Anda di halaman 1dari 17

PSIKOLOGI AGAMA

Perkembangan Keagamaan Pada Anak-Anak

Dosen pengampu : Salianto, M.Psi

Kelompok 1

Intan Safitri (0101222078)

Inaya Sajida (0101222098)

Lulu Ul Janah (0101222121)

Irfan Aqil Ramadhan (0101222099)

Semester III

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iii

BAB 1 ........................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

BAB II........................................................................................................................................ 2

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2

A. Pengertian.......................................................................................................................... 2

B. Perkembangan keagamaan pada anak-anak ...................................................................... 4

C. Karakteristik keagamaan pada anak .................................................................................. 5

D. Tahapan perkembangan keagamaan pada Anak ............................................................... 5

E. Pendidikan dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Keagamaan anak .............................. 7

F. Tantangan dan solusi ......................................................................................................... 8

G. Pentingnya pendidikan agama ........................................................................................ 10

H. Berbagai kisah teladan tentang anak dalam Al-Qur'an ................................................... 11

BAB III .................................................................................................................................... 13

KESIMPULAN ........................................................................................................................ 13

BAB IV .................................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu nabi
Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam, manusia pilihan yang akan memberikan syafaat
kepada umatnya kelak di Akhirat.

Syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami diberikan kemampuan untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok pertama dari mata kuliah
Psikologi Agama membahas mengenai perkembangan keagamaan pada anak-anak. juga,
faktor, dilema dan tantangan juga solusi, pentingnya pendidikan agama.

Makalah ini telah kami selesaikan dengan sepenuh hati dan dengan bekerja sama dalam
kelompok, serta menggunakan buku juga teknologi dari berbagai media informasi sebagai
referensi. Harapan kami kedepannya, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada pak
Salianto, M.Psi sebagai dosen mata kuliah Psikologi Agama, yang telah membimbing.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Medan, Oktober 2023

Pemakalah

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

Anak merupakan amanah terindah yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala
untuk setiap orangtua. Mendidik dan mengarahkan mereka merupakan tugas yang harus
orangtua dilakukan orangtua. Usia anak-anak merupakan masa yang paling urgent atau yang
yang menyebutnya dengan masa golden age karena mengalami perkembangan yang luar
biasa oleh hanya datang sekali seumur hidup dan tak bisa disepelekan, seperti, sel-sel otak
yang semakin bertumbuh begitu pula dengan organ tubuh. Hingga perkembangan
kemampuan motorik.

Perkembangan keagamaan adalah proses individual yang kompleks dan bervariasi


untuk setiap anak. Orangtua dan pendidik memiliki peran penting untuk mendukung anak-
anak dalam mengeksplorasi dan memahami keyakinan mereka sendiri dengan memberikan
pengertian, contoh dan dukungan yang sesuai. Perkembangan keagamaan pada anak adalah
proses yang dilalui oleh seorang anak untuk mengenai tuhannya, yang menciptakannya,
alam semesta beserta isinya.

Perkembangan keagamaan pada anak, tentu saja akan mempengaruhi budi pekerti dan
tingkah laku anak pada usia mendatang. Selain pengaruh keluarga, lingkungan sekitar juga
akan mempengaruhi keagamaan dan moral yang ada pada diri anak-anak. Apalagi dewasa
ini, anak lebih dekat dan percaya pada teman daripada dengan orangtuanya,

Itu sebabnya, Islam menekankan pentingnya pendidikan anak-anak. Oleh karena itu,
sebagai seorang Muslim, Anda dapat memastikan bahwa anak-anak Anda mendapatkan
pendidikan yang baik dan diberikan peluang untuk belajar ilmu pengetahuan serta agama.

Penting untuk memahami bagaimana anak-anak mengalami perkembangan keagamaan


ini, karena hal ini dapat memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana kehidupan
spiritual mereka terbentuk dan berkembang seiring waktu. Dalam makalah ini, pemakalah
akan mengeksplorasi konsep perkembangan keagamaan pada anak, karakteristiknya,
mengidentifikasi pendidikan dan faktor-faktor yang memengaruhinya, tantangan juga solusi
untuk orangtua ketika mendidik anak dan menggali pentingnya pemahaman ini dalam
konteks psikologi perkembangan anak.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Pengertian perkembangan

Perkembangan dalam bahasa inggris disebut development. Santrock mengartikan


development is the pattern of change that begins at conception and continues through the
life span1 (perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak masa konsepsi dan
berlanjut sepanjang kehidupan)

Perkembangan juga bisa disebut sebagai proses yang kompleks, dan bisa dipengaruhi
oleh berbagai faktor, termasuk lingkungan, pengalaman, warisan genetik, dan interaksi
sosial. Penelitian ilmiah sering dilakukan untuk memahami bagaimana dan mengapa
perkembangan terjadi dalam berbagai konteks, termasuk psikologi perkembangan,
sosiologi, ekonomi, dan ilmu lainnya. Dengan memahami proses perkembangan, maka
selanjutnya dapat diambil langkah-langkah yang lebih baik dalam mengelola, mengarahkan,
atau mengubah perkembangan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan.

2. Pengertian anak

Secara etimologi, dalam kamus besar bahasa Indonesia, anak adalah seorang lelaki atau
perempuan yang belum dewasa. Namun anak juga bisa diartikan sebagai keturunan atau
individu yang dilahirkan oleh orang tua. Anak adalah seseorang yang belum mencapai usia
dewasa. Pengertian ini berasal dari penggunaan sehari-hari dalam berbagai budaya dan
bahasa.

Di banyak negara, usia di bawah 18 tahun umumnya dianggap sebagai masa anak-anak,
dan individu di bawah usia ini dikenal sebagai anak. Hal ini sering menjadi batas hukum
untuk berbagai hak dan tanggung jawab yang berkaitan dengan anak-anak, seperti
pendidikan wajib, perlindungan hukum khusus, dan lain sebagainya.

1
Jhon W.Santrock, Educational Psychology, 5th editional, (New York: McGraw-Hill
Companies, 2011), hal, 2.

2
Sedangkan di dalam Al-Qur'an memang tak dijelaskan secara eksplisit atau dengan
terus terang dalam mendefinisikan anak. Namun, Al-Qur'an memberikan berbagai
pandangan, ajaran, dan informasi tentang anak dengan berbagai konteks, diantanya:

1) Anak dalam karunia dan perhiasan dunia yang Allah berikan. Sebagaimana terdapat
dalam QS. Al-Kahf ayat 462

ّٰ ‫اَ ْل َما ُل َو ْالبَن ُْونَ ِز ْينَةُ ْال َحيٰوةِ الدُّ ْنيَ ۚا َو ْال ٰب ِقيٰتُ ال‬
‫ص ِلحٰ تُ َخي ٌْر ِع ْندَ َر ِبكَ ثَ َوابًا َّو َخي ٌْر اَ َم ًل‬

"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang
terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan."

2) Pendidikan dan nilai-nilai moral. Al-Qur'an mengajarkan pentingnya mendidik anak-


anak dalam nilai-nilai moral, etika, dan keyakinan yang baik. Orang tua dianjurkan untuk
memberikan contoh yang baik dan memberikan pendidikan yang memadai kepada anak-
anak QS. Luqman ayat 13-143

‫اّٰلل ۗاِنَّ الشِرْ كَ لَظُ ْل ٌم عَظِ ْي ٌم‬ َّ َ‫َواِذْ قَا َل لُ ْقمٰ نُ ِِل ْبن ِٖه َوه َُو يَ ِعظُهٗ ٰيبُن‬
ِ ّٰ ‫ي َِل ت ُ ْش ِركْ ِب‬

"Dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada anaknya, ketika dia member
pelajaran kepadanya. "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar."13

َّ ‫عا َمي ِْن أَ ِن ا ْشكُرْ لِي َول َِوا ِلدَيْكَ إِ َل‬


‫ي‬ َ ‫صالُهُ فِي‬ َ ‫اْل ْن َسانَ بِ َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا‬
َ ِ‫علَ ٰى َو ْه ٍن َوف‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َّ ‫َو َو‬

‫ير‬
ُ ‫ص‬ِ ‫ْال َم‬

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."14

2
Al-Qur'anul Karim
3
Al-Qur'anul Karim

3
B. Perkembangan keagamaan pada anak-anak
'Tuhan' pada masa kanak-kanak pada awalnya merupakan sesuatu yang asing. Setelah
melihat reaksi orang-orang dewasa di sekitarnya, yang disertai emosi atau perasaan tertentu,
maka timbullah keinginannya mengenal Tuhan dan agamanya. 4
Beberapa hal yang menjadi peran penting dalam masa perkembangan keagamaan pada
anak-anak. Diantaranya:
1. Orangtua
2. Keluarga
3, Guru
4. Pengaruh lingkungan

Anak sering dikatakan sebagai peniru ulung, yang artinya dia mudah meniru apa yang
ia lihat dan perhatikan, peran orang dewasa, terutama orangtua serta kehidupan sosialnyalah
yang perlahan-lahan anak akan memahami ajaran agamanya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah berfirman di dalam Qur'an surah ArRum ayat 30

ِ َّ‫الديْنُ ْالقَيِ ُۙ ُم َو ٰل ِكنَّ اَ ْكثَ َر الن‬


‫اس َِل‬ ِ َ‫ّٰللا ٰذلِك‬ ِ ‫علَ ْي َه ۗا َِل تَ ْب ِد ْي َل ِلخ َْل‬
ِ ۗ ّٰ ‫ق‬ َ ‫اس‬ ْ ِ‫ّٰللا الَّت‬
َ َ‫ي ف‬
َ َّ‫ط َر الن‬ ْ ‫فَاَقِ ْم َوجْ َهكَ ل ِِلدي ِْن َحنِ ْيفً ۗا ف‬
ِ ّٰ َ‫ِط َرت‬
‫يَ ْع َل ُم ْونَ ُۙۙ۝‬

"Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah
(dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada
perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Sejatinya Allah telah menakdirkan bahwa setiap individu anak yang lahir telah
membawa fitrah agamanya dan selanjutnyaa akan berjalan sebagaimana proses yang
akan ia lewati, adapun peran orangtuanya lah yang menjadi pembimbing utama pada
anak.

4
Mulyadi dan Adriantoni, "Psikologi Agama", (Jakarta, Prenadamedia Group, Cet 1,
2021) hal 109.

4
C. Karakteristik keagamaan pada anak
Di dalam buku berjudul "dialog psikologi dan agama" versi terjemahan yang ditulis
oleh Robert W. Crapps menyatakan ciri-ciri pokok dan sifat pada agama anak terdiri atas: 5

1. Egocentric Orientation (sudut pandang)


Orientasi egosentris masa kanak-kanak dilukiskan dalam penelitian Piaget
tentang bahasa anak usia 3-7 tahun. Menurut Piaget, bahasa anak tidak menyangkut
orang lain, tetapi lebih merupakan monolog dan monolog kolektif. Anak-anak selalu
berbicara untuk dirinya sendiri meskipun dia bersama orang lain. Misalnya ketika
anak-anak berdoa kepada Tuhan dia hanya berdoa untuk dirinya dan keluarganya,
tidak untuk semua orang.
2. Anthropomorphic Concreteness (penggambaran pada hal-hal non-manusia)
Pada tahap ini juga berlangsung pada usia 3-7 tahun. Pada anak usia ini kata-
kata dan gambaran keagamaan diterjemahkan dalam pengalaman-pengalaman yang
sudah dijalani dalam bentuk orang-orang yang sudah dikenalinya. Semua ajaran
agama dibayangkan anak sebagai pengalaman yang telah dialami manusia lain atau
pengalaman yang telah dialaminya. Misalnya Tuhan dibayangkan anak-anak sebagai
manusia yang berbadan besar yang kekuatannya melebihi manusia lainnya.
3. Experimentation, initiative, spontaneity (eksperimen, inisiatif, spontanitas)
Usia 4-6 tahun merupakan tahun kritis di mana anak pergi keluar rumah,
mengambil inisiatif dan menampakkan diri di medan permainan bersama teman
sepermainan dan orang dewasa lainnya beraktivitas. Anak-anak pada usia ini suka
pergi ke mesjid mengikuti orang dewasa atau selalu mengikuti kegiatan keagamaan
yang dilakukan orangtuanya di luar rumah.

D. Tahapan perkembangan keagamaan pada Anak


Harm mengatakan perkembangan agama pada anak-anak mengalami tiga tingkatan
yaitu tingkat dongeng (the fairy tale stage), tingkat kepercayaan (the realistic stag) dan

5
Masganti Sit, "Psikologi perkembangan anak usia dini", (Jakarta, Prenadamedia
Group, 2017) hal 165-166.

5
tingkat individu (the individual stage). Penjelasan ketiga singkat perkembangan agama
tersebut sebagai berikut:6

1. The Fairly Tale Stage (Tingkat Dongeng). Pada tahap ini anak yang berumur 3-6
tahun, konsep mengenai Tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi sehingga
dalam menanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi
oleh dongeng-dongeng yang kurang masuk akal. Di dalam Al-Qur'an juga banyak
kisah-kisah, meskipun bukan dogeng. Kisah-kisah teladan tersebut kalau
diceritakan guru kepada anak-anak dengan bahasa yang mudah dan sederhana akan
selalu disukai anak-anak.
2. The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan). Tahap dimulai pada usia 7-12 tahun.
Usia 7 tahun dipandang sebagai permulaan munculnya kemampuan berpikir logis,
sehingga wajarlah bila anak harus diberi pelajaran dan dibiasakan melakukan shalat
pada usia dini dan dipukul bila melanggarnya.
3. The Individual Stage (Tingkat Individu). Tahap ini terjadi mulai usia 12 tahun
sampai seumur hidup. Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang
tinggi, sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang
individualistik ini terbagi menjaga golongan:
1) Konsep ketuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi
sebagian kecil fantasi. Sebagian ajaran agama mereka masih bercampur-baur
dengan konsep fantasi. Misalnya api neraka yang menyala-nyala dibayangkan
dengan api yang ada di dunia.
2) Konsep ketuhanan yang lebih murni, dinyatakan dengan pandangan yang
bersifat personal (perorangan). Anak telah memahami bahwa tuhan benar
berbeda dengan manusia, sesuatu yang ghaib, hanya Allah Subhanahu Wa
Ta'ala yang mengetahui wujudnya.
3) Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik, yaitu agama telah menjadi etos
humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama mereka akan
selalu berbuat baik kepada orang lain sebagai perwujudan ajaran agamanya.

6
Ernest Harms, "The Development of Religious Experience in Children," dalam
Journal of Sociology, 1944, Nomor so, h 112-122.

6
Dari penjelasan diatas, telah terbukti, bahwa sejak usia dini lah, anak harus
diperkenalkan dengan konsep ketuhanan dan keagamaannya. Pelajaran yang diberikan juga
haruslah sesuai dengan usia mereka. Agar anak-anak mengerti secara bertahap tentang
tanggung jawab mereka sebagai manusia yang beragama. Anak akan meniru orangtuanya,
jika dapat menjadi model yang menarik bagi si anak.

E. Pendidikan dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Keagamaan anak


Dalam Islam, proses anak-anak mengenal agama dan ketuhanan adalah bagian penting
dari pendidikan dan pengasuhan. Berikut adalah beberapa tahapan dan cara yang bisa
diterapkan untuk orangtua yang ingin anak-anaknya mengenal agama dan ketuhanan:

1. Pendidikan Awal (Tarbiyah):


a) Pendidikan agama Islam biasanya dimulai sejak dini, bahkan sejak anak lahir.
Orang tua dianjurkan untuk membaca kalimat tauhid (kalimat syahadat) ke
telinga anak yang baru lahir, sehingga ajaran Islam sudah menjadi bagian dari
kehidupan mereka sejak awal.
b) Anak-anak diajarkan untuk berdoa dan mengucapkan basmallah (memulai
dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
sebelum makan, tidur, dan melakukan aktivitas sehari-hari lainnya.
2. Pendidikan Moral dan Etika:
a) Anak-anak diajarkan nilai-nilai moral dan etika Islam seperti jujur, berbuat baik
kepada sesama, menghormati orang tua, dan menjaga perilaku yang baik.
b) Mereka juga diajarkan untuk menghindari hal-hal yang dilarang dalam agama,
seperti berbohong, mencuri, atau berbicara kasar.
3. Pendidikan Doa-doa dan Ibadah:
a) Anak-anak diajarkan untuk melakukan sholat atau ibadah sesuai dengan
kemampuan mereka dan dengan bimbingan orang tua. Mereka memahami bahwa
sholat adalah cara untuk berkomunikasi dengan Allah.
b) Selain sholat, anak-anak juga diajarkan tentang ibadah lain seperti puasa, zakat,
dan haji sesuai dengan usia mereka.

7
4. Cerita-cerita Keagamaan:
a) Anak-anak dikenalkan dengan cerita-cerita dari Al-Qur'an dan Hadis (tradisi Nabi
Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam) yang sesuai dengan usia mereka. Ini
membantu mereka memahami ajaran Islam secara lebih konkret.
b) Kisah-kisah tentang para nabi, sahabat, dan peristiwa-peristiwa penting dalam
sejarah Islam biasanya disampaikan dalam bentuk yang menarik bagi anak-anak
5. Partisipasi dalam Aktivitan Keagamaan:
a) Anak-anak didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan
seperti menghadiri pengajian, pelajaran agama, atau kegiatan masyarakat Islam
lainnya sesuai dengan usia dan minat mereka.
b) Mereka juga diajarkan tentang pentingnya beramal shaleh (berbuat baik) dan
mendukung yang lemah dan membutuhkan dalam masyarakat.
6. Pendampingan dan Dukungan Orang Tua dan Keluarga
Orang tua dan keluarga memiliki peran penting dalam memberikan dukungan,
teladan, dan pemahaman agama kepada anak-anak Mereka harus menjaga
suasana yang Islami di rumah dan memberikan jawaban yang memadai terhadap
pertanyaan-pertanyaan anak tentang agama dan ketuhanan

Setiap anak adalah individu yang unik, dan perkembangan keagamaan mereka dapat
berbeda-beda. Itu sebabnya, pendidikan agama dan pengenalan ketuhanan harus dilakukan
dengan penuh kasih sayang, kesabaran, dan pemahaman terhadap perkembangan anak-anak
Selain itu, tetaplah menghormati keunikan dan tingkat pemahaman mereka pada setiap
tahapan adalah kunci untuk membantu mereka tumbuh sebagai individu yang memiliki
pemahaman dan penghayatan yang lebih dalam terhadap agama Islam.

F. Tantangan dan solusi


Memahami perkembangan anak merupakan upaya dalam memenuhi amanah yang telah
Allah Subhanahu wa ta'ala titipkan, Rasulullah bersabda: "Tiada pemberian yang paling
utama dari orang tua kepada anaknya, melainkan pendidikan yang baik" (HR. Baihaqi).

Pada dasarnya setiap anak memiliki keingintahuan yang besar oleh sebab mereka
sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Mereka ingin mengetahui banyak
hal yang ada di sekitar mereka, belajar hal-hal baru, dan memenuhi rasa ingin tahu mereka.
Karena hal itu adalah cara alami mereka untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan

8
dan pemahaman tentang lingkungan mereka. Tak hanya itu, anak-anak juga kerap kali
meniru orang dewasa yang mereka lihat, yang dapat memicu pertanyaan dan rasa ingin tahu
mereka untuk mengeksplorasi dunia. Maka, dukungan dari orangtua, keluarga, guru dalam
menjawab pertanyaan mereka, dapat membantu memelihara rasa ingin tahu ini mendukung
perkembangan mereka.

Namun, pada saat ketika orangtua tidak mampu menjawab pertanyaan anaknya
mengenai keagamaan dan ketuhanan, maka diantara tips atau solusi yang bisa dilakukan
orang tua adalah sebagai berikut:

1. Jujur dan jawab dengan Sederhana: Orang tua sebaiknya jujur dan sederhana dalam
menghadapi situasi ini. Mereka dapat mengatakan kepada anak bahwa mereka tidak tahu
jawabannya, tetapi bersedia mencari tahu atau mendapatkan bantuan dari sumber yang
lebih berpengetahuan.
2. Bimbingan dari Tokoh Agama: Orang tua dapat mencari bimbingan dari seorang tokoh
agama yang mereka percayai. Imam, ustadz, di masjid setempat dapat memberikan
panduan dan jawaban yang lebih mendalam terhadap pertanyaan anak.
3. Menghadiri Pengajian Agama: Orang tua dapat mencari pengajian agama yang sesuai
untuk anak mereka. Biasanya, lembaga-lembaga agama menyelenggarakan program-
program pendidikan agama untuk anak-anak.
4. Buku dan Sumber Pendidikan: Mencari buku-buku atau sumber-sumber pendidikan yang
dapat membantu menjelaskan konsep-konsep agama Islam dengan bahasa yang
sederhana. Ada banyak buku anak-anak yang dirancang untuk ini.
5. Diskusi Keluarga: Diskusikan pertanyaan anak bersama-sama sebagai keluarga. Ini dapat
menjadi kesempatan untuk berbagi pengetahuan dan pemahaman antara generasi yang
berbeda.
6. Menggunakan Teknologi: Manfaatkan teknologi untuk mencari informasi yang lebih
dalam tentang pertanyaan anak. Situs web, video, atau aplikasi pendidikan agama Islam
dapat membantu.
7. Dorong Anak untuk Belajar: Ajak anak untuk belajar bersama-sama. Ini dapat menjadi
pengalaman berharga dan memperkuat hubungan antara orang tua dan anak.
8. Mendukung Pencarian Jawaban: Dorong anak untuk mencari jawaban sendiri dalam
batas-batas yang sesuai dengan usia mereka. Ini dapat membantu mereka
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan penelitian.

9
9. Selalu berdoa meminta petunjuk-Nya. Karena tanpa petunjuk-Nya, tips diatas tidak akan
berjalan dengan mudah.

Ketahuilah, bahwa tidak ada yang salah jika orangtua tidak tahu jawaban atas semua
pertanyaan anak tentang agama. Islam mendorong pencarian ilmu dan pengetahuan, dan
menjunjung tinggi sikap rendah hati untuk mengakui ketidaktahuan. Mencari jawaban
bersama-sama atau mendapatkan bantuan dari sumber-sumber yang lebih kompeten adalah
tindakan yang baik dalam Islam. Yang terpenting adalah memberikan dukungan dan
panduan kepada anak dalam perjalanan mereka dalam memahami agama mereka.

G. Pentingnya pendidikan agama


Azizy (2002) mengemukakan bahwa esensi pendidikan, yaitu adanya proses transfer
nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua pada generasi muda supaya mampu
hidup. Oleh karena itu ketika kita menyebut pendidikan Islam, maka akan mencangkup dua
hal,

1. Mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam,
2. Mendidik para siswa untuk mempelajari materi ajaran Islam. Munculnya anggapan-
anggapan yang kurang menyenangkan tentang pendidikan agama, seperti Islam
diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam penuh dengan nilai-nilai) yang harus
dipraktikan (Abdul Majid, 2012: 11-12).7

Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Fungsi utama pendidikan
yaitu untuk menumbuhkan kreativitas, peserta anak didik dan menanamkan nilai yang baik. 8

Sedangkan fungsi Pendidikan Agama Islam yaitu:

a. Pengembangan: untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik


kepada allah Subhanahu wa ta'ala yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga.

7
Dahwadin, S, Sy, dan, Farhan Sifa Nugraha, Motivasi dan pembelajaran pendidikan
agama islam, CV Mangku Bumi Media, Cet 1, 2019, hal 7-8
8
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1996)

10
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.
c. Penyesuaian mental untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya
sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan, dan
kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran
dalam kehidupan sehari hari.

Inilah yang menjadikan alasan serta tujuan bahwa materi Pendidikan Agama Islam
perlu dikembangkan dengan baik, salah satunya yang menyangkut dengan pengembangan
perilaku (akhlak) juga moral para anak sebagai peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
atau disebut dengan kehidupan sosial.

H. Berbagai kisah teladan tentang anak dalam Al-Qur'an


Al-Qur'an menyajikan beberapa kisah dan cerita yang melibatkan aspek pendidikan
anak. Kisah-kisah ini dapat memberikan pelajaran dan panduan tentang bagaimana
mendidik anak secara islami. Berikut adalah beberapa contoh kisah dalam Al-Qur'an yang
berkaitan dengan pendidikan anak:

1. Kisah Nabi Ibrahim dan Isma'il: Salah satu kisah yang terkenal dalam Al-Qur'an adalah
ketika Nabi Ibrahim dibuat untuk mengorbankan putranya, Isma'il, sebagai tanda
pengabdian kepada Allah. Meskipun Allah akhirnya mencegah pengorbanan itu, kisah
ini menggambarkan kesetiaan Ibrahim kepada Allah dan kepatuhan Isma'il kepada
ayahnya.
2. Kisah Nabi Yusuf: Kisah tentang Nabi Yusuf adalah salah satu kisah paling panjang
dalam Al-Qur'an. Ini menggambarkan bagaimana Yusuf, meskipun mengalami banyak
kesulitan dan ujian, tetap mempertahankan iman dan moralitasnya. Ini juga
menggambarkan pentingnya pendidikan moral dan etika dalam mendidik anak.
3. Kisah Nabi Zakaria dan Yahya: Al-Qur'an mencatat bahwa Nabi Zakaria sangat
berharap memiliki seorang anak, meskipun dia sudah lanjut usia. Allah mengabulkan
doanya dan memberinya seorang anak, Yahya. Kisah ini menekankan pentingnya doa
dan kesyukuran dalam pendidikan anak.

11
4. Kisah Maryam dan Isa: Kisah Maryam adalah contoh lain tentang kesetiaan dan
ketakwaan seorang ibu yang menjalani peran penting dalam pendidikan anak. Maryam
diberikan Isa sebagai anugerah dari Allah dan dia dengan cermat mematuhi tugas
tersebut.
5. Kisah Luqman: Surah Luqman dalam Al-Qur'an mencakup nasehat-nasehat Luqman
kepada anaknya. Luqman memberikan nasihat tentang iman, moralitas, dan perilaku
yang baik kepada anaknya. Ini merupakan panduan yang baik bagi orang tua dalam
mendidik anak-anak mereka.

Meskipun Al-Qur'an tidak memberikan kisah-kisah pendidikan anak yang rinci seperti
cerita naratif, banyak kisah dalam Al-Qur'an memberikan prinsip-prinsip dan nilai-nilai
yang penting dalam pendidikan anak-anak dalam konteks Islam. Orang tua dan wali dapat
merenungkan makna dan pesan dari kisah-kisah ini untuk membimbing dan mendidik anak-
anak mereka sesuai dengan ajaran Islam.

12
BAB III
KESIMPULAN
Anak adalah amanah sekaligus karunia dari Allah yang diberikan kepada setiap
hambanya yang ia khendaki, karena anak merupakan bentuk rezeki darinya yang juga harus
dijaga, dirawat, serta dibimbing. Tak hanya pelajaran yang bersifat akademik ataupun non
akademik, tetapi juga penting bagi anak untuk mengenal Tuhannya dan mempelajari
agamanya, karena itulah hak utama yang harus diberikan kepada mereka.

Dari penjelasan materi yang telah dipaparkan, telah diketahui bahwa usia anak-anak
adalah masa keemaasan, masa urgensi mereka untuk mengembangkan dan mempertajam
tauhid mereka. Yang tak lepas dari pengaruh orangtua, keluarga, guru dan lingkungan
sosialnya.

Membimbing mereka juga ada tahapannya, agar mereka seiring waktu dapat
memahami sendiri yang sedang mereka pelajari seiring waktu, terdapat batasan-batasan
yang perlu dilakukan orangtua. Namun, perlu diingat, bahwa tak semua anak memiliki
perkembangan yang sama. Mereka berproses dengan cara dan pemahaman mereka masing-
masing. Mengajari mereka dengan cara yang lembut, karena Islam mengajarkan juga
menjunjung tinggi nilai kasih sayang dan beri hukuman yang harus sesuai dengan usianya,
itu juga penting untuk dilakukan.

13
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'anul Karim

Harms, Ernest, 1944, "The Development of Religious Experience in Children," dalam


Journal of Sociology, h 112-122.

Mulyadi dan Adriantoni, 2021, "Psikologi Agama", Jakarta, Prenadamedia Group, Cet 1.

Santrock, Jhon W, 2011, Educational Psychology, 5 th editional, New York: McGraw-Hill


Companies, hal 2.

Sit, Masganti, 2019. Psikologi perkembangan anak usia dini, Jakarta: Prenadamedia Group.

S, Sy, Dahwadin, dan Nugraha, farhan sifa, 2019, Motivasi dan pembelajaran pendidikan
agama islam, CV Mangku Bumi Media, Cet 1, hal 7-8.
Thoha, Chabib, 1996, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

14

Anda mungkin juga menyukai