Baik

9 Kursi 1.080 Baik

4. Data Guru dan Pegawai

No Nama Jabatan
1. Asnah, S.Pd Kepala Sekolah
2. Siti Musallamah, S.Pd Guru Kelas
3. Supriati, S.Pd Guru Kelas
4. Legiman, S.Pd Guru Kelas
5. M. Yasin Guru Kelas
6. Nina Hastina, S.Pd Guru Kelas
7. Jamaliyah, S.Pd Guru PAI
8. Alfika Aryani, S.Pd Guru Kelas
9. Pertama Ningsih, S.Pd.I Guru Mulok
10. Zulfirman, S.Kom Operator Sekolah
11. Astri Ramadhani Tata Usaha

25
B. TEMUAN KHUSUS
1. Penerapan Pengembangan Kurikulum di SD 054935 Paluh Mardan

Setiap sekolah sudah pasti memiliki kurikulum sebagai panduan ataupun


alat untuk mencapai tujuan. Namun tanpa ada penggerak kurikulum tidak akan
bisa berjalan dengan sendiri. Maka dari itu kepala sekolah berhak menggerakkan
anggota untuk bersama-sama memiliki visi yang sama dalam memajukan sekolah
melalui kurikulum yang ditetapkan.

Dalam menetapkan kurikulum, kepala sekolah tidak hanya mengambil


keputusan sendiri, namun kepala sekolah memberi wewenang kepada para guru
untuk mengutarakan pendapatnya masing-masing didalam musyawarah. Namun
dalam hal ini keputusan kepala sekolah tetap menjadi hasil akhir yang disepakati
bersama dalam menentukan kebijakan.

Namun nyatanya keputusan kepala sekolah juga memiliki pedoman dalam


mengambil keputusan untuk mengembangkan kurikulum sebagaimana yang
dikatakan oleh kepala sekolah dalam hasil wawancara sebagai berikut:

“Sebenarnya yang memutuskan dan menetapkan kurikulum itu atasan


atau Dinas Pendidikan Daerah. Kami hanya tinggal menjalankan dan
menjelaskan kepada para guru untuk segera menerapkan kurikulum
tersebut”
Untuk melaksanakan pengembangan kurikulum pihak sekolah berpedoman
kepada aturan dari pemerintahan daerah. Untuk melaksanakan pengembangan
kurikulum di sekolah tersebut, setiap komponen dalam sistem satu sama lain
saling berhubungan dan harus dijalankan dengan komprehensip. Komponen-
komponen inilah yang dapat menentukan kelancaran proses suatu pengembangan.
Contohnya dalam pendidikan, agar fungsi pengembangan kurikulum dapat
berjalan dengan baik diperlukan komponen silabus dan RPP, agar fungsi
administrasi dapat menunjang keberhasilan pengembangan kurikulum diperlukan
komponen tujuan, isi/materi pelajaran, strategi pembelajaran serta komponen
evaluasi pembelajaran.
Namun untuk menerapkan pengembangan kurikulum bukan hal yang mudah
dan membutuhkan proses seperti melaksanakan atau mengikutsertakan para guru

26
dalam pelatihan yang disediakan oleh pemerintah. Hal ini sejalan dengan
pernyataan yang dikatakan kepala sekolah yaitu:
“Untuk menerapkan kurikulum baru memang tidak mudah tapi kami
tetap berusaha caranya dengan mengikuti pelatihan atau diklat tentang
kurikulum dan setelah itu guru-guru yang sudah mengikuti diklat saling
berbagi informasi dan belajar bersama dalam pembuatan RPP dan pengisian
rapor”.

2. Faktor Pendukung ataupun Penghambat dalam pengembangan Kurikulum

Dalam hal lain dimanapun selalu terjadi hambatan ataupun menjadi


kelemahan suatu program yang akan dijalankan. Hambatan biasanya menjadi
masalah yang serius jika tidak ditangani dengan hati-hati. Namun dalam hal lain
pasti memiliki sisi positif yang akan memudahkan dalam mencapai tujuan. Hal ini
memang membutuhkan kebijakan pemimpin dalam pengambilan keputusan untuk
menentukan jalan yang harus dilalui. Dalam hal ini pemimpin dipastikan
membutuhkan banyak informasi untuk mengambil tindakan. Seharusnya
pemimpin meninjau atau mempertimbangkan terlebih dahulu dampak positif dan
negatif ketika akan menjalankan program tersebut. Sehingga tidak terjadinya
kesalahan dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada masa mendatang.

Dalam hal ini kepala sekolah menjelaskan apa-apa saja faktor pendukung
dan pemhambat dalam mengembangkan kurikulum.

“Kesulitan yang ada sebenarnya tidak terlalu hanya saja masalah internal
seperti guru-guru yang sudah tua, terkadang mereka hanya kesulitan di
teknologi seperti mengisi data rapor dan membuat RPP dengan peraturan
baru. Tapi karena kami masih memiliki beberapa guru muda semua jadi
mudah karena mereka selalu ikut membantu”
Hal ini juga sejalan dengan pernyataan guru yang sebagai berikut:
“untuk penerapan pertama pengembangan kurikulum baru memang sulit,
kami aja butuh waktu lama dan ikut diklat berkali-kali baru bisa paham
peraturan kurikulum baru. Ketika kami sudah memahami baru kami bisa
berbagi ilmu kepada teman-teman sekolah dan memang ada yang kesulitan
untuk memahami karena tidak mengetahui teknologi dan akhirnya mau
gak mau harus belajar komputer dirumah bersama anaknya”
Hambatan dan ketidakbisaan bukan alasan untuk tidak menjalankan tugas
ataupun tetap berinovasi dalam mengembangkan kurikulum. Sebagai yang

27
dipaparkan diatas, banyak guru yang mengalami kesulitan dalam teknologi namun
mereka berupaya untuk tetap belajar dirumah dan mengikuti pelatihan ataupun
diklat. Hal ini bertujuan untuk memajukan sekolah agar tidak tertinggal dan
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dengan pembelajaran yang
mampu berdaya saing.

3. Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengambilan Keputusan

Dalam mengambil keputusan kepala sekolah ataupun pimpinan


membutuhkan pengalaman ataupun membutuhkan cukup informasi pendukung.
Bukan hanya sekedar rasa suka ataupun tidak suka namun harus memiliki strategi
agar tidak salah langkah dalam mengambil tindakan. Pengambilan keputusan
mampu memberi dampak jangka panjang maka pemimpin harus sangat berhati-
hati dan bila perlu melakukan musyawarah pada pihak terkait selain berguna
untuk membuka pikiran dan akan menghasilkan ide baru yang nantinya bisa jadi
akan memberikan hasil positif untuk instansi. Hal ini dijelaskan kepada kepala
sekolah terkait pengambilan keputusan sebagai berikut:

“Setiap ada sesuatu yang harus dibicarakan kami selalu mengadakan


perkumpulan untuk bermusyawarah dan bertukar pendapat. Begitu juga
untuk menentukan pengembangan kurikulum. Saya tidak bisa mengambil
keputusan sendiri dan harus saya ungkapkan kepada rekan-rekan saya
terkait masalah yang terjadi dan sudah pasti kami menginginkan sekolah
ini maju. Saya tidak begitu fokus kepada murid tapi saya selalu
memberitahukan kepada guru-guru agar lebih giat lagi mengajar yang
menciptakan murid-murid yang kreatif jadi pada intinya saya menekankan
pada guru untuk lebih kreatif dalam mengajar seperti memiliki variasi
dalam menentukan model pembelajaran”.
Dalam hal ini kepala sekolah menggunakan strategi mengumpulkan
pegawai untuk bermusyawarah. Selain itu mampu menciptakan tali silaturahim
yang baik antara guru yang memiliki kesibukan masing-masing. Namun diwaktu
tertentu mereka memiliki waktu yang telah ditetapkan untuk berkumpul kembali
dan saling bertukar pikiran ataupun informasi. Hal ini juga ditegaskan oleh salah
satu guru yang diwawancarai sebagai berikut:

”memang kami sering mengadakan pertemuan dengan kepala sekolah,


tidak mesti ada rapat penting tapi masalah internal sekolah seperti murid
yang bandal atau tentang disiplin masuk kerja kami juga sering bahas
setiap minggunya. Namanya juga bekerja pasti punya keluh kesah nah

28
disinilah kami bisa bebas memaparkan keluh kesah kami dan meminta
pendapat kepada teman-teman lain”.
Pengambilan keputusan yang baik akan selalu membawa dampak baik.
Namun perencanaan yang baik belum tentu akan menghasilkan kualitas yang
sesuai itu semua disebabkan karena lemahnya evaluasi terhadap perencanaan
awal. Disini kepala sekolah juga memiliki peran besar dalam evaluasi
pengembangan kurikulum dimana kepala sekolah harus mengawasi, memeriksa
dan menilai kinerja para guru. Hal ini tetap dijelaskan oleh kepala sekolah tentang
bagaimana strategi kepala sekolah dalam mengevaluasi kinerja dalam
pengembangan kurikulum sebagai berikut:

“Saya selalu pantau sudah sejauh mana pengerjaan seperti RPP dan
laporan hasil tugas murid, karena bisa saya lihat kalau guru nya kerja
dengan giat dan ikhlas pasti akan menempah karakter murid yang
berprestasi. Saya juga sering mengawasi ke kelas - kelas dan terkadang tim
monitoring datang ke sekolah untuk evaluasi ataupun menilai”.
C. PEMBAHASAN
Dalam hal kepemimpinan kepala sekolah di SD 054935 PALUH
MARDAN dalam Pengambilan Keputusan Pengembangan Kurikulum termasuk
kedalam jenis pengambilan keputusan berdasarkan tingkat kepentingan yang pada
umumnya sebuah lembaga termasuk lembaga pendidikan yang memiliki
manajemen yang memiliki 3 tingkatan yaitu manajemen puncak, menengah dan
kebawah. Manajemen puncak yang berkaitan dengan perencanaan karena pada
dasarnya pengembangan kurikulum membutuhkan perencanaan sebelum proses
penerapannya. Kemudian manajemen menengah biasanya menangani masalah
pengawasan dan kegiatan yang bersifat administrasi misalnya seperti penyelesaian
RPP dan proses penentuan model belajar. Dan kemudian manajemen tingkat
bawah yaitu mengenai kegiatan operasional sehari-hari.

Selain berdasarkan tingkat kepentingan, berikutnya keputusan berdasarkan


Regularitas. Simon (1995) terkait dengan pengambilan keputusan terprogram dan
keputusan tidak terprogram yang diuraikan sebagai berikut:

- Pengambilan keputusan terprogram

29
Pengambilan keputusan ini bersifat rutinitas dan berulang-ulang dengan
cara penanggulangan telah ditentukan untuk penyelesaian masalah
melalui: prosedur, aturan dan kebijakan.
- Pengambilan keputusan tidak terprogram

Pengambilan keputusan ini bersifat tidak rutinitas dan digunakan untuk


menyelesaikan masalah yang bersifat berstruktur.

Adapun Kurikulum yang diterapkan di SD 054935 Paluh Mardan adalah


menggunakan kurikulum 2013 dalam proses belajar dan mengajar sehari-hari.
Hasil dari penggunaan kurikulum 2013 yang merupakan kebijakan dari
pemerintah ternyata siswa SD 054935 Paluh Mardan mudah memahami setiap
pelajaran yang diberikan oleh para guru.

30
BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN
Pengambilan keputusan dalam Pengembangan Kurikulum di SD 054935
PALUH MARDAN yaitu menggunakan Kurikulum 2013 yang merupakan
penerpan dari pemerintah untuk meratakan kurikulum secara nasional dari pusat
hingga kedaerah.

Kepala sekolah juga memberi peluang kepada guru untuk curah pendapat
setiap masalah yang terjadi untuk diselesaikan secara bersama. Selain itu kepala
sekolah juga mengevaluasi hasil kinerja para guru dengan melihat bagaimana
perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan begitu harapan
sekolah yang akan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan akan
lebih mudah mencapai tujuan jika sesama rekan saling bekerja sama dan saling
membantu diantara sesama rekan guru.

B. SARAN
Ada beberapa saran secara umum yang dapat dilaksanakan untuk
menyelesaikan persoalan yang nantinya bisa saja terjadi dilembaga sekolah yang
bersangkutan ataupun disekolah lain yaitu:

a. Menerapkan konsep keputusan yang cenderung hati-hati dan memikirkan


setiap dampak yang akan timbul secara jangka pendek dan panjang.
b. Menempatkan setiap keputusan berdasarkan alasan yang bersifat rasional.
Artinya keputusan dibuat tidak berlandaskan karena keinginan satu pihak
saja.
c. Menghindari pengambilan keputusan yang bersifat ambigu. Keputusan yang
bersifat ambigu artinya keputusan yang bersifat tidak jelas dan tiak tegas.
d. Setiap keputusan yang dibuat oleh pimpinan disebuah perusahaan
berdasarkan pada pertimbangan 4 fungsi manajemen

31
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung:


Remaja Rosdakarya.
Aswita, Effi. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Medan: Unimed Press.
Bambang Hartanto. 2007. Skripsi. Strategi Pengembangan Kurikulum di MTs Al
Munawwar Grogol Jakarta Barat. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Fahmi, Irham. 2016. Perilaku Organisasi Teori Aplikasi Kasus. Bandung:
Alfabeta.
Hidayat, Rahmad dkk. 2017. Ayat-ayat Tentang Manajemen. Medan: LPPPI.
Malik, Oemar. 2009. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mesiono. Manajemen dan Organisasi. Bandung: Cita Pustaka Media Perinti
Narsoyo Reksoatmodjo, Tedjo. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Teknologi Kejuruan. Bandung: Refika Aditama
Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Rizky permadani, Danang, dkk 2018.. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Pembuatan Keputusan. Universitas Negeri Malang: Jurnal Adminitrasi dan
Manajemen Pendidikan Volume 1 Nomor 3.
Rochaety, Eti dkk. 2010. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Salim dkk. 2011. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Citapustaka Media.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta
Sukiman. 2015. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosda Karya.
Syaodih, Nana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya
Tisnawati Sule, Erni dkk. 2010. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana.

32
LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH SD 054935


PALUH MARDAN

A. Pedoman Wawancara
1. Pedoman wawancara ini sebagai panduan melakukan wawancara
2. Pedoman wawancara ini bersifat fleksibel sesuai dengan situasi dan
kondisi yang diberikan informan
3. Selama proses wawancara berlangsung peneliti menggunakan alat bantu
handphone dan alat tulis guna merekam hasil wawancara

B. Identitas Informan
Kepada Kepala Sekolah
1. Nama Informan : Biyuna Hafni, S.Pd
2. Tempat : Kantor Guru SD 054935 PALUH MARDAN
3. Hari/Tanggal : Kamis, 23 Mei 2019
4. Waktu : Pukul 12. 30 am WIB

Kepada Guru

1. Nama Informan : Risnani Fauzi, S.Pd


2. Tempat : Kantor Guru SD 054935 PALUH MARDAN
3. Hari/Tanggal : Kamis, 23 Mei 2019
4. Waktu : Pukul 12. 30 am WIB

C. Pertanyaan dengan Kepala Madrasah

1. Apakah sejauh ini kurikulum yang digunakan sudah berjalan dengan baik?
2. Apa yang menjadi hambatan dalam menjalankan kurikulum?
3. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengembangkan kurikulum
baru?
4. Apakah pegawai ataupun rekan kerja mampu bekerja sama dengan baik
dalam pengembangan kurikulum?

33
5. Strategi apa yang anda gunakan ketika mengambil keputusan dalam
pengembangan kurikulum?
6. Apakah strategi yang digunakan sudah cukup membantu dalam
mengambil keputusan?
7. Bagaimana evaluasi anda dalam menilai perkembangan kurikulum
tersebut?
8. Siapa saja yang terlibat dalam pengembangan kurikulum?
9. Apakah pengambilan keputusan yang anda ambil sudah membawa dampak
yang positif?
10. Apakah masyarakat cukup puas dengan kebijakan yang dilakukan
sekolah?

34

Anda mungkin juga menyukai