Anda di halaman 1dari 12

ISTINJA’

Dosen Pengampu: Ade Abdul Muqit, M.pd.

Disusun untuk memenuhi tugas mata kulih fiqih

Kelompok 4:

Nurafni (221310046)

Firyal Awni Fauziyah (221310083)

FAKULTAS TARBIYAH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS PTIQ JAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat kelimpahan rahmat
dan karunia- nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Fiqih dengan mengambil tema istinja.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah
yang kami susun ini member manfaat dan juga inspirasi untuk membaca

Jakarta, 9 September 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah ...................................................................................................... 3

BAB II

PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4

A. Definisi istinja’....................................................................................................... 4
B. Hukum istinja’ ....................................................................................................... 4
C. Cara Beristinja’ ..................................................................................................... 5
D. Adab Istinja’........................................................................................................... 6

BAB III

PENUTUP......................................................................................................................... 7

Kesimpulan ........................................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 8

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan, sebab
pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak menerima
pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan
berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitu pula di sekolah sampai
perguruan tinggi, terjadi proses pendidikan peserta didik dan dididik oleh dosen.
Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia, tidak ada makhluk lain yang
membutuhkan pendidikan.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana dan hal mutlak yang ada
dalam kehidupan, pendidikan di keluarga bukanlah proses yang dilaksanakan secara
asal-asalan, akan tetapi proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan
orangtua dan anak diarahkan pada pencapaian tujuan tertentu.
Pada negara-negara yang sudah berkembang ataupun yang sudah mengalami
stabilitas politik dan agama, pendidikan menjadi perhatian penting bagi masyarakat.
Orang-orang yang memperdebatkan pendidikan cenderung berpendirian bahwa tujuan
pendidikan dasar adalah membantu generasi muda untuk mengembangkan potensi
dirinya. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan di Indonesia yang tertera dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional, menegaskan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Salah satu perkara yang menjadi kewajiban orang tua untuk mengajarkan
kepada anak adalah istinja, mengingat perkara ini menjadi kewajiban setiap muslim.
Allah telah menjelaskan syari’at Islam dengan sempurna. Tidak ada seorang pun dari
perkara yang kecil maupun besar, dari perkara-perkara yang bersentuhan dengan

1
kehidupan dan kemaslahatan umat manusia, hingga adab istinja dan buang hajat juga
telah didukung.
Jika kita perhatikan dan amati dalam semua kitab-kitab fiqh hampir seluruhnya
diawali dengan bab thaharah, ini menandakan bahwa agama Islam sangat menjunjung
tinggi mengenai masalah kesucian, salah satu hal yang urgen dan pokok dalam hal
bersuci adalah bersuci dari kotoran (Istinja).
Menurut ajaran Islam, thaharah menduduki masalah penting. Boleh dikatakan
bahwa tanpa adanya thaharah, ibadah kita kepada Allah SWT tidak akan diterima. Sebab
beberapa ibadah utama mensyaratkan thaharah secara mutlak. Tanpa thaharah, ibadah
tidak akan sah. Bila ibadah tidak sah maka tidak akan diterima oleh Allah. Kalau tidak
diterima Allah, maka konsekuensinya adalah kesia-siaan.
Kesucian itu sebagian dari Iman. Rasulullah SAW telah menyatakan bahwa
urusan kesucian itu sangat terkait dengan nilai dan derajat keimanan seseorang. Bila
urusan kesucian ini bagus maka imannya pun bagus, dan sebaliknya, bila masalah
kesucian ini tidak diperhatikan maka kualitas imannya sangat dipertaruhkan. Selain
menjadi bagian utuh dari keimanan seseorang, masalah kesucian ini pun terkait erat
dengan sah tidaknya ibadah seseorang. Tanpa adanya kesucian, maka seberapa bagus
dan banyaknya ibadah seseorang akan menjadi ritual tanpa makna. Sebab tidak didasari
dengan kesucian baik hakiki maupun maknawi.
Istinja dalam syari’at Islam dihukumi sebagai suatu hal yang wajib, para imam
madzhab juga sepakat akan hukum istinja ini. Tuntunan beristinja dalam Islam sangat
keras. Oleh karena itu setiap muslim dan muslimah harus selalu memperhatikan dan
sangat memelihara adab-adab yang telah ditetapkan oleh syari’at agama. Banyak faktor
penyebab mengapa orang yang rajin beribadah dan berbuat kebajikan lalu ketika
meninggal ia mendapatkan siksa kubur. Salah satu diantaranya cara istinjanya yang
tidak benar. Cara istinja yang benar ini sering dibuat sepele bahkan mungkin banyak
yang tidak mengetahui cara beristinja dengan benar menurut syariat Islam.
Kebanyakan orang tidak menyadari akan pentingnya bagaimana cara mencuci
kemaluannya (beristinja) dengan benar, bahkan terkesan menyepelekannya dan tidak
mengetahui akan azab yang akan diterima kelak karena beristinja yang salah. Oleh
sebab itu penelitian pembiasaan beristinja sangat penting dan merupakan tanggung

2
jawab bersama antar keluarga. Karena dengan adanya kita membiasakan beristinja sejak
dini kepada anak maka anak akan terbiasa setiap hari dalam melakukan hal tersebut.
Peran ibu sebagai pengasuh utama anak-anak sangat menentukan dalam proses
pembasaan beristinja hal ini juga dikatakan oleh Rini Novita Sari dalam artikelnya
“Mothers Knowledge Related to Toilet Training Implementation at 3-5 years Old Age
Children in Islamic Education Cerliana Pekanbaru City in 2016” bahwa pengetahuan
Ibu mengenai toilet training memiliki korelasi yang signifikan dengan implementasi
toilet training anak.
Ketika melakukan pengamatan awal penulis menemukan masalah masih ada
anak yang kurang bersih dalam beristinja dan orangtua kurang memperhatikan anaknya
dalam hal beristinja serta kebanyakan orangtua lebih mementingkan pekerjaannya yang
lain daripada anak dan orangtua kurang menyadari betapa pentingnya memberikan
pembiasaan beristinja kepada anak usia dini dengan benar. Maka dari itu diperlukan
pengetahuan yang mendalam agar orangtua lebih memperhatikan dan membiasakan
anaknya dalam beristinja. Karena memberikan pengetahuan tentang cara beristinja
kepada anak sangat penting agar kelak anak terbiasa melakukan sesuatu dengan benar.
Dari uraian diatas, maka kami tertarik untuk melakukan presentasi yang akan
dirangkum dalam judul presentasi dengan judul :” BERISTINJA’'
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimna tatacara istinja?
2. Apa Alat/ media yang di gunakan untuk beristinja?
3. Apa syarat -syarat beristinja?
4. Bagaimana adab beristinja?

C.Tujuan Masalah

1. untuk mengetahui tatacara istinja

2. untuk mengetahui alat yang di gunakan untuk beristinja

3. untuk mengetahui syarat-syarat istinja

4. untuk mengetahui adab beristinja

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ISTINJA

Istinja adalah membersihkan sesuatu (najis) yang keluar dari qubul atau dubur
menggunakan air atau batu dan benda sejenisnya yang bersih dan suci. Syaikh Abdurrahman
Al-Juzairi dalam Fikih Empat Madzhab Jilid 1 menjelaskan, istilah ini disebut juga dengan
istijhabah atau istijmar.Hanya saja, istijmar biasanya dikhususkan untuk istinja dengan batu.
Istijmar sendiri diambil dari kata al-jimar yang berarti kerikil kecil. Sedangkan, disebut juga
dengan istithabah karena dampak yang ditimbulkannya (membersihkan kotoran) membuat jiwa
terasa nyaman.

Dalam pendapat lain sebagaimana dijelaskan oleh Rosidin dalam buku Pendidikan
Agama Islam, kata istinja berasal dari akar kata naja' yang artinya bebas dari penyakit (kotoran).
Jadi, disebut istinja karena orang yang beristinja berusaha bebas dari penyakit dan
menghilangkan penyakit tersebut.

B. HUKUM ISTINJA
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi mengatakan istinja hukumnya fardhu. Ulama
Hanafiyah berkata bahwa hukum istinja atau aktivitas lain yang menggantikan
kedudukannya seperti istijmar adalah sunnah muakkadah, baik bagi laki-laki maupun
perempuan.
Sementara itu, Hasan ibn Salim al-Kaf dalam al-Taqrirat al-Sadidah sebagaimana
dijelaskan Rosidin membagi hukum istinja menjadi 6 jenis. Antara lain sebagai berikut:
1. Wajib: Istinja hukumnya wajib jika yang keluar adalah najis yang kotor lagi basah.
Seperti air seni, madzi, dan kotoran manusia.

2. Mubah : jika beristinja dari keringat

3. Sunnah: Istinja hukumnya sunnah jika yang keluar adalah najis yang tidak kotor.
Contohnyacacing..
4. Makruh: Istinja hukumnya makruh jika yang keluar adalah kentut.

4
5. Haram: Haram namun sah jika beristinja dengan benda hasil ghashab. Istinja
hukumnya haram dan tidak sah jika beristinja dengan benda yang dimuliakan seperti
buah-buahan.
6. Khilaf al-aula yakni antara mubah dan makruh: Jika beristinja dengan air zam-zam.

C. Tata Cara Istinja

Secara umum, tata cara beristinja ada tiga. Pertama, menggunakan air dan batu.
Cara ini merupakan cara yang paling utama. Batu dapat menghilangkan bentuk fisik
najis. Sementara itu, air yang digunakan harus suci dan menyucikan. Air tersebut dapat
menghilangkan bekas najis.
Kedua, menggunakan air saja. Ketiga, menggunakan batu saja. Adapun, batu
yang diperbolehkan untuk beristinja haruslah suci, bukan najis atau terkena najis,
merupakan benda padat, kesat, dan bukan benda yang dihormati. Fakhrurrazi
menambahkan, ada beberapa media dan cara yang bisa digunakan untuk Istinja. Pertama
membasuh tempat najis dengan air, kedua menyapu dengan batu sampai bersih sekurang-
kurangnya tiga biji baju, dan ketiga menyapu dengan batu lebih dahulu kemudian baru
dibasuh dengan air. Cara yang ketiga merupakan cara Istinja yang paling afdhal. “Dalam
beristinja umat Islam bisa menggunakan air atau dapat juga menggunakan batu dan bisa
juga menggunakan benda padat seperti tisu dengan syarat-syarat tertentu,” tambahnya.
Di akhir kajian Ustadz menyampaikan ia sangat senang melihat para siswa yang selalu
semangat mengikuti kajian kitab fiqih melayu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Hulu
Sungai Tengah.
Dia berharap siswa nantinya dapat menerapkan segala yang sudah mereka
pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Ketika beristinja kita tidak diwajibkan untuk
berniat. Hukum istinja adalah Wajib: Istinja hukumnya wajib jika yang keluar adalah
najis yang kotor lagi basah. Seperti air seni, madzi, dan kotoran manusia.
Sunnah: Istinja hukumnya sunnah jika yang keluar adalah najis yang tidak kotor. Islam
mengajarkan untuk membaca doa istinja usai buang hajat. Doa istinja, latin dan artinya :
Allaahumma hashshin farjii minal fawaahisy wathahir qalbii minan nifaaq.

5
Artinya: "Ya Allah jagalah kemaluanku dari perbuatan keji dan bersihkanlah hatiku dari
nifak”

D. Adab Istinja.

Dalam Islam, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan saat buang hajat. Antara lain
sebagai berikut:

1. Istibra, yaitu mengeluarkan kotoran yang tersisa di dalam makhraj, baik itu air kencing
maupun kotoran, sampai dirasa tidak ada lagi kotoran yang tersisa.
2. Diharamkan buang hajat di atas kuburan. Alasan mengenai pendapat ini karena kuburan
adalah tempat di mana orang bisa mengambil nasihat dan pelajaran. Maka, termasuk adab
sangat buruk jika seseorang justru membuka aurat di atas kuburan dan mengotorinya.
3. Tidak boleh membuang hajat pada air yang tergenang. Diriwayatkan dari Jabir,Rasulullah
SAW melarang kencing pada air yang tergenang (HR. Muslim, Ibnu Majah, dan yang
lainnya).
4. Dilarang buang hajat di tempat-tempat sumber air, tempat lalu lalang manusia, dan tempat
bernaung mereka. Pendapat ini merujuk pada sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits.
Rasulullah SAW bersabda: "Berhati-hatilah kalian dari dua hal yang dilaknat (oleh
manusia." Para sahabat bertanya, "Apa yang dimaksud dengan dua penyebab orang
dilaknat?" Beliau menjawab, "Orang yang buang hajat di jalan yang biasa dilalui manusia
atau di tempat yang biasa mereka bernaung." (HR. Muslim dan Abu Dawud).
5. Dilarang buang hajat dengan menghadap atau membelakangi kiblat.
6. Dimakruhkan bagi orang yang membuang hajat untuk melawan arah angin. Sebab,
dikhawatirkan adanya percikan air kencing yang membuatnya terkena najis.
7. Dimakruhkan bagi orang yang sedang buang hajat untuk berbicara. Namun, apabila
memang ada kebutuhan maka diperbolehkan untuk berbicara, seperti meminta gayung
untuk membersihkan najis.
8. Dimakruhkan menghadap matahari dan bulan secara langsung. Sebab, keduanya
merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan nikmat-Nya bermanfaat bagi seluruh
alam semesta.
9. Dianjurkan untuk istinja dengan tangan kiri. Sebab, tangan kanan digunakan untuk
makan dan sebagainya.

BAB III

6
PENUTUP

KESIMPULAN

Istinja adalah kegiatan membersihkan kotoran yang keluar dari saluran kemih dan anus.
Pembersihan kotoran pada istinja dilakukan dengan menggunakan air atau batu dan dapat pula
dengan alat lain. Tujuan dari istinja adalah untuk menghilangkan najis yang dapat membatalkan
sahnya ibadah. Hukum istinja adalah wajib di dalam Islam.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ad-Dimasyqi, Muhammad bin 'Abdurrahman (2017). Fiqih Empat Mazhab. Bandung:


Hasyimi. ISBN 978-602-97157-3-6.

ILMU FIQIH SAFINATUNNAJAH SYEKH SALIM IBNU SAMIR AL- HADHRAMI


SBA.2017.1869 NOVEMBER 2017

FATHUL QARIB DRS. H. IMRON ABU AMAR KUDUS, 23 JANUARI 1982 M. 27


RABIUL AWWAL 1402 H.

8
9

Anda mungkin juga menyukai