Anda di halaman 1dari 6

Pendahuluan

Pramuka merupakan salah satu ekstrakurikuler yang tidak asing dalam


dunia pendidikan karena bisa ditemukan di setiap jenjang pendidikan. Melalui
pramuka, siswa bisa mendapakan pembinaan ketaqwaan, kehidupan dalam
berbangsa dan bernegara berdasarkan ideologi Pancasila, melatih kepribadian,
kemampuan berorganisasi, melatih kesehatan jasmani, meningkakan kratifitas,
tenggang rasa, tanggung jawab dan kerjasama. Tertuang dalam Dasadarma
Pramuka sebagai pondasi pendidikan pramuka antara lain : 1)Takwa kepada
Tuhan YME , 2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, 3) Patriot yang
sopan dan kesatria, 4) Patuh dan suka bermusyawarah, 5) Rela menolong dan
tabah, 6) Rajin, terampil, dan gembira, 7) Hemat cermat, dan bersahaja, 8)
Disiplin, berani, dan setia, 9) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya , 10) Suci
dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan (HS, n.d., p. 73). Sesuai dengan
pengamalan dhasa dharma ke-8, disiplin bisa ditanamkan sedini mungkin melalui
kegiatan pramuka (Wadlifah, 2013). Karakter disipin bertujuan membangun
akhlak dan karakter bangsa.
Dampak dari kemajuan zaman dalam era globalisasi tidak bisa dihindari.
Mulai dari anak yang menjadi anti sosial, malas belajar, sampai berperilaku yang
menyimpang. Salah satunya adalah nilai kedisiplinan yang semakin memudar.
Tata tertib yang ada di sekolah seakan-akan sebatas simbol dan formalitas belaka
tanpa memiliki kekuatan untuk mengatur ketertiban di lingkungan sekolah.
Kepatuhan siswa yang telah tumbuh dan dilakukan dirasa hanya dilatarbeakangi
oleh rasa terpaksa, dengan alasan takut terhadap hukuman bukan atas dasar
kesadaran. Karakter disiplin bisa membuat siswa mempraktikan hal-hal yang
bersifat positif dan menjauhi hal-hal yang berbau negatif untuk menunjang
mereka dalam belajar di sekolah. Penanaman karakter disiplin tersebut tidak bisa
dilakukan apabila sebatas mengandalkan pembelajaran nilai-nilai yang ada di
kelas, namun harus ada suatu program yang mendampingi penanaman nilai
tersebut.
Dari beberapa poin tersebut menjadikan guru sebagai pendidik berfikir
untuk mencari cara agar dapat meningkatkan kedisiplinan siswa yang berasal dari
kesadarannya sendiri. Keadaan demikian mendorong setiap lembaga pendidikan
agar menerapkan program yang bertanggung jawab dalam memberikan
pengetahuan dan keterampilan serta dapat mengembangkanya secara formal
maupun non formal. Salah satu pendidikan non formal yang mampu menerapkan
hal tersebut adalah ekstrakurikuler pramuka. Pramuka juga dianggap secara
efektif dapat meningkatkan akhlak terpuji siswa (Putri, 2019). Maka disinilah
fungsi diadakannya ekstrakurikuler pramuka sebagai program pendamping untuk
mengembangkan nilai-nilai kepada siswa. Ektrakurikuler pramuka dapat dijadikan
sebagai sarana untuk penanaman kedisiplinan melalui pembinaan karakter baik
berupa budi pekerti, kebiasaan, maupun akhlak siswa. Peran guru dan Pembina
dari ekstrakurikuler diharapkan berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang
terjadi di kelas. Penyampaian nilai-nilai diharapkan bisa memberikan pengaruh
positif kepada siswa yang kemudian akan terefleksikan dalam kebiasaannya dan
kemudian menjadi karakter. Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler pramuka
bisa mempengaruhi dari perilaku siswa ketika masuk kelas, di dalam kelas,
maupun di luar sekolah seperti dalam keluarga sampai perilaku bermasyarakat
(Affandi, 2016) .
Kegiatan belajar mengajar di SD N 01 Sugih Waras berlangsung dengan
baik. Akan tetapi, banyak siswa selain dari kelas V di SD N 01 Sugih Waras yang
masih kurang disiplin selama proses belajar mengajar. Selain itu siswa masih
banyak yang belum membariskan diri ketika akan memasuki kelas. Hal tersebut
dapat diminimalisir karena SD N 01 Sugih Waras menerapkan ekstrakurikuler
pramuka yang dikemas dalam benuk kegiatan yang menyenangkan dan menarik
bagi siswa, namun tetap memberikan nilai-nilai pendidikan yang positif. Hal ini
disebabkan kegiatan pramuka dilaksanakan di luar kelas, sehingga banyak
memberikan kesan rekreatif bagi siswa yang cenderung bosan dengan
pembelajaran yang ada di dalam kelas. Di dalam kegiatan pramuka, pembina
pramuka berfungsi layaknya sebagai orang tua, kakak, mitra, konsultan,
motivator, dan fasilitator (Pusdiklatnas, 2011, p. 36). Pembina pramuka dalam
kegiatannya juga memberikan permainan-permainan dalam setiap kegiatan yang
didalamnya mengandung unsur pendidikan dan dikolaborasikan dengan materi
pramuka. Pembina pramuka di SD N 01 Sugih Waras sendiri sudah mempunyai
banyak pengalaman dan telah mengikuti KMD (Kursus Mahir Dasar).
Permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagaimana
Pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka di kelas V SD N 01 Sugih Waras? 2)
Bagaimana nilai karakter kedisiplinan siswa dapat terbentuk melalui kegiatan
ekstra pramuka di kelas V SD N 01 Sugih Waras?.

Pramuka
Gerakan Pramuka adalah gerakan pendidikan non formal, bersifat
sukarela, non politik, terbuka untuk semua, tanpa membedakan asal-usul, ras,
suku bangsa dan agama. Gerakan ini dibentuk berdasarkan Keppres No 238
Tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961 melalui fusi lebih dari 60 organisasi kepanduan
di Indonesia. Pada saat ini dasar hukum Gerakan Pramuka telah lebih diperkuat
yakni dengan keluarnya UU No 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.
Pendidikan kepramukaan adalah pendidikan non formal yang diperkaya dengan
pendidikan nilai-nilai kepramukaan dan diselenggarakan menurut metoda
kepramukaan. Nilainilai kepramukaan yang dimaksud disini adalah Satya dan
Darma. Sedangkan metoda kepramukaan yang dimaksud disini adalah belajar
interaktif dan progresif dialam terbuka dengan bimbingan orang dewasa. Adapun
tujuan pendidikan kepramukaan ialah :
 Membentuk karakter kaum muda sehingga memiliki watak, keperibadian
dan akhlak mulia
 Menanamkan semangat kebangsaan agar kaum muda cinta tanah air dan
memiliki semangat bela Negara
 Membekali kaum muda dengan berbagai kecakapan dan keterampilan.
Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Secara konstitusional, pendidikan
nasional: berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Karakter
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati,
jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,
watak. Karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitude), perilaku (behavior),
motivasi (motivation), dan keterampilan (skill). Menurut John Sewey 
merupakan hal yang lumrah dalam teori pendidikan bahwa pembentukan watak
(karakter) merupakan tujuan umum pengajaran dan pendidikan budi pekerti di
sekolah.

Kekuatan karakter akan terbentuk dengan sendirinya jika ada dukungan


dan dorongan dari lingkungan sekitar. Peran keluarga, sekolah, dan masyarakat
sangat dominan dalam mendukung dan membangun kekuatan karakter. Karakter
tidak bisa diwariskan, Karakter harus DIBANGUN dan DIKEMBANGKAN
secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu PROSES yang tidak instan.
Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti
sidik jari. Setiap orang bertanggung jawab atas karakternya. Kita memiliki
KONTROL PENUH atas karakter kita, artinya kita tidak dapat menyalahkan
orang lain atas karakter kita yang baik atau buruk, karena kita yang bertanggung
jawab penuh. Mengembangkan karakter adalah TANGGUNG JAWAB pribadi
kita sendiri.

Disiplin

Saydam (1996 : 284) menyatakan bahwa disiplin adalah sikap kesediaan


dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati segala norma-norma
peraturan yang berlaku disekitarnya.” Terlihat bahwa faktor-faktor terpenting dari
disiplin kerja adalah sikap dan perilaku yang taat dan tunduk pada peraturan yang
ada dengan penuh kesadaran. Menurut Hasibuan (2012 :115) kedisiplinan yaitu
“adanya kesadaran dan kesediaan seorang karyawan untuk mentaati segala
peraturan dan normanorma yang ada dalam suatu organisasi pemerintah”.
Mangkunegara (2012: 129) menyatakan “disiplin adalah kegiatan manajemen
untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasional”. Menurut Soerjono
(2010 :67) adapun indikator disiplin kerja karyawan yaitu : 1) Ketepatan waktu, 2)
Menggunakan peralatan kantor dengan baik, 3) Tanggung jawab yang tinggi, 4)
Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan, 5) Ketaatan terhadap aturan kantor.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan dengan jenis
deskrptif karena menggambarkan sebuah fenomena pada saat ini dengan
berangkat dari kerangka teori, pendapat para ahli, ataupun penelitian terdahulu
yang relevan yang kemudian dikembangkan untuk memperoleh kebenaran (Lexy,
2006, p. 177). Peneliti berperan sebagai pengamat peran serta yang artinya
pengamat yang diketahui oleh umum secara terbuka (Arikunto, 1998, p. 146).
Peneliti turut hadir di lokasi penelitian dan pada saat kegiatan yaitu kegiatan
pramuka kelas V di SD N 01 Sugih Waras. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan desember 2022. Subjek penelitian ini antara lain : 1) Pembina pramuka SD
N 01 Sugih Waras karena mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan
kegiatan pramuka dan kunci dari kegiatan kepramukaan. 2) Siswa SD N 01 Sugih
Waras, siswa merupakan pelaku dan mengenai nilai karakter disiplin dari kegiatan
pramuka. 3) Kepala sekolah SD N 01 Sugih Waras, sebagai seseorang yang
memiliki pengaruh terhadap penelitian dan akan mencari informasi mengenai
penanaman nilai kedisplinan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk mendapatkan informasi antara lain: 1) Observasi mengenai pelaksanaan
dan dampak dari kegiatan pramuka, 2) Wawancara kepada para narasumber, 3)
Dokumentasi , dengan mendokumentasikan mengenai profil SD N 01 Sugih
Waras, data guru dan siswa, sarana prasarana dan kegiatan ekstrakurikuler
pramuka itu sendiri (Sugiyono, 2015, p. 231). Setelah data didapatkan
selanjutnya data dianalisa menggunakan tiga tahap yaitu 1) mereduksi data agar
data yang didapat memeberikan gambaran yang jelas, 2) Penyajian data yang
telah diperoleh dalam bentuk narasi maupun bagan, 3) Menarik kesimpulan
terhadap masalah yang diteliti (Sugiono, 2008, pp. 82–83)
Damanik, Saipul Ambri (2014) Pramuka Ekstrakurikuler Wajib Di
Sekolah. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 13 (02). pp. 16-21.
H Gunawan - Bandung: alfabeta, 2012 - academia.edu

Anda mungkin juga menyukai