Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN


“ Pembinaan Kepribadian dari Usia Dua tahun hingga Baligh

Dosen Pengampu :
Drs. Zelhendri Zen, M.Pd., Ph.D

Oleh Kelompok 5:

Fadhilaturrahmy 19004010
Hanifatul Jannah 19004106
Sri Mayang Sari 19004029
Wilanda Intan Pertiwi 19004034

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas ridho
dankarunia- Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Filsafat dan Teknologi
Pendidikan tentang “Pembinaan kepribadian anak dari usia dua tahun hingga baligh” Dalam
penyusunan makalah ini mungkin kami mengalami kesulitan dan kendala yang disebabkan
oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan wawasan serta pola pikir kami. Namun
berkat keyakinan, keinginan, dan usaha dengan sungguh- sungguh akhirnya semua hambatan
itu dapat kami atasi dengan baik.

Kami menyadari sedalam-dalamnya bahwa kami tidaklah sempurna dalam pembuatan


makalah ini. Dengan demikian kami berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat memenuhi
persyaratan dalam Mata Kuliah Filsafat dan Teori Pendidikan ini dan dapat bermanfaat bagi
kami serta para pembaca lainnya. Tidak lupa kami berterimakasih kepada dosen pembimbing
dan rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam proses pembuatan Makalah ini. Sekian
dari kami.

Padang, 17 Mei 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................2
C. Tujuan ...................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pembinaan Akidah..............................................................................................................6

B. Pembinaan Ibadah.............................................................................................................12

C. Pembinaan Kemasyarakatan ...........................................................................................17

D. Pembinaan Moral/ Pendidikan Akhlak.............................................................................20

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .........................................................................................................................24
B. Saran ...................................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak dilahirkan,setiap orang tumbuh dan berkembang menurut masa dan irama
perkembangan sediri-sendiri,membawa daya kemampuan kodratnya sendiri-sendiri,yang
ditumbuhkembangkan lingkungannya sendiri pula,sehinngga hasilnya merupakan suatu
yang kompleks dan unik. Keunikan yang disebabkan karena kompleksan dan uni yang
seakan-aan tidak seorangpun ada persamaan lain dalam hal apapun.

Semua manusia diciptakan dengan berbagai macam kelebihan dan kekurangan


masing-masing,karenanya tidak ada istilah manusia yang sempurna. Kelebihan maupun
kekurangan bisa terletak dari berbagai sisi,dimanapun manusia telah mempunyai hal ini
sejak dia dilahirkan ke dunia. Kekurangan dan kelebihan manusia karena pada dasarnya
manusia enggan disebut memiliki kekurangan melainkan mereka bangga jika dalam
dirinya terdapat banyak kelebihan.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai manusia yang beradab hendaklah


mempunyai sikap yang baik kepada semua. Hal yang penting didalam situasi ini adalah
memiliki kepribadian yang baik pula,tidak hanya itu juga kepribadian sangat menentukan
bagaimana kita menjalani hidup selanjutnya,intinya jika memiliki kepribadian yang
baik,maka kualitas kehidupan kita pn juga akan terbenahi.

Sebuah kepribadian sudah selayaknya memang dimiliki oleh semua orang,karena


semua orang mempunyai ciri khas masing-masing untuk membedakan dia dengan
manusia lainnya,tentu saja setiap orang ingin memunyai sebuah kepribadian yang baik
agar mereka bisa membawa dampak positif kepada diri mereka sendiri maupun orang
lain. Akan tetapi,bagaimanapun juga sebagai seorang manusia biasa pastilah memiliki
sebuah kkekuurangan yang tidak luput salah satunya yaitu sebuah kepribadia yang buruk
sebagai bumbu dalam kehidupan.

Kepribadian pada dasarnya bisa dibentuk sejak dini,orang tua dalam hal ini sangat
berpengaruh besar terhadap apa yang seharusnya dilakukan si anak agar kelak bisa
memiliki kepribadian yang baik. kepribadian yang baik juga harus dibiasakan sejak dini

4
karena jika pada awal tidak terbentuk maka anak tersebut akan sulit berkelakukan dan
berkepribadian baik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana bentuk pembinaan akidah kepada anak dari usia dua tahun sampai
baligh?
2. Bagiamana bentuk pembinaan ibadah kepada anak dari usia dua tahun sampai
baligh?
3. Bagaimana bentuk pembinaan kemasyarakatan kepada anak dari usia dua tahun
sampai baligh?
4. Bagaimana bentuk pembinaan moral kepada anak dari usia dua tahun sampai
baligh ?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui bentuk pembinaan akidah kepada anak dari usia dua tahun
sampai baligh.
2. Untuk mengetahui bentuk pembinaan ibadah kepada anak dari usia dua tahun
sampai baligh.
3. Untuk mengetahui bentuk pembinaan kemasyarakatan kepada anak dari usia dua
tahun sampai baligh.
4. Untuk mengetahui bentuk pembinaan moral kepada anak dari usia dua tahun
sampai baligh.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembinaan Akidah
Aqidah Islamiyah dengan enam pokok keimanan, yaitu beriman kepada Allah ‘azza
wa jalla, para malaikatnya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, beriman kepada hari akhir
dan beriman kepada qadha’ dan qadar yang baik maupun buruk, mempunyai keunikan
bahwa kesemuanya itu merupakan perkara yang ghaib.

Seseorang akan menghadapi kebingungan bagaimana ia mesti menyampaikannya


kepada anak dan bagaimana pula anak bisa berinteraksi dengan itu semua ? bagaimana
cara menjelasakan dan memaparkannya? Di hadapan pertanyaan ini atau pertanyaan
sejenis lainnya, kedua orangtua bisa kelabakan dan mencari tahu bagaimana caranya.
Akan tetapi melalui penelaahan terhadap cara Nabi shalallahu’alaihi wassalam dalam
bergaul dengan anak-anak, kita temukan ada lima pilar mendasar di dalam menananmkan
aqidah ini.

• Pendiktean kalimat tauhid kepada anak


• Mencintai Allah dan merasa diawasi oleh-Nya, memohon pertolongan
kepadaNya, serta beriman kepada qadha’ dan qadar.
• Mencintai Nabi dan keluarga beliau.
• Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak.
• Menanamkan aqidah yang kuat dan kerelaan berkorban karenanya.

a. Pendiktean kalimat tauhid kepada anak


Dari ibnu ‘Abbas bahwa Nabi shalallahu’alaihi wassalam bersabda, “Ajarkan kalimat
laailaha illallah kepada anak-anak kalian sebagai kalimat pertama dan tuntunkanlah
mereka mengucapkan kalimat laa ilaha illallah ketika menjelang mati.” (HR.
Hakim).Abdurrazaq meriwayatkan bahwa para sahabat menyukai untuk mengajarkan
kepada nak-anak mereka kalimat laa ilaha illallah sebagai kalimat yang pertama kali bisa
mereka ucapkan secara fasih sampai tujuh kali, sehingga kalimat ini menjadi yang
pertama-tama mereka ucapkan.

6
Ibnu Qayyim dalam kitab Ahkam Al-Maulud mengatakan, “Diawal waktu ketika
anak-anak mulai bisa bicara, hendaknya mendiktekan kepada mereka kalimat laa ilaha illa
llah muhammadurrasulullah, dan hendaknya sesuatu yang pertama kali didengar oleh
telinga mereka adalah laa ilaha illallah (mengenal Allah) dan mentauhidkan-Nya. Juga
diajarkan kepada mereka bahwa Allah bersemayam di atas singgasana-Nya yang
senantiasa melihat dan mendengar perkataaan mereka, senantiasa bersama mereka
dimanapun mereka berada.”

Oleh karena itu, wasiat Nabi shalallahu’alaihi wassalam kepada Mu’adz


radhiyallahu’anhu sebagimanan yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad, Ibnu Majah dan Bukhari dalam Adabul Mufrad, adalah, “Nafkahkanlah
keluargamu sesuai dengan kemampuanmu. Janganlah kamu angkat tongkatmu di hadapan
mereka dan tanamkanlah kepada mereka rasa takut kepada Allah.”

Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam sejak pertama kali mendapatkan risalah tidak


pernah mengecualikan anak-anak dari target dakwah beliau. Beliau berangkat menemui
Ali bin Ab Thalib yang ketika itu usianya belum genap sepuluh tahun. Beliu
shalallahu’alaihi wassalam mengajaknya untuk beriman, yang akhirnya ajakan itu
dipenuhinya. Ali bahkan menemani beliau dalam melaksanakan shalat secara sembunyi-
sembunyi di lembah Mekkah sehingga tidak diketahui oleh keluarga dan ayahnya
sekalipun.

Orang yang pertama-tama masuk Islam dari kalangan budak yang dimerdekakan
adalah Zaid bin Haritsah. Di bawa oleh paman Khadijah, yaitu Hakim bin Hizam dari
Syam sebagai tawanan, lalu ia diambil sebagai pembantu oleh Khadijah. Rasulullah
kemudian memintanya dari Khadijah lalu memerdekakannya dan mengadopsinya sebagai
anak dan mendidiknya ditengah-tengah mereka.

Demikianlah Rasulullah memulai dakwah beliau yang baru dalam menegakkan


masyarakat Islam yang baru dengan memfokuskan perhatian terhadap anak-anak dengan
cara memberikan proteksi dengan menyeru dan dengan mendo’akan sehingga akhirnya si
anak ini (Ali bin Abi Thalib) kelak memperoleh kemuliaan sebagai tameng Rasulullah
shalallahu’alaihi wassalam dengan tidur di rumah beliau pada malam hijrah ke Madinah.

Ini merupakan buah pendidikan yang ditanamkan nabi kepada anak-anak yang sedang
tumbuh berkembang agar menjadi pemimpin-pemimpin dimasa depan dan menjadi
pendiri masyarakat Islam yang baru.

7
b. Mencintai Allah SWT dan merasa diawasi Allah, memohon pertolongan
kepadanya serta beriman kepada Qodha dan Qodhar
Setiap anak mempunyai persoalan, baik berkaitan dengan kejiwaan, sosial, ekonomi
maupun sekolah. Persoalan yang dihadapi masing-masing anak berbeda satu dengan yang
lainnya. Cara menghadapi dan menyelesaikan persoalan juga berbeda antara satu anak
dengan yang lainnya. Lalu bagaimana sebaiknya, anak itu harus menyelesaikan
masalahnya?

Jawabannya adalah dengan menanamkan kecintaan kepada Allah SWT, memohon


pertolongan kepada-Nya, merasa diawasi dan beriman kepada qadha dan qadar. Dalilnya
sebagaimana berikut:

ُ ‫ فَقَا َل «يَا‬، ‫سلَّ َم يَ ْو ًما‬


‫غ ََل ُم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫ف ال َّن ِبي‬ َ ‫ ُك ْنتُ خ َْل‬: ‫ي هللاُ َع ْن ُه َما قَا َل‬
َ ‫ض‬
ِ ‫َّاس َر‬ ِ ‫َع ْن أ َ ِبي ْال َعب‬
ِ ‫َّاس َع ْب ِد هللاِ ب ِْن َعب‬
.ِ‫ َو ِإذَا ا ْستَ َع ْنتَ َفا ْستَـ ِع ْن ِباهلل‬، َ‫سأ َ ْلتَ فَا ْسأ َ ِل هللا‬
َ ‫ ِإذَا‬، َ‫ اِحْ َف ِظ هللاَ ت َِجدْهُ ت ُ َجاهَك‬، َ‫ظك‬ ْ َ‫هللا َيحْ ف‬
َ ‫ اِحْ فَ ِظ‬: ‫ت‬ ٍ ‫! ِإنِي أ ُ َع ِل ُمكَ َك ِل َما‬
‫ َو ِإ ِن اجْ ت َ َمعُ ْوا َعلَى أَ ْن‬، َ‫ش ْيءٍ قَدْ َكتَ َبهُ هللاُ لَك‬ َ ‫لى أ َ ْن َي ْنفَ ُعوكَ ِب‬
َ ‫ش ْيءٍ ؛ لَ ْم َي ْنفَعُ ْوكَ ِإ ََّّل ِب‬ َ ‫ت َع‬ ْ ‫َوا ْعلَ ْم أ َ َّن ْاْل ُ َّمةَ لَ ِواجْ ت َ َم َع‬
: ‫ َوقَا َل‬، ‫ي‬ ُّ ‫ َر َواهُ التِ ْر ِم ِذ‬.»‫ف‬ُ ‫ص ُح‬ُّ ‫ت ال‬ ِ َّ‫ت ْاْل َ ْق ََل ُم َو َجف‬
ِ ‫ ُرفِ َع‬، َ‫ش ْيءٍ قَدْ َكتَبَهُ هللاُ َعلَيْك‬ َ ِ‫ش ْيءٍ ؛ لَ ْم يَض ُُّر ْوكَ إِ ََّّل ب‬ َ ِ‫ض ُّر ْوكَ ب‬ ُ َ‫ي‬
ِ ‫َاء يَ ْع ِر ْفكَ فِي‬
َّ‫الشد‬ ِ ‫الرخ‬ َّ ‫ف إِلَى هللاِ فِي‬ ْ ‫ تَعَ َّر‬، َ‫ «اِحْ فَ ِظ هللاَ ت َِج ْدهُ أ َ َما َمك‬: ِ ‫ َوفِي ِر َوايَ ٍة َغي ِْر التِ ْر ِمذِي‬.‫ص ِحيِ ٌح‬ َ ‫س ٌن‬ َ ‫ْث َح‬ ٌ ‫َح ِدي‬
‫ َوأ َ َّن ْالفَ َر َج َم َع‬،‫صب ِْر‬
َّ ‫ص َر َم َع ال‬ْ ‫ َوا ْع َل ْم أ َ َّن ال َّن‬، َ‫صابَكَ ؛ لَ ْم يَ ُك ْن ِلي ُْخ ِطئَك‬َ َ ‫ َو َما أ‬، َ‫ُص ْيبَك‬ ِ ‫طأَكَ ؛ لَ ْم يَ ُك ْن ِلي‬
َ ‫ َوا ْعلَ ْم أ َ َّن َماأ َ ْخ‬.ِ‫ة‬
.»‫ َوأ َ َّن َم َع ْالعُس ِْر يُس ًْرا‬، ‫ب‬ ِ ‫الك َْر‬

Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma berkata, “Pada suatu
hari, aku pernah dibonceng di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau
bersabda, ‘Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat:
‘Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan
mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau memohon (meminta), mohonlah kepada
Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah.
Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat
kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan
sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk
menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat
menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah
tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.’” [HR. at-
Tirmidzi, dan ia berkata, “Hadits ini hasan shahîh”].

Dalam riwayat selain at-Tirmidzi disebutkan, “Jagalah Allah, maka engkau akan
mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan
mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan

8
menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa
pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama
kesulitan ada kemudahan.”

Jika seorang anak telah manghafal hadits ini dan memahaminya dengan baik, maka
ia tidak akan mendapatkan kendala di hadapannya dan tidak akan mendapatkan
sandungan dalam menjalani seluruh kehidupannya.

Hadits ini mempunyai kekuatan yang ampuh dalam memecahkan persoalan anak.
Hadits ini mempunyai kemampuan dalam mendorong anak menuju ke depan dengan cara
meminta pertolongan kepada Allah SWT, selalu merasa di awasi oleh Allah, serta melalui
keimanan kepada qadha dan qadar. Anak-anak para sahabat menerima bimbingan ini
langsung dari Rasulullah saw . Mereka memohon pertolongan kepada Allah ketika
mendapatkan bencana dan mereka berkeyakinan tidak ada daya dan upaya dan kekuatan
kecuali bantuan dari Allah SWT. Mereka yakin bahwa kelapangan itu senantiasa
menyertai kesempitan dan kemudahan itu menyerati kesulitan. Marilah kita lihat kisah
berikut ini

Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa Auf bin Malik Al-Asyja’I menghadap
Rasulullah saw dan berkata, “Anakku ditawan oleh musuh dan ibunya sangat gelisah.
Apa yang engkau perintahkan kepadaku? Rasulullah saw bersabda, “Aku perintahkanmu
dan isterimu mempebanyak ucapan Laa Haula Walaa Quwwata Illa Billah.” Isterinya
berkata, “Alangkah baiknya apa yang diperintahkan Rasulullah saw kepadamu.”

Diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad bahwa salah seorang pemdua dari kalangan
Anshar merasa takut sekali terhadap api neraka. Dia selalu menangis saat disebutkan api
neraka, seakan api neraka itu ada di rumahnya. Kejadian tersebut diceritakan kepada
Nabi saw, lalu beliau mendatangi rumahnya. Ketika beliau masuk ke rumahnya, pemuda
memeluk Nabi dan tak lama kemudian dia tersungkur dan meninggal. Nabi saw kemudian
bersabda, “Siapkanlah segala sesuatu untuk mengurus mayatnya karena dia telah
meninggal.” (HR Hakim)

Ini merupakan contoh lain dari perhatian kaum salaf dalam menancpkan keimanan
dan kemanisan iman di dalam hati. Yaitu dengan menanamkan keyakinan yang kuat
tentang qadha dan qadar. Di sini kita bisa melihat kesungguhan salafus shaleh dalam
memberikan bimbingan kepada anak- anak mereka sekalipun dalam kondisi menyulitkan
menjelang ajal.

9
c. Mencintai Rasulullah dan Keluarganya
Pada usia ini, yaitu usia 0-2 tahun suri teladan memiliki peranan sangat penting.
Sebagai contoh, yaitu di saat anak mendengar orang tuanya bershalawat atas
Rasulullahsaw, mendengarkan orang lain membacanya, atau ketika melihat keduanya
duduk bersama-sama sambil membaca shalawat atas Nabi oada hari kamis dan jumat.
Kebiasaan si anak dengan hal tersebut dan mudahnya dia mendengarkannya sejak dini,
termasuk sarana yang bisa memperlancamya mencintai Rasulullah setelah dewasa.
Selanjutnya, pada usia 3-6 tahun anak sangat senang mendengarkan kisah-kisah. Sangat
tepat sekali kiranya, jika kita menceritakan kepadanya bahwa rasulullah adalah utusan
Allah yang menunjukan dan memberitahu kita perbedaan antara kebaikandengan
keburukan lewat bahasa yang sederhana dan mampu membnangkitkan kerinduannya.

Relevansi konsep cmta kepada Rasulullah saw terhadap pembentukan kepribadian


anak dalam perspektif Islam yaitu masa kanak-kanak di usia awal merupakan saat
terpenting dalam membangun kepribadian seorang manusia. Jika kita ingin mendidik
generasi muslim dengan kecintaan terhadap Allah swt dan Rasul-Nya, kita harus
memulainya semenjak dini. Sehingga kaitannya, konsep cinta kepada rasulullah saw
terhadap pembentukan kepribadian anak dalam perspektif Islam yaitu jika seorang anak
terbiasa mencintai Rasulullah saw sejak kecil, hal itu akan mempermudah diterima
olehnya setelah besar. Kebiasaaan anak terhadap sesuatu di masa pertumbuhan, akan
menjadikan dirinya bertabi'at dengannya, demikian pula sebaliknya. Karena itu, jika
kecintaan kepada Rasulullah saw tidak dibiasakan semenjak kecil, maka pengajaran-nya
pun akan menjadi sulit setelah dia besar.

d. Mengajarkan Al-Qur'an Sejak Dini


Mempelajari dan Mengajarkan Al-Qur’an adalah hal yang sama pentingnya dilakukan
oleh umat Islam, para sahabat diantaranya Sa’ad bin Abi Waqqas radhyallahu an’hu
selalu mengajarkan anak-anaknya tentang peperangan Rasulullah S.A.W. sebagaimana
dia mengajarkan anak-anaknya Al-Qur’an setiap harinya.

“Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.”
(Q.S. Al-Isra': 9).

Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Bacalah Al-Qur’an,
karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para pembacanya di hari
kiamat.”(H.R. Muslim). Rasa cinta pada Al-Qur’an ini mesti ditumbuhkan lebih dulu

10
kepada anak sebelum kita mengajarkan hafalan ayat-ayat Al-Qur’an kepada mereka.
Sebab menghafal Al-Qur’an tanpa rasa cinta kepada kitab suci itu takkan menghasilkan
kebaikan apapun. Para ulama dan Salafus Salih juga menganjurkan betapa pentingnya
mempelajari Al-Qur’an semenjak kecil, di antaranya adalah : Imam Al-Ghazali dalam
kitab “Ihya Ulum Al-Din” menyebutkan pentingnya mengajarkan anak-anak Al-Qur’an,
Hadis-hadis Rasul, Kisah-kisah orang saleh, dan beberapa hukum agama dasar. Ibnu
Khaldun dalam Al Muakddimah menyebutkan pentingnya mempelajari Al-Qur’an
semenjak kecil sebagai syiar agama agar dapat menguatkan akidah dan keimanannya.Ibnu
Sina dalam kitabnya As- Siyasah menegaskan pentingnya mempelajari Al-Qur’an dari
kecil untuk dapat memperkuat kualitas bahasa Arabnya yang orisinil dan menanamkan
didalam dirinya tanda-tanda keimanan.

e. Menanamkan akhidah yang kuat dan kerelaan berkorban demi sebuah


keyakinan
Anak usia belia atau usia dini merupakan saat terpenting untuk penanaman pondasi
akidah karena saat itu fitrah anak masih bersih. Inilah tanggung jawab ayah ibunya dan
para guru agar anak tumbuh di atas fitrahnya yang lurus. Akidah merupakan kunci
kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat . Para nabi dan rasul pun telah
menyeru kepada anak pada akidah yang lurus dengan menanamkan pemahaman akidah
sejak dini. Seperti diungkap pada firman Allah Ta'ala :

‫صى‬ َّ ِ‫ّللاَ إِ َّن بَن‬


َّ ‫ي يَا َويَ ْعقوب بَ ِني ِه إِب َْراهِيم بِ َها َو َو‬ َّ ‫طفَى‬ ْ ‫“ م ْس ِلمونَ َوأَ ْنت ْم إِ َّّل ت َموت َّن فَ َل الدِينَ لَكم ا‬
َ ‫ص‬

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula
Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama
ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.” (QS. Al-
Baqarah : 132) Akidah yang lurus ini didasarkan pada akidah islamiyah dengan enam
pokok keimanan (rukum iman). Dinukil dari pendapat Muhammad Nur Abdul Hafizh
Suwaid dalam kitab 'Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah lit-Thift', dijelaskan, cara
penanaman akidah kepada anak ini menurut cara Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
dilakukan pada lima pilar mendasar.

Aqidah yang kuat dan tertanam dalam jiwa seseorang merupakan hal terpenting dalam
perkembangan pendidikan anak. Salah satu sarana yang bisa menguatkan aqidah adalah
ketika anak telah memiliki nilai pengorbanan dalam diri demi membela aqidah yang ia
yakini kebenarannya, maka semakin kuat nilai pengorbanannya, akan semakin kokoh pula

11
aqidah yang ia miliki. Pada saat aqidah serta keyakinan akan kebenaran Islam sudah
tertanam kuat maka dalam diri anak akan timbul keyakinan yang kuat dalam
mepertahankan kebenaran. Ia akan marah apabila agamanya dihina dan dilecehkan.
Menanamkan nilai aqidah bertujuan agar anak merasa yakin akan kebenaran Islam dan
bangga terhadap agamanya, sehingga ia akan memiliki kepribadian yang kuat atas dasar
keyakinan agama yang dimilikinya.

B. Pembinaan Ibadah

a. Sholat
Rasulullah SAW telah menyampaikan bahwa usai mengajarkan anak belajar agama
(sholat) ketika sudah tujuh tahun. Jika belum genap tujuh tahun anak tidak boleh
dituntut untuk bisa belajaran agama kecuali hanya memperkenalkannya. "Karena pada
usia inilah anak sudah mampu menerima perintah atau sudah paham menerima
perintah yang disebut dengan istilah mumayyiz. Karena di usia ini kritis dan cerdas,"
kata Dr H Abdul Majid Khon dalam bukunya "Hadis Tarbawi. Hadis-Hadis
Pendidikan".

Demikian juga pada usia ini, kata Abdul, anak didik diperkirakan sudah mampu
belajar sholat dengan baik, sudah mulai mengenal bacaan dan gerakan gerakan
sholatdengan baik. Kalau pada usia sebelumnya anak hanya ikut-ikutan, pada usia ini
sudah mulai mampu belajar sholat dengan baik. "Usia secara kebetulan sama dengan
usia anak sekolah dipedomani dalam penerimaan masuk sekolah formal di sekolah
tingkat dasar titik konsekuensinya anak yang telah mampu belajar sholat dengan baik
berarti pula ia telah menerima hukuman jika meninggalkannya.

Tugas belajar mengajar adalah tugas suci dan tugas kewajiban bagi semua orang.
Orang yang belum tahu ilmu tugasnya wajib mencari atau belajar dari orang berilmu
dan tugas orang berilmu adalah mengajarkan ilmunya kepada orang yang belum
tahu.

Singkatnya, kata Abdul orang yang belum tahu wajib belajar dan orang yang sudah
tahu wajib mengajar. Guru dan murid harus ada kerjasama yang baik dalam mencapai
tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dengan metode pendekatan dan model yang
relavan.

12
Anak-anak sejak usia empat tahun atau lima tahun sudah diajak orang tuanya
melaksanakan sholatbersama-sama. Anak-anak melakukannya walaupun dengan cara
ikut-ikutan atau menirukan gerakan-gerakan sholat.

Anak pada usia ini, kata Abdul, sekadar ikut-ikutan, belum melakukannya secara
baik, baik gerakan-gerakannya maupun bacaannya. Anak-anak kadang mau
melakukannya dan kadang-kadang tidak mau melakukannya. "Nah setelah usia anak
mencapai tujuh tahun perintah orang tua hendaknya secara tegas tidak seperti pada
saat usia dibawah tujuh tahun," katanya.

b. Membawa Anak ke Masjid


Setiap orang tua, tentunya menginginkan anaknya menjadi anak yang shalih dan
penyejuk pandangan orang tuanya. Diantara upaya yang mereka lakukan adalah
mengajarkan ibadah shalat kepada anaknya. Termasuk mengajarkan anak-anak
untuk shalat di masjid. Namun perlu di ketahui bahwa membawa anak-anak ke
masjid pun ada fikih yang perlu dipahami.

1. Membawa Anak ke Masjid Hendaknya Diniatkan untuk Melatih Shalat


Dari kakeknya Amr bin Syu’aib, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫صلَةِ أَ ْوّلَدَك ْم مروا‬


َّ ‫سبْعِ أَ ْبنَاء َوه ْم ِبال‬
َ َ‫ ِسنِين‬، ‫ ِسنِينَ َع ْش ِر أ َ ْبنَاء َوه ْم َعلَ ْي َها َواض ِْربوه ْم‬، ‫بَ ْينَه ْم َوفَ ِرقوا‬
‫اجعِ ِفي‬
ِ ‫ض‬َ ‫ْال َم‬

“Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat ketika usianya 7 tahun. Dan


pukullah mereka ketika usianya 10 tahun. Dan pisahkanlah tempat tidurnya” (HR.
Abu Daud no. 495, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Syaikh Ibnu Baz rahimahullah mengatakan:

‫فأعلى سب ًعا الولد بلغ إذا المساجد إلى باألوّلد الذهاب يشرع بل يستحب‬، ‫عشرا؛ بلغ إذا عليها ويضرب‬
ً
‫المسلمين إخوانه مع واعتادها الصلة عرف قد هو فإذا بلغ إذا حتى الصلة ويعلم للصلة يتأهل بذلك ألنه‬

“Dianjurkan bahkan disyariatkan untuk membawa anak-anak ke masjid, jiak


usia mereka 7 tahun atau lebih. Dan boleh dipukul jika usianya 10 tahun. Karena
dengan membawanya ke masjid, ia akan terbiasa shalat dan mengetahui cara shalat.
Sehingga ketika ia baligh, ia sudah paham cara shalat dan terbiasa shalat bersama
saudaranya dari kaum Muslimin”

13
2. Ketika Anak-Anak Belum Layak di Bawa ke Masjid, Silakan Ajarkan
Shalat di Rumah
Syaikh Ibnu Al Utsaimin rahimahullah mengatakan:

‫المسجد في وركض صياح األطفال من يحدث كان وإذا‬، ‫المصلين على تشوش وحركات‬، ‫يحل ّل فإنه‬
‫المساجد في إحضارهم ألوليائهم‬، ‫بهم بالخروج أمروا الحال هذه في أحضروهم فإن‬، ‫في معهم أمهاتهم وتبقى‬
‫المسجد إلى حضورها من لها خير المرأة وبيت البيوت‬

“Jika anak-anak teriak-teriak di masjid, atau banyak bergerak yang membuat


bising orang-orang yang shalat, maka tidak halal bagi para walinya untuk membawa
mereka ke masjid. Jika ini terjadi, maka mereka (para wali) diperintahkan untuk
mengeluarkan anak-anak mereka dari masjid (dengan membatalkan shalat) dan
menyerahkan anak-anak mereka kepada ibunya untuk shalat di rumah bersama
ibunya. Dan wanita lebih utama shalat di rumah” (Majmu’ Al Fatawa war Rasail,
13/18).

3. Jika Membawa Anak-Anak ke Masjid, Posisikan di Sebelah Anda Ketika


Shalat
Tujuannya agar anda bisa memberikan peringatan kepada anak-anak ketika
mereka berulah. Yaitu dengan isyarat tangan atau gerakan-gerakan yang sedikit
sehingga mereka paham bahwa mereka diminta untuk tenang. Gerakan-gerakan ini
tidak membatalkan shalat.

Syaikh Abdul Mushin Al Abbad mengatakan: “Gerakan yang memang


dibutuhkan itu tidak mengapa. Semisal yang dilakukan oleh
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menggeser Jabir dari sisi kiri ke sisi kanan
(ketika shalat jama’ah), lalu mengeser orang yang datang berikutnya hingga persis di
belakang beliau. Ini gerakan yang beliau lakukan ketika shalat, dan tidak mengapa
melakukannya.

Dan tidak ada batasan tertentu dalam hal ini, semisal perkataan seseorang: ‘jika
melakukan hal begini atau begitu maka shalat batal’. Akan tetapi kaidahnya adalah
gerakan yang banyak sekali dan membuat ia tidak fokus dalam shalatnya, maka
inilah yang membatalkan shalat. Karena jika ini terjadi maknanya orang yang shalat
tadi tidaklah tenang dalam shalatnya. Adapun pembatasan dengan 3 gerakan,
sebagaimana dikatakan sebagian ulama, maka ini tidak didasari dalil”.

14
c. Puasa
Secara umum, puasa merupakan salah satu kegiatan yang dinilai sebagai
kegiatan sukarela yang dilaksanakan dengan cara menahan diri dari makanan,
minuman atau juga bisa keduanya, perilaku buruk, dan semua hal yang memiliki
potensi untuk membatalkan puasa tersebut selama masih dalam periode pelaksanaan
puasa tersebut.

Puasa yang murni biasanya dilakukan dengan menahan diri untuk makan dan
minum dalam kurun waktu tertentu, umumnya puasa dilaksanakan dalam kurun
waktu satu hari atau selama 24 jam, atau juga bisa beberapa hari. Lamanya periode
puasa ini bergantung pada ketentuan puasa.

dealnya, anak kecil yang sudah berada di usia 5 tahun ke atas sudah bisa
diajarkan berpuasa. Namun, tak sedikit pula orangtua yang melatih anaknya
berpuasa meski usianya masih di bawah 5 tahun. Tentunya dengan memerhatikan
beberapa hal sebelumnya ya, Ma!

Pertama adalah pastikan anak tetap terhidrasi. Orang dewasa saat berpuasa jauh
lebih kuat dibanding anak-anak, untuk itu pastikan si Kecil agar tidak dehidrasi dan
ajarkan mereka berpuasa semampunya.

Selain tetap menjaga tubuhnya terhidrasi dengan baik, pastikan juga asupan
nutrisi anak terpenuhi, Misalnya dengan memberikan makanan sahur dan berbuka
yang sehat dan bergizi agar tumbuh kembang anak tetap berjalan secara optimal.

Setelah itu, pastikan kondisi tubuh si Kecil fit dan siap mengikuti ibadah puasa.
Dengan begitu anak pun akan menjalani puasa dengan penuh suka cita dan terbiasa
melakukannya hingga besar nanti.

d. Zakat
Salah satu kewajiban umat muslim adalah membayar Zakat. Zakat adalah
ibadah yang tercantum di dalam rukun islam. Bagi setiap muslim yang memiliki
finansial yang stabil, atau mampu, wajib baginya untuk membayar zakat kepada
orang yang membutuhkan. Zakat adalah ibadah yang memiliki tujuan untuk
membantu orang-orang yang kurang mampu. Dalam Al-Quran, Zakat disebutkan
beberapa kali.

15
Zakat adalah sebuah praktik ibadah di mana orang Islam memberikan 2,5%
dari hartanya untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan. Saat ini, di
sebagian besar negara yang bermayoritas umat Islam, memberikan zakat bersifat
sukarela, namun ada juga beberapa negara yang zakat nya diurus juga oleh
pemerintah. Di negara seperti Inggris misalnya, orang-orang Islam di sana
membayarkan zakat dengan memberikannya langsung ke badan amal.

Zakat diartikan sebagai suatu konsepsi ajaran Islam yang mendorong orang
muslim untuk mengasihi sesama, mewujudkan keadilan sosial serta berbagai dan
mendayakan masyarakat, selanjutnya untuk mengentaskan kemiskinan. Pelajari
lebih jauh mengenai zakat dalam buku Keutamaan Zakat, Infak, Sedekah.

Di dalam Al-Quran juga dijelaskan bahwa zakat adalah hal yang wajib bagi
umat muslim yang mampu secara finansial. Menunaikan zakat dilakukan demi
keselamatan dunia dan akhirat. Umat Islam mempercayai bahwa memberi zakat
dapat mendapatkan pahala sedangkan jika mengabaikan untuk memberi zakat
akan mendapat dosa.

e. Haji
Haji adalah mengunjungi Baitullah (Ka’bah) di Mekah untuk melakukan amal
ibadah tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula. Ibadah Haji merupakan salah
satu dari rukun Islam. yakni pada rukun yang kelima yang wajib dikerjakan bagi
setiap muslim, baik itu laki-laki maupun perempuan yang mampu dan telah
memenuhi syarat. Orang yang melakukan ibadah haji wajib memenuhi ketentuan-
ketentuannya. Ketentuan haji selain pengertian haji diatas, juga syarat haji, rukun
haji, wajib haji, larangan haji, tata cara haji, serta sunnah-sunnah haji.

Menunaikan ibadah haji diwajibkan atas setiap muslim yang mampu


mengerjakannya dan seumur hidup sekali. Bagi mereka yang mengerjakan haji
lebih dari satu, hukumnya sunah. Allah SWT. berfirman dalam Surah Ali Imran
Ayat 97 yaitu:

Artinya:

….Dan (diantara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan


ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan
perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji maka ketahuilah

16
bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh Alam. (Q.S. Ali
Imran/3:97).

C. Pembinaan Kemasyarakatan

a. Membiasakan anak mengucapkan Salam

Anak perlu dilatih dan dibiasakan untuk mengucap salam pada orang-orang
yang ditemuinya. Mengutip buku Bringing Up Bébé, di Prancis ada empat kata
ajaib: s'il vous plaît (tolong), merci (terima kasih), bonjour (halo) dan au
revoir (selamat tinggal). Anak-anak sejak kecil sudah dibiasakan untuk mengatakan
empat kata tersebut. Kata tolong dan terima kasih saja ternyata tidak cukup.
Kata bonjour dan au revoir memiliki peran yang sangat penting untuk diucapkan oleh
anak dan membuatnya terbiasa mengucapkan salam.

Melatih dan membiasakan anak untuk menyapa dan memberi salam sama
pentingnya dengan mengajari anak untuk terbiasa mengucapkan kata maaf dan terima
kasih. Ketika anak sudah dibiasakan melakukan kebiasaan dan perilaku positif sejak
dini, maka ke depannya ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

b. Menjenguk anak yang sakit

Agama Islam mengajarkan agar manusia selalu bersabar dan bersyukur dalam
kondisi serta situasi apapun. Meskipun dalam kondisi sakit, manusia harus tetap
bersabar sambil berusaha untuk sembuh. Rasulullah Muhammad SAW pernah
menyampaikan kabar gembira kepada orang yang sakit dan beriman kepada Allah
SWT serta Rasul-Nya.

Dalam kitab Sunan Tirmidzi diceritakan Rasulullah SAW mengatakan bahwa


Allah SWT akan menghapus satu kesalahan orang yang sakit.

‫شةَ َع ْن‬
َ ‫ت َعا ِئ‬ ْ ‫س ِم ْعت قَا َل‬ َّ ‫صلَّى‬
َ : ‫ّللاِ َرسو َل‬ َّ ‫سلَّ َم َعلَ ْي ِه‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫ َيقول َو‬: ‫َّإّل فوقَها فما شوكة المؤمنَ يصيب ّل‬
‫ط درجةً بها للا رفعه‬ َّ ‫خطيئةً بها عنه وح‬

Aisyah berkata, “Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada orang Mukmin yang
tertusuk duri atau yang lebih sakit dari itu melainkan Allah mengangkatnya satu
derajat dan menghapus darinya satu kesalahan (dosa)." (HR Tirmidzi).

17
‫ هريرة وأبي سعيد أبي ن‬-‫عنهما للا رضي‬- ‫قال ﷺ النبي عن‬: ‫صب من المسلم يصيب ما‬
َ َ‫ن‬، ‫وّل‬
‫صب‬
َ ‫و‬،
َ ‫هم وّل‬، ‫حزن وّل‬، ‫أذى وّل‬، ‫غم وّل‬، ‫خطاياه من بها للا كفر إّل يشاكها الشوكة حتى‬

Abu Sa'id bin Al-Khudri dan Abu Hurairah RA berkata, “Rasulullah SAW
bersabda: “Orang mukmin yang ditimpa kepayahan, kesedihan atau sakit yang terus-
menerus sampai kepada kesengsaraan yang menyusahkan, maka Allah akan
menghapus kejelekan-kejelekannya dengannya." (HR Tirmidzi).

Hadits yang berkaitan dengan ini juga terdapat dalam kitab Sunan Tirmidzi.
Dalam hadits tersebut dijelaskan pahala bagi seorang Muslim yang menjenguk
Muslim lainnya yang sedang sakit.

َّ ‫ال َجنَّ ِة خ ْرفَ ِة في يَزَ ْل لَ ْم الم ْس ِل َم أخاه عادَ إذا الم ْس ِل َم‬
‫إن‬

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya ketika seorang Muslim menjenguk


(berkunjung) saudaranya yang Muslim, maka ia senantiasa memetik buah-buahan di
surga." (HR Tirmidzi).

c. Memilih Teman yang Baik untuk Anak

Ketika anak mulai memasuki fase mengenal teman sebayanya, maka orang tua
harus benar-benar memperhatikan. Sebab peran orang tua sangat dibutuhkan dalam
fase tersebut agar anak tak salah memilih teman.

Memang, sebagai orang tua tak bisa sepenuhnya menentukan dengan siapa
anak harus berteman. Namun, orang tua bisa mengarahkan anak untuk bisa memilih
dan mendapatkab teman yang baik.

- Menyarankan Anak agar Memilih Teman yang Memiliki Hobi Sama


Orang tua harus paham, ketertarikan dalam hal yang sama akan membuat anak
memiliki ikatan dengan temannya. Oleh karena itu, beri arahan kepada anak agar ia
memilih teman yang hobinya sama. Kenapa? Selain lebih sefrekuensi ketika diajak
berinteraksi, berteman dengan teman yang memiliki hobi sama, membuat anak dapat
saling bertukar pandangan. Bahkan, bisa juga untuk menjadi pemicu semangat
keduanya dalam berkreativitas.

- Beri Pengertian Tentang Teman yang Mau Menerima Kondisi Anak


Sebagai orang tua tentu merasa was-was dan tidak mau keberadaan anak di
sekitar teman-temannya hanya untuk dimanfaatkan saja. Nah, maka penting bagi

18
orang tua untuk memberi arahan dan pengertian kepada anak. Jelaskan pada mereka
bahwa teman yang baik adalah teman yang mau menerima segala kondisi temannya.
Tidak hanya datang atau muncul saat salah satu orang merasa butuh dan akan pergi
jika tidak lagi dibutuhkan.

- Tekankan Bahwa Tidak Ada Kekerasan dalam Sebuah Pertemanan


Teman yang baik tidak akan menyakiti teman lainnya, baik secara fisik
maupun psikis. Jelaskan mengenai hal tersebut kepada anak dengan bahasa yang
mudah dicerna. Hal ini sangat penting ditekankan oleh para orang tua agar anak
terhindar dari perilaku kekesaran dari teman-temannya. Ini juga sangat berguna untuk
menghindari tindak bullying baik secara fisik maupun verbal.

d. Melatih Anak Berdagang

Anak mudah menyerap berbagai ilmu yang kita ajarkan dan dari orang-orang
di sekitarnya di masa-masa tumbuh dan kembang mereka. Sebagai orang tua, kita
punya peranan penting dan besar dalam mengembangkan pemahaman anak untuk
bekal kesuksesannya di masa depan.

Sebagian besar orang tua ada yang berfokus kepada pendidikan anak di
sekolah, dan menganggap banyak ilmu lain yang tidak perlu, misalnya seperti
keuangan dan bisnis. Padahal, kita juga bisa melakukan cara melatih anak
berbisnis melalui pengajaran sederhana.

Manfaat melatih anak berbisnis berikutnya adalah membuat anak tumbuh


menjadi pribadi yang solutif. Setiap usaha pasti memiliki tantangan masing-masing,
namun jangan sampai kita yang selalu menyelesaikan masalahnya. Berikan
kesempatan pada anak-anak untuk mengatasi masalah tersebut. Anak juga terlatih
untuk melihat dari berbagai sudut pandang dan mengidentifikasi berbagai solusi untuk
masalah. Bisa jadi, cara yang mereka pakai dalam mengatasi masalah tidak pernah
dipertimbangkan oleh beberapa orang dewasa.

Dengan melatih anak berbisnis, mereka belajar bahwa satu keberhasilan tidak
akan menjamin keberhasilan-keberhasilan setelahnya. Oleh karena itu, anak tidak
boleh menjadi pribadi yang mudah puas. Ajarkan pada anak untuk tidak mudah puas
dan terus belajar untuk memberdayakan diri, meningkatkan kualitas, dan
memperbaiki produknya.

19
e . Contoh kongkrit tentang kehidupan sosial rasulullah dengan anak-anak

Rasulullah SAW telah memberikan teladan tentang kasih sayang kepada anak-
anak. Bahkan, Nabi akhir zaman itu dijuluki sebagai bapak para anak yatim. Banyak
kisah yang menggambarkan besarnya kecintaan beliau kepada anak-anak. Suatu hari,
Rasulullah harus memendekkan bacaan shalatnya ketika mendengar anak menangis.
Nabi SAW juga pernah mengangkat anak yang jatuh di dekatnya ketika sedang
khotbah.

Rasulullah pun selalu menghibur dan menggembirakan hati anak-anak. Bila


datang seseorang membawa bingkisan berupa buah-buahan, maka yang pertama
diberinya adalah anak-anak kecil yang kebetulan ada di majelis itu.

Jabir bin Samurah, sahabat Nabi Muhammad SAW, mengatakan bahwa


Rasulullah suka mengusap kepala anak-anak. Suatu ketika, dirinya pernah shalat
bersama Rasulullah pada shalat Dhuhur. Seusai shalat, Rasulullah keluar ke tempat
keluarganya, dia pun keluar bersama Rasulullah. Rasulullah tampak menciumi anak-
anaknya dan mengusap kedua pipi mereka satu persatu.

Menyayangi anak adalah perintah agama, karena Islam banyak mengajarkan


kasih sayang kepada siapapun. Rasulullah SAW telah mencontohkan bagaimana cara
menyayangi anak, seperti menciumnya, lemah lembut, belas kasihan, menahan marah
dan memaafkan anak-anak. Allah akan mencabut sifat belas kasih apabila orangtua
tidak menyayangi anak. Dengan demikian, orangtua harus menyayangi anak, agar
tumbuh rasa kasih sayang itu.

D. Pembinaan Moral / Pendidikan akhlak


a. Adab dan Sopan Santun
Salah satu kewajiban orangtua dalam mendidik anak adalah dengan mengajarkan
adab dan sopan santun sejak dini. Mengapa sejak dini? Karena adab dan sopan santun
adalah hal yang harus ditumbuhkan dan dibiasakan sejak kecil, dimana anak masih
dapat kita bentuk menjadi pribadi yang berakhlak baik dan berbudi pekerti. Sesuatu
yang dibiasakan sejak kecil, insya Allah akan lebih tertanam kuat dalam diri seorang
anak. Daripada ketika kita baru menanamkan adab dan sopan santun itu setelah
mereka besar, sedangkan mereka terbiasa hidup dengan semaunya.

20
Keteladanan orangtua adalah kuncinya. Anak-anak tidak akan belajar kecuali dari
apa yang mereka lihat dan mereka dengar dari orangtua mereka. Mereka menyerap
setiap kata yang kita ucapkan. Mereka meniru setiap gerak yang kita lakukan.
Bagaimana mereka terbentuk adalah cerminan dari perbuatan kita sendiri.

b. Perilaku Jujur
Mengajari anak untuk menjadi pribadi yang jujur, tidak menipu, dan mencuri,
adalah tanggung jawab orang tua. Namun, tidak semua orang tua mampu mendidik
anaknya dengan baik. Sebab, beberapa orang tua mungkin percaya, ketika sang anak
berbohong, maka harus mendapat hukuman yang setimpal agar tidak mengulangi
perbuatannya. Seringkali, orang tua melakukan kesalahan fatal dengan melakukan
ancaman atau tuduhan atas perbuatan sang anak. Namun, tanpa disadari, jika orang
tua terlalu keras dalam menghukum, maka hal itu akan melatih anak berbohong
karena merasa takut untuk mengatakan yang sebenarnya.

Secara garis besar, anak kecil dapat memahami bahwa berbohong itu salah,
namun tidak banyak orang tua yang mengetahui bahwa usia anak sangat
mempengaruhi kematangan secara emosi dalam memandang: apakah ia perlu
berbohong dan mengaku salah atau tidak? Untuk itu, kematangan emosi anak pun
memengaruhi interaksi sosialnya.

Dalam penelitian jurnal Science Direct, anak berusia (4-9 tahun) cenderung
berperilaku senang mendengar cerita tentang protagonis, melakukan pelanggaran,
gagal mengungkapkan kesalahan, berbohong dan mengaku kesalahan. Selanjutnya,
anak berusia (4-5 tahun) berperilaku membuat perasaan positif terhadap pelanggaran
yang mementingkan diri sendiri, gagal untuk mengungkapkan suatu hal atau
berbohong, dan menggunakan alasan yang menguntungkan untuk menghindari
hukuman dan membenarkan tanggapannya. Kemudian, anak berusia (7-9 tahun)
memiliki tanggapan emosional dengan pengakuan daripada berbohong. Semakin tua
usia anak, ia menginginkan tanggapan positif dari orang tua terhadap pengakuannya.
Lebih jauh, anak yang berusia lebih tua menginginkan tanggapan positif dari orang
tua terhadap pengakuan daripada anak yang berusia lebih muda. Dengan demikian,
penelitian ini menunjukkan hubungan antara usia mempengaruhi kematangan
emosional sang anak terhadap perilaku antara mengaku atau berbohong.

c. Perilaku Menjaga Rahasia

21
Perilaku baik yang telah terpatri pada diri manusia tentu melalui proses
pengasuhan yang baik. Jika sejak kecil seseorang telah diajarkan nilai-nilai kebaikan
dan telah diberi contoh berupa perilaku, tentu ia akan mudah mempraktikkan
kebaikan-kebaikan tersebut. Salah satunya adalah anjuran agar ajarkan anak untuk
menjaga rahasia. Itu artinya, ia diajarkan untuk melindungi hak orang lain.

Ajaran menjaga rahasia orang lain adalah ajaran yang juga diwariskan oleh Islam.
Islam melindungi hak-hak individu maupun kelompok melalui ajarannya. Karena
Islam adalah agama yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan dan cinta. Hal ini telah
dicontohkan pada suatu peristiwa di zaman Rasul. Tercatat dalam Shahih Muslim dan
termaktub dalam buku parenting karya Syekh Musthofa ‘Adawy yang berjudul Fiqh
Tarbiyatu al-Abna`.

Ini adalah cerita antara Anas bin Malik dengan Rasulullah Saw:

‫ي أَت َى قَا َل أَنَس َع ْن ثَا ِبت أَ ْخ َب َرنَا‬ َّ َ‫عل‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ‫ّللاِ َرسول‬ َ ‫ان َم َع أ َ ْل َعب َوأَنَا َو‬
َّ ‫سلَّ َم َعلَ ْي ِه‬
َ ‫ّللا‬ ِ ‫سلَّ َم قَا َل ْال ِغ ْل َم‬
َ َ‫فَ َب َعثَنِي َعلَ ْينَا ف‬
‫طأْت َحا َجة إِلَى‬ َ ‫ت ِجئْت فَلَ َّما أ ِمي َعلَى فَأ َ ْب‬ َ َ‫ّللاِ َرسول بَعَثَنِي ق ْلت َحب‬
ْ َ‫سكَ َما قَال‬ َّ ‫صلَّى‬ َّ ‫سلَّ َم َعلَ ْي ِه‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫ت ِل َحا َجة َو‬ ْ َ‫َما قَال‬
‫ت ِسر ِإنَّ َها ق ْلت َحا َجته‬ َّ ‫صلَّى‬
ْ َ‫ّللاِ َرسو ِل بِس ِِر ت َح ِدث َ َّن َّل قَال‬ َ ‫سلَّ َم‬
َّ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫ّللاِ أَنَس قَا َل أَ َحدًا َو‬
َّ ‫أ َ َحدًا بِ ِه َحدَّثْت لَ ْو َو‬
َ‫ثَابِت يَا لَ َحدَّثْتك‬

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Tsabit dari Anas dia berkata;Saya pernah
didatangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika saya sedang bermain
dengan teman-teman yang lain. Kemudian beliau mengucapkan salam kepada kami
dan menyuruh saya untuk suatu keperluan hingga saya terlambat pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah. ibu bertanya kepada saya; ‘Mengapa kamu terlambat pulang?
Maka saya pun menjawab; ‘Tadi saya disuruh oleh Rasulullah untuk suatu
keperluan.’ Ibu saya terus bertanya; ‘Keperluan apa? ‘ Saya menjawab; ‘Itu rahasia.’
Ibu saya berkata; “Baiklah, Janganlah kamu ceritakan rahasia Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kepada siapapun.” Anas berkata; “Demi Allah, kalau saya boleh
menceritakan rahasia tersebut kepada seseorang, niscaya saya pun akan
menceritakannya pula kepadamu hai Tsabit!”

d. Perilaku Amanah
Hikmah perilaku amanah ada banyak sekali yang bermanfaat untuk kita. Amanah
merupakan sikap yang dapat dipercaya atau terpercaya. Terpercaya akan terwujud
dari sikap yang senantiasa dan mengutamakan kejujuran. Sikap terpuji ini juga bisa
berarti bertanggung jawab dengan apa yang telah disepakati. Amanah sendiri terdiri

22
dari tiga macam. Amanah terhadap Allah, amanah terhadap manusia lainnya, dan
amanah terhadap diri sendiri. Maksud dari hikmah perilaku amanah tersebut adalah
karena sifat dapat dipercaya merupakan sebuah kekayaan yang haqiqi, yang bisa
menandingi adalah dunia dan seisinya.

e. Perilaku kebersihan hati dari iri dan dengki


Kata hasad berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah iri hati, atau dengki.
Sifat Iri dengki adalah sebuah emosi yang timbul karena merasa kurang bersyukur
dengan apa yang dimilikinya dan cemburu atas apa yang didapatkan atau dimiliki
orang lain.

Dalam sebuah ayat, Allah SWT melarang hambanya untuk bersikap hasad,
sebagaimana firman-Nya: "Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah
dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-
laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian
dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 32).

Dari ayat di atas, menegaskan bahwa sifat iri dan dengki dalam setiap manusia
harus dihindari dan dijaukan karena bisa menimbulkan penyakit hati.

BAB III

PENUTUP

23
A. Kesimpulan
Ada beberapa bentuk pembinaan kepribadian yang harus di ajarkan ke anak dari
mulai usia dua tahun sampai dengan mereka baligh nanti. Untuk pembinaan akidah ada
beberapa kegiatan seperti pendiktean kalimat tauhid kepada anak, Mencintai Allah SWT
dan merasa diawasi Allah, memohon pertolongan kepadanya serta beriman kepada Qodha
dan Qodhar, Mencintai Nabi dan keluarga beliau, Mengajarkan Alqur’an kepada anak,
Menanamkan akhidah yang kuat dan kerelaan berkorban demi sebuah keyakinan

Kemudian dalam bentuk pembinaan ibadah yaitu ada shalat,berpuasa,membayar


zakat,naik haji serta mengaajarkan anak untuk pergi kemasjid. Pada pembinaan
kemasyarakatan ada beberapa kegitaan seperti membiasakan anak mengucapkan salam,
menjenguk orang sakit, memilih teman yang baik untuk anak, dan melatih anak
berdagang.

Pada pembinaan moral /akidah ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan yaitu
mengajarkan anak untuk selalu berprilaku jujur. Membiasakan anak untuk bisa menjaga
rahasia, membiasakan untuk menjaga amanah seseorang. Serta membiasakan untuk selalu
menjaga kebersihan hatiya dari sifat iri dan dengki.

B. Saran
Kita sebagai calon pendidik harus bisa melakukan kegiatan pembinaan kepribdian
seorang anak. Karena anak harus bisa diarahkan mempunyai kepribadian yang baik dari
segi bersikap dan berprilaku sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Ar-Ramadi, Amani. 2013. Pendidikan Cinta Untuk Anak, Solo: Aqwam.

24
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa

Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

https://www.republika.co.id/berita/q8v4zi320/kisahkisah-ketaatan-generasi-salaf-kepada-ibu-
mereka

https://tirto.id/bagaimana-cara-mendidik-anak-agar-jadi-orang-yang-jujur-fUAr

https://muslim.or.id/54818-fikih-ringkas-membawa-anak-ke-masjid.html

https://www.wartabromo.com/2021/09/22/cara-mengarahkan-anak-untuk-memilih-teman-
yang-baik/

https://bincangmuslimah.com/keluarga/ajarkan-anak-untuk-menjaga-rahasia-35845/

25

Anda mungkin juga menyukai