Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN

AL QUR’AN DAN HADITS


Dibuat untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah: Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu: Tri Windi Oktara, S.Pd, M.Psi

Kelompok 4:
Roihanul Firdaus 221340142
Maslihah 221340146
Rismawati 221340158

BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat Islam yang senantiasa menjadi sumber
inspirasi dalam perjalanan hidup ini.
Kami dengan rendah hati menyampaikan kata pengantar ini sebagai bagian dari karya
ilmiah kami yang berjudul "Perkembangan Anak Usia Dini dalam Al Qur’an dan Hadits".
Karya ini merupakan hasil dari perjalanan panjang, dedikasi, serta semangat untuk terus
menggali pengetahuan dalam bidang Psikologi Perkembangan. Melalui karya ini, kami
berharap dapat memberikan kontribusi kecil bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
pemahaman yang lebih mendalam terkait topik yang kami bahas.
Kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah turut serta dalam perjalanan kami dalam menyelesaikan karya ini. Terima kasih
kepada Ibu Tri Windi Oktara, S.Pd, M.Psi selaku dosen pengampu kami yang telah memberikan
arahan, bimbingan, dan masukan berharga dalam proses penulisan. Terima kasih juga kepada
teman-teman sejawat yang senantiasa memberikan dukungan moril dan semangat.
Selain itu, kami juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada keluarga kami yang
selalu memberikan doa, motivasi, dan dukungan penuh dalam menyelesaikan karya ini. Semua
itu adalah sumber kekuatan bagi kami.
Kami menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang akan membaca
karya ini. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi pembaca, sekaligus
menjadi bagian kecil dalam upaya kita bersama untuk terus mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Akhir kata, kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam karya ini. Semoga
Allah SWT senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Selamat membaca dan
semoga karya ini bermanfaat.

Penulis,
Kelompok 4

Serang, 1 Oktober 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan ........................................................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A. Perkembangan Manusia menurut Hadits ........................................................................... 2
B. Perkembangan Anak Usia Dini dalam Agama .................................................................. 3
C. Perkembangan Akhlak dan Moral Anak Usia Dini ........................................................... 5
D. Dalil Al Qur’an tentang Perkembangan Anak Usia Dini .................................................. 7
BAB III ...................................................................................................................................... 9
PENUTUP.................................................................................................................................. 9
Kesimpulan............................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah pendidikan anak sudah ada sejak dahulu kala, anak ibarat permata berharga
yang dititipkan oleh orang tuanya. Jika ia terbiasa berbuat baik dan diabaikan, ia akan menjadi
orang yang baik dan bahagia di dunia dan akhirat. Jika ia terbiasa berbuat buruk dan diabaikan,
maka ia akan menjadi orang yang malang dan binasa.
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam mempunyai peran sebagai pedoman bagi orang-orang
yang bertakwa. Dengan kata lain, Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk jalan benar yang
diridhai Allah, serta petunjuk bagaimana menjalani kehidupan sekuler. Karena sejatinya Islam
selalu mengajarkan umatnya bagaimana cara mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Al-Qur'an mengatakan bahwa anak-anak yang lahir dalam keadaan kosong akan
menjadi Majus atau Yahudi, tergantung pada pendidikan yang mereka terima. Pendidikan anak
usia dini, baik pendidikan formal maupun pendidikan orang tua, dinilai sangat penting dalam
pembentukan karakter anak. Anak usia dini merupakan masa penting yang memerlukan
pendidikan sedini mungkin. Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa masa kanak-kanak
merupakan masa perkembangan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Anak-anak
mempunyai dunia dan sifat yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak merupakan sosok
yang lincah, aktif, antusias, dan selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya.
Menurut Islam, pendidikan seorang anak dimulai ketika janin masih sangat kecil.
Misalnya, para ibu hendaknya membaca dan mendengarkan banyak ayat Al-Quran karena akan
mempengaruhi karakter anaknya kelak nanti. Hal ini menunjukkan bahwa bayi yang Anda
kandung memiliki pendidikan yang tinggi, ketika anak masih sangat kecil, yaitu antara usia 0
sampai 6 tahun, perkembangan otaknya sudah mencapai 80%. Pada usia ini, mereka mudah
terpengaruh dan membutuhkan bimbingan. Namun hal tersebut harus dilakukan dengan cara
yang benar dan sesuai dengan usianya agar kelak menjadi anak yang unggul baik secara agama
maupun intelektual, sehingga orang tua dan guru sangat berperan penting dalam mendidik
anak. Orang tua dan guru tidak boleh memaksa anak untuk melakukan apa yang mereka
inginkan, tetapi harus membantu mereka mewujudkan potensi mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan manusia menurut hadits?
2. Bagaimana perkembangan anak usia dini dalam agama?
3. Bagaimana akhlak dan moral dalam perkembangan anak usia dini?
4. Apa saja dalil Al Quran tentang kehidupan manusia?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk memahami perkembangan manusia menurut hadits
2. Untuk memahami perkembangan anak usia dini dalam agama
3. Untuk memahami akhlak dan moral dalam perkembangan anak usia dini
4. Untuk mengetahui dalil-dalil Al Quran tentang kehidupan manusia

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Perkembangan Manusia menurut Hadits
Hadist berikut menunjukkan bahwa anak adalah harta yang berharga bagi kedua
orangtuanya. Anak dapat dianggap sebagai rezeki yang diharapkan membawa kebahagiaan dan
berkah bagi kedua orangtuanya, bukan hanya pemberian Allah yang biasa.
"Anak adalah buah hati" (HR Anu Ya'la).

Artinya : “Seorang bayi tidak dilahirkan kedunia ini melainkan berada dalam
kesucian (fitrah). Kemudian kedua orangtuanyalah yang akan membuatnya menjadi
Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.” (H.R. Bukhari)

Hadits ini menunjukkan bahwa anak-anak, terutama anak-anak kecil yang berada pada
masa pertumbuhan awal, menerima apa pun yang diberikan orang tuanya, baik atau buruk.
Oleh karena itu, sudah menjadi tanggung jawab orang tua dan keluarga sebagai lingkungan
utama untuk menyelenggarakan pendidikan yang bijaksana dan berbasis agama. Hadits riwayat
Tulmouz dan Ibnu Majah menyebutkan bahwa orang tua wajib memberikan hal terpenting
kepada anaknya, yaitu pendidikan.
Para ulama meyakini bahwa anak usia dini. Dalam buku “Mengajar Anak Mengenal Tuhan”
karya Hamdan Al-Rajih, anak dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
Janin Anak dalam perut
Walid Bayi yang baru lahir
Shadiq anak berumur 3 hari
Radhi’ Bayi yang masih mendapatkan
ASI
Fathim Bayi yang disapih
Darij anak yang sedang belajar berjalan
Khumasi BALITA
Matsghal anak yang muncul gigi depan
Mutsaghar anak yang tumbuh gigi depan
Mutara’I anak dalam masa perkembangan
Nasyi Remaja
Yafi’ menuju baligh
Murahiq menjelang fase baligh
Berdasarkan pengelompokan tersebut, mereka yang dapat digolongkan sebagai anak
usia dini termasuk dalam kelompok j hingga kelompok Mutara'I. Anak usia dini merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan anak dengan karakteristik yang berbeda-beda. Ada
hukum pertumbuhan dan perkembangan,intelegensi, sosial, dan emosional yang unik dalam

2
situasi ini. Anak mempunyai hati yang murni, bersih dan polos. Imam al-Ghazali meyakini
bahwa anak merupakan misi orang tua. Karena setiap anak suci dan suci, mereka cenderung
menerima segala sesuatu yang diterimanya yang mempengaruhi dirinya. Jadi, apabila
lingkungan sekitar memberikan dorongan yang baik maka anak akan berkembang sesuai
dengan dorongan tersebut..
Anak memerlukan bantuan orang tua dalam segala aspek tumbuh kembangnya, aspek
fisik meliputi motorik, dan aspek psikis juga harus memenuhi nilai-nilai agama. Memberikan
teladan yang baik bagi seluruh keluarga dan orang lain yang berhubungan dengan anak dapat
membantu proses ini. Tidak cukup hanya untuk orang tuanya.
B. Perkembangan Anak Usia Dini dalam Agama
Setelah mempelajari tahapan perkembangan manusia menurut AlQuran dan As-
Sunnah, menurut ahli pendidikan Islam, tahapan ini harus dimulai dengan
1. Masa janin atau perut ibu, juga dikenal sebagai marhalah al-janin. Ini karena proses
terjadinya manusia dimulai di perut ibu.

Artinya: Dialah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari
segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebagai seorang anak, kemudian dibiarkan
kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. Tetapi di antara kamu ada yang dimatikan
sebelum itu. (Kami perbuat demikian) agar kamu sampai kepada kurun waktu yang
ditentukan, agar kamu mengerti. (Q.S. Al Mu’min:67)

Nabi Saw. bersabda, “as-syaqiyyu man syaqiya fi bathni ummihi was-sa’îdu


man sa’ida fi bathni ummihi, Orang yang menderita adalah orang yang merasakan sakit
sejak dalam kandungan ibunya, Orang yang berbahagia adalah orang yang bahagia
sejak dalam kandungan ibunya. (HR. Ibnu Bashar).Ali bin Abi Thalib r.a., seorang
shahabat Nabi berkata, “Wa bathnu ummihi mabda’u safarihi, Perut ibu merupakan
awal perjalanan manusia”.
Dalam kasus ini, orang tua harus bertanggung jawab atas pengasuhan janin,
memberikan gizi kepada istri dan janinnya serta memenuhi kebutuhan dan kenyamanan
rohaninya. Proses pendidikan di masa atau pase ini bertujuan untuk memaksimalkan
sarana pendidikan spiritual Islam (wasîlah altarbiyah al-rûhiyah).
Sebagai contoh, dia mendengarkan Alquran, dzikir, dan doa, serta kebiasaan ibadah dan
amal shalih yang dilakukan oleh ayah dan ibunya dalam keluarganya.
Selama 120 hari, orang tua, terutama ibunya, harus rajin beribadah (berdoa) untuk
memastikan bahwa rezeki, ajal, dan amal putra-putrinya akan diberikan oleh Allah
SWT, seperti yang ditunjukkan dalam hadits al-Bukhari dan Muslim. Hal ini hanya
dapat dicapai dalam pendidikan nonformal, yaitu dalam keluarga, di mana peran ayah
dan ibu adalah yang paling penting.

3
2. Masa asuhan, juga dikenal sebagai marhalah alradhâ'ah wal fithâm, adalah fase
neonatus, yang dimulai dari kelahiran hingga usia dua tahun. Si anak masih lemah dari
segi fisik dan mental pada usia ini, sehingga perkembangan biologisnya bergantung
pada ASI. Selama dua tahun, ibu diharapkan dapat memperbaiki teknik penyusuan.
Dalam proses ini, yang paling penting adalah perasaan kasih sayang yang diterima anak
dari pelukan atau sentuhan ibu saat menyusui. Jadi, solusi Islam untuk masalah
penyusuan ibu adalah mengenal ibu susuan (Al-Baqarah 2: 233) dan memanfaatkan air
susu sapi (An-Nahl 16: 66).
Pada tahap ini, pendidikan (didaktik) kembali kepada ayah dan ibu untuk
menyediakan asupan gizi bagi ibu dan bayinya serta membiasakan hidup yang bersih,
suci, dan sehat. Ibu disarankan untuk menjaga wudhu saat menyusui, berdoa saat
menyusui, dan ambil makanan dan minuman yang halal dan tayyiban. Saat ini adalah
saat yang tepat untuk membiasakan diri dengan berbagai pengamalan, seperti
mengadzani bayi atau mengenalkan kalimat thayyibah kepada anak-anak sejak dini,
serta mendengarkan bacaan AlQuran, dzikir, dan semua nyanyian yang baik dan merdu.
Begitu juga dengan aqiqah dan sedekah, yang berfungsi sebagai cara untuk
mendekatkan anak dengan lingkungan di sekitarnya ketika mereka menjadi dewasa. Ini
pasti dapat dilakukan secara informal di dalam keluarga.
Anak-anak di masa ini harus diperlakukan seperti raja atau pemimpin (sayyid
atau amîr) dan semua kebutuhannya harus dipenuhi segera karena hadits bahwa masa
0-7 tahun. Pada titik ini, orang tua harus memperhatikan gizi anak mereka karena
pertumbuhan sel otak anak, yang bertanggung jawab atas perkembangan
kecerdasannya, dapat dipengaruhi oleh gizi yang baik.
3. Masa kanak-kanak, juga dikenal sebagai marhalah alThufûlah wa al-Shibyân, yaitu
dari lahir hingga masa polusi, juga dikenal sebagai al-hilm, mimpi basah.Tahunnya
dimulai dari 2-7 tahun dan 7-14 tahun, yang berarti ada dua tahap usiamasa kanak-
kanak awal (dari 2 hingga 7 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (dari 7 hingga 14
tahun). Pembagian ini berdasarkan gagasan bahwa anak-anak dari usia 0 hingga 7
tahun, atau masa kanak-kanak dini, masih harus diperlakukan sebagai raja dan dilayani
sesuai kebutuhannya.
Anak-anak dikenalkan kembali dengan kalimat thayyibah melalui peniruan
pada usia 2 hingga 7 tahun dan mendapatkan asupan gizi yang seimbang. Peniruan ini
biasanya berakhir pada usia dua tahun. Adnan Baharits menyatakan bahwa pada usia
lima atau enam tahun, proses ini mengalami perkembangan yang luar biasa..
Periode I, yang berlangsung dari 0 hingga 7 tahun, terdiri dari periode
pengambilan dan pengaturan dengan perantara alat-dria. Ini adalah fungsi motorik dan
fungsi keragaan (stoffelijk) pancaindera. Namun, CH. Buhler menyatakan bahwa
gabungan fase I (0-1 tahun), II (1-4 tahun), dan III (4-8 tahun) melibatkan fase gerak
aku ke dunia luar, fase hubungan pribadi dengan lingkungan sosial, dan fase hubungan
dengan benda-benda sekitar. Kohnstamm menganggap usia dua hingga tujuh tahun
sebagai masa estetik (berkembangnya masa keindahan), yang berarti perkembangan
fungsi pancaindera dan kemampuan untuk mengeksplorasi dunia. Menurut Piaget, usia
tiga puluh dua hingga enam tahun adalah tahap praoperasial di mana anak-anak mulai
menggunakan simbol untuk memvisualisasikan dunia mereka secara mental.
Pada tahap ini, Imam al-Ghazali mengatakan bahwa anak-anak harus dilatih dan
dibiasakan dengan aktivitas yang baik.Di titik ini, anak juga sudah tamyîz, atau

4
prapubertas, dan mampu membedakan moralitas. Saat ini, tahapan pendidikan sudah
melibatkan peran orang tua dan lingkungan. Orang tuanya termasuk paman atau
bibinya, saudara-saudaranya, kakek atau neneknya, dan lainnya. Menurut A. Zakaria,
langkah selanjutnya adalah orang tua (dan orang tua lainnya) harus mendidik anak
dengan memberikan keteladanan dan menanamkan adab dan akhlak Islami.
Menurut Montessori, waktu ini, yang berkisar antara 7 dan 12 tahun, dianggap
sebagai masa rencana abstrak. Anak-anak mulai memperhatikan hal-hal yang baik dan
menilai perbuatan manusia berdasarkan baik dan buruk, dan sebagai hasilnya, kata
hatinya mulai muncul. Anak-anak saat ini membutuhkan pendidikan kesusilaan dan
pemahaman bahwa setiap orang berhak atas kebutuhannya. Selain itu, selama sebagian
besar periode III (12-18 tahun), Selama periode ini, kepribadian juga harus berkembang
sepenuhnya, serta kesadaran akan pentingnya kenyataan sosial. Antara usia enam dan
sebelas tahun, menurut Piaget, adalah tahap operasi konkret, di mana anak-anak mampu
membuat operasi mental menggunakan pengetahuan yang mereka miliki. Mereka
memiliki kemampuan untuk menambah, mengurangi, dan mengubah. Dengan operasi
ini, dia dapat memecahkan masalahnya secara rasional. Menurut Steiner, tujuannya
adalah untuk mengolah kehidupan emosional anak dari usia 7 hingga 14 tahun
(Pendidikan untuk Hati).

C. Perkembangan Moral dan Akhlak pada Anak Usia Dini


Karena ini adalah masa peletakan dasar pertama dalam perkembangan fisik, moral, dan
agama, pendidikan akhlak dan moral sangat penting untuk membentuk kepribadian dan
karakter anak usia dini. Keterlibatan orang tua sangat penting selama masa ini. Beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan saat membangun nilai dan norma bagi anak usia dini adalah:
Pendidikan Agama: Salah satu tujuan menanamkan nilai-nilai agama pada anak-anak
sejak dini adalah untuk memperkenalkan Tuhan kepada mereka; ini dapat membantu
mereka membangun karakter dan moral yang baik.
Pendidikan Moral: Perkembangan moral seorang anak dapat dipengaruhi oleh aktivitas
sosial orang terdekatnya, seperti orang tua, keluarga, dan lingkungannya. Oleh karena
itu, sangat penting bagi anak-anak untuk diberikan pendidikan moral sejak usia dini
agar mereka dapat mengetahui dan mengamalkan tindakan moralyang baik; tindakan
ini harus dilakukan dalam hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan
lingkungannya.
Pendidikan Karakter: Pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia pada anak dapat
dilakukan melalui pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia. Guru dan orang tua
dapat membantu meletakan dasar dalam perkembangan moral anak usia dini dengan
membuat kegiatan pembelajaran yang lebih terorganisir danmenggunakan media
pembelajaran yang mengarahkan anak ke nilai moral.
Ada tiga aliran yang membahas unsur-unsur yang mempengaruhi terbentuknya akhlak,
antara lain:
1. Aliran nativisme berpendapat bahwa pembawaan dari dalam (bakat, kecenderungan,
akal, dan lain-lain) merupakan komponen sangat berpengaruh terhadap pembentukan
diri seseorang.

5
2. Aliran empirisme berpendapat bahwa faktor eksternal, seperti lingkungan sosial,
pendidikan yang disembunyikan, dan pendidikan yang diberikan, sangat berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang.
3. Aliran konvergensi berpikir bahwa unsur internal, seperti kecenderungan, bakat, dan
akal, yang paling berpengaruh terhadap pembentukan.

Ajaran Islam menyatakan bahwa hati, pendengaran, dan penglihatan adalah


kemampuan untuk dididik, yang harus disyukuri dengan pendidikan, seperti yang dinyatakan
dalam Al-Nahl ayat 78.Oleh karena itu, ada dua faktor yang mempengaruhi pembinaan moral
anak. Faktor internal mencakup hal-hal yang sudah ada sejak lahir, seperti kemampuan fisik,
intelektual, dan spiritual. Faktor eksternal mencakup hal-hal yang ada di luar anak, seperti
orang tua, guru, dan figur publik.
Masa usia dini juga disebut sebagai masa prasekolah atau awal kanak-kanak. Ini adalah
masa yang sulit bagi anak-anak karena mereka sedang mengembangkan kepribadian mereka.
Para ahli psikologi modern menyebut proses di mana anak-anak meniru percakapan dan
tindakan orang lain sebagai "usia meniru". Oleh karena itu, saat anak-anak menjadi dewasa,
orang tua harus berhati-hati saat berbicara dan berinteraksi dengan mereka.
Anak-anak kecil biasanya tidak peduli dengan omongan orang tua atau disebut nakal.
Sebaliknya, mereka senang berpikir tentang apa yang mereka inginkan. Orang tua harus
memberikan perintah atau larangan yang dapat dipahami anak karena sifat ini menunjukkan
perkembangan kognitif anak.Menurut Ahmad Susanto, orang tua dapat mengambil beberapa
tindakan ketika mereka menghadapi perilaku anak yang tidak baik. Memberikan arahan yang
jelas, menetapkan batasan, dan memberikan peringatan lebih awal adalah salah satunya.
Ada beberapa kesalahan yang dilakukan orang tua yang dapat menghambat
perkembangan pola prilaku anak, antara lain:
1. Inkonsintensi, Sebagai orang tua yang memberi contoh kepada anak mereka,
konsistensi harus selalu dijaga. Karena anak akan sulit mempercayai apa yang kita
katakan jika kita mengajarkan kebaikan kepada mereka dan kemudian kita sendiri yang
melanggarnya di depan mereka.
2. Orang tua sering melakukan itervensi terlalu banyak pada anak, yang mengakibatkan
ketergantungan anak pada pertolongan orang tua.
3. Membandingkan: Orang tua, disadari atau tidak, sering membandingkan keadaan masa
lalu dengan keadaan saat ini. Kita seharusnya mengubah perspektif dengan meneliti apa
yang dialami dan dirasakan anak-anak kita pada masa mereka.
Pendidikan akhlak adalah pendidikan nilai pertama yang diterima anak dari
keluarganya.Pengalaman masa kecil seseorang sangat memengaruhi perkembangan
kepribadiannya, menurut temuan penelitian Rohner. Pola asuh orang tua memengaruhi
perkembangan emosi, perilaku, sosial-kognitif, dan kesehatan fungsi psikologis anak ketika
mereka dewasa. Menurut Megawangi, ada beberapa kesalahan yang dilakukan orang tua saat
mendidik anak mereka yang dapat memengaruhi perkembangan kecerdasan emosi dan
pembentukan karakter mereka, antara lain:
1. Kurang menunjukkan kasih sayang, baik secara verbal maupun fisik;
2. Kurang meluangkan waktu yang cukup untuk anak;

6
3. Bersikap kasar secara verbal, seperti berkata-kata kasar;
4. Bersikap kasar secara fisik, seperti memukul;
5. Terlalu memaksa anak untuk belajar dengan cepat; dan
6. Tidak menanamkan "karakter yang baik" kepada anak.
Selain itu, dia menyatakan bahwa hal ini menyebabkan anak menjadi acuh tak acuh,
tidak butuh orang lain, dan tidak dapat menerima persahabatan; secara emosional tidak
responsif; berprilaku agresif; minder, merasa diri tidak berguna dan berharga; selalu memiliki
pandangan buruk tentang lingkungannya; ketidakseimbangan antara perkembangan emosional
dan intelektual; dan orang tua yang tidak memberikan perhatiannya.
D. Dalil Al Qur’an tentang Perkembangan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini mencakup stimulasi anak sejak lahir hingga usia enam
tahun. Ini dilakukan dengan memberi anak stimulus yang membantu pertumbuhan dan
perkembangan mereka, menyediakan mereka untuk pendidikan lanjutan. Semua hukum Islam
bersumber dari dalil naqliyah dan aqliyah. Hal yang sama juga berlaku untuk pendidikan usia
dini. Allah berkata tentang pendidikan anak usia dini:

Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati
nurani, agar kamu bersyukur. (Q.S. An Nahl: 78)
Semua yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa anak lahir lemah dan bodoh. Tapi
Allah memberinya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani (otak). Ini membantu orang
membedakan manfaat dari bahaya.
Seseorang belajar indera dan kemampuan secara bertahap. Kemampuan pendengaran,
penglihatan, dan akal seseorang bertambah seiring bertambahnya usia hingga mereka menjadi
matang dan dewasa.Anak-anak yang memiliki kemampuan pendengaran, penglihatan, dan hati
nurani (akal) ini akan memperoleh berbagai pengaruh dan pelajaran dari lingkungan sekitar
mereka saat mereka tumbuh.
Orang tua harus melakukan beberapa hal kepada anak usia dini selain hal-hal yang
dilakukan bayi. Sholat wajib harus ditanamkan pada anak sejak kecil.Menurut firman Allah:

Artinya: Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam


mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi
7
rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.
(Q.S. Thaha: 132).
"Ajarkan anak-anak sholat saat mereka berumur 7 tahun", kata Rasulullah SAW (HR.
At- Tirmidzi). Untuk memberi contoh dan mendorong keinginan anak, orang tua harus menjadi
contoh yang baik bagi anak mereka sejak usia dini, misalnya dengan membiasakan anak
mereka shalat berjamaah bersama keluarga.
Kepribadian yang baik adalah hal terpenting dalam mendidik anak.Seperti yang
diketahui, anak-anak suka meniru apa yang dilakukan orang tua mereka. Jika orang tua
menunjukkan contoh yang baik kepada anaknya, anak tersebut juga akan menjadi orang yang
baik; jika sebaliknya, anak tersebut juga akan menjadi orang yang baik. Oleh karena itu, orang
tua harus sangat memperhatikan masalah ini dan tidak menganggapnya sebagai hal yang
enteng.

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Didasarkan pada teks Al Qur'an tentang anak usia dini, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan usia dini adalah pendidikan awal dan penting yang membantu pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan rohani anak. Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam
memberikan pendidikan kepada anak-anak pada usia dini, termasuk pendidikan moral, bahasa,
kognitif, emosi, sosial, dan agama.
Salah satu tujuan pendidikan akhlak adalah untuk membantu anak-anak menghindari
hal-hal buruk dan dosa.Fikih membersihkan tubuh secara lahiriah, dan akhlak membersihkan
rohani secara bathiniah, karena setiap orang memiliki keduanya. Pendidikan akhlak adalah
pendidikan nilai pertama yang diterima anak dari keluarganya. Orang tua yang menerima atau
menolak anaknya akan berdampak pada perkembangan emosi, perilaku, sosial-kognitif, dan
kesehatan fungsi pogis mereka ketika mereka dewasa.
Fitrah dan kemurnian hatinya sangat berharga. Anak akan tumbuh dengan baik dengan
dididikan yang baik. Dalam membina dan mendidik anak, hal yang paling penting adalah
memperhatikan aspek-aspek seperti mengajarkan anak-anak untuk sholat, menunjukkan
contoh yang baik, menjauhkan mereka dari teman-teman yang buruk, menjauhkan mereka dari
hal-hal yang merusak etika, dan mengajarkan mereka kebajikan yang ditemukan dalam agama
Islam.
Pendidikannya harus dibagi ke dalam beberapa tahapan perkembangan, yaitu
pendidikan informal dan formal (nonformal). Tahapan pendidikan informal dimulai sejak
konsepsi atau al-janin. Masa prakonsepsi tidak termasuk dalam tahapan karena tidak terkait
secara langsung dengan anak. Namun, ini terkait dengan "bibit" manusia, yang berdampak pada
kualitas generasi berikutnya. Salah satu alasan adalah untuk memberi harapan dan peluang
yang sama kepada mereka yang tidak memiliki "bibit" tersebut, asalkan syaratnya dipenuhi dan
tindakan yang diperlukan diambil.

9
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Nurwadjah. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Bandung: Marja, 2010.
Al-Ghazali, Imam. O Anak! Keputusan Kata Kepada Seorang Muridnya. Jakarta: Tintamas,
1983.
Departemen Agama. 2002. Al-Quran dan Terjemahannya. Departemen Agama. Jakarta.
Hadis, F.A. (1996). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Proyek Pendidikan TenagaGuru
Ditjen Dikti Depdikbud,
Hafizh, Abdul. 1997. Mendidik Anak Bersama Rasulullah. Al Bayan. Bandung
Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, Jakarta: Al-Huda, 2006.
Muhammad Muhyidin, Mengajar Anak Berakhlak Al-Qur’an, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008

10

Anda mungkin juga menyukai