MAKALAH
Konsep Keluarga Muslim dan Fungsinya dalam Perkembangan Peradaban
Kelompok 3 :
Anisa Safitri (2101015058)
Annas Tasyaningrum (2101015054)
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep Keluarga
Muslim dan Fungsinya dalam Perkembangan Peradaban”. Dan tak lupa pula kita
kirimkan salawat serta salam kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW. Nabi
yang menjadi suri tauladan ummat manusia di persada bumi ini. Serta kami menghaturkan
terima kasih kepada Ibu Ade Putri Muliya, S.Pd.I, M.Pd selaku dosen mata kuliah
Muamalah , yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni saat ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasa ataupun penulisannya. Karena tak ada gading yang tak
retak. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi
kami untuk lebih baik di masa yang akan datang. Sekian dan terima kasih.
Kelompok 3
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama fitrah, dan kehidupan manusia sejatinya haruslah berjalan di
dalam fitrahnya. Sehingga, pola-pola kehidupan manusia dalam suasana kebaikan
dan penuh kesesuaian. Islam agama fitrah terlihat dari fokusnya agama ini dalam
mengatur manusia terhadap dirinya sendiri, manusia terhadap Allah SWT, yang
paling penting dan paling sering dihadapi manusia adalah Islam mengatur antar
sesama manusia, seperti dalam hal muamalah (masalah politik, sosial, ekonomi/jual
beli/keuangan, militer, keamanan, beroganisasi/partai, dan keluarga)
dan uqubat (sanksi pidana). Dalam hal muamalah tersebut, terdapat sebuah konsep
pernikahan Islam (munakahat) yang diatur dengan adil dan berjalan dalam
kebijaksanaan oleh yang disebut syariah. Syariah (aturan Islam) bersumber dari Al
Qur’an dan As Sunnah yang berasal keduanya dari Zat yang Maha Adil dan
Bijaksana, Allah SWT.
Hidup berkeluarga dalam pandangan Islam adalah fitrah manusia. Islam bahkan
memandang institusi keluarga bukan hanya manifestasi fitrah individual manusia.
Tapi sebagai bagian yang fundamental dalam membangun peradaban manusia.
Karenanya, Islam mempunyai perhatian yang sangat serius terhadap masalah
keluarga. Tata cara hidup berkeluarga diatur secara detail mulai dari cara menikah
dan tatacara perceraian.
Keluarga adalah salah satu mata rantai kehidupan yang paling esensial dalam
sejarah perjalanan hidup manusia. Sekaligus ia juga membuat mozaik khilafah
yang membutuhkan bingkai ajaran sebagai pelindung dan penghias lukisan
kehidupan yang memberikan kenyamanan dan keteduhan kalbu bagi setiap
pengagumnya, sehingga menimbulkan kepuasan serta keridaan yang maha dalam
bagi penciptanya.Tentunya lukisan kehidupan keluarga yang begitu indah dan serba
menyenangkan ini tidak terlepas dari spektrum dasar, yaitu sakînah, mawaddah,
dan rahmah.
Sebagai pranata sosial pertama dan utama, keluarga mempunyai arti paling
strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan oleh
putra-putri yang tengah mencari makna kehidupannya. Keluarga adalah titik awal
keberangkatan sekali sebagai modal awal perjalanan hidup mereka yang
kemudian dilengkapi dengan rambu-rambu perjalanan yang digariskan pranata
sosial lainnya di lingkunga.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bahasa Arab, keluarga disebut dengan ahlun. Kata tersebut merujuk
dengan kata senang, suka, atau ramah. Tertulis di dalam al-qur’an bahwa keluarga
terbagi menjadi beberapa lafadz (Hamat, 2018:142-143), yaitu sebagai berikut:
Ahlun, yaitu al-rajul dan ahlu al-Islam. Maksudnya, keluarga yang senasab
dan seketurunan akan berkumpul dalam satu tempat tinggal.
Qurbba, yaitu hubungan kekerabatan (ahli waris) dan kerabatan ibu atau
bapak.
Asyirah, yaitu keluarga seketurunan yang berjumlah banyak.
Dalam al-qur’an, kata ahlun disebutkan sebanyak 227 kali. Kata tersebut memiliki
beberapa pengertian (Ghafur dalam Hamat, 2018:141), yaitu sebagai berikut:
Manusia yang memiliki pertalian darah atau perkawinan, yaitu ungkapan
ahli-bait. Contohnya, kata ahlun dalam bahasa Indonesia disebut dengan
keluarga.
Penduduk yang mempunyai wilayah-geografis atau tempat tinggal dengan
cara ditunjuk, seperti ucapan ahlu yatsrib, ahlu al-balad. Kata tersebut dalam
bahasa Indonesia disebut warga atau penduduk.
Manusia secara teologis ditunjuk dari status, seperti ahlu al-dzikir, ahlu al-
kitab, ahlu al-nar, dan ahlu al-jannah.
Meskipun terlihatnya adanya perbedaan, tetapi ketiganya saling berkaitan, yaitu
ahli yang berarti orang yang memiliki hubungan dekat dan baik karena pernikahan
(dekat karena cinta lokasi). Dengan terjalinnnya hubungan dekatnya keluarga akan
tercipta pergaulan di antara hidup dengan suka cita, senang, dan damai.
Menurut istilah atau terminologi keluarga adalah satu kesatuan hubungan antara
laki-laki dan perempuan melalui akad nikah menurut ajaran islam. Dengan adanya
ikatan akad pernikahan tersebut dimaksudkan anak dan keturunan yang dihasilkan
menjadi secara sah secara hukum agama. Keluarga dalam perspektif islam bermula
terciptanya hubungan suci yang menjalin seorang laki-laki dengan seorang
perempuan melalui perkawinan yang halal, memenuhi rukun-rukun dan syarat
3
B. Tujuan dan Prinsip Keluarga dalam Islam
Apabila dilihat dari kaca mata Islam, terbentuknya keluarga bermula dari
terciptanya jalinan antara pria dan wanita melalui pernikahan yang syar’i, memenuhi
rukun dan syarat-syarat yang sah, yang bertujuan untuk memenuhi petunjuk agama
dalam rangka mendirikan dan membina keluarga yang harmonis, sejahtera serta
bahagia di dunia dan akhirat (sakinah, mawadah, wa rahamah).
Berikut tujuan dari pembentukan keluarga menurut Imam Ghazali dalam Ihya’-nya
mengembangkan tujuan dari pembentukan keluarga menjadi lima yaitu:
Mendapatkan dan melangsungkan keturunan. (Q.S Al Furqan: 74)
Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan kasih
sayangnya. (Q.S Ali Imran: 14).
Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan. (Q.S
Ar Rum: 21).
Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung-jawab menjalankan kewajiban
dan menerima hak, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan
yang kekal. (Q.S An Nisa’: 34).
Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tenteram atas
dasar cinta dan kasih sayang. (Q.S Al A’raf: 189).
Tujuan tersebut berdasarkan Al Qur’an yang digali oleh ulama untuk mencapai
keluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah. Dalam mencapai tujuan tersebut,
untuk ketercapaian tujuan dalam berkeluarga tersebut dilengkapi dengan prinsip-
prinsip dalam keluarga. Prinsip dalam keluarga muslim yaitu:
1. Prinsip bebas memilih pasangan
Sebelum Islam datang, memilih pasangan adalah hak dari orangtua. Anak,
terutama anak perempuan, hanya menerima begitu saja. Bahkan terkadang secara
terpaksa harus menerima pilihan orangtuanya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
: قالوا، وال تنكح البكر حتى تُستَأذن، «ال تنُ ْك َح ُاأليُّم حتى تُستأمر:عن أبي هريرة رضي هللا عنه مرفوعا
أن تسكت: فكيف إذنها قال،يا رسول هللا
Artinya :
“Seseorang janda tidak dinikahkan kecuali dengan perundingannya dan seorang
gadis tidak dinikahkan kecuali dengan dimintakan izin”. (HR. Bukhari).
ٍ َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖٓه ا َ ْن َخلَقَ لَ ُك ْم ِ ِّم ْن ا َ ْنفُ ِس ُك ْم ا َ ْز َواجا ِلِّت َ ْس ُكنُ ْٖٓوا اِلَ ْي َها َو َجعَ َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َودَّة َّو َرحْ ًََ اا َِّن فِ ْي ٰذلََِ َ ٰال ٰيت ِلََِّ ْو
َيَّتَفَ َّك ُر ْون
4
Artinya :
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-
pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berpikir.”(Q.S Ar-Rum:21).
َ س ُك ْم فَت
َاب َ ُّٰللاُ اَنَّ ُك ْم ُك ْنت ُ ْم ت َْخت َانُ ْونَ اَ ْنف َ اس لَّ ُه َّن ا
ع ِل َم ه ٌ َاس لَّ ُك ْم َوا َ ْنت ُ ْم ِلبٌ َس ۤا ِٕى ُك ْم ا ه َُّن ِلب َ ِث ا ِٰلى نُ َالرف َّ ٍ صيَ ِا ِّ ِ ا ُ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلًََ ال
َض ِمن ُ َط ْاالَ ْبيُ ّٰللاُ لَ ُك ْم ا َو ُكلُ ْوا َوا ْش َرب ُْوا َحتهى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْال َخ ْي َب ه َ ع ْن ُك ْم ۚ فَ ْال ٰـنَ بَا ِش ُر ْوه َُّن َوا ْبتَغُ ْوا َما َكت َ عفَا َ علَ ْي ُك ْم َو َ
ْ ْ
عا ِكفُ ْونَ فِى ال ََسٰ ِج ِد ا تِلََ ُحد ُْودُ ه
ّٰللاِ فَ ََل ۚ َّ
َ ا ٍ اِلى الي ِْل َو َال تُبَا ِش ُر ْوه َُّن َوا َ ْنت ُ ْم َ َ َ صي ِّ ِ ْال َخي ِْط االَس َْو ِد ِمنَ الفَجْ ِۖ ِر ث َّم اَتِ َُّوا ال
ُ ْ ْ
َاس لَعَلَّ ُه ْم يَتََُّ ْون ت َ َْ َرب ُْوه اَا ك َٰذلََِ يُبَ ِيِّنُ ه
ِ َّّٰللاُ ٰا ٰيتِه ِللن
Artinya :
“ Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka
adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui
bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu
dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang
telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu
(perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian
sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri
mereka, ketika kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada manusia, agar mereka bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 187)
Artinya :
“Wahai orang-orang beriman! Tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan
dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya,
kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah
dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka,
5
(maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal
Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.” (QS. An-Nisa :19).
Dapat disimpulkan bahwa setiap pasangan Saling menghargai dan menghormati
satu sama lain. Tidak boleh ada kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
1. Fungsi biologis
Fungsi biologis adalah fungsi yang berkenaan dengan hasrat biologis (seksual)
manusia. Hubungan seksual dalam Islam diatur sedemikan rupa sehingga menjadi
jelas fungsi dan tujuannya, bukan semata-mata kesenangan birahi (just to fun) fungsi
ini membedakan antara pernikahan manusia dan hewan, sebab fungsi ini di dalam
keluarga diatur dalam pernikahan. (Q.S An-Nahl:72)
ِ َت اَفَ ِب ْالب
َاط ِل يُؤْ ِمنُ ْون َّ َاج ُك ْم بَ ِنيْنَ َو َحفَدَة َّو َرزَ قَ ُك ْم ِ ِّمن
ِ الط ِيِّ ٰب ا ِ ّٰللاُ َجعَ َل لَ ُك ْم ِ ِّم ْن ا َ ْنفُ ِس ُك ْم ا َ ْز َواجا َّو َجعَ َل لَ ُك ْم ِ ِّم ْن اَ ْز َو
َو ه
َّٰللاِ ُه ْم يَ ْكفُ ُر ْون ت ه ِ ََ َو ِب ِن ْع
Artinya :
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki
dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari
nikmat Allah?”
2. Fungsi edukatif
Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak manusia karena pengalaman dan
pengetahuan pertama anak ditimba dan diberikan melalui keluarga. Ayah dan ibu
berkewajiban mendidik anak-anak mereka, pendidikan pertama adalah mengenal
Tuhan, tatacara hidup bermasyarakat, dan kecakapan hidup.
3. Fungsi perlindungan
Keluarga adalah pelindung bagai para anggotanya, karena keluarga menjadi tempat
yang nyaman dari berbagai gangguan internal maupun eksterneal serta menjadi
penangkal segala pengarruh negatif. Suami sebagai kepala keluarga bertugas
melindungi istri dan anaknya, maka dari itu satu sama lain harus saling menjaga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomis dalam keluarga memiliki arti sebagai tempat untuk menjalankan
pilar ekonomi yang kuat nan kokoh. Untuk memenuhi nafkah atau kebutuhan dasar
keluarga, diperlukan kemampuan ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan pemimpinan
keluarga diharuskan menjalinkan fungsi ini dengan sebaik-baiknya. Selain itu dapat
6
membagi tugas dalam pembinaan usaha, perencanaan anggaran, pengelolaan dan
cara memanfaatkan sumber-sumber penghasilan dengan baik, mendistribusikan
secara adil dan profesional, serta dapat mempertangggung jawabkan kekayaan dan
harta bendanya secara sosial maupun moral.
5. Fungsi psikologis
Keluarga adalah tempat untuk mendapatkan ketenangan jiwa.Tempat melepaskan
kepenatan dari aktivitas seharai-hari. Tempat untuk men-carger semangat.Tempat
berlabuh dari problematika hidup. Tempat yang menghadirkan kesejukan jiwa.
Karenanya ada istilah Arab: baiti jannati (rumahku surgaku).
6. Fungsi rekreatif/rekreasi
Fungsi rekreatif atau rekreasi dalam keluarga adalah sebagai tempat untuk
memberikan kesejukan dan kenyamanan untuk seluruh anggotanya. Artinya ia dapat
menjadi tempat beristirahat yang menyenangkan untuk melepas lelah. Di dalam
keluarga seseorang dapat belajar untuk saling menghargai, menyayangi dan
mengasihi sehingga terciptalah hubungan harmonis dan damai. Dengan demikian
keluarga akan benar-benar menjadi surge bagi seluruh anggotanya. Hal ini sejalan
dengan hadis “rumahku adalah surgaku”.
7. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi dalam keluarga memiliki arti sebagia tempat untuk
melangsungkan sosialisasi nilai-nilai sosial dalam keluarga. Melalui sosialisasi
inilah, anak-anak diajarkan dalam menegakkan norma kehidupan yang sifatnya
universal. Melalui fungsi ini juga, keluarga juga menjadi lebih efektif dalam
berkomunikasi dan mengaktulasasi dari masing-masing. Karena pada dasarnya
manusia adalah makhluk sosial, maka mereka membutuhkan hubungan antara
sesama secara balik guna menciptakan tujunannya masing-masing.
Jika ingin mengubah dunia, mulailah peradaban dari diri sendiri. Jika ingin
memajukan Islam, mulailah peradaban dari keluarga muslim yang beriman.
Pernikahan adalah pilar keutuhan Muslim, jika ikatan keluarga retak, remuk, dan pula
sendi-sendi peradaban. Dengan adanya keluarga, itulah basis terkecil dalam
membangun peradaban.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA