Anda di halaman 1dari 18

PENGEMBANGAN

MATERI AKHLAK
Dosen Pengampu: Syahrul Ismet, S.Ag., M.Pd
Anggota Kelompok 3 :

1.Nur Padila (21022157)


2.Rahmi Andre Yelfi Yusuf (21022031)
3.Reyza Mutia Adha (21022100)
4.Salwa Roja Humairah (21022107)
5.Sisri Ningsih (21022111)
A. Pengertian Akhlak Dan Akhlak Anak

Definisi akhlak secara bahasa  berasal dari bahasa arab ‫ خلق‬-‫ إخـلقـا – یــخلـق‬yang merupakan asal dari isim
masdar yang artinya bisa kita sebut dengan Perangai (Al-Sajiyah) , kelakuan, tabiat, watak, dasar (ath-thabi'ah),
Al- a'dat (kebiasaan, kelaziman), Al- Muru'ah (perdaban yang baik), Al- Din (agama)12. Jadi, akhlak merupakan
suatu keadaan yang mana keadaan itu melekat pada diri seseorang yang nantinya bisa atau dapat melahirkan
perbuatan- perbuatan dengan mudah, tanpa adanya proses pemikiran terlebih dahulu ataupun pertimbangan serta
penelitian. 
Pendidikan akhlak pada anak usia dini merupakan wahana pembinaan manusia menuju sosok paripurna
yang berakhlak terpuji, bermoral baik, dan beriman serta bertakwa kepada Allah SWT. Oleh karena itu,
Pendidikan akhlak sangat penting untuk ditanamkan sejak dini terutama dalam membentuk anak-anak sebagai
benih bangsa yang diharapkan akhirnya hadir sebagai sosok utuh yang memberi sumbangsih yang berarti.
Al-Ghazali (2006) mengemukakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan beraneka ragam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Aktivitas itu dilakukan dengan ikhlas semata-mata menuju ridha-Nya. Akhlak merupakan prilaku
yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, perasaan, pikiran, bawaan dan kebiasaan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan
(moral) yang terdapat dalam diri manusia.
Akhlak sebagai gambaran dari iman seseorang yang ditunjukkan dalam bentuk perilaku, maka draft awal
konstruk akhlak mengacu pada akhlak yang diajarkan oleh Luqman kepada anaknya ialah : (1) Akhlak anak
kepada Allah SWT.; (2) Akhlak anak kepada orang tua; (3) Akhlak anak kepada orang lain; dan (4) Akhlak anak
pada diri sendiri (Daradjat, 1995).
a.Meluaskan lingkungan fikiran, karena fikiran yang sempit
merupakan sumber beberapa keburukan dan akal yang kacau
balau tidak dapat membuahkan akhlak yang tinggi.

b.Berkawan dengan orang yang terpilih, hal ini dikarenakan


manusia itu suka mencontoh.
Ada beberapa perkara yang
menguatkan pendidikan
akhlak dan meninggikannya, c.Membaca dan menyelidiki perjalanan para pahlawandan
yaitu: yang berfikiran luar biasa.

d.Yang lebih penting memberi dorongan kepada pendidikan


akhlah ialah supaya orang mewajibkan dirinya melakukan
perbuatan baik bagi umum (lebih mengutamakan kepentingan
umum)
a. Strategi Pembelajaran Akhlak untuk Anak Usia Dini

Menurut Kurniasih dan Sani (2017, hlm. 80) proses pendidikan karakter untuk peserta didik pada
saat ini lebih tepat menggunakan model pembelajaran yang didasarkan pada interaksi sosial, model
pembelajaran yang didasarkan pada hubungan sosial ini dilaksanakan dengan berlandaskan pada prinsip-
prinsip: melibatkan peserta didik secara aktif dalam belajar, mensinkronksn teori dengan praktik, menjaga
komunikasi dan kerjasama di dalam proses belajar, meningkatkan kemampuan dan keberanian anak
dalam mengambil resiko, dan meningkatkan pembelajaran sambil berbuat dan bermain serta belajar dari
kesalahan.
Strategi pembelajaran akhlak yang dapat diaplikasikan adalah sebagai berikut:
Pertama Inkulkasi Nilai, strategi Inkulkasi ini berlawanan dengan Indoktrinasi, contoh:
(1) mengutarakan pendapat dan memberikan alasan rasional (2) adil memperlakukan pihak lain
(3) menghargai pendapat berbeda (4) menghargai tata tertib/ peraturan (5) pemberian
penghargaan dan hukuman yang sesuai dalam mendidik (6) berhubungan baik dengan orang yang
tidak setuju dengan pendapatnya (7) menciptakan pengalaman social dan emosional
mengenai nilai-nilai yang dikehendaki.
Kedua strategi pembinaan, strategi pembinaan ini dapat diterapkan dengan berbagai bentuk, diantaranya.
(a) dengan kegiatan belajar di kelas, pembinaan dan pengembangannya dilaksanakan dengan mengintegrasikan
akhlak dengan semua mata pelajaran. Pengembangan akhlak harus menyatu dengan proses pembelajaran, dengan guru
sebagai tujuan pendidikanserta suasana pembelajaran yang transaksional. Suasana pembelajaran ini menumbuhkan
nurturan effect, memperkuat karakter serta soft skill anak. (b) kegiatan keseharian sepertibudaya satuan
pendidikan (School Culture), sekolah berupaya memberdayakan dan memanfaatkan semua lingkungan belajar
untuk mengamalkan, memberikan perbaikan-perbaikan, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus-menerus
proses pendidikan akhlak disekolah.
Ketiga strategi Ketaladanan, menurut Suwandi pendekatan teladanan (uswah) yang diperankan oleh
guru sangat tepat dilakukan dalam pendidikan akhlak di sekolah, terdapat strategi keteladanan internal dan
keteladanan eksternal. Dalam Keteladanan internal, guru harus dapat memberikan contoh yang baik
kepada anak didiknya, sedangkan keteladanan eksternal adalah keteladanan yang didapatkan dari para tokoh
yang panutan. Dalam pendidikan karakter keikhlasan merupakan prinsip, namun pendidik juga wajib
memiiki bekal sebagai tokoh teladan, diantaranya (a) guru harus mengetahui akhlak seperti apa yang
harus dimiliki peserta didik, (b) guru dapat mempelajari karakter yang bersifat universal, (c) guru
mengetahui tahapan perkembangan perilaku anak agar dapat menerapkan metode yang sesuai, (d) mengetahui
tahapan mendidik akhlak, (e) mengetahui bagaimana mengajarkan pendidikan akhlak kepada anak serta, (f)
menyadari arti kehadirannya ditengah anak.
Keempat strategi pengembangan keterampilan akademik dan Sosial, ada beberapa keterampilan (soft skill)
yang dibutuhkan untuk dapat mengamalkan nilai-nilai yang dianut, sehingga berperilaku yang bersifat membina
serta bermoral dalam masyarakat, keterampilan tersebut adalah keterampilan untuk berpikir kritis dan
keterampilan mengatasi masalah. Keterampilan ini dapat diterapkan dengan cara latihan secara terus-menerus
sehingga menjadi kebiasaan. Dan keterampilan mengatasi masalah yaitu keterpauan antara pengetahuan dasar dan
keterampilan dasar.

Kelima strategi fasilitasi, bagian pokok dalam strategi fasilitasi adalah memberikan pengalaman
kepada subyek didik. Dampak positif yang terdapat dalam strategi ini adalah: dapat meningkatkan
hubungan pendidik dengan subyek didik, dapat memberikan pengalaman kepada subyek didik untuk menyusun
pendapat, mengingat kembali materi yang disimak, dan menjelaskan kembali sesuatu yang masih diragukan,
serta menolong peserta didik untuk berpikir lebih dalam tentang nilai yang dipelajari, memberikan pemahaman
kepada pendidik tentang pikiran dan perasaan subyek didik, sertamemotivasi subyek didik menghubungkan
persoalan nilai dengan kehidupan. (Karnasih, 2017,hlm. 123).
b. Peran Orang Tua dalam Pembentukan Akhlak Anak

Keluarga merupakan tempat tumbuh kembang anak, dimana ia akan mendapat berbagai pengaruh
langsung terutama saat masa-masa emas anak. Orang tua, terutama ibu akan memberikan
pengalaman per tama dalam kehidupan anak, yang mana pengalaman tersebut akan selalu memberikan
dampak yang istimewa dan berar ti dalam kehidupannya dimasa mendatang.
Akhlak yang baik akan membentengi masing-masing individu dari pengaruh buruk untuk menjadi
pribadi yang unggul. Dengan demikian peran orang tua sangat dibutuhkan dalam pembentukan akhlak
anak. Peran tersebut ber tujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang seauai dengan usianya,
mampu bersosialisasi dan menjadi pribadi yang sholih (Padjrin, 2016: 5).
Dalam teori belajar bandura juga dijelaskan bahwa manusia dalam konteks interaksi timbal balik
yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan (Sugihar tono, 2007). Teori
bandura ini menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap ser ta reaksi emosi
orang lain. Hal inilah yang kemudian menjadi landasan bahwa akhlak tidak bisa diajarkan,
melainkan harus ditanamkan melalui proses imitasi dan keteladanan.

Adapun faktor model/keteladanan menurut teori Bandura (Sugiyatno, 2013: 9) memiliki prinsip-
prinsip sebagai berikut:
a)Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan caramengkonsep perilaku sejak awal
kemudian mengulangi perilaku secara simbolik.
b)Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan dirinya
c)Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model/ panutan tersebut disukai/dihargai dan
perilakunya mempunya nilai yang bermanfaat.
d)Oleh karenanya, orang tua haruslah membiasakan akhlak yang baik pada anak sejak usia dini bahkan sejak
dalam kandungan. Pembiasaan-pembiasaan tersebut akan terpatri langsung dalam hati anak. Semakin
banyak pembiasaan baik yang dilakukan sejak kecil, semakin baik pula akhlaknya nanti ketika ia dewasa.
Adapun kewajiban orang tua dalam pembinaan akhlak anak menurut
Mansur (2009:271) adalah sebagai berikut.
1)Memberi contoh kepada anak dalam berakhlakul karimah atau menjadi suri
tauladan yang baik.
2)Memberikan kesempatan pada anak untuk mempraktikkan akhlak mulia dalam
keadaan bagaimanapun.
3)Memberi tanggungjawab sesuai dengan perkembangan anak.
4) Mengawasi serta mengarahkan anak dalam pergaulan.
B.Tujuan Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak bertujuan untuk membentuk prilaku dan kepribadian anak didik menjadi labih
baik dan sesuai dengan ajaran agama. Hal ini sejalan dengan misi Rasulullah SA W. dalam hadistnya
yang diriwayatkan oleh Ahmad yang artinya:”Bahwasanya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan
keluhuran budi pekerti. (HR. Ahmad). Karena dengan memiliki generasi yang berakhlak mulia
kehidupan akan selamat dunia dan akhirat.
Tujuan pendidikan akhlak diberikan kepada anak supaya dapat membersihkan diri dari perbuatan
dosa dan maksiat.Karena sebagai manusia yang memiliki jasmani dan rohani, maka jasmani
dibersihkansecara lahiriah melalui fikih sedangkan rohani dibersihkan secara bathiniah melalui akhlak.
Orang yang memiliki batin yang bersih akan melahirkan perbuatan yang terpuji sehingga dengan
perbuatan terpuji maka akan melahirkan masyarakat yang saling menghargai dan hidup rukun serta
bahagia dunia dan akhirat.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Anak.

Ada tiga aliran yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak yaitu:
1.Aliran nativisme, menurut aliran ini factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri
seseorang adalah pembawaan dari dalam (kecendrungan, bakat, akal dan lain-lain).
2.Aliran empirisme, menurut aliran ini faktor dari luar sagat berpengaruh terhadap pembentukan diri
seseorang seperti lingkungan sosial, termask pembinaan dan pendidikan yang diberikan.
3.Aliran konvergensi, berpendapat bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh factor internal
yaitupembawaan si anak dan factor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus
atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial
D.Kesalahan-kesalahan yang Harus Dihindari Orang Tua dalam Pembentukan Akhlak Anak.

Tugas orang tua dalam membesarkan dan mendidik anak tidak semudah teori yang ada akan tetapi
sangat banyak tantangan yang harus dihadapi. Apalagi sebagian orang tua dalam mendidik anak
berdasarkan pengalaman sebagai anak yang dulu dididik dan dibesarkan oleh orang tuanya, maka pola asuh
yang diterapkan adalah pola asuh warisan (turun temurun) yang akibantnya anak diperlakukan sebagaimana
orangtuanya dahulu memperlakukannya. Padahal zaman anak dengan zaman orang tuanya tersebut
berbeda, sedangkan Rasulullah saw. menganjurkan kepada umatnya untuk mendidik anak sesuai zaman si
anak
tersebut.
Sebagai orang tua kita harus mampu memahami kebutuhan anak dan memfaslitasinya, dan
mengarahkan untuk melakukan hal-hal yang mulia dengan mencontohkan perbuatan-perbuatan yang
terpuji.Agar anak mematuhi dan mau mau mencontoh menurut Agus sutiono ada beberapa kesalahan yang
dilakukan oleh orang tua akibat ketidaktahuan dalam memberi rangsangan pada anak agar otaknya
berfungsi maksimal.
Adapun kesahan-kesalahan yang dilakukan orang tua yang menghambat pembentukan pola prilaku anak yaitu:

1.Inkonsistensi, sebagai orang tua yang menjadi teladan bagi anak sikap konsisten dalam segala hal harus selalu
dijaga. Karena jika kita mengajarkan kepada anak suatu kebaikan dan suatu ketika kita sendiri yang
melanggarnya didepan anak maka anak akan sulit mempercayai apa yang kita katakan.
2.Terlalu bangyak intervensi, orang tua kerap kali melakukan itervensi pada anak yang mengakibatkan anak
ketergantungan terhadap pertolongan orang tuanya.
3. Membanding – bandingkan, disadari atau tidak orang tua kerap membanding - bandingkan kondisi yang
dialami dengan apa yang dirasakan anak sekarang.
Menurut Megawangi ada beberapa kesalahan orang tua dalam mendidik anak yang dapat mempengaruhi
perkembangan kecerdasan emosi anak yang berakibat pada pembentukan karakternya, yaitu:
- Kurang menunjukkan ekspresi kasih sayangbaik secara verbal maupun fisik.
-Kurang meluangkan waktu yang cukup untuk anak.
-Bersikap kasar secara verbal, seperti berkata-kata kasar.
-Bersikap kasar secara fisik, contohnya memukul.
-Terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai