Disusun Oleh:
Reisya Kamillah {6211221005)
Ervina Anggriawan Nur (6211221035)
Kelas : A
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Pendidikan
Agama Islam. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan
dan wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Semakin besar perhatian yang diberikan kepada pembentukan keluarga akan semakin
memberi peluang besar terhadap terbentuknya suatu ikatan kemasyarakatan yang kuat dan
kokoh. Oleh karena itu, panndangan islam terhadap keluarga merupakan pandangan
mendalam dan menyeluruh, dengan memberi perhatian yang besar, agar keluarga dapat
menjalankan misi dan kewajibannya, sehingga perjalanan kehidupan kemanusiaan berada
pada jalur yang benar yang berimplikasi pada terbentuknya masyarakat yang aman, tentram
dan stabil.
“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya dia menciptakan
istrinya, agar dia merasa senang kepadanya.
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.
1.3 Tujuan
Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat memberitahukan
tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang pembinaan keluarga islami sesuai ketentuan Al-Quran dan hadis
2. Mengetahui fungsi dan upaya mewujudkan keluarga sakinah
3. Dapat mengklasifikasikan ciri-ciri keluarga islami
4. Dapat mengetahui hak dan kewajiban suami isteri sesuai ketentuan Al-Quran dan
hadis
BAB 2
PEMBAHASAN
Keluarga merupakan unit terkecil dalam struktur masyarakat yang dibangun diatas
pernikahan yang terdiri dari suami, istri dan anak. Menurut psikologi keluarga bisa diartikan
sebagai orang yang berjanji untuk hidup bersama untuk hidup bersama yang memiliki
komitmen atas dasar cinta, menjalankan tugas dan fungsi yang saling terkait karena sebuat
ikatan batin, atau sebuah hubungan pernikahan yang kemudian melahirkan ikatan
darah,terdapat pula nilai kesepahaman, watak, kepribadian satu sama lain yang lain saling
mempengaruhi walaupun terdapat keragaman, menganut ketentuan norma, adat, nilai yang
diyakini dalam membatasi keluarga dan yang bukan keluarga pernikahan.
Islam menganjurkan untuk membentuk sebuah keluarga dan menyeru kepada umat untuk
hidup dibawah naungan-Nya. Jika keluarga sebagai tiang umat, maka pernikahan sebagai
tiang sebuah keluarga. Dengan pernikahan aka nada dan terbentuknya rumah tangga dan
keluarga sehingga memperkuat hubungan silahturahim kedua pihak.
Pernikahan (keluarga) tidak akan tercapai tujuannya untuk membina keluarga yang sakinah
mawaddah warohmah, tanpa adanya kemampuan memahami pasangan hidup tanpa
mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban antara sesama pasangan. Ar-Rum 21
mengingatkan:
Ayat diatas menjelaskan tentang kejadian manusia hingga mencapai tahap bersyariat yang
mengantarkannya berkembang biak sehingga menjadikan mereka bersama anak cucunya
berkeliaran di persada bumi ini. Ayat diatas menguraikan pengembangbiakan manusia serta
bukti kuasa dan rahmat Allah dalam hal tersebut. Ayat diatas melanjutkan pembuktian yang
lalu dengan menyatakan bahwa: Dan juga diantara kekuasaan-Nya adalah dia menciptakan
untuk kamu jenis kamu secara khusus pasangan-pasangan hidup suami atau istri dari jenis
kamu sendir, supaya kamu tenang dan tentram serta cenderung kepadanya yakni kepada
masing-masing pasangan itu, dan dijadikan-Nya diantara kamu mawaddah dan rahmat
sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir tentang kuasa dan nikmat Allah.
Keluarga yang baik menurut pandangan islam disebut dengan istilah keluarga sakinah. Ciri
utama keluarga ini ialah adanya cinta kasih antara suami istri. Hal ini bertolak dari prinsip
perkawinan yang misaqan-galidza (perjanjian yang kukuh), yaitu perjanjian yang teguh untuk
saling memenuhi kebutuhan satu sama lain, sebagaimana terdapat dalam QS. Al-Nisa / 4:21
berikut ini:
: “Dan sebagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul
(bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah
mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”.
1. Fungsi biologis
Perkawinan dilakukan bertujuan memperoleh keturunan; dapat memelihara
kehormatan serta martabat manusia sebagai makhluk yang berakal dan beradab.
Fungsi inilah yang membedakan perkawinan manusia dengan binatang sebab diatur
dalam suatu norma perkawinan yang diakui bersama.
2. Fungsi edukatif
Keluarga merupakan madrasatul ula’ yaitu tempat pendidikan paling dasar bagi semua
anggota keluarganya. Dalam hal ini, orang tua memiliki peran yang sangat penting
untuk menentukan kualitas pendidikan anak-anaknya dengan tujuan mengembangkan
aspek mental spiritual, norma, intelektual, dan professional.
3. Fungsi religious
Keluarga merupakan tempat penanaman nilai moral agama melalui pemahaman,
penyadaran dan praktik dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penanaman akidah yang
benar, pembiasaan ibadah dengan disipliun dan pembentukan kepribadian sebagai
seorang yang beriman sangat penting dalam mewarnai terwujudnya masyarakat
religious.
4. Fungsi protektif
Keluarga merupakan tempest yang paling aman untuk dijadikan perlindungan dari
gangguan yang bersifat internal atau eksternal. Gangguan internal yang diamksud
ialah berkaitan dengan keragaman kepribadian anggota keluarga seperti adanya
perbedaan pendapat dan kepentingan. Pada sisi lain, gangguan eksternal keluarga
biasanya lebih muda dikenali oleh masyarakat karena berada pada wilayah public.
Selain itu, keluarga juga dapat dijadikan sebagai tempat untuk menangkal pengaruh
negatif dari luar.
5. Fungsi Sosialisasi
Fumhsi sosialisasi ini berkaitan dengan upaya mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat yang baik; mampu memegang norma-norma kehidupan secara universal,
baik didalam keluarga itu sendiri maupun dalam pergaulan masyarakat pluralistik
lintas suku, bangsa, ras, golongan, agama, budaya, bahasa manapun, jenis kelamin.
Fungsi ini diharapkan anggota keluarga dapat memposisikan diri sesuai dengan status
dan struktur keluarga itu sendiri.
6. Fungsi rekreatif
Keluarga merupakan tempat yang dapat memberikan kesejukan dan melepas lelah
dari seluruh aktivitas anggota keluarga masing-masing. Fungsi rekreatif ini dapat
mewujudkan suasana keluarga yang menyenangkan, saling menghargai,
menghormati, dan menghibur anggota keluarga sehingga tercipta hubungan harmonis,
damai, dan kasih sayang. Untuk hari ini, setiap anggota keluarga merasa bahwa
“rumahku adalah surgaku”.
Dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah diperlukan proses
yang panjang dan pengorbanan yang besar meliputi persiapan, pelaksanaan, dan pembinaan.
Dalam tahapan persiapan, setiap pasangan yang akan menikah hendaknya mempersiapkan
diri dengan membekali diiringi melalui pemahaman akan ilmu agama yang memadai
berdasarkan tuntunan Islam, baik yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun hadits. Rasulullah
telah memberikab tuntutan bagi mereka yang akan menikah untuk pertama kali agar
mempersiapkan pasangannya. Hal ini sejalan dengan hadits :
“Wanita itu dinikahi atas dasar 4 perkara, yakni hartanya, kecantikannya, keturunannya, dan
agamanya. Utamakanlah karena agamanya, niscaya akan selamat.” (HR.Bukhari Muslim)
Tujuan utama memilih pasangan yang sesuai dengan kriteria menurut islam ialah
semata-mata kelak dapat mewujjudkan keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah. Oleh
karena itu, untuk mewujdukan keluarga sakinah, diperlukan usaha maksimal, baik secara
batiniah (memohon kepada Allah SWT) maupun secara lahiriah (berusaha untuk memenuhi
ketentuan, baik yang datangnya dari Allah SWT dan rasul-Nya, maupun peraturan yang
dibuat oleh para pemimpin/pemerintah berupa peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku).
Setelah menentukan pilihan, maka tahapan selanjutnya yang harus dilakukan adalah
meng-khitbah-nya. Khitbah dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai tunangan atau
meminang, yakni meminta izin kepada pihak keluarga untuk dapat meminang anggota
keluarga yang telah dipilih oleh sang pria untuk menjadi calon istrinya. Pelaksanaan tunangan
sebenarnya hanya sederhana, dimana sang pria datang secara langsung atau diwakilkan
menyampaikan maksudnya kepada wali dan calon mempelai wanita. Hanya saja, di beberapa
daerah di Indonesia upacara tunangan ini dirayakan secara seremonial. Dalam islam sendiri,
meminang ini hukumnya Sunnah dengan syarat utama wanita yang akan dipinang tersebut
dalam keadaan tidak bersuami, tidak dalam keadaan iddah talaq raj’l, serta tidak sedang
berada dalam pinangan orang lain.
“seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin lainnya, maka tidak halal bagi seorang
mukmin meminang seorang wanita yang sedang dipinang oleh saudaranya, sampai
saudaranya meninggalkannya” (HR.Ahmad dan Muslim)
Perkawinan adalah jalan untuk membentuk suatu keluarga atau rumah tangga,
makai slam telah meletakkan kaedah-kaedah dan aturan-aturan yang bertujuan untuk
mewujudkan keluarga yang tenang dan bahagia, yang pada gilirannya akan
berdampak pada terciptanya suatu masyarakat yang aman dan tentram. Ciri-ciri
keluarga/ rumah tangga islami yaitu:
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keluarga adalah unsur utama dan penting dalam keberlangsungan kehidupan karena keluarga
adalah tempat beristirahat, berlindung dan mengadu. Maka dari itu, kita harus bisa
menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah agar tujuan yang diinginkan
bisa tercapai dengan maksimal. Ayah, Ibu dan Anak memiliki peran pentingnya
masing-masing, bagai teater yang bergantung pada tokohnya apakah tokohnya bisa membawa
penampilan teater itu kedalam kesuksesan atau kegagalan begitu pula dengan keluarga, tapi
hal ini tidak luput dari pengawasan dan kerodhoan Allah, setiap langkah yang diambil harus
mengatasnamakan dan berkaitan dengan Allah SWT agar hasil yang didapat akan baik dan
berkah.
Daftar Pustaka
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Yogyakarta: UIN Malang Oress,
2008), hlm, 114.
Fachruddin HasbAllah, Psikologi Keluarga dalam Islam, (Banda Aceh: Yayasan Pena,
2007), hlm 1.
o Jawaban : Ada beberapa kriteria memilih pasangan dalam islam yang pertama yaitu
memiliki agama atau keyakinan yang sama, yang kedua memiliki ketertarikan secara
fisik, berpengetahuan luas juga berilmu, memiliki kesuburan yang baik, berasal dari
keluarga yang terhormat dan tidak boleh memiliki nasab yang sama seperti saudara
kandung dan lain-lain.
2.Fira 6211221022
Bagaimana jika seorang suami tidak lebih paham akan agama sedangkan si istrinya paham
agama?
o Jawaban : Sebenarnya dalam islam suami harus lebih berilmu dari istri karena ia
sebagai kepala keluarga yang bertugas mengayomi dan mengajarkan apa yang istri
tidak tahu, maka dari itu sedari awal kita harus memilih pasangan apa lagi suami
sesuai dengan syarat-syarat islam, tapi kalau situasinya sudah menikah dan sang istri
lebih berilmu dari istri, ia harus belajar lagi, memperluas ilmu tidak hanya duduk
diam saja.
o Jawaban : Dalam islam pertunangan itu diperbolehkan, yang tidak diperbolehkan itu
pacaran, karena pertunangan itu meningat untuk bisa melangkah ke jenjang
pernikahan dan hukumnya mubah atau tidak diwajibkan.