Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK USIA DINI

Tentang

“PENGEMBANGAN MATERI AQIDAH”

Dosen Pengampu:

Syahrul Ismet, S.Ag., M.Pd

Disusun Oleh

Kelompok 2 :

Salwa Evril Alfebi 21022106


Wirma Izati 21022045
Nopita S 21022028
Shinta Permata Zekri 21022110
Elvi Helmi Saputri 21022172
Syofia Rantika 21022116

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya, penulis selaku kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah ini.
Salawat serta salam tidak lupa selalu kita hadiahkan untuk baginda kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua. Yang
merupakan petunjuk yang paling besar yakni syariah agama islam yang sempurna dan
merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta. Dan juga penulis
berterimakasih pada Bapak Syahrul Ismet, S.Ag., M.Pd. selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Pendidikan Keagamaan Anak Usia Dini yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.

Penulis mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan juga pembaca
paham maksud makalah ini. Untuk kesempurnaan makalah ini di masa-masa mendatang,
kiranya saran dan pendapat yang kontruktif dari pembaca amat penulis harapkan. Sekian,
Terima Kasih. Wassalamu’alaikumWarohmatullahi Wabarokatuh

Wassalamu’alaikumWarohmatullahi Wabarokatuh

Jumat, 3 Maret 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
A. Pengertian Aqidah Secara Bahasa............................................................................................... 5
B. Makna Akidah Secara Istilah ...................................................................................................... 5
C. Fungsi Aqidah ............................................................................................................................. 6
D. Tujuan Pendidikan Aqidah.......................................................................................................... 6
E. Pendidikan Aqidah pada Anak Usia Dini ................................................................................... 7
F. Metode Pembinaan Akidah bagi Anak Usia Dini ..................................................................... 23
G. Urgensi Pendidikan Akidah bagi Anak Usia Dini .................................................................... 24
BAB III ................................................................................................................................................. 26
PENUTUP ............................................................................................................................................ 26
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 26
B. Saran ......................................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 28

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha yang terencana, terprogram, sistimatis dan
terukur dalam rangka membina kepribadian anak bangsa sehingga mereka memiliki
kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang ada dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Akidah adalah apa yang diyakini oleh
seseorang yang tidak ada keraguan pada keyakinannya tersebut.
Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akidah adalah usaha sadar yang
terencana dan tersusun secara sistematis, yang dilakukan untuk menumbuhkan
keyakinan, kesadaran dan tanggung jawab seseorang terhadap agamanya. Agama
Islam menganjurkan supaya selalu menjaga hubungan dengan Allah dan hubungan
dengan manusia. Oleh karena itu orang yang berakidah di samping beribadah kepada
Allah, juga menunjukkan integritas. sosial dengan lingkungannya. Inilah yang
menjadi sasaran dari pendidikan akidah tersebut
Pendidikan akidah penting untuk diberikan kepada anak sejak usia dini dan
dilakukan oleh orang tua dalam keluarga, karena lingkungan keluarga adalah
lingkungan pertama tempat anak tumbuh dan berkembang. Untuk mendukung
perkembangan anak orang tua harus memberikan didikan positip terhadap anak-
anaknya, sehingga anak tidak terjerumus kepada hal-hal negatif dalam hidupnya.
Mendidik anak dalam pandanga Islam adalah pekerjaan yang mulia yang harus
dilaksanakan oleh orang tua. Tujuan pendidikan akidah yang paling hakiki adalah
mengenalkan peserta didik kepada Allah SWT. Mengenalkan dalam arti memberikan
pembelajaran tentang keesaan Allah SWT, kewajiban manusia terhadap Allah dan
aspek-aspek akidah lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama atau
pendidikan akidah sangat penting untuk diberikan pada anak sejak usia dini dalam
lingkungan keluarga. Karena pengalaman-pengalaman keberagamaan pada masa
anak-anak akan berpengaruh besar terhadap masa-masa selanjutnya. Idealnya ini
menjadi perhatian bagi para orang tua, agar anak-anak tumbuh dan berkembang
dengan berpegang teguh pada akidah Islam. Apalagi hidup di “zaman now” yang
penuh dengan kemajuan teknologi, apabila salah menyikapinya, maka akan

3
diperbudak oleh teknologi dan lupa pada kewajiban kepada Sang Khaliq. Oleh karena
itu, sangat penting untuk menanamkan dan memperkokoh akidah bagi putra-putri agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Aqidah secara bahasa?
2. Apakah pengertian Aqidah secara istilah?
3. Apakah fungsi dari Aqidah?
4. Apakah tujuan dari mempelajari Aqidah?
5. Bagaimanakah Pendidikan Aqidah pada Anak Usia Dini?
6. Bagaimanakah metode pembinaan Aqidah pada Anak Usia Dini?
7. Bagaimanakah urgensi dari aqidah pada anak usia dini?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Aqidah secara bahasa
2. Untuk mengetahui pengertian Aqidah secara istilah
3. Untuk mengetahui fungsi dari Aqidah
4. Untuk mengetahui tujuan dari mempelajari Aqidah
5. Untuk mengetahui Pendidikan Aqidah pada Anak Usia Dini
6. Untuk mengetahui metode pembinaan Aqidah pada Anak Usia Dini
7. Untuk mengetahui urgensi dari aqidah pada anak usia dini

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah Secara Bahasa
Kata aqidah dalam kamus Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-
Mu’jamul Wasiithdiambil dari kata dasar “‘aqidah” diambil dari kata dasar “al-
‘aqdu” yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-
tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan
kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga
mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang
diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati
dan pembenaran terhadap sesuatu.
Aqidah adalah tauqifiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil
syar’i, tidak ada medan ijtihad dan berpendapat di dalamnya. Karena itulah sumber-
sumbernya terbatas kepada apa yang ada di dalam al-Quran dan as-Sunnah. Sebab
tidak seorangpun yang lebih mengetahui tentang Allah, tentang apa-apa yang wajib
bagiNya dan apa yang harus disucikan dariNya melainkan Allah sendiri. Dan tidak
ada seorangpun sesudah Allah yang mengetahui tentang Allah selain Rasulullah
shalallahu ’alaihi wa sallam.
Aqidah tersebut dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabila suatu
umat sudah rusak, bagian yang harus direhabilitasi adalah aqidahnya terlebih dahulu.
Di sinilah pentingnya aqidah ini, apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan
keberhasilan dunia dan akhirat. Aqidah sebagai dasar utama ajaran Islam bersumber
pada Al Qurandan sunnah Rasul. Aqidah Islam mengikat seorang Muslim sehingga
iaterikat dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu,
menjadi seorang Muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatuyang
diatur dalam ajaran Islam, seluruh hidupnya didasarkan kepada ajaran Islam.

B. Makna Akidah Secara Istilah


Secara terminologi aqidah dapat diartikan sebagai perkara yang wajib
dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi
suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan

5
kebimbangan. Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung
suatukeraguan apapun pada orang yang menyakininya, dan harus sesuai dengan
kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut
tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan
aqidah.Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.

C. Fungsi Aqidah
Aqidah memberikan pengetahuan dari mana manusia datang, untuk apa hidup
dan kemana manusia akan pergi, sehingga kehidupan manusia akan lebih jelas dan
lebih bermakna. Aqidah islam sebagai keyakinan akan membentuk perilaku bahkan
mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Menciptakan sikap hidup yang damai dan
ridha.
Dengen mempelajari aqidah maka akan membuat jiwa seseorang menjadi
tentram. Fungsi aqidah sebagai berikut:
 Menuntun dan mengembangkan dasar keutuhan yang dimiliki manusi sejak lahir
 Meningkatkan keimanan dan ketakwaan
 Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa
 Memberikan pedoman hidup yang pasti
 Membentuk pribadi yang seimbang, yaitu selalu berserah diri kepada allah baik
dalam keadaan suka maupun duka.
 Sebagai asas persaudaraan

D. Tujuan Pendidikan Aqidah


Dalam pendidikan Islam ada tiga prinsip yang menjadi perhatian serius
bagi umat beragama, yaitu aqidah, ibadah dan akhlak. Dari ketiga prinsip ini, yang
menjadi fondasi dasar adalah mengenai aqidah. Atas dasar tersebut, maka
pendidikan aqidah sangat diperlukan dan sangat perlu untuk terus dikaji. Syaikh
Fuhaim Mustafa dalam bukunya menyebutkan bahwa tujuan pendidikan aqidah
kepada anak adalah untuk
1. memperkokoh keyakinan anak bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan
pencipta alam, sehingga dia terhindar dari perbutan syirik

6
2. Agar anak mengetahui hakikat keberadaannya sebagai manusia makhluk
Allah, dan
3. Mencetak tingkah laku anak menjadi tingkah laku yang Islami yang
berakhlaq mulia.
Terdapat implikasi-implikasi terhadap faktor-faktor pendidikan. Pertama
tujuan, tujuan pendidikan aqidah adalah mengaktualkan potensi aqidah. Kedua
pendidik, pendidik bisa include dalam media pendidikan. Ketiga peserta didik,
secara filosofis peserta didik memiliki aspek tauhid untuk dikembangkan.
Keempat alat-alat, dalam kontekspengembangan potensi aqidah adapat dilakukan
dengan metode eksperimen dan eksperience terhadap alam ciptaan Tuhan.
Hal ini bisa dilakukan dengan mengajak peserta didik melakukan tadabur alam di
luar agar peserta didik melihat secara langsung bukti kongkrit adanya Tuhan. Kelima
milieu, milieu bersifat luas. Artinya tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Dimanapun peserta didik berada lingkungan tempat ia hidup sangat mempengaruhi
perkembangannya.

E. Pendidikan Aqidah pada Anak Usia Dini


Pendidikan yang pertama kali diajarkan dalam Islam adalah pendidikan
tentang ketauhidan atau aqidah. Seperti yang tertera dalam Alquran tentang hal
yang pertama kali diajarkan Luqmanul Hakim kepada anaknya untuk tidak
menyekutukan Allah. Disinilah urgensi aqidah dalam pendidikan Islam, yaitu
sebagai dasar dari semua proses pendidikan.
Pendidikan Taman kanak-kanak adalah salah satu layanan pendidikan anak
usia dini pada jalur formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum
dan pendidikan keagamanan Islam bagi anak berusia empat sampai enam tahun.
Dalam Pendidikan Berbasis Aqidah, penanaman Aqidah harus
mendapatkan perhatian besar dari para guru. Menanamkan ke dalam jiwa anak
tentang ke-Esaan Allah SWT, dan menjauhkan mereka dari perbuatan syirik. Ini
dilakukan dengan menunjukkan dalil-dalil logis dan bukti-bukti yang masuk akal
bagi anak-anak tentang keberadaan Allah. Di samping mengenalkan kekuasaan
Allah SWT, anak-anak juga dapat diajarkan Rukun Iman lainnya. Keyakinan
kepada malaikat-malaikat Allah serta tugas mereka masing-masing. Keyakinan
kepada Rasul-rasul Allah, khususnya Nabi Muhammad SAW, keyakinan terhadap

7
Kitab-kitab Allah dan menanamkan cinta kepada Alquran, keyakinan kepada Hari
Kiamat agar selalu berbuat baik, karena akan adanya pembalasan bagi orang yang
ingkar kepada Allah, serta keyakinan akan Takdir yang telah ditetapkan oleh
Allah terhadap makhluknya. Pada usia dini anak juga perlu diberi pengajaran tentang
ibadah, seperti tentang bersuci, do’a-do’a, dan ayat-ayat pendek, cara mengucap
salam, dan sedikit tentang tata cara melaksanakan şalat, serta beberapa hal lain yang
dikategorikan kepada amal dan perbuatan baik yang diridhoi Allah. Dalam hal
memberi pendidikan şalat kepada anak di usia dini dapat dilakukan orang tua dengan
mulai membimbing anak untuk mengerjakan şalat dengan mengajak melakukan şalat
di sampingnya, dimulai ketika ia sudah mengetahui tangan kanan dan kirinya
(Muhammad Suwaid, 2003: 175). Jangan diamkan anak menonton televisi, sementara
azan berkumandang. Jika orang tua menghendaki anak mengerjakan şalat, berilah ia
teladan. Orang tua perlu menjelaskan bahwa şalat merupakan satu wujud rasa syukur,
karena Allah telah memberikan nikmat berupa rezeki yang halal dan kesehatan
(Ummi Aghla, 2004: 96). Pada bidang aqidah, meskipun anak usia dini belum layak
untuk diajak berpikir tentang hakikat Tuhan, malaikat, nabi (rasul), kitab suci, hari
akhir, dan qadha dan qadar, tetapi anak usia dini sudah dapat diberi pendidikan awal
tentang aqidah (rukun Iman). Selain itu anak juga dikenalkan pada asmaul husna,
serta sifat wajib bagi allah.
1. Rukun Iman
a. Iman Kepada Allah Ta’ala
Iman kepada Allah adalah percaya sepenuh hati akan eksistensi Allah
dan keEsaannya dan mengikuti sesuai dengan tuntutan atau bimbingan Tuhan
dan Rasulnya yang tersebut di dalam Al Qur’an dan Hadits Nabi, dan
menjalankan ibadah amal sesuai dengan tuntunan al qur’an dan al sunnah.
Keyakinan kita terhadap keberadaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala harus
dibentengi dengan iman yang kuat, dimaksudkan yaitu iman kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa
keberadaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu benar benar nyata. Iman kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala tercantum dalam rukun iman dimana posisi iman
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala berada pada urutan pertama, karna pada
dasarnya tidak ada yang lebih agung dari pada Allah sang Pencipta alam
semesta. Di dalam Kitab Minhajul Muslim, Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri
menjelaskan arti Iman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai sikap

8
muslim yang meyakini wujud atau adanya Allah Yang Maha Suci. Orang yang
memiliki Iman kepada Allah. Meyakini bahwa Allah yang menciptakan langit
dan bumi, mengetahui yang ghaib dan yang tampak.Bahwasanya sebagai umat
Islam yang beriman kita harus meyakini sepenuh hati bahwa Allah itu benar
ada dan selalu memantau tingkah laku umatnya, maka dari itu tidak ada satu
detikan yang membuat kita lupa atau tidak beriman kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala. Sebagai umat manusia yang diciptakan secara sempurna, dimana
kita diciptakan dengan diberi anugerah akal dan pikiran oleh Allah Subhanahu
Wa Ta’ala. Pikiran yang kita emban ini senantiasa mendorong kita untuk terus
berpikir, dimana kita sebagai makhluk Allah yang paling sempurna harus
mempunyai pikiran bahwa alam semesta ini tidak secara mendadak ada tanpa
diciptakan, siapa lagi kalau bukan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
menciptakan seluruh keajaiban di alam semesta ini.

Adapun Sifat-Sifat Wajib Allah yaitu :

1) Wujud, yang berarti Allah Maha ada


2) Qidam, yang berarti Allah Maha Terdahulu
3) Baqa, yang berarti Allah Maha Kekal
4) Mukhalafatun Lilhawadits, yang berarti Allah berbeda dengan sesuatu yang
baru
5) Qiyamuhu Binafsih, yang berarti Allah berdiri sendiri atau Allah tidak
bergantung kepada yang lain
6) Wahdaniyah, yang berarti Allah Maha Esa
7) Qudrah, yang berarti allah Mahasa Kuasa
8) Iradah, yang berarti Allah Maha Berkehendak
9) ‘Ilmu, yang berarti mengetahui
10) Hayat, yang berarti Allah Maha hidup
11) Sama’, yang berarti Allah Maha Mendengar
12) Bashar, yang berarti Allah Maha Melihat
13) Kalam, yang berarti allah Maha Berbicara/ Berfirman
14) Qadiran, yang berarti Allah Dzat Yang Maha Kuasa
15) Muridan, yang berarti Allah Dzat Yang Maha Berkehendak
16) ‘Aliman, yang berarti Allah Dzat Yang Maha Mengetahui
17) Hayyan, , yang berarti Allah Dzat Yang Maha Hidup

9
18) Sami’an, yang berarti Allah Dzat Yang Maha Mendengar
19) Bashiran, yang berarti Allah Dzat Yang Maha Melihat
20) Mutakalliman, yang berarti Allah Dzat Yang Maha Berbicara

b. Iman Kepada Malaikat-Nya


Malaikat adalah makhluk Allah Swt. yang diciptakan dari nur Ilahi
(cahaya Allah Swt.). Mereka bertugas untuk mengurusi berbagai urusan yang
diperintah oleh-Nya, Iman kepada malaikat adalah mempercayai dan meyakini
bahwa Allah SWT telah menciptakan malaikat yang diberi tugas untuk
mengatur alam dan mengurus perjalanan alam semesta dan tugas tertentu
lainnya. sifat dan ciri-ciri dari malaikat adalah :
1) Melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah (QS.
Tahrim: 6)
2) Dapat berubah wujud sesuai kehendak Allah Swt. Jibri>l kadang-
kadang datang kepada Nabi Muhammad Saw. menyamar seperti
sahabat yang bernama Dihyah al-Kalbi dan terkadang seperti sahabat
dari Arab Badui.
3) Tidak memiliki jenis kelamin
4) Tidak pernah letih dan tidak pula berhenti beribadah kepada Allah Swt.
5) Senang mencari dan mengelilingi majelis zikir
6) Berdoa bagi hamba yang duduk menunggu salat berjamaah.
7) Mempunyai sayap
8) Tidak membutuhkan makan dan minum (QS. Huud: 69-70)
9) Sebagai makhluk yang ma’sum (Qs Al-anbiyaa: 26-29

Berikut ini adalah nama-nama malaikat beserta tugasnya:

1) Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada nabi dan rasul


2) Malaikat Mika’il, bertugas mengatur kesejahteraan makhluk seperti
mengatur awan, menurunkan hujan, mengatur angin, dan membagibagikan
rezeki.
3) Malaikat israfil, bertugas meniupkan terompet (sangkakala) baik saat
dimulainya hari kiamat maupun saat hari kebangkitan di Padang Mahsyar

10
4) Malaikat izrail, bertugas mencabut nyawa seluruh makhluk hidup baik
manusia, jin, iblis, setan, maupun malaikat apabila telah tiba waktunya.
5) Malaikat Munkar, bertugas menanya orang yang berada dalam kubur
6) Malaikat Nakir, bertugas menanya orang yang berada dalam kubur.
7) Malaikat Raqib, bertugas mencatat semua pekerjaan yang baik pada setiap
manusia sejak aqil balig sampai akhir hayat.
8) Malaikat Atid, bertugas mencatat semua pekerjaan yang jelek setiap
manusia sejak aqil baligh sampai akhir hayat
9) Malaikat Ridwan, bertugas menjaga dan mengatur kesejahteraan penghuni
surga.
10) Malaikat Malik, disebut juga Malaikat Zaba>niyah adalah bertugas
menjaga dan mengatur siksa (azab) bagi para penghuni neraka.
c. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Kitab merupakan wahyu Allah Swt. yang disampaikan kepada para rasul
untuk disampaikan kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup.
Iman kepada kitab Allah Swt. artinya meyakini sepenuh hati bahwa Allah Swt.
telah menurunkan kitab kepada nabi atau rasul yang berisi wahyu untuk
disampaikan kepada seluruh umat manusia. Berikut adalah kitab-kitab Allah
dan para penerimanya :
1) Kitab Taurat
Kata taurat berasal dari bahasa Ibrani (thora: instruksi). Kitab Taurat
adalah salah satu kitab suci yang diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi
Musa as. untuk menjadi petunjuk dan bimbingan baginya dan bagi Bani
Israil Taurat merupakan salah satu dari tiga komponen (Thora, Nabin, dan
Khetubin) yang terdapat dalam kitab suci agama Yahudi yang disebut
Biblia (al-Kitab), yang belakangan oleh orang-orang Kristen disebut Old
Testament (Perjanjian Lama). Isi pokok Kitab Taurat dikenal dengan
Sepuluh Hukum(Ten Commandements) atau Sepuluh Firman yang
diterima Nabi Musa as. di atas Bukit Tursina (Gunung Sinai). Sepuluh
Hukum tersebut berisi asas-asas keyakinan (akidah) dan asas-asas
kebaktian (syari'ah), seperti berikut.
a) Hormati dan cintai Allah satu saja,
b) Sebutkan nama Allah dengan hormat,
c) Kuduskan hari Tuhan (hari ke-7 atau hari Sabtu),

11
d) Hormati ibu bapakmu Jangan membunuh,
e) Jangan berbuat cabul,
f) Jangan mencuri,
g) Jangan berdusta,
h) Jangan ingin berbuat cabul,
i) Jangan ingin memiliki barang orang lain dengan cara yang tidak
halal
2) Kitab Zabur
Kata zabur berasal dari zabara-yazburu-zabr yang berarti menulis.
Makna aslinya adalah kitab yang tertulis. Zabur dalam bahasa Arab
dikenal dengan sebutan mazmur (jamaknya mazamir), dan dalam bahasa
Ibrani disebut mizmar, yaitu nyanyian rohani yang dianggap suci.
Sebagian ulama menyebutnya Mazmūr, yaitu salah satu kitab suci yang
diturunkan sebelum al-Qur’ān (selain Taurat dan Injil ). Dalam bahasa
Ibrani, istilah zabur berasal dari kata zimra, yang berarti “lagu atau
musik”, zamir (lagu) dan mizmor (mazmur), merupakan pengembangan
dari kata zamar, artinya “nyanyi, nyanyian pujian”. Zabur adalah kitab suci
yang diturunkan Allah Swt. kepada kaum Bani Israil melalui utusannya
yang bernama Nabi Daud as.
3) Kitab Injil diwahyukan oleh Allah Swt. kepada Nabi Isa as. Kitab Injil
yang asli memuat keterangan-keterangan yang benar dan nyata, yaitu
perintahperintah Allah Swt. agar manusia meng-esa-kan dan tidak
menyekutukanNya dengan suatu apa pun. Ada pula penjelasan, bahwa di
dalam Kitab Injil terdapat keterangan bahwa di akhir zaman akan lahir
nabi yang terakhir dan penutup para nabi dan rasul, yaitu bernama Ahmad
atau Muhammad saw. Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa as. sebagai
petunjuk dan cahaya penerang bagi manusia. Kitab Injil sebagaimana
dijelaskan dalam al-Qur’an, bahwa Isa as. untuk mengajarkan tauhid
kepada umatnya atau pengikutnya. Tauhid di sini artinya meng-esa-kan
Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Penjelasan ini tertulis dalam Q.S. al-
Ḥadid /57: 27.
4) Al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw.
melalui Malaikat Jibril. Al-Qur’an diturunkan tidak sekaligus, melainkan

12
secara berangsur- angsur. Waktu turun al-Qur’ān selama kurang lebih 23
tahun atau tepatnya 22 tahun 2 bulan 22 hari. Terdiri atas 30 juz, 114 surat,
6.236 ayat, 74.437 kalimat, dan 325.345 huruf. Wahyu pertama adalah
surah al-‘Alaq ayat 1-5, diturunkan pada malam 17 Ramaḍan tahun 610 M.
di Gua Hira, ketika Nabi Muhammad saw. sedang ber-khalwat. Nama-
Nama lain dari Al-Qur’an adalah sebagai berikut :
a) Al-Huda, artinya al-Qur’an sebagai petunjuk seluruh umat
manusia.
b) Al-Furqān, artinya al-Qur’an sebagai pembeda antara yang baik
dan buruk.
c) Asy-Syifa', artinya al-Qur’an sebagai penawar (obat penenang
hati).
d) Aż-Żikr, artinya al-Qur’an sebagai peringatan adanya ancaman dan
balasan.
e) Al-Kitāb, artinya al-Qur’an adalah firman Allah Swt. yang
dibukukan.

Adapun isi kandungan Al-Qur’an adalah sebagai berikut :

a) Aqidah atau keimanan.


b) 'Ibādah, baik 'ibadah mahdah maupun gairu mahdah.
c) Akhlaq seorang hamba kepada Khaliq, kepada sesama manusia dan
alam sekitarnya.
d) Mu’amalah, yaitu hubungan manusia dengan sesama manusia.
e) Tarekh, yaitu cerita nabi dan rasul, orang-orang saleh, dan orang-
orang yang ingkar.
f) Semangat mengembangkan ilmu Pengetahuan

Adapun keistimewaan kitab suci Al-Qur’an adalah sebagai berikut :

a) Sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan


bertakwa
b) Sebagai informasi kepada setiap umat bahwa nabi dan rasul terdahulu
mempunyai syariat (aturan) dan caranya masing-masing dalam
menyembah Allah Swt.
c) Al-Qur’an sebagai kitab suci terakhir dan terjamin keasliannya.

13
d) Al-Qur’ān tidak dapat tertandingi oleh ide-ide manusia yang ingin
menyimpangkannya.
e) Membaca dan mempelajari isi al-Qur’an merupakan ibadah
d. Iman Kepada para Rasul
Beriman kepada para Rasullullah artinya meyakini bahwa Allah Swt.
Telah mengutus para rasul-Nya untuk memberikan kabar gembira dan
peringatan kepada umat manusia. Rasul membimbing manusia menuju
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Rasul adalah manusia pilihan yang
sengaja diutus Allah Swt. Untuk membimbing manusia ke jalan yang benar
dan diridai-Nya. Untuk membuktikan kerasulan mereka, Allah Swt.
Memberinya mukjizat. Berikut ini adalah mukjizat Allah diberikan kepada
rasul:
1) Nabi Ibrahim a.s. diberi mukjizat tidak mempan ketika hendak dibakar
2) Nabi Musa a.s dianugerahi mukjizat di antaranya adalah tongkat yang
dimilikinya dapat berubah menjadi ular yang besar dan mampu membelah
lautan
3) Nabi Isa a.s diberi mukjizat mampu menghidupkan orang yang baru mati
4) Nabi Muhammad saw. Dianugerahi mukjizat luar biasa, diantaranya Al-
Qur’an sebagai mukjizat terbesar dan mampu memancarkan air dari sela-
sela jarinya.

Para Rasul tersebut selain diberikan mukjizar, mereka merupakan orang-orang


yang berakhlak muliah sehingga mereka pantas menjadi teladan bagi seluruh
umat manusia. Berikut adalah nama-nama Nabi dan Rasul yang wajib diimani
berjumlah 25, diantaranya:

1. Adam a.s.
2. Idris a.s.
3. Nuh a.s.
4. Hud a.s.
5. Saleh a.s.
6. Ibrahim a.s.
7. Luth a.s.
8. Ismail a.s.
9. Ishak a.s.

14
10. Ya’kub a.s.
11. Yusuf a.s.
12. Ayub a.s.
13. Syu’aib a.s.
14. Musa a.s.
15. Harun a.s.
16. Zulkifli a.s.
17. Daud a.s.
18. Sulaiman a.s.
19. Ilyas a.s.
20. Ilyasa a.s.
21. Yunus a.s.
22. Zakariya a.s.
23. Yahya a.s.
24. Isa a.s.
25. Muhammad saw.

e. Iman Kepada Hari Kiamat


Beriman pada Hari Akhir adalah meyakini bahwa hari kiamat atau Hari
Akhir pasti terjadi. Seluruh alam semesta akan mengalami kehancuran dan
manusia akan dibangkitkan dari kuburnya untuk mempertanggungjawabkan
setiap amalan selama hidup di dunia. Kiamat terbagi menjadi dua, yaitu
kiamat sugra dan kiamat kubra.
1) Kiamat Sugra
Kiamat sugra merupakan kiamat kecil, yaitu kerusakan yang dialami
Sebagian alam setiap waktu, seperti bencana alam, gunung Meletus, banjir,
kebakaran hutan, atau meninggalnya manusia
2) Kiamat kubra
Kiamat kubra merupakan kiamat besar, yaitu hancurnya seluruh alam
semesta dengan segala isinya yang dimulai dengan tiupan pertama
sangkakala malaikat israfil. Bumi berguncang dengan guncangan dahsyat
yang diikuti dengan peristiwa kehancuran alam. Adapun tanda-tanda
kiamat kubra adalah sebagai berikut.
a) Tanda-tanda kecil, antara lain:

15
 Hamba sahaya Wanita melahirkan tuannya
 Pengembala kambing hidup mewah digedung yang megah
 Lenyapnya ilmu Pengetahuan dan meluasnya kebodohan
 Banyak perjudian, minuman keras, dan perzinaan
 Sulit mendapatkan orang yang menerima sedekah
 Waktu berjalan amat pendek
b) Tanda-tanda besar, antara lain:
 Matahari terbit dari barat
 Munculnya d-abbah (bintang raksasa)
 Munculnya dajjal
 Munculnya ya’juj dan ma’juj (kaum yang suka membuat
kerusakan di muka bumi)
 Turunnya nabi Isa a.s

f. Iman kepada Qada dan Qadar


Qada dan Qadar atau takdir berasal dari bahasa Arab. Qada secara
bahasa berarti ketetapan, ketentuan, ukuran, takaran, atau sifat. Qada secara
istilah, yaitu ketetapan Allah yang tercatat di Lauh al-Mahfuz (papan yang
terpelihara) sejak zaman azali. Ketetapan ini sesuai dengan kehendak-Nya dan
berlaku untuk seluruh makhluk atau alam semesta. Adapun Qadar atau takdir
secara bahasa berarti ketetapan yang telah terjadi atau keputusan yang
diwujudkan. Qadar atau takdir secara istilah adalah ketetapan atau keputusan
Allah yang memiliki sifat Maha Kuasa (Qadir) atas segala ciptaan-Nya, baik
berupa takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Dengan kata lain, Qadar
dan takdir merupakan perwujudan atau realisasi dari Qada. Hubungan antara
Qada dan Qadar sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Qada adalah ketetapan
yang masih bersifat rencana dan ketika rencana itu sudah menjadi kenyataan,
maka kejadian nyata itu bernama Qadar atau takdir. Dalam kehidupan sehari-
hari, kita terbiasa menggunakan kata-kata takdir, padahal yang dimaksud
adalah Qada dan Qadar. Takdir itu sendiri dibagi atas dua hal, yaitu takdir
mubram dan takdir muallaq.
1) Takdir Mubram

16
Takdir mubram ialah takdir atau ketetapan Allah yang tidak dapat
diubah atau tidak dapat diubah oleh siapa pun. Contoh-contoh takdir
mubram, antara lain, sebagai berikut.
a) Setiap makhluk pasti akan mengalami mati atau seseorang pasti
hanya punya satu ibu kandung
b) Manusia pasti mempunyai akal, pikiran, dan perasaan.
c) Di alam semesta ini setiap benda bergerak menurut sunatullah.
Artinya, segala sesuatu berjalan menurut hukum kekuatan, ukuran,
sebab, dan akibat yang telah digariskan oleh Allah.
2) Takdir Muallaq
Takdir muallaq ialah takdir yang masih dapat diubah melalui usaha
manusia. Setiap hamba diberi peluang atau kesempatan oleh Allah untuk
berusaha mengubah keadaan dirinya menjadi lebih baik. Berikut
merupakan contoh dari takdir muallaq, antara lain seperti contoh berikut.
Hasan dilahirkan dalam keluarga yang sederhana. Ia ingin melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi, ia menyadari bahwa
penghasilan orang tuanya sangat terbatas sehingga ia mencari cara agar
cita-citanya dapat tercapai. la belajar dengan tekun sehingga meraih
prestasi tinggi dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi. Di tempatnya kuliah pun, ia masih tetap rajin belajar sehingga ia
kembali mendapatkan beasiswa. Bahkan ia mendapatkan tawaran
pekerjaan dan posisi yang cukup tinggi. Saat ini ia dapat hidup lebih layak
daripada orangtuanya karena ia mau mengadakan perubahan, baik untuk
dirinya sendiri maupun bagi keluarganya.

2. Asmaul Husna
Asmaul Husna berasal dari kata “Al-Asma” dimana adalah bentuk jamak dari
kata “AlIsm” yang memiliki dapat diartikan sebagai “nama”. Sedangkan kata
“Husna” berasal dari kata “Ahsan” yang memilki makna terbaik (Shihab, 1998:
34). Jadi Asmaul Husna adalah kumpulan dari nama-nama Allah yang baik atau
indah. Asmaul Husna adalah nama-nama Allah yang Baik dan Agung yang
tercermin dari sifat-sifat yang dipunyai oleh Allah SWT (Rohman, 2020: 119-
120). Hal ini disebutkan dalam Al-Qur‟an surat Thaha: 8 Artinya: “(Dialah)
Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik”.

17
Asmaul Husna bukan hanya untuk dihafalkan tapi juga diamalkan sebagai bentuk
pembuktian iman, islam, ihsan untuk membimbing manusia agar bertaqwa dan
ikhlas dengan dijadikan sebagai model atau panduan prilaku manusia dalam
kehidupan sehari-hari (Firdaus, 2019: 120). Berikut ini adalah 99 asmaul husna
latin beserta terhejamhannya :
1) Ar-Rahman, Yang Maha Pengasih
2) Ar-Rahim, Yang Maha Penyayang
3) Al-Malik, Yang Maha Merajai/Memerintah
4) Al-Quddusu, Yang Maha Suci
5) As-Salam, Yang Maha Memberi Kesejahteraan
6) Al Mu`min, Yang Maha Memberi Keamanan
7) Al Muhaimin, Yang Maha Mengatur
8) Al Aziz, Yang Maha Perkasa
9) Al Jabbar, Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
10) Al Mutakabbir, Yang Maha Megah
11) Al Khaliq, Yang Maha Pencipta
12) Al Baari, Yang Maha Melepaskan
13) Al Mushawwir, Yang Maha Membentuk Rupa
14) Al Ghaffaar, Yang Maha Pengampun
15) Al Qahhaar, Yang Maha Memaksa
16) Al Wahhaab, Yang Maha Pemberi Karunia
17) Ar Razzaaq, Yang Maha Pemberi Rezeki
18) Al Fattaah, Yang Maha Pembuka Rahmat
19) Al `Aliim, Yang Maha Mengetahui
20) Al Qaabidh, Yang Maha Menyempitkan
21) Al Baasith, Yang Maha Melapangkan
22) Al Khaafidh, Yang Maha Merendahkan
23) Ar Raafi, Yang Maha Meninggikan
24) Al Mu`izz, Yang Maha Memuliakan
25) Al Mudzil, Yang Maha Menghinakan
26) Al Samii, Yang Maha Mendengar
27) Al Bashiir, Yang Maha Melihat
28) Al Hakam, Yang Maha Menetapkan
29) Al `Adl, Yang Maha Adil

18
30) Al Lathiif, Yang Maha Lembut
31) Al Khabiir, Yang Maha Mengenal
32) Al Haliim, Yang Maha Penyantun
33) Al `Azhiim, Yang Maha Agung
34) Al Ghafuur, Yang Maha Pemberi Ampunan
35) As Syakuur, Yang Maha Pembalas Budi
36) Al `Aliy, Yang Maha Tinggi
37) Al Kabiir, Yang Maha Besar
38) Al Hafizh, Yang Maha Memelihara
39) Al Muqiit, Yang Maha Pemberi Kecukupan
40) Al Hasiib, Yang Maha Membuat Perhitungan
41) Al Jaliil, Yang Maha Luhur
42) Al Kariim, Yang Maha Pemurah
43) Ar Raqiib, Yang Maha Mengawasi
44) Al Mujiib, Yang Maha Mengabulkan
45) Al Waasi, Yang Maha Luas
46) Al Hakiim, Yang Maha Maka Bijaksana
47) Al Waduud, Yang Maha Mengasihi
48) Al Majiid, Yang Maha Mulia
49) Al Baa`its, Yang Maha Membangkitkan
50) As Syahiid, Yang Maha Menyaksikan
51) Al Haqq, Yang Maha Benar
52) Al Wakiil, Yang Maha Memelihara
53) Al Qawiyyu, Yang Maha Kuat
54) Al Matiin, Yang Maha Kokoh
55) Al Waliyy, Yang Maha Melindungi
56) Al Hamiid, Yang Maha Terpuji
57) Al Muhshii, Yang Maha Menghitung

19
58) Al Mubdi, Yang Maha Memulai
59) Al Mu`iid, Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
60) Al Muhyii, Yang Maha Menghidupkan
61) Al Mumiitu, Yang Maha Mematikan
62) Al Hayyu, Yang Maha Hidup
63) Al Qayyuum, Yang Maha Mandiri
64) Al Waajid, Yang Maha Penemu
65) Al Maajid, Yang Maha Mulia
66) Al Wahid, Yang Maha Tunggal
67) Al Ahad, Yang Maha Esa
68) As Shamad, Yang Maha Dibutuhkan
69) Al Qaadir, Yang Maha Menentukan
70) Al Muqtadir, Yang Maha Berkuasa
71) Al Muqaddim, Yang Maha Mendahulukan
72) Al Mu`akkhir, Yang Maha Mengakhirkan
73) Al Awwal, Yang Maha Awal
74) Al Aakhir, Yang Maha Akhir
75) Az Zhaahir, Yang Maha Nyata
76) Al Baathin, Yang Maha Ghaib
77) Al Waali, Yang Maha Memerintah
78) Al Muta'aalii, Yang Maha Tinggi
79) Al Barru, Yang Maha Penderma (maha pemberi kebajikan)
80) At Tawwaab, Yang Maha Penerima Taubat
81) Al Muntaqim, Yang Maha Pemberi Balasan
82) Al Afuww, Yang Maha Pemaaf
83) Ar Ra'uuf, Yang Maha Pengasuh
84) Malikul Mulk, Yang Maha Penguasa Kerajaan (semesta)
85) Dzul Jalaali WalIkraam, Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
86) Al Muqsith, Yang Maha Pemberi Keadilan
87) Al Jamii', Yang Maha Mengumpulkan
88) Al Ghaniyy, Yang Maha Kaya
89) Al Mughnii, Yang Maha Pemberi Kekayaan
90) Al Maani, Yang Maha Mencegah
91) Ad Dhaar, Yang Maha Penimpa Kemudharatan

20
92) An Nafii', Yang Maha Memberi Manfaat
93) An Nuur, Yang Maha Bercahaya (menerangi, memberi cahaya)
94) Al Haadii, Yang Maha Pemberi Petunjuk
95) Al Badii', Yang Maha Pencipta Tiada Bandingannya
96) Al Baaqi, Yang Maha Kekal
97) Al Waarits, Yang Maha Pewaris
98) Ar Rasyiid, Yang Maha Pandai
99) As Shabuur, Yang Maha Sabar

Berikut adalah metode dalam pembelajaran asmaul husna


a. bernyanyi
Adapun tahapan kegiatan bernyanyi Asmaul Husna adalah sebagi berikut
(Mawardi & Indayani, 2020: 130):
 Kegiatan awal Pada kegiatan awal ini guru memperkenalkan lagu yang
akan dinyanyikan bersama dengan irama yang mudah untuk diikuti anak
yang akan diikuti dengan gerakan. Guru memberikan arahan dan contoh
cara menyanyikan lagu dan memperagakannya sesuai artinya dan
mengikuti irama.
 Kegiatan berikutnya Pada kegiatan ini guru mengajak siswa
memperagakan gerakan dibarengi dengan menyanyikan lagu Asmaul
Husna. Irama lagu bisa divariasikan dengan variasi lagu anak-anak atau
lagu qasidah anak yang mudah dipahami serta diikuti oleh anak.
 Kegiatan Pengembangan Pada kegiatan pengembangan guru menjadi
intruktur dalam membantu anak dalam mengenal dan menghafalkan nada
atau irama lagu beserta gerakanya.

Penggunaan strategi Bernyanyi Asmaul Husna dibarengi dengan


memperagakan gerakan sesuai dengan isi nyanyian akan sangat baik dan
berpengaruh terhadap minat belajar anak (Mawardi & Indayani, 2020: 130).
Dengan dibarengi dengan gerakan tangan dalam mengahafal Asamaul Husna
dapat membantu anak untuk fokus dan lebih senang dalam menghafalkannya
(Naimah & Miftahillah, 2019: 339).

b. Metode 2-2

21
Metode 2-2 adalah metode dimana anak akan menghafalkan masing-
masing dua asma dalam satu penghafalan. Adapun langkah-langkah
kegiatannya adalah sebagai berikut (Andriyani, 2018: 40):
 Berikan daftar Asmaul Husna kepada Anak
 Buat daftar Asmaul Husna kedalam beberapan 10 kelompok, yaitu: 1)
Asmaul Husna nomor 1-10; 2) Asmaul Husna nomor 11-20; 3) Asmaul
Husna nomor 21-30; 4) Asmaul Husna nomor 31-40; 5) Asmaul Husna
nomor 41-50; 6) Asmaul Husna nomor 51-60; 7) Asmaul Husna nomor
61-70; 8) Asmaul Husna nomor 71-80; 9) Asmaul Husna nomor 81-89;
10) Asmaul Husna nomor 90-99.
 Dari masing-masing kelompok tersebut bagi menjadi 5 kelompok yang
saling berpasangan.
 Kemudian Hafalkan masing-maisng 1 pasangan terlebih dahulu,
contohnya: Asma nomor 3 dan 4 yaitu Yaa Malik Yaa Quddus.
Kemudian terus ulangi, misalkan diulang sampai 10 kali. Apabila
Asma nomor 3 dan 4 sudah benar-benar dihafal oleh anak, bisa
dilanjutkan dengan menghafal Asma nomor 5 dan 6 dan seterusnya
 Dan begitu seterusnya. Dilakukan berulang-ulang sampai benar-benar
hafal.
c. Bercerita
Langkah-langkah mengenalkan Asmaul Husna dengan kegiatan bercerita
adalah: Kegiatan awal (Cahyani & Arif, 2021: 51):
 Guru menyediakan alat peraga yang akan digunakan anak. Misalkan
dengan menggunakan kartu bercerita dengan besar kartu berukuran A4
dengan kertas yang memilki warna dan kata-kata di bagian belakang
kartu.
 Guru melakukan kegiatan apersepsi untuk memberikan gambaran awal
pembeljaran.
 Guru bersama anak-anak melantunkan Asmaul Husna.
 Guru memberikan penjelasan kepada anak apa yang menjadi tujuan
pembelajaran pada pertemuan kali ini.

Kegiatan Inti:

22
 Guru mempersialahkan anak untuk duduk dan mengahadap ke guru.
 Guru bercerita sesuai dengan lembaran yang tersedia pada kegiatan

Kegiatan Penutup:

 Guru membuat simpulan cerita


 Guru bertanya kepada anak tentang cerita yang telah disampaikan
 Guru menanyakan makna Asmaul Husna kepada anak yang telah
dijelaskan berdasarkan cerita yang telah disampaikan.

Dengan menggunakan metode cerita ini anak menjadi lebih antusias,


dan mudah memahami materi sehingga dapat meningkatkan perkembangan
nilai agama serta moral anak (Safitri & „Aziz, 2019: 95). Selain merupakan
metode yang menyenangkan, menggunakan metode bercerita pada kegiatan
belajar untuk anak juga dapat memebantu mengembangkan kemampuan
bahasa pada anak (Husna, 2021: 44).

F. Metode Pembinaan Akidah bagi Anak Usia Dini


Dalam pandangan Islam tujuan pendidikan pada anak usia dini adalah
memelihara, membantu pertumbuhan dan perkembangan fitrah manusia yang dimiliki
anak. Salah satu fitrah yang dimiliki anak adalah fitrah ber-Tuhan. Inilah tujuan dari
pendidikan akidah yang diberikan kepada anak sejak usia dini, agar dapat
mengembangkan fitrah ber-Tuhan yang sudah dibawa anak sejak lahir. Tugas ini
diembankan kepada orang tua sebagai orang dan lingkungan pertama yang mengasuh
dan mendidik anak.
Dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah dijelaskan
sebelumnya, dalam Islam sudah diatur secara terperinci mengenai hal-hal yang dapat
dilakukan agar orang tua dapat menanamkan akidah dengan baik kepada putra putri
mereka, Ini semua adalah dalam rangka untuk menciptakan keluarga yang selalu
berpegang teguh pada akidahnya. Salah satu kewajiban orang tua terhadap anak
adalah mengembangkan fitrah bertuhan yang sudah dibawa anak sejak lahir. Upaya
yang dilakukan orang tua yakni memberikan pendidikan akidah sejak usia dini.
Adapun cara yang bisa dilakukan orang tua dalam memberikan pendidikan akidah di
dalam keluarga bagi anak antara lain:Banyak metode yang bisa dilakukan oleh orang
tua untuk memberikan pendidikan akidah bagi anak-anaknya, di antaranya:

23
1. Menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis dalam keluarga. Karena ini
akan menjadi contoh bagi anak, karena anak memiliki sefat peniru.
2. Jalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak, bertutur kata yang lembut,
bertingkah laku positif.
3. Membiasakan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah, seperti ketika bersin
membaca Alhamdulillah, memulai aktifitas membaca basmalah.
4. Membudayakan shalat berjamaah dalam keluarga, tarawih bersama di bulan
Ramadhan, tadarus, dan sebagainya.
5. Memberi kesan positif terhadap Allah, misalnya Allah punya sifat Maha pengasih,
Maha penyayang, Maha pengampun, dan sebagainya.
6. Kreatif dan terus belajar sejalan dengan perkembangan anak. Anak akan terus
banyak memberikan pertanyaan.

Sebagai orang tua jangan merasa bosan dengan pertanyaan anak. Jawablah pertanyaan
anak dengan bijaksana. Jadi dapat ditegaskan bahwa kunci pendidikan akidah dalam
keluarga berada pada tangan orang tua. Orang tua harus menjadi model bagi anak-
anaknya, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah, yang artinya: “Hai orang-orang
yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat beri teladan,
anak-anak akan bersikap baik jika orang tuanya bersikap baik karena anak menjadikan
orang tua model? Amat besar di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada
kamu kerjakan.” (Q.S. 61: 2 – 3).

G. Urgensi Pendidikan Akidah bagi Anak Usia Dini


Islam memandang bahwa pendorong yang paling dalam dan paling kuat untuk
melakukan amal perbuatan baik adalah iman yang terpatri dalam hati. Iman itulah
yang membuat seorang muslim ikhlas beramal, mau bekerja keras bahkan rela
berkorban. Iman itu merupakan motivasi dan kekuatan penggerak yang paling ampuh
dalam pribadi seseorang yang membuatnya tidak bisa diam dan melakukan kegiatan,
kebaikan dan amal saleh. Dengan demikian hanya jiwa yang dipenuhi oleh iman yang
dapat diharapkan dapat memancarkan amal saleh dan ahlakul karimah. Agama Islam
juga menganjurkan supaya kita selalu menjaga hubungan dengan Allah dan hubungan
dengan Manusia. Oleh karena itu orang yang berakidah disamping beribadah kepada
Allah, juga menunjukkan integritas sosial dengan lingkungannya. Inilah yang menjadi
sasaran dari pendidikan akidah tersebut.

24
Sedemikian pentingnya pendidikan akidah tersebut banyak sekali
penjelasannya kita temukan dalam firman Allah, di antaranya Q.S al-Syu’ara: 214
yang artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” Ayat
ini menunjukkan bahwa proses pendidikan akidah harus dimulai dari keluarga sendiri.
Sementara itu dalam Q.S At-Tahrim: 6 juga dijelaskan: “Hai orang-orang yang
beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” Mengenai penjelasan
ayat ini, suatu waktu sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW., “Bagaimnana
menyelamatkan keluarga dari api neraka?” Rasulullah SAW bersabda: “dengan
memberikan mereka pendidikan Islam.” Dalam hal ini adalah pendidikan akidah.
Sementara itu dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda: “Ajarilah anak-anakmu
shalat pada usia tujuh tahun, dan pukullah bila dia tidak shalat pada usia sepuluh
tahun.” Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga pernah bersabda: “Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak
tersebut beragama Yahudi, Nasrani ataupun Majusi.” (H.R. Bukhari, Abu Daud,
Ahmad).

25
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Akidah merupakan perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa
menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan
kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Adapun Fungsi aqidah
yaitu Menuntun dan mengembangkan dasar keutuhan yang dimiliki manusi sejak
lahir, Meningkatkan keimanan dan ketakwaan, Memberikan ketenangan dan
ketentraman jiwa, Memberikan pedoman hidup yang pasti, Membentuk pribadi yang
seimbang, yaitu selalu berserah diri kepada allah baik dalam keadaan suka maupun
duka, Sebagai asas persaudaraan.
Adapun tujuan pendidikan aqidah kepada anak adalah untuk memperkokoh
keyakinan anak bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan pencipta alam, sehingga dia
terhindar dari perbutan syirik; Agar anak mengetahui hakikat keberadaannya
sebagai manusia makhluk Allah; dan Mencetak tingkah laku anak menjadi
tingkah laku yang Islami yang berakhlaq mulia.
Anak usia dini sudah dapat diberikan pendidikan awal tentang akidah seperti :
mengenalkan rukun iman, asmaul husna. Ada beberapa metode yang bisa dilakukan
oleh orang tua untuk memberikan pendidikan akidah bagi anak-anaknya, di antaranya:
Menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis dalam keluarga; Jalin hubungan
komunikasi yang baik dengan anak, bertutur kata yang lembut, bertingkah laku
positif; Membiasakan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah, seperti ketika bersin
membaca Alhamdulillah, memulai aktifitas membaca basmalah; Membudayakan
shalat berjamaah dalam keluarga, tarawih bersama di bulan Ramadhan, tadarus, dan
sebagainya; Memberi kesan positif terhadap Allah, misalnya Allah punya sifat Maha
pengasih, Maha penyayang, Maha pengampun, dan sebagainya; Kreatif dan terus
belajar sejalan dengan perkembangan anak. Anak akan terus banyak memberikan
pertanyaan.

B. Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena masih terdapat
kesalahan dari segi penulisan, bahasa dan kelengkapan materi. Kita tahu bahwa
manusia itu tidak luput dari kesalahan baik itu disengaja maupun tidak disengaja.

26
Oleh karena itu kami dari kelompok 2 sangat membutuhkan saran atau kritikan yang
membangun untuk dapat kami jadikan sebagai batu loncatan untuk kearah yang lebih
baik lagi

27
DAFTAR PUSTAKA
Husna, A., & Mayar, F. (2021). Strategi mengenalkan asmaul husna untuk menanamkan nilai
agama dan nilai moral pada anak usia dini. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3),
9664-9670.

Rosnaeni, N. (2021). Pendidikan Aqidah, Ibadah, Akhlak untuk Anak Usia Dini di PAUD
Tunas Bangsa, Taam Aisyah Miftahul Khoir, Pos PAUD Ar Rahcmat, TK
Islam Kreatif Muhammadiyah Cianjur. Journal Riset Pendidikan Anak Usia
Dini https://doi. org, 10(v1i01), 7200.

Safrida, & Dewi, A. (2017). Aqidah dan etika dalam biologi. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press.

Sholeh, M. (2018). Pendidikan anak usia dini dalam perspektif pendidikan islam. Yinyang:
Jurnal Studi Islam Gender Dan Anak, 13(1), 71-83.

Susiba, S. (2019). Pendidikan Akidah Bagi Anak Usia Dini. POTENSIA: Jurnal
Kependidikan Islam, 4(2), 155-168.

Yunahar, I. (2011). Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: Heppy el Rais.

28

Anda mungkin juga menyukai