Anda di halaman 1dari 27

PERKEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA ANAK USIA

DINI
A. Perkembangan Moral Anak Usia Dini
Manusia merupakan makhluk etis atau makhluk yang mampu memahami
kaidah-kaidah moral dan mampu menjadikannya sebagai pedoman dalam
bertutur kata, bersikap, dan berperilaku. Kemampuan seperti di atas bukan
merupakan bawaan melainkan harus diperoleh melalui proses belajar. Anak
dapat mengalami perkembangan moral jika dirinya mendapatkan pengalaman
berkenaan dengan moralitas. Perkembangan moral anak ditandai dengan
kemampuan anak untuk memahami peraturan, norma, dan etika yang berlaku
(Slamet Susanto, 2005). Mengingat moralitas merupakan fakor penting dalam
kehidupan manusia maka manusia sejak dini harus mendapatkan pengaruh
yang positif untuk menstimulasi perkembangan moralnya.

B. Konsep Konsep Perkembangan Moral Anak Usia Dini
Menurut Megawangi, dalam Siti Aisyah,dkk (2007), anak-anak akan tumbuh
menjadi pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan yang
berkarakter pula. Usaha mengembangkan anak-anak agar menjadi pribadi-
pribadi yang bermoral atau berkarakter baik merupakan tanggung jawab
keluaga, sekolah, dan seluruh komponen masyarakat. Usaha tersebut harus
dilakukan secara terencana, terfokus, dan komperhensif. Pengembangan moral
anak usia dini melalui pengembangan pembiasaan berperilaku dalam keluarga
dan sekolah.

a. Pengembangan berperilaku yang baik dimulai dari dalam keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak.
Keluraga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan paling efektif untuk
melatih berbagai kebiasaan yang baik pada anak.

Menurut Thomas Lickona, sebagaimana pendapatnya dikutip oleh Siti Aisyah
dkk. (2007) ada 10 hal penting yang harus diperhatikan dan dijadikan prinsip
dalam mengembangkan karakter anak dalam keluarga, yaitu sebagai berikut.
1) Moralitas penghormatan
Hormat merupakan kunci utama untuk dapat hidup harmonis dengan
masyarakat. Moralitas penghormatan mencakup:
a) Penghormatan kepada diri sendiri untuk mencegah agar diri sendiri tidak
terlibat dalam perilaku yang merugikan diri sendiri.
b) Penghormatan kepada sesama manusia meskipun berbeda suku, agama,
kemampuan ekonomi, dst.
c) Penghormatan kepada lingkungan fisik yang merupakan ciptaan Tuhan.
2) Perkembangan moralitas kehormatan berjalan secara bertahap
Anak-anak tidak bisa langsung berkembang menjadi manusia yang bermoral,
tetapi memerlukan waktu dan proses yang terus menerus, dan memerlukan
kesabaran orang tua untuk melakukan pendidikan tersebut.
3) Mengajarkan prinsip menghormati
Anak-anak belajar menghormati orang lain jika dirinya merasa bahwa pihak
lain menghormatinya. Oleh karena itu orang tua hendaknya menghormati
anaknya. Penghormatan orang tua kepada anak dapat dilakukan misalnya
dengan menghargai pendapat anak, menjelaskan kenapa suatu aturan dibuat
untuk anak,dst.
4) Mengajarkan dengan contoh
Pembentukan perilaku pada anak mudah dilakukan melalui contoh. Oleh
karena itu contoh nyata dari orang tua bagaimana seharusnya anak berperilaku
harus diberikan. Selain itu, orang tua juga bisa membacakan buku-buku yang
di dalamnya terdapat pesan-pesan moral. Oran tua hendaknya mengontrol
acara-acara televisi yang sering ditonton anaknya, jangan sampai acara yang
disukai anak adalah acara yang berpengaruh buruk pada perkembangan
moralnya.


5) Mengajarkan dengan kata-kata
Selain mengajar dengan contoh, orang tua hendaknya menjelaskan dengan
kata-kata apa yang ia contohkan. Misalnya anak dijelaskan mengapa berdusta
dikatakan sebagai tindakan yang buruk, karena orang lain tidak akan percaya
kepadanya.
6) Mendorong anak untuk merefleksi tindakannya
Ketika anak telah melakukan tindakan yang salah, misalnya merebut mainan
adiknya sehingga adiknya menangis, anak disuruh untuk berpikir jika ada
anak lain yang merebut mainannya, apa reaksinya.
7) Mengajarkan anak untuk mengemban tanggung jawab
Anak harus didik untuk menjadi pribadi-pribadi yang alturistik, yaitu peduli
pada sesama. Untuk itu sejak dini anak harus dilatih melalui pemberian
tanggung jawab.
8) Mengajarkan keseimbangan antara kebebasan dan kontrol
Keseimbangan antara kebebasan dan kontol diperlukan pengembangan moral
anak. Anak diberi pilihan untuk menentukan apa yang akan dilakukannya
namun aturan-aturan yang berlaku harus ditaati.
9) Cintailah anak, karena cinta merupakan dasar dari pembentukan moral
Perhatian dan cinta orang tua kepada anak merupakan kontribusi penting
dalam pembentukan karakter yang baik pada anak. Jika anak-anak
diperhatikan dan disayangi maka mereka belajar memperhatikan dan
menyayangi orang lain.
10) Menciptakan keluarga bahagia
Pendidikan moral kepada anak tidak terlepas dari konteks keluarga. Usaha
menjadikan anak menjadi pribadi yang bermoral akan lebih mudah jika anak
mendapatkan pendidikan dari lingkungan keluarga yang bahagia. Untuk itu
usaha mewujudkan keluarga yang bahagia merupakan syarat yang harus
dipenuhi oleh orang tua sehubungan dengan perkembangan moral.



b. Pengembangan kebiasaan berperilaku yang baik di sekolah
Perkembangan moral anak tidak terlepas dari lingkungan di luar rumah.
Menurut Goleman (1997) dan Megawangi 2004) dalam Siti Aisyah dkk.
(2007: bahwa lingkungan sekolah berperan dalam pengembangan moral anak
usia dini, pendidikan moral pada lembaga pendidikan formal dimulai ketika
anak-anak mengikuti pendidikan pada taman kanak-kanak. Menurut
Schweinhart (Siti Aisyah dkk,. 2007 pengalaman yang diperoleh anak-anak
dari taman kanak-kanak memberikan pengaruh positif pada perkembangan
anak selanjutnya.
Di lembaga pendidikan formal anak usia dini, peran pendidikan dalam
pengembangan moral anak sangat penting. Oleh karena itu, menurut
Megawangi (Siti Aisyah,2007 pendidikan harus memperhatikan beberapa hal,
yaitu sebagai berikut.
1) Memperlakukan anak didik dengan kasih sayang, adil, dan hormat.
2) Memberikan perhatian khusus secara individual agar pendidik dapat
mengenal secara baik anak didiknya.
3) Menjadikan dirinya sebagai contoh atau panutan.
4) Membetulkan perilaku yang salah pada anak didik.

C. Strategi dan Teknik Pengembangan Moral Anak Usia Dini.
Pengembangan moral anak usia dini dilakukan agar terbentuk perilaku moral.
Pembentukan perilaku moral pada anak, khususnya pada anak usia dini
memerlukan perhatian serta pemahaman terhadap dasar-dasar serta berbagai
kondisi yang mempengaruhi dan menyatukan perilaku moral. Ada 3 strategi
dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini,yaitu : strategi latihan
dan pembiasaan, 2. Strategi aktivitas dan bermain, dan 3. Strategi
pembelajaran (Wantah, 2005: 109)
1. Strategi Latihan dan Pembiasaan
Latihan dan pembiasaan merupakan strategi yang efektif untuk
membentuk perilaku tertentu pada anak-anak, termasuk perilaku moral.
Dengan latihan dan pembiasaan terbentuklah perilaku yang bersifat relatif
menetap. Misalnya, jika anak dibiasakan untuk menghormati anak yang lebih
tua atau orang dewasa lainnya, maka anak memiliki kebiasaan yang baik,
yaitu selalu menghormati kakaknya atau orang tuanya.
2. Strategi Aktivitas Bermain
Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak dapat
digunakan dan dikelola untuk pengembangan perilaku moral pada anak.
Menurut hasil penelitian Piaget (dalam Wantah, 2005:16), menunjukkan
bahwa perkembangan perilaku moral anak usia dini terjadi melalui kegiatan
bermain. Pada mulanya anak bermain sendiri tanpa dengan menggunakan
mainan.
Setelah itu anak bermain menggunakan mainan namun dilakukan sendiri.
Kemudian anak bermain bersama temannya namun belum mengikuti aturan-
aturan yang berlaku. Selanjutnya anak bermain bersama dengan teman-
temannya berdasarkan aturan yang berlaku.

3. Strategi Pembelajaran
Usaha pengembangan moral anak usia dini dapat dilakukan dengan
strategi pembelajaran moral. Pendidikan moral dapat disamakan dengan
pembelajaran moral. Pendidikan moral dapat disamakan dengan pembelajaran
nilai-nilai dan pengembangan watak yang diharapkan dapat dimanifestasikan
dalam diri dan perilaku seseorang seperti kejujuran, keberanian, persahabatan,
dan penghargaan (Wantah,2005: 123).
Pembelajaran moral dalam konteks ini tidak semata-mata sebagai suatu situasi
seperti yang terjadi dalam kelas-kelas belajar formal di sekolah, apalagi
pembelajaran ini ditunjukkan pada anak-anak usia dini dengan ciri utamanya
senang bermain. Dari segi tahapan perkembangan moral, strategi
pembelajaran moral berbeda orientasinya antara tahapan yang satu dengan
lainnya. Pada anak usia 0-2 tahun pembelajaran lebih banyak berorientasi
pada latihan aktivitas motorik dan pemenuhan kebutuhan anak secara
proposional. Pada anak usia 2-4 tahun pembelajaran moral lebih diarahkan
pada pembentukan rasa kemandirian anak dalam memasuki dan menghadapi
lingkungan. Untuk anak usia 4-6 tahun strategi pembelajaran moral diarahkan
pada pembentukan inisiatif anak untuk memecahkan masalah yang
berhubungan dengan perilaku baik dan buruk.
Secara umum ada berbagai teknik yang diterapkan untuk mengembangkan
moral anak usia dini. Menurut Wantah (2005: 129) teknik-teknik dimaksud
adalah: 1. Membiarkan, 2. Tidak menghiraukan, 3. Memberikan contoh
(modelling, 4. Mengalihkan arah (redirecting), 5. Memuji, 6. Mengajak, dan 7.
Menantang (challanging).
D. Pengembangan Nilai-nilai Agama Anak Usia Dini
Menurut Zakiah Darajat (dalam Lilis Suryani dkk., 2008: 1.9), agama
suatu keimanan yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan, dan
dilaksanakan dalam tindakan, perkataan, dan sikap. Perkembangan nilai-nilai
agama artinya perkembangan dalam kemampuan memahami, mempercayai,
dan menjunjung tinggi kebenaran-kebenaran yang berasal dari Sang Pencipta,
dan berusaha menjadikan apa yang dipercayai sebagai pedoman dalam
bertutur kata, bersikap dan bertingkah laku dalam berbagai situasi.
Pemahaman anak akan nilai-nilai agama menurut Ernest Harms (dalam Lilis
Suryani dkk. 2008; 1.10-1.11) berlangsung melalui 3 tahap, yaitu sebagai
berikut.
1. Tingkat Dongeng (The Fairt Tale Stage)
Tingkat ini dialami oleh anak yang berusia 3-6 tahun. Ciri-ciri
perilaku anak pada masa ini msih banyak dipengaruhi oleh daya
fantasinya sehingga dalam menyerap materi ajar agama anak juga masih
banyak menggunakan daya fantasinya.
2. Tingkat Kenyataan (The Realistic Stage)
Tingkat ini dialami anak usia 7-15 tahun. Pada masa ini anak
sudah dapat menyerap materi ajar agama berdasarkan kenyataan-
kenyataan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Anak sudah
tertarik pada apa yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keagamaan.
Segala bentuk tindak amal keagamaan mereka ikuti dan tertarik untuk
mempelajari lebih jauh.
3. Tingkat Individu (The Individual Stage)
Tingkat individu dialami oleh anak yang berusia 15 ke atas.
Konsep keagamaan yang individualistic ini terbagi atas bagian, yaitu : a.
Konsep keagamaan yang konvensional dan konservatif yang dipengaruhi
oleh sebagian kecil fantasi, b. Konsep keagamaan yang murni dinyatakan
dengan pandangan yang bersifat personal, dan c. Konsep keagamaan
yang humanitic. Agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka
dalam menghayati ajaran agama.
Pengembangan nilai-nilai agama pada anak harus didasarkaan pada
karakteristik perkembangan anak. Jika memperhatikan pendapat Ernest Harms
sebagaimana dikemukakan di atas, maka usaha pengembangan nilai-nilai
agama menjadi efektif jika dilakukan melalui cerita-cerita yang didalamnya
terkandung ajaran-ajaran agama. Dengan demikian daya fantasi anak berperan
dalam menyerap nilai-nilai agama yang terdapat dalam cerita yang
diterimanya.
















PENGEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI
A. Pengertian pengembangan kognitif
Kognitif berhubungan dengan intelegensi. Pengembangan Kognitif adalah
suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan,
menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Dapat juga
dimaknai sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau mencipta
karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan.
Sedangkan menurut beberapa ahli psikolog mendefinisikan kognitif atau
intelegensi :
1. Colvin
Kognitif adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
2. Henman
Kognitif adalah intelektual ditambah pengetahuan
3. Terman
Kognitif adalah kemampuan untuk berpikir abstrack
4. Hunt
Kognitif adalah teknik memproses informasi yang disediakan indra

B. Pentingnya Pengembangan Kognitif
Berdasarkan Pendapat Piaget, pentingnya guru mengembangkan kemampuan
kognitif pada anak adalah :
1. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa
yang dilihat, dengar dan rasakan sehingga anak akan memiliki pemahaman
yang utuh.
2. Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan
kejadian yang pernah dialaminya.
3. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam
rangka menghubungkan suatu peristiwa dengan lainnya.
4. Agar anak memahami berbagai simbol-simbol yang tersebar di dunia
sekitarnya
5. Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran baik yang terjadi
secara melalui proses alamiah (spontan) ataupun melalui proses ilmiah
(percobaan)
6. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya
sehingga pada akhirnya ia akan menjadi individu yang mampu menolong
dirinya sendiri.

C. Faktor yang mempengaruhi Perkembangan kognitif
Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif antara lain :
1. Faktor Hereditas/Keturunan
Schopenhauer berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-
potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan. Taraf
Intelegensi 75-80% merupakan warisan atau keturunan
2. Faktor Lingkungan
Menurut pendapat John Locke, perkembangan manusia sangatlah
ditentukan oleh lingkungannya. Perkembangan taraf intelegensi sangatlah
ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari
lingkungan hidupnya.
3. Kematangan
Tiap organ baik fisik maupun psikis dapat dikatakan matang jika ia telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsi masing-masing.
4. Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luarbdiri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi.
5. Minat daan Bakat
Minat mengarah perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan
bagi perbuatan itu. Sedangkan Bakat adalah kemampuan bawaan sebagai
otensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat diwujudkan.



6. Kebebasan
Yaitu kebebasan manusia berfikir divergen (meyebar) yang berarti bahwa
manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam
memecahkan masalah sesuai kebutuhan.

D. Tahap-tahap perkembangan konitif
Menurut Jean Piaget tahap perembangan kognitif ada 4 yaitu :
1. Sensorimotor (0-2 tahun)
2. Praoperasional (2-7 tahun)
3. Konkret operasional (7-11 tahun)
4. Formal operasional (11-dewasa)
Anak usia TK ada pada tahap Praoperasional (2-7 tahun). Dikatakan
praoperasional karena anak telah mampu menggunakan logika pada
tempatnya. Pada tahap ini anak mempunyai gambaran mental dan mampu
untuk berpura-pura, mulai menggunakan simbol. Sebuah simbol merupakan
perwakilan yang lain, menggambar, menulis huruf, atau perkataan yang dapat
dimengerti untuk mewakli arti yang sesungguhnya.

E. Contoh Kegiatan Pembelajaran untuk Pengembangan Kognitif
- TPP : Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC
- Indikator : Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk
2 pola yang berurutan misalnya : merah-putih, merah
putih, merah putih-biru, merah-putih-biru.
- Kegiatan : Membuat sate dari buah-buahan sesuai urutan bengkoang,
nanas, pepaya
- Alat dan bahan : -buah nanas, pepaya, bengkoang dipotong kecil
- Tusuk sate
- Piring
- Langkah-langkah kegiatan pembelajaran :
1. Guru mempersiapkan alat yang digunakan
2. Guru memberi pertanyaan tentang macam-macam buah-buahan yang
diperhatikan
3. Guru memberi contoh cara membuat sate buah dengan mengurutkan mulai
dari yang ditusuk : bengkoang, nanas, pepaya
4. Guru memberi kesempatan pada anak untuk mengambil buah dan tusuk
sate
5. Guru memberi pujian pada anak



















Metode Pengembangan Sosial di Taman Kanak-kanak
Salah satu kemampuan yang dituntut dari seorang guru adalah kompetensinya
dalam memilih metode pengajaran yang tepat untuk bahan pelajaran yang akan ia
ajarkan. Ketepatan pemilihan metode mengajar ini sangat penting karena ia akan
membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Jika pemilihan metode mengajar
kurang tepat maka tujuan pembelajaran pun menjadi samar dan tidak fokus pada
sasaran. Oleh karena itu, berikut Anda akan diajak untuk membahas beberapa
metode pembelajaran yang dapat membantu proses terbentuknya perilaku sosial.
Beberapa metode pengembangan sosial yang dapat dilakukan guru di TK adalah
sebagai berikut ini.

1. Pengelompokan Anak
Pengembangan sosialisasi dengan cara mengelompokkan anak di TK
dirasakan sangat efektif. Melalui pengelompokkan, anak akan saling mengenal
dan berinteraksi secara intensif dengan anak lain. Anak akan menemukan
teman-teman yang cocok dan kurang cocok. Sekali-sekali sangat mungkin
terjadi konflik di antara mereka, namun selama itu tidak sampai pada tahap
pertengkaran dan perkelahian kita tidak perlu mengkhawatirkannya, dan
sedikit diperselisihan akan mengasah kemampuan problem solving mereka.

2. Modeling dan Imitating
Imitasi adalah peniruan sikap, tingkah laku, serta cara pandang orang lain
yang dilakukan secara disengaja. Jadi, prosesnya berbeda dengan proses
identifikasi yang berlangsung tanpa disadari. Biasanya sejak usia dua sampai
tiga tahun anak mulai senang meniru tingkah laku orang lain yang ada di
sekelilingnya. Contohnya memakai sepatu hak tinggi ibu karena ingin, seperti
ibu atau memakai minyak rambut ayah karena ingin bersisir, seperti ayahnya.
Menurut Freud umumnya anak laki-laki meniru tingkah laku ayah untuk
mendapat cinta ibu, sementara anak perempuan meniru tingkah laku ibu untuk
mendapat cinta ayah. Semakin besar anak, tidak hanya tingkah laku yang
tampak saja yang akan ditirunya, tetapi juga sikap seseorang terhadap sesuatu,
misalnya terhadap perilaku mencontek atau cara pandang seseorang terhadap
permasalahan tertentu serta banyak lagi peniruan lain yang tampak.
Proses peniruan ini sangat wajar pada anak bahkan mungkin terjadi di masa
dewasa, namun sekalipun namanya meniru, obyek yang ditiru pun harus
memenuhi persyaratan seperti berikut
a. Tingkah laku yang ditiru merupakan tingkah laku yang mendapat
penguatan, yaitu mendapat respons positif atau negatif dari lingkungannya,
misalnya anak meniru tingkah laku kakaknya yang menangis berguling-
guling untuk mendapatkan sesuatu. Oleh karena itu, guru dan orang tua
harus menjaga lingkungan anak sehingga peniruan tehadap perilaku buruk
dapat dihindarkan.
b. Umumnya anak meniru tingkah laku orang dewasa ketimbang tingkah laku
anak sebayanya. Dengan demikian, orang dewasa di sekitar anak
diharapkan dapat menjadi contoh yang baik.
c. Model mempunyai status yang lebih tinggi. Dalam hal ini tidak harus
berarti status sosial, tetapi yang sesuai dengan persepsi anak, misalnya
tingkah laku ketua kelompok bermainnya atau tingkah laku guru. Dengan
sikap ini maka orang tualah yang berperan untuk melatih ketrampilan
memilah dan memilih bagi anak sehingga anak tidak melakukan imitasi
terhadap perilaku-perilaku yang kurang diperkenankan.
3. Bermain Kooperatif
Bermain kooperatif adalah permainan yang melibatkan sekelompok anak, di
mana setiap anak mendapatkan peran dan tugas masing-masing yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan bersama. Contoh permainan ini, misalnya
permainan musang dan ayam. Dalam permainan ini, ada anak yang harus
memerankan ayam, musang, dan pagar (sisa anak-anak lain yang membentuk
lingkaran). Si ayam berada dalam lingkungan sementara musang berada di
luar lingkaran. Sebelum musang mengejar ayam, anak-anak bernyanyi
bersama menceritakan tentang tokoh musang dan ayam ini sehingga ketika
pintu pagar dibuka, musang mengejar ayam dan ayam pun lari menghindari
musang. Demikian seterusnya, sampai permainan dimenangkan oleh musang
dan anak-anak secara bergantian memerankan tokoh masing-masing.
Permainan kooperatif ini mengajarkan anak bersikap sportif dan bekerja sama
untuk mencapai tujuan. Hal ini, baik dilakukan untuk mengembangkan
ketrampilan sosial anak.
4. Belajar Berbagi (Sharing)
Belajar berbagi (sharing) merupakan ketrampilan sosial yang sangat
dibutuhkan oleh anak. Melalui sharing anak akan terlatih untuk membaca
situasi lingkungan, belajar berempati terhadap kebutuhan anak lain, belajar
bermurah hati, melatih bersikap lebih sosial, serta bertahap meninggalkan
perilaku egosentrismenya. Anak-anak dapat dilatih untuk berbagi makanan,
berbagi mainan hingga akhirnya berbagi cerita.
















PENGINTEGERASIAN MATERI PEMBINAAN NASIONALISME
A. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi Pembinaan Nasionalisme melalui Jalur Pendidikan
yang diintegerasikan pada aspek perkembangan yang relevan sebagai berikut.
1. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
a. Kesadaran sebagai bangsa Indonesia
b. Cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia
c. Hak dan kewajiban sebagai warga negara
d. Hakikat negara Indonesia sebagai Negara Kesatuan Republik
Indonesia
e. Harkat, martabat, dan derajat bangsa Indonesia.
f. Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
g. Kebhineka tunggalikaan bangsa dan kebudayaan Indonesia.
h. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia, serta
i. Simbol-simbol negara (Lambang Negara Garuda Pancasila, Bendera
Kebangsaan Indonesia Sang Saka Merah Putih, Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya, dan Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia, serta
Lembaga-Lembaga Negara)
2. Kecintaan Terhadap Tanah air
a. Lagu-lagu perjuangan dan/ atau lagu yang bertemakan nasionalisme
b. Menjaga dan merawat lingkungan
c. Kebanggaan atas potensi sumber daya yang dimiliki bangsa Indonesia
serta berupaya merawat, mengolah, dan menjaganya.
d. Menjunjung tinggi bakat harkat dan martabat bangsa melalui prestasi
baik di sekolah maupun masyarakat, serta
e. Ikut serta menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.

3. Keyakinan pada Pancasila Sebagai Ideologi, Dasar, dan Falsafah Negara
a. Pancasila sebagai pandangan hidup dasar negara, dan ideologi negara.
b. Lagu kebangsaan Indonesia Raya.
c. Hari-hari besar agama dan nasional
d. Nilai-nilai kepahlawanan.
e. UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Kerelaan Berkorban untuk Bangsa dan Negara
a. Kesetiakawanan sosial dan solidaritas nasional
b. Kejujuran, keadilan, dan rasa tanggung jawab.
c. Pola hidup sederhana.
d. Menjaga fasilitas umum dan milik negara.
e. Menghormati kepentingan umum.

5. Kemampuan Awal Bela Negara
a. Hidup bersih dan sehat
b. Kesamaptaan jasmani
c. Kedisplinan dan ketertiban
d. Keuletan, tahan uji, dan pantang menyerah.
e. Rajin belajar dan giat bekerja.












KONSEP PENGEMBANGAN BERBAHASA
A. Pengantar
Pengembangan bahasa diarahkan agar anak mampu menggunakan dan
mengekpresikan pemikirannya dengan mengunakan kata-kata. Dengan kata
lain pengembangan bahasa diarahkan agar anak-anak dapat:
1. Mengolah kata secara komperhensif
2. Mengekpresikan kata-kata tersebut dalam bahasa tubuh (ucapan dan
pebuatan) yang dapat dipahami oleh orang lain.
3. Mengerti setiap kata, mengartikan dan menyampaikan secara utuh kepada
orang lain.
4. Beragumentasi, meyakinkan orang melalui kata-kata yang diucapkannya.
Pengembangan Berbahasa pada anak TK menekankan pada:
1. Mendengar dan Berbicara
Secara umum melalui kegiatan mendengar dan berbicara diharapkan anak
dapat:
a. Mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan merespon dengan tepat.
b. Berbicara dengan penuh percaya diri.
c. Menggunakan bahasa untuk mendapatkan informasi dan untuk
komunikasi yang efektif dan interaksi sosial dengan yang lain.
d. Menikmati buku, cerita dan irama.
e. Mengembangkan kesadaran bunyi.
2. Awal Membaca
Secara umum melalui kegiatan awal membaca diharapkan anak dapat:
a. Membentuk perilaku membaca.
b. Mengembangkan beberapa kemampuan sederhana dan ketrampilan
pemahaman.
c. Mengembangkan kesadaran huruf.
B. Perilaku yang dapat dilakukan oleh anak
1. Mendengar dan Berbicara
a. Melakukan kontak mata ketika mendengar atau mulai berbicara.
b. Memberi perhatian ketika mendengarkan sebuah cerita.
c. Merespon sumber bunyi atau suara.
d. Menggunakan kata-kata yang sopan ketika berbicara dengan orang.
e. Menyampaikan pesan sederhana dengan akurat.
f. Membuat permintaan sederhana.
g. Merespon ketika diajak berbicara atau ditanya.
h. Memulai pembicaraan dengan teman sebaya dan orang dewasa.
i. Berkomunikasi secara efektif dalam situasi tertentu.
j. Menggunakan bahasa untuk menjelaskan tujuan sederhana.
k. Berbicara tentang pengalaman pribadi, perasaan dan ide.
l. Berpartisipasi dalam cerita, lagu dan irama.
m. Berpartisipasi dalam dramatisasi dan cerita yang terkenal
n. Menceritakan kembali cerita dan peristiwa tertentu secara sederhana.
o. Membuat cerita sendiri dan memerankannya
p. Menggabungkan suara dengan pola irama tertentu.
q. Membedakan antara bunyi suara dan irama dalam kata-kata.

2. Awal Membaca
a. Mengekspresikan pendapat terhadap apa yang sudah dibaca.
b. Mendemonstrasikan cara yang benar dalam menggunakan sebuah
buku.
c. Memahami bagian dasar yang digunakan dalam buku (misalnya:
sampul, judul, paparan dan halaman).
d. Menikmati membaca dengan orang dewasa dan mau membaca.
e. Mengenal tulisan sebaik mengenal gambar, membawa pesan.
f. Menyadari nama mereka sendiri.
g. Mengetahui kalau tulisan dibaca dari kiri ke kanan atau atas ke bawah.
h. Memahami bahwa kata yang diucapkan dapat direpresentasikan dalam
tulisan.
i. Menyadari bahwa cerita mempunyai bagian awal, tengah dan akhir.
j. Mengantisipasi kejadian-kejadian dalam cerita dan membuat prediksi.
k. Menggunakan suara inisial untuk kode kata-kata.
l. Menggunakan gambar untuk kode kata-kata
m. Menggunakan tulisa untuk mengenali tulisan yang lebih kompleks.

C. Fungsi Bahasa sebaga alat Komunikasi
1. Ketrampilan Bahasa
Dapat ditunjukkan oleh anak dalam perilaku : menyapa memperkenalkan
diri, bertanya, mendeskripsikan, melaporkan kejadian, menyatakan suka/
tidak, meminta ijin, bantuan, mengemukakan alasan, memerintah atau
menolak sesuatu.
2. Ketrampilan Mendengar
Dapat ditunjukkan oleh anak dalam perilaku : mendengarkan perintah,
mendengarkan pertanyaan, mendengarkan orang yang sedang bercerita
dan mendengarkan orang yang memberi petunjuk.
3. Ketrampilan Berbicara
Dapat ditunjukkan oleh anak dalam perilaku: mengembangkan
ketrampilan bertanya, menyiapkan kegiatan yang dapat dilakukan di dalam
maupun di luar kelas, menciptakan suasana belajar yang mnyenangkan dan
menggunakan berbagai kegiatan yang bervariasi.
4. Ketrampilan Membaca
Membaca adalah kegiatan yang melibatkan unsur auditif (pendengaran)
dan visual (pengamatan).

D. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak
Berdasarkan dimensi perkembangan bahasa anak usia 4-6 Tahun memiliki
karakteristik perkembangan, antara lain:
1. Dapat berbicara dengan menggunakan kalimat sederhana yang terdiri dari
4-5 kata.
2. Mampu melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar.
3. Senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan
urut dan mudah dipahami.
5. Menyebut nama, jenis dan umurnya, menyebut nama panggilan orang lain
(teman, kakak, adik atau saudara yang telah dikenalnya)
6. Mengerti bentuk pertanyaan dengan menggunakan apa, mengapa dan
bagaimana.
7. Dapat menunjukkan kata depan seperti di dalam, di luar, di atas, di bawah,
di samping.
8. Dapat mengulang lagu anak-anak dan menyanyikan lagu sederhana.
9. Dapat menjawab telepon dan menyampaikan pesan sederhana.
10. Dapat berperan serta dalam suatu percakapan dan tidak mendominasi
untuk selalu ingin didengar.
















Indikator : Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara urut (Bhs
27)
Kegiatan : - Membacakan cerita (story reading)
- Bercakap-cakap
Metode : Bercerita, Tanya Jawab.
Tujuan : 1. Dapat melatih daya ingat anak.
2. Dapat menambah kosa kata anak.
3. Dapat melatih kemampuan berbicara anak.
Bahan/ Alat : Buku cerita (bergambar)
Penilaian : Penugasan, Percakapan.

Langkah-langkah : 1. Guru menyapkan alat peraga yang diperlukan.
2. Buku dipegang oleh guru di tangan kiri dan posisi buku
diatur sedemikian rupa sehingga gambar dan tulisan dapat
dilihat dengan jelas oleh anak.
3. Sebagai pendahuluan, guru memperlihatkan gambar serta
membicarkan isi gambar.
4. Guru membacakan cerita, setiap halaman dengan intonasi
suara, irama yang menarik dan ucapan yang jelas.
5. Setelah membacakan cerita, guru memberi kesempatan
kepada anak untuk menceritakan isi cerita bergantian
6. Bagi yang sudah mampu diberi pujian dan bagi anak yang
belum mampu diberikan motivasi/ dorongan



Wonogiri, 18 September 2013
Pemandu

Sri Haryanti, S. Pd
NIP. 19560126 198503 2 002
PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK
Metode pengembangan sosial anak dapat dilaksanakan melalui berbagai
pendekatan antara lain melalui: kegiatan rutin, spontan, dan keteladanan.
Pengembangan sosial melalui kegiatan rutin dan pembiasaan.
Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan perilaku tertentu yang
dianggap mendasar dan penting bagi pola kehidupan anak saat ini maupun ketika
anak sudah dewasa.
Sos 1:
Bersedia bermain dengan teman sebaya dan orang dewasa
Kegiatan di atas dika diorganisasikan dengan baik oleh guru dan anak
akan membawa dampak yang cukup hebat pada pembentukan perilaku anak
misal:
a. Anak akan terbiasa menghormati orang tua, guru, dan orang yang dituakan.
b. Bersalaman dengan mengucapkan salam ketika akan berangkat dan pulang
sekolah
c. Cium tangan
d. Berkata sopan
e. Mengikuti nasehatnya
f. Tidak berkata kotor dan keras
g. Tidak mengolok-olok teman
h. Tidak mengejek dan mencela teman
i. Tidak menyakiti dan tidak berlaku curang
Sosem 6 :
Memelihara lingkungan misal : tidak mencoret-coret tembok, membuang
sampah pada tempatnya, dll
Sosem 19 :
Membuang sampah pada tempatnya.
Kegiatan di atas jika dibiasakan akan menghasilkan perilaku khusus diantaranya :
a. Kesadaran untuk tidak merusak alam sekitar.
b. Tidak berlebihan, boros dan tamak/rakus dalam memanfaatkan lingkungan.
c. Memelihara ekosistem alam dengan cara antara lain:
Cinta kebersihan
Membuang sampah pada tempatnya
Tidak merusak tanaman
Memelihara tanaman
Mengambil sampah dan membuang di tempat sampah

































DOKUMEN ADMINISTRASI PEMBELAJARAN
MELIPUTI
1. PROGRAM TAHUNAN/SEMESTER
2. PERENCANAAN MINGGUAN
3. PERENCANAAN HARIAN
4. PENILAIAN
A. PROGRAM TAHUNAN/SEMESTER
Merupakan program pembelajaran yang berisi jaringan tema, bidang
pengembangan/lingkup pengembangan, indikator, dan alokasi waktu.
Langkah-langkah Pngembangan Program Semester:
1. Mempelajari dokumen Kurikulum, yakni pedoman pengembangan
program pembelajaran,
2. Menentukaan tema-tema yang akan digunakan dalam setiap semester
dan menetapkan alokasi waktu setiap tema,
3. Identifikasi tema menjadi sub-tema,
4. Tema-tema yang dipilih dan hasil identifikasi tema menjadi sub-tema
dapat dibuat dalam bentuk tabel pada setiap awal tahun pelajaran.
Tema Semester I
NO TEMA ALOKASI WAKTU
1 Diri Sendiri 3 minggu
2 Lingkunganku 4 minggu
3 Kebutuhanku 4 minggu
4 Binatang 3 minggu
5 Tanaman 3 minggu
Jumlah 17 minggu

Tema semester II
NO TEMA ALOKASI WAKTU
1 Rekreasi 4 minggu
2 Pekerjaan 3 minggu
3 Air, Udara, dan Api 2 minggu
4 Alat Komunkasi 2 minggu
5 Tanah Airku 3 minggu
6 Alam Semesta 3 minggu
Jumlah 17 minggu

B. PERENCANAAN MINGGUAN (RKM)
Merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-
kegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam
satu minggu sesuai dengan keluasan pembahasan tema dan sub tema.
RKM ada 2 bentuk, yaitu :
1. RKM model pembelajaran Kelompok
2. RKM model pembelajaran berdasar minat

3. Komponen RKM berdasarkan Kelompok
a. Tema dan sub tema
b. Alokasi waktu
c. TK kelompok A atau B
d. Bidang pengembangan atau lingkup perkembangan
e. Kegiatan per-bidang Pengembangan/Lingkup Perkembangan
Langkah-langkah pengembangan RKM berdasarkan kelompok
a. Menjabarkan tema dan merinci sub-tema
b. Menjabarkan indikator menjadi kegiatan-kegiatan pada bidang
pengembangan dalam program semester untuk mempermudah bisa
menggunakan 5W+IH
c. Membuat matrik hubungan antar tema, sub-tema dengan kegiatan-
kegiatan.
d. Menentukan pelaksanaan kegiatan dalam 1 minggu
4. Komponen RKM bersdasarkan minat
a. Tema dan Sub Tema
b. Alokasi waktu
c. TK Kelompok A atau B.
d. Sudut/Area/ Sentra
e. Kegiatan sudut, area,dan sentra
Lagkah-langkah pengembangan RKM berdasar minat
a. Menjabarkan tema dan merinci sub tema
b. Menjabarkan indikator kegiatan-kegiatan dan dimasukkan dalam
area/ sudut/ sentra bisa menggunakan kalimat 5W+1H
c. Membuat matrik hubungan antar tema, sub tema dengan kegiatan-
kegiatan
d. Menentukan alokasi waktu untuk setiap RKM

C. PERENCANAAN HARIAN
Merupakan penjabaran dari RKM, yang memuat kegiatan-kegiatan
pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara individual, kelompok,
maupun klasikal dala satu hari. RKH terdiri atas kegiatan awal, kegiatan
inti, istirahat/makan, dan kegiatan akhir.

D. PENILAIAN
1. Pengertian
Penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai
informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh,
tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang
telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran.
2. Tujuan Penilaian
Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik selama mengikuti
pendidikan TK
3. Fungsi Penilaian
Fungsi Penilaian adalah sebagai berikut :
a. Memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki
kegiatan pembelajaran,
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan kegiatan
bimbingan terhadap anak didik agar fisik maupun psikisnya dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal,
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menempatkan anak
dalam kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya
d. Memberikan informasi kepada orang tua tentang pertumbuhan dan
perkembangan yang telah dicapai oleh anak sebagai bentuk
pertanggungjawaban TK
e. Sebagai informasi orang tua untuk melaksanakan pendidikan
keluarga yang sesuai dan terpadu dengan proses pembelajaran TK
f. Sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak dalam rangka
pembinaan selanjutnya terhadap anak didik.
4. Ruang Lingkup Penilaian
Penilaian mencakup dua bidang pengembangan, sebagai berikut:
a. Bidang pengembangan pembiasaan meliputi nilai-nilai agama,
moral, sosial, emosional, dan kemandirian
b. Bidang pengembangan kemampuan dasar meliputi kemampuan
berbahasa kognitif, fisik/motorik, dan seni.

Anda mungkin juga menyukai