Makalah
REGITA ALYASADILA
ARISKA SRI HANDAYANI
AHYAR
Adapun makalah ini penulis ajukan kepada Dosen Pengampu mata kuliah
Hadist Tarbawih 1 dalam rangka penyelesaian studi semester tiga. Dalam
penulisan makalah ini penulis mengalami banyak hambatan, tantangan serta
kesulitan. Namun, karena adanya bantuan dan dukungan dari semua pihak.
Sehingga, semua hambatan tersebut dapat teratasi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah warisan adalah masalah yang sangat penting dan selalu menjadi
salah satu pokok bahasan utama dalam hukum islam, karena hal ini selalu ada
dalam setiap keluarga dan masalah waris ini rentan dengan masalah/konflik di
masyarakat akibat pembagian yang dianggap kurang adil atau ada pihak-pihak
yang merasa dirugikan. Oleh sebab itu, syari’at islam membuat aturan yang begitu
lengkap tentang masalah warisan yang terdapat dalam al-Qur’an seperti (QS. An-
Naml : 16 dan QS. An-Nisa :7-12).
Selain dari pada hukum Islam, hukum perdata (Burgerlijk Wetboek) juga
ketat mengatur tentang warisan dikarenakan aturan ini berlaku khusus pada
masyarakat non muslim. Walaupun demikian, yang membagi warisannya dengan
menggunakan hukum yang berlaku dimasyarakat masing-masing.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut, yaitu :
1. Apa makna dari term al-Walad ?
2. Apa hubungan hadist dengan pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini berdasarkan latar belakang
diatas yaitu sebagai berikut :
1. Untuk memahami makna term al-Walad.
2. Untuk memahami dan mengetahui hubungan hadist dengan pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Term al-Walad
Term al-walad dapat dilihat dalam salah satu hadis Nabi Muhammad
saw. yang juga termasuk hadis tarbawi pembinaan anak.Hadis tersebut adalah
sebagai berikut:
Artinya:
Dari Ayyub ibnu Musa dari bapak dan neneknya berkata; Rasullah saw telah
bersabda: “Tidak ada suatu pemberian yang diberikan oleh seorang Ayah kepada
Anaknya yang lebih utama dari pada pemberian budi pekerti yang baik.
3
tempat. Dalam beberapa ayat, term ini terkadang menjelaskan proses-proses
terciptanya anak secara alamiyah merupakan hasil dari terjalinnya hubungan
naluri manusia melalui hubungan biologis. Untuk meneruskan ekstensi manusia
dimuka bumi, maka melahirkan anak merupakan suatu keharusan. Manusia dalam
menjalankan fungsi kekhalifahannya terhadap makhluk lain perlu melahirkan
generasi berdasarkan aturan Allah swt. melalui proses dasar perkawinan dan
jalinan keluarga yang sah.
Melalui term al-Walad ini pula Allah swt menggangkat tokoh-tokoh
besar yang memiliki keteguhan untuk menyelamatkan manusia dari berbagai
bentuk diskriminatif, penindasan dan kelahiran. Kisah penyelamatan Nabi yusuf
dari saudara-saudarnya dan upaya penyelamatan kehidupan dan perkembangan
Musa ketika dalam proses pengadopsian keluarga fir’aun. Penggunaan term al-
Walad juga mengungkapkan hubungan timbale balik yang harmonis antara anak
dan keluarga. Anak di gambarkan sebagai anugerah terbesar bagi naluri setiap
manusia yang memiliki kemuliaan sebagai mana kemulian kota suci Makkah
sebagai tempat suci dan tempat ibadah. Kedudukan anak sangat dipengaruhi oleh
sikap dan perilaku keluarga dalam menghadapi setiap tingkah pertumbuhan dan
pembentukan diri anak. Kekafiran dan segala bentuk kemungkaran dalam
keluarga, secara langsung dapat membentuk anak untuk hidup dan berperilaku
kafir dan tindakan buruk lainnya.
Setiap anak memiliki hak untuk hidup dan menikmati kehidupannya
dengan aman. Tumbuh dan berkembang sesuai kebutuhan serta mempertahankan
segala hak yang melekat pada dirinya sebagai manusia. Atas dasar tersebut maka
sejak awal kehadirannya, anak harus diberikan hak-haknya sebagai manusia
biologis yang membutuhkan pertumbuhan hidupnya melalui penyusunan
pengelolaan warisan dari peninggalan orang tuanya dan hak-hak perwalian.
Larangan melakukan tindakan kezaliman dalam wujud pembunuhan terhadap
anak yang berbarengan dengan 6 bentuk pelanggaran wanita-wanita pada awal
islam dan sekaligus persyaratan yang harus di tinggalkan bagi mereka untuk
melakukan pengakuan keislaman.
4
Kata al-Walad dalam hadis tersebut di atas menunjukkan adanya
pembinaan pembiasaan terhadap anak oleh orang tua terkait dengan adab atau
akhlak. Makna kata al-Walad dalam hadis menunjukkan peralihan usia anak itu
keusia masa remaja. Hal ini menunjukkan keharusan pembiasaan yang baik
terhadap anak sebelum melangkah ke masa remaja. Pada hadis tersebut
mengandung penegertian bahwa orang tua harus berkewajiban membina dan
membina anaknya sejak dini dengan perilaku-perilaku yang terpuji. Maksudnya
dengan mengajarkan hal tersebut da mendidik anak tentang apa yang buruk dan
mendorongnya melakukan perbuatan baik serta menghindari perbuatan jelek,
karena sesunggunya budi pekerti baik serta menghindari perbuatan jelek, karena
hal itu dapat mengangkat harga diri sebagai orang yang terhormat.
Berdasarkan hadis paedagogis diatas dapat dikatakan bahwa para
pendidik, terutama orang tua, mempunyai tanggung jawab sangat besar dalam
mendidik anak-anak dengan kebaikan dan dasar-dasar moral. Orang tua dan
pendidik hendaknya memberikan contoh tauladan yang baik tentang akhlak ini
terhadap anaknya, baik melalui perkataan maupun perbuatannya. Hal ini sangat
wajar dilakukan oleh orang tua maupun pendidik, sebab orang tua dan pendidik
yang memilih integritas kepribadian yang baik dapat meyakinkan anak-anaknya
untuk memegang akhlak yang diajarkan.
5
Makna hakikat lafads “Walad” dalam bahasa Arab yang sah secara syar’i
artinya adalah anak. Khusus untuk anak laki-laki menggunakan lafads “Ibn” dan
untuk perempuan menggunakan lafads “Bint” apabila lafads “Walad” digunakan
dengan pengertian anak, maka yang dimaksud adalah anak laki-laki dan
perempuan. Hal ini di buktikan dengan tidak terdapatnya kata “Walad”
dalambentuk muannast. Demikianlah konsep “Walad” yang dipahami secara
hakikat syar’i dalam isyarah al-Qur’an.
Dalam memahami kata “Walad” yang disebut 2 kali dalam surah an-
Nisa:176 nampaknya ulama tidak sepakat, sehinggah terpengaruh terhadap konsep
kalalah yang berkaitan erat dengan makna al-Walad. Dalam ayat tersebut kalalah
adalah pewaris yang tidak meninggalkan Walad yang berarti memberi kesempatan
pada “Saudaranya” berhak menerima waris. Dengan demikian, keberadaan Walad
disini menyebabkan “Saudara” Mahjub. Dalam hal warisan.
6
1. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan tuhan, yaitu setiap manusia
harus kenal, ingat, berdoa, dan bertawakkal kepada tuhannya, dalam rangka
pembentukan budi pekerti yang dirasakan pada keagamaan.
2. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri yaitu setiap
manusia harus mempunyai jati diri, agar seseorang mampu menghargai
dirinya sendiri karena mempunyai konsep diri yang positif.
3. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga, yaitu sesorang tidak
mungkin hidup tanpa lingkungan sosial yang terdekat yang mendukung
perkembangannya, yaitu keluarga untuk itu perlu suatu penyesuaian diri di
antara nilai yang di yakini dengan nilai yang berlaku dalam keluarga.
4. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, yaitu
sikap dan perilaku ini merupakna sikap penyesuaian diri yang diperlukan
terhadap lingkungan yang lebih luas, tempat iya dapat lebih mengapresikan
dirinya secara lebih luas setelah ia dewasa.
5. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar, yaitu seseorang
tidak bertahan hidup tanpa adanya dungan hidup yang sesuai, serasi dan tepat
seperti yang dibutuhkannya. Untuk itu terdapat aturan-aturan yang harus
dipatuhi demi menjaga kelestarian dan keserasian antara hubungan manusia
dan alam sekitar.
Demikian betapa idealnya tata/norma tersebut apabila dapat di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada anak didik kita dan betapa
mulianya perilaku yang dimiliki tadi, akan tetapi untuk mewujudkan semua itu
tidaklah mudah, banyak hal yang harus kita perhatikan mulai bagaimana proses
pendidikan dirumah atau dilingkungan keluarga yaitu orang tua, masyarakat yaitu
anggota dilingkungan tempat pergaulan sehari-hari dan sekolah yaitu Guru dan
Teman-teman sepermainannya.
1. Keteladan Guru disekolah
Sekolah memiliki potensi paling besar dalam rangka mendidik anak-
anak, berdasarkan tugas sekolah membina bakat intelektual, mengembangkan
kemampuan menilai dengan tepat, mengembangkan kepekaan terhadap nilai-
nilai, mempersiapkan kehidupan profesi, memumpuk bakat dan minat anak.
7
Maka sebaiknya pendidikan budi pekerti terintegrasi dalam proses
pembelajaran tertentu atau pada mata pelajaran tersendiri, kedua-duanya ada
untung ruginya.
Di sekolah secara moral guru punya tanggung jawab dalam
menanamkan nilai-nilai dan bentuk sikap yang baik kepada siswa, disini guru
harus mempunyai kredibilitas yang tinggi dimata siswa, karena mungkin tinggi
pengaruh seorang guru dapat di percaya oleh siswa yang dibinanya, guru harus
memahami profil guru yang dianggap baik oleh siswa, oleh karena itu guru
harus dapat menjadi contoh, bersikap dan bertindak benar dalam hidup sesuai
dengan asas : ingarso sung tuludho, ing madyo mangun karso, tut wuri
handayani, dalam menanamkan sikap-sikap positif kemasyarakat sekolah
membutuhkan cara kreatif, cara yang berbeda dengan pengajaran formal hal itu
perlu disadari oleh setiap guru, bagaimana mempengaruhi dan menumbuhkan
nilai-nilai sehingga terbentuk sikap-sikap yang baik pada diri siswa.
Dalam menambahkan budi pakerti, guru harus mampu menciptakan
suasana baik untuk pertumbuhan sikap-sikap positif sehingga mampu
mempengaruhi masyarakat disekolah, nilai-nilai dan sikap yang tumbuh dan
berkembang dilingkungan sekolah merupakan akibat dari keterserapan nilai-
nilai hidup yang terpencar dari guru yang dapat menciptakan lingkungan yang
bersifat kondusif, unsur lingkungan sosial yang berpengaruh dan sangat
penting adalah unsur manusia yang langsung dikenal dan dihadapi seseorang
sebagai perwujudan nilai-nilai tertentu. Jadi bila seorang guru mau
menambahkan nilai-nilai dan sikap-sikap hidup positif pada masyarakat
sekolah, ia harus hadir sebagai perwujudan nilai-nilai positif itu.
Seorang guru harus hadir ditengah-tengah masyarakat sekolah sebagai
personifikasi nilai-nilai, ia perlu selalu mendidik diri sendiri, proses mendidik
diri sendiri harus berlangsung terus-menerus sebagai proses yang panjang.
Tugas utama mengajar siswa dikelas, tetapi didalam kelas dan diluar kelas guru
tetap sebagai pendidik.
Pengaruh guru terhadap siswa dalam menanamkan nilai-nilai sehingga
terbentuk sikap-sikap positif pada diri siswa cukup besar, hal itu bisa terjadi
8
bila guru hadir di tengah-tengah siswa sebagai personifikasi nilai-nilai hidup
yang ditanamkan, kepercayaan guru oleh siswa harus sungguh besar, bila
kredibilitas anutan dengan baik di hati para siswa, kehadiranya akan diterimah
secara penuh, keteladanan dalam mewujudkan nilai-nilai hidup akan dilihat dan
tiru oleh para siswa; dengan keteladanan yang diterimah para siswa, mereka
akan termotifasi, akan tergerak dan terdorong mengitu jejak buruk dalam
mewujudkan nilai-nilai yang benar dalam kehidupan.
Selain hal tersebut di atas sebaiknya siswa diberikan kesempatan untuk
mengembangkan dirinya di sekolah melalui berbagai kegiatan seperti olahraga,
seni, pramuka, palang merah remaja, kegiatan kerohanian, karena melalui
kegiatan tersebut nilai-nilai budi pekerti dapat kita sisipkan secara tahap demi
tahap, dalam suasana yang menyenangkan sehingga segala emosi akan
tercurahkan ada kegiatan yang positif.
2. Peran Orang tua
Pendidikan budi pekerti juga menjadi tanggung jawab orang tua
dirumah, karena waktu di rumah adalah yang paling banyak adalah, yang
paling banyak, sehinggah dialah seorang orang tua dalam pergaulannya denga
anaknya waktunya lebih banyak, seorang anak mulai dari masih bayi susah
didik, yang pertama oleh seorang ibu dengan kasih sayangnya mengasuh
memberikan berbagai simbol-simbol pada sianak, setelah mulai besar diajari
tentang perilaku kehidupan, kemudian saat sudah mulai dewasa ditanamkan
norma-norma kehidupan dimasyarakat. Dalam menanamkan budi pekerti orang
tua harus memberikan suri tauladan pada anak-anaknya, karna dengan melihat
perilaku orang tua dalam kehidupan sehari-hari anak secara tidak langsung
akan melihat dan meniruhnya. Tahapan pendidikan budi pekerti :
a. Pada masa anak-anak yaitu dengan membiasakan bertingkah laku serta
berbuat menurut peraturan atau kebiasaan yang umum. Jadi masah anak-
anak mulai di dalam keluarga dan ditaman kanak-kanak dilatih
membiasakan perilaku-perilaku yang baik, mulai dari hal yang sederhana
sampai yang sulit, dilakukan secara berulang-ulang sampai menjadi
kebiasaan. Misalnya : Bangun pagi, makan bersama, mandi dua kali sehari,
9
berpakaian rapih dan bersih, mencuci tangan setiap akan mati berdoa akan
setiap akan melakukan kegiatan, berpamitan \ meminta izin setiap kali akan
bepergian dan lain-lain
b. Pada usia berenjak dewasa yaitu mulai di beri pengertian tentang tingkah
laku kebaikan dan menghindari keburukan dalam kehidupan sehari-hari, dan
ditanamkannya sikap mau menginsafi dan menyadari jika melakukan
kesalahan dan mau memaafkan bila ada pihak yang salah meminta maaf,
ditanamkan sikap tentang sopan santun, kesusilaan, unggah-ungguh, untuk
menanamkan hal tersebut dapat melalui kegiatan permudaan, pramuka,
OSIS, kelompok pencinta alam, kegiatan palang remaja, olahraga, ikatan
remaja masjid dan lain-lain.
c. Pada usia dewasa yaitu mulai di tanamkan norma-norma kehidupan
beragama, berbangsa, bermasyarakat, mengerti dan memahami norma etika,
hukum, kesusilaan, kebudayaan, adat istiadat. Dalam penanaman budi
pakerti disini harus meliputi teori dan praktek “Ngerti, Ngrasa, Nglakoni”
artinya bahwa dalam melaksanakan pendidikan budi pakerti haruslah
tertanam pengertian yang betul-betul dipahami, dan merasa sebagai suatu
kebutuhan, kemudian melaksanakannya.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata al-Walad dalam hadis menunjukkan peralihan usia anak itu ke usia
masa remaja. Hal ini penulis pahami adanya redaksi “al-Hasan”. Kata ini
menunjukkan keharusan pembiasaan yang baik terhadap anak sebelum melangkah
ke masa remaja. Pada hadis tersebut mengandung pengertian bahwa orang tua
harus berkewajiban membina dan mendidik anaknya sejak dini denga perilaku-
perilaku yang terpuji. Maksudnya dengan mengajarkan hal tersebut dan mendidik
anak tentang apa yang buruk dan mendorongnya melakukan perbuatan baik serta
menghindari perbuatan jelek, karena sesunggunya budi pekerti baik serta
menghindari pebuatan jelek karena hal itu dapat mengangkat harga diri sebagai
orang yang terhormat.
Budi pekerti merupakan tingkah laku, perangai akhlak ataupun watak.
Sikap dan tingkah laku seseorang tercermin dalam kegiatan hidup kesehariannya
seperti tampak dalam hubungan dengan tuhan, hubungan dengan diri sendiri,
hubungan dengan keluarga, hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan
alam.
B. Saran
Penulis sadar dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran untuk
memperbaiki makalah penulis kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan penulis.
11