Anda di halaman 1dari 19

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PENGANGKATAN ANAK

PADA ORANGTUA ANGKAT BEDA AGAMA PP No. 54 TENTANG


PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK PASAL 13
(Studi Kasus Desa Danau Lancang Kec. Tapung Hulu Kab. Kampar)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Pada Jurusan Al Ahwal Al-Syakhsiyyah

UIN Sumatera Utara Medan

Oleh

HIJRIAH SYAHFITRI PANJAITAN

NIM : 0201182116

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita semua terutama kepada saya sendiri selaku penulis yang telah
diberikan kesempatan untuk menuliskan proposal skripsi yang berjudul “Pandangan
Masyarakat Tentang Pengangkatan Anak Pada Orangtua Angkat Beda Agama PP
No. 54 Pasal 13 Desa Danau Lancang Kec. Tapung Hulu Kab. Kampar”. Karya
ilmiah ini penulis susun untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Hukum di
UIN Sumatera Utara. Selanjutnya shalawat dan salam tidak lupa kita hadiahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman
jahiliyah menuju zaman yang dihiasi ilmu pengetahuan. Dengan adanya karya ilmiah
yang nantinya akan menjadi skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
kita semua terkhusus kepada penulis sendiri, dan kepada para pembacanya nanti.
Dalam penulisan karya ilmiah ini pastinya tidak terlepas dari halangan dan
rintangan baik dalam pencarian bahan, pengumpulan data maupun dalam melakukan
penelitian di Desa Danau Lancang. Untuk itu, semoga karya ilmiah ini diberkahi dan
mendapatkan ridho dari Allah SWT. Amin.

Medan, Juli 2022

Hijriah Syahfitri Panjaitan

i
DAFTAR ISI
Kata Pengatar................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 8
E. Kajian Terdahulu.............................................................................. 9
F. Kerangka Teori................................................................................. 10
G. Hipotesa........................................................................................... 10
H. Metode Penelitian ........................................................................... 10
I. Sistematika Pembahasan ................................................................... 13
J. Daftar Pustaka................................................................................... 14

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan satu-satunya mahkluk yang diciptakan tuhan dengan
kedudukan paling mulia. Tuhan menciptakan akal dan rasa malu serta adab dalam tiap
melakukan sesuatu, salah satunya menambah jumlah jenisnya dengan cara yang halal
yakni dengan sebuah akad dalam pernikahan.
Hidup berumah tangga merupakan tuntunan fitrah setiap manusia sebagai ciptaan
Tuhan yang paling sempurna yang Allah ciptakan diatas dunia ini, yang tidak luput
dari peran dan fungsinya masing-masing.
Seperti halnya makhluk lain yang Allah ciptakan, manusia juga memiliki hasrat
dan niat untuk memiliki keturunan dengan tujuan memelihara dan menjaga kelestarian
makhluk (manusia) dari generasi ke generasi setelahnya.1
Tidak ada pembeda, keinginan untuk memperoleh keturunan juga dimiliki oleh
laki-laki maupun perempuan. Dengan berbagai alasan atau tujuan yang mereka miliki
dari keturunan itu sendiri. Sesuai dengan tujuan dari sebuah pernikahan itu sendiri
ialah untuk membentuk keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.2
Keturunan memiliki makna yang begitu penting dalam sebuah hubungan
perkawinan, sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Kahfi ayat 46.
Keturunan dianggap sangat penting bagi hampir keseluruhan pasangan suami isteri
baik sebagai tempat untuk mencurahkan kasih sayang, dan tempat menaruh harapan
orangtua kelak.
Selain daripada itu, keturunan dianggap sangat berpengaruh dalam kehidupan
berkeluarga karena dapat meningkatkan kesempurnaan dan pelengkap kebahagiaan
dalam rumah tangga, seiring bertumbuh kembangnya anak tersebut, serta dapat
memperkuat komitmen dalam ikatan perkawinan.
Masyarakat memaknai seorang anak itu sebagai keturunan apabila telah
menikahnya seorang laki-laki dan seorang perempuan dengan sah serta hadir sebagai
bukti buah cinta mereka bersama. Oleh karena itu, pernikahan sangat memiliki kaitan
yang erat untuk hadirnya keturunan itu sendiri.

1
Unika Eka Utari, “Kelestarian Rumah Tangga Pada Pasangan Yang Belum Memiliki Keturunan “ Palangkaraya:
IAIN, 2020), hlm. 3.
2
Khair Damrah, “Hukum Perkawinan Islam” Bandung,Pustaka Setia,2017, hlm19

1
Namun, tidak semua pasangan suami istri yang sah dapat memiliki keturunan dari
pernikahan yang mereka jalani. Ada beberapa yang lain belum dikaruniai keturunan
dan ada sebagian yang lain bahkan tidak memiliki keturunan sampai akhir hayat
mereka, sesuai dengan bunyi firman Allah :

‫ِهّٰلِل ُم ْلُك الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۗض َيْخ ُلُق َم ا َيَش ۤا ُء ۗ َيَهُب ِلَم ْن َّيَش ۤا ُء ِاَناًثا َّوَيَهُب ِلَم ْن َّيَش ۤا ُء الُّذ ُك ْو َر‬
ۙ
‫َاْو ُيَز ِّو ُج ُهْم ُذ ْك َر اًنا َّوِاَناًثاۚ َو َيْج َعُل َم ْن َّيَش ۤا ُء َعِقْيًم اۗ ِاَّنٗه َعِلْيٌم َقِدْيٌر‬

Artinya : Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang dia
kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang dia kehendaki dan
memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau dia
menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang
dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Maha kuasa (Q.S As-Syura Ayat 49-50)
Terdapat beberapa pasangan yang mungkin sulit dan mengalami hambatan dalam
memperoleh keturunan, dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya
Infertilitas, yakni gangguan kesuburan pada seorang wanita sehingga tidak dapat
meengandung dan melahirkan bayi hidup setelah kurun waktu satu tahun lamanya
melakukan hubungan seksual secara rutin dan tidak disertai pemakaian alat
kontrasepsi apapun. Dan adajuga penyebab lain dari memiliki keturunan yaitu faktor
usia, yang menyebabkan kesuburan pada salah satu atau kedua duanya tidak dalam
kondisi maksimal sehingga mengakibatkan kesulitan dalam memperoleh buah hati.
Kegagalan memiliki keturunan tidak selalu dari istri, kadangkala dari suami
dengan persentase 40 persen kegagalan terdapat pada istri, 30 persen pada suami dan
30 persen sisanya terdapat pada keduanya.3
Ada beberapa pasangan yang menerima keadaan tanpa buah hati, dan sebagian
lagi terus berusaha untuk memiliki buah hati, baik melakukan pengobatan, bahkan
melakukan pengangkatan anak (adopsi), dengan berbagai macam tujuan dan biasanya
dipercaya supaya segera diberi keturunan dari pernikahan sendiri oleh Allah SWT.
Dalam pelaksanaan pengangkatan anak (adopsi) terdapat beberapa cara, ada yang
melalui lembaga sosial (panti asuhan) dan ada yang langsung dari orangtua kandung
anak yang biasanya didasari oleh alasan-alasan tertentu.
Memperoleh anak melalui jalan adopsi atau pengangkatan, diperbolehkan oleh
3
Andini Saraswati,”Infertility, Vol 4 No. 5(2015),321

2
islam namun, dengan catatan tidak merubah identitas anak angkat tersebut apalagi
merubah agamanya, tetap membiarkan anak pada nasabnya dan tetap memperhatikan
batas-batas yang tidak melampaui atau memperlakukan anak angkat layaknya anak
kandung dalam hal aurat serta hal-hal lain.
Dalam hukum islam pengangkatan anak itu memiliki makna berpindahnya
tanggungjawab dalam pemberian nafkah, dan pemenuhan segala kebutuhan dari anak
angkat tersebut. Islam membolehkan pengangkatan anak dengan tujuan agar anak
tersebut terpenuhi segala kebutuhannya, serta mendapatkan kasih sayang yang
seharusnya. Tidak dibenarkan jika mengangkat anak dan merubah identitasnya
Ditengah-tengah situasi beberapa orangtua yang tidak memiliki anak, ada
beberapa orangtua lain yang memiliki anak, namun tidak menjalankan
tanggungjawabnya dengan baik, dalam artian, tidak membiarkan anaknya tumbuh dan
berkembang dibawah pengawasannya, dalam limpahan kasih sayangnya, dan
memberikan anaknya diasuh dan dibesarkan oleh orangtua angkat yang tidak seaqidah
pula.
Merupakan sebuah karunia besar bagi pasangan suami isteri yang Allah izinkan
memiliki keturunan dari pernikahan nya,dan merupakan tanggungjawab yang besar
pula untuk merawat, melindungi, dan membesarkan anak yang telah Allah titipkan
tersebut. Islam menaruh tanggungjawab dalam membesarkan anak, diatas bahu kedua
orangtua kandungnya sepenuhnya.4
Seorang anak pada awal kelahirannya kedunia, sampai pada usianya tertentu pasti
memerlukan oranglain dalam membantu keberlangsungan pertumbuhannya, baik dari
segi memberi makan, pakaian, dalam hal membersihkan diri seperti mandi. Oleh
karena itu, orang yang paling bertanggungjawab atas itu semua adalah orang yang
paling dekat jaraknya tanpa antara, ialah orangtua kandungnya, yang melahirkannya
kedunia. Pada pasal 45 UU No. 1 Tahun 1974 terdapat ketentuan yang jelas tentang
kebertanggungjawaban orangtua dalam mendidik, memelihara anak keturunan mereka
dengan baik. Kewajiban dan tanggungjawab ini berjalan terus sampai anak dapat
berdiri sendiri atau menikah.5
Apabila pasangan suami isteri menjalankan perannya masing-masing dalam
membesarkan anaknya dengan baik, niscaya akan terwujudlah kedamaian dan
kesejahteraan berkeluarga yang sesuai dengan aturan yang Allah tetapkan, sehingga
4
Isma’il R. Al- Farouqy, Altar Budaya Agama Islam, Menjelajah Kazanah Islam Peradaban Gemilang (Bandung:
Mizan, 2002) hal. 187
5
Abd Rahman Gazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 167

3
sampailah kebagaiaan itu pada kesempurnaan yang diberkahi Allah yakni sakinah,
mawaddah dan warahmah. Dalam kompilasi hukum islam (KHI) pasal 77 ayat (3),
pasangan suami isteri memikul dan memiliki tanggungjawab dan kewajiban yang
sama dalam mengasuh dan mendidik anak baik dari segi jasmani, rohani serta
bertanggungjawab atas kecerdasan dan pendidikannya.6
Selain itu, didalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak, pada pasal 1 ayat (11), berbicara tentang kuasa asuh dari seorang
anak. Didalam pasal itu dinyatakan bahwa, kuasa asuh yang dimaksudkan adalah
kekuasaan dari orangtua untuk mendidik, membina, memelihara, melindungi,
menyaksikan bertumbuhkembangnya anak, melihat bakat dan minatnya, dan
mendidik anak sesuai agama yang di yakininya.7
Bahkan Imam Bukhari, seorang perawi hadist yang sangat terpercaya itu juga
tumbuh dan berkembang dalam perawatan dan kasih sayang langsung dari ibunya
sendiri. Bahkan dalam kitab suci Al-Qur’an, Nabi Musa As juga mempunyai
ketangguhan mental yang ditempah berkah cinta dan limpahan kasih sayang dari ibu
tercintanya. Begitupun Nabi Ismail yang memiliki tingkat ketaatan yang sangat luar
biasa, berkat peran orangtua yang dijalankan dengan baik dalam membesarkan dan
mendidiknya, yakni sang perempuan hebat bernama Siti Hajar.
Dalam hal membesarkan dan mendidik serta memelihara keberlangsungan
pertumbuhan anak dalam pengawasan sebagai orangtua, tugas ini bukan semata-mata
hanya naluriah kemanusiaan, merawat dan memelihara anak merupakan suatu bentuk
syukur kita kepada Allah atas kehendak dan izinnya kita bisa memiliki keturunan.
Anak-anak merupakan bagian yang sangat penting dari keseluruhan proses
pertumbuhan manusia, karena pada masa anak-anaklah sesungguhnya karakter
seseorang terbentuk. Dimasa depan akan terlihat berkualitas atau tidaknya seseorang,
tak lepas dari kebiasaan dan pengasuhan yang terbentuk sejak ia kecil.
Maka dari itu, orangtua lah yang paling berperan dalam hal ini, perintah ini
sangat beralasan, dimana sumber daya manusia yang berkualitas sangat dipengaruhi
oleh faktor pendidikan dasar yang didapatkan anak dari orangtuanya. Anak-anak yang
dibesarkan dengan baik, dan dibekali dengan pendidikan yang baik sesuai dengan
syari’at, niscaya akan menjadi anak yang mengerti agama, dan diharapkan menjadi
anak yang sholeh/sholehah, saat dewasa nanti akan menjadi manusia yang taat

6
Pasal 77 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam
7
Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak

4
perintah allah dan senantiasa menjauhi larangannya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memiliki peranan sangat penting dalam
proses merawat dan mengasuh anak. Walaupun bukan satu-satunya faktor, namun
keluargalah yang menjadi unsur yang sangat mempengaruhi kepribadian dan
karakteristik anak. Dan dalam melaksanakan tugas dalam mengasuh dan
membesarkan anak, diperlukan kematangan fikiran, bisa meminimalisir emosional
dalam merawat anak, serta tunjangan ekonomi yang memadai, mesikpun dalam
menunjukkan hal baik pada anak, tidak semata-mata harus dengan uang, namun
realitanya dalam memberikan yang terbaik dari segi makanan, pendidikan dan
kebutuhan anak yang lainnya, haruslah dengan ekonomi yang memadai.8
Namun, tak jarang kita jumpai dibeberapa tempat atau dilingkungan sekitar kita,
ada orangtua yang tidak memiliki kemapanan ekonomi, dan tingkat kesadaran yang
rendah sehingga membiarkan anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan tidak
mendapatkan perawatan yang baik, bahkan ada yang secara terang-terangan tidak
menyanggupi membesarkan anaknya, kemudian memberikan tanggungjawab
membesarkan, mendidik, dan merawat anaknya kepada oranglain.
Praktek pemberian pengasuhan atau memberikan tanggungjawab membesarkan,
mengasuh dan mendidik anak kandungnya, kepada oranglain dan tidak seagama pula,
seperti yang terjadi di Desa Danau Lancang Kec. Tapung Hulu Kab. Kampar.
Jadi penulis juga melakukan observasi ke lapangan dan pada beberapa
masyarakat yang memang menjadi objek dari penelitian penulis, selain penulis
melakukan pengumpulan data mengenai letak lokasi penelitian serta beberapa data
yang menyangkut data-data kependudukan masyarakat, penulis juga mulai melakukan
wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkenaan dengan judul
penelitian. Berikut beberapa penyebab atau alasan berlangsungnya praktek
pelaksanaan pengangkatan anak terhadap orangtua yang berbeda agama :
Pasangan suami istri Bapak Suyono dan Ibu Narti sebagai orangtua kandung dari
anak perempuan yang bernama Afnida Sari yang diberikan atau diadopsi oleh
orangtua angkat non muslim dari pasangan Bapak Herman Nababan dan Ibu Nauli
Simamora, saya menanyakan kepada mereka, apa yang menjadi penyebab mereka
memberikan anak mereka diadopsi oleh orangtua angkat yang tidak seagama dengan
mereka, kemudian mereka menjawab “kami sebagai pasangan suami istri yang

8
Fuaddin TM, Pengasuhan Anak dalam Kajian Keluarga Islam, (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Gender,
1999), hal. 7-10

5
dikaruniai anak terlalu rapat atau umurnya yang terlalu berdekat-dekatan, dan juga
kami mempercayai memberikan anak kami di adopsi oleh orangtua angkatnya karena
kami yakin anak kami itu akan hidup lebih baik dan mendapatkan kasih sayang yang
cukup, ditambah lagi bahwa orangtua yang mengadopsi anak kami itu adalah kerabat
saya dulu semasa saya lajang”.
Kemudian saya menanyakan lagi, bagaimana sebenarnya yang bapak dan ibu
fahami tentang memberikan anak di adopsi oleh orang tua angkat yang tidak seagama
dengan anak kita, lalu orangtua kandung dari Afnida Sari itu menjawab “kami
sebagai orangtua mengerti bahwa sebenarnya praktek ini tidak dibenarkan oleh
agama kita, namun keadaan lah yang memaksa ini untuk terjadi”.
Saya juga mengajukan beberapa pertanyaan kepadaa orangtua kandung yang
memberikan anaknya diadopsi oleh orangtua beda agama, yakni dari pasangan Bapak
Sukir dan Ibu Suwarni tidak lain tidak bukan ialah orangtua kandung dari anak
perempuan yang diberi nama Piani yang diberikan untuk diadopsi kepada orangtua
angkat non muslim dari pasangan Bapak Bonin Munthe dan Ibu Dona Purba,
pertanyaan yang sama saya ajukan kepada orangtua kandung dari Piani, yakni apa
yang menjadi penyebab mereka memberikan anak mereka diadopsi oleh orangtua
angkat yang tidak seagama dengan mereka, kemudian mereka menjawab “saya
memberikan anak saya diadopsi oleh orangtua angkatnya karena keterbatasan
ekonomi dimana pada saat saya mengandung anak saya Piani, saya mengalami krisis
ekonomi, sampai pada akhirnya saya kekurangan vitamin selama hamil sehingga
pada saat Piani lahir harus dengan proses operasi caessar yang membutuhkan
banyak dana, saya kebingungan karena saya dan suami pada saat itu benar-benar
mengalami masa yang sangat-sangat sulit sehingga tidak mampu untuk membayar
biaya caessar, kemudian Bapak dan Ibu angkat dari anak saya itu menyanggupi
membayar biaya persalinan saya di Rumah Sakit dengan permintaan anak saya ini
diasuh oleh mereka, dengan alasan mereka kasihan melihat anak saya dan keadaan
saya yang tidak memungkinkan untuk memberikan kasih sayang, dan biaya hidup
yang layak untuk anak perempuan saya ini” kemudian saya melanjutkan ke
pertanyaan berikutnya, apakah tidak ada keinginan dari mereka untuk
mempertahankan anaknya agar terus bersama tumbuh dan berkembang dalam
pengasuhannya, pasangan suami istri tersebut menjawab “ada keinginan untuk
mengasuhnya dan membiarkannya hidup dan bertumbuh didalam pengasuhan dan
perawatan saya, dalam kasih sayang keluarga kandungnya, namun keadaan memaksa

6
untuk seperti ini, karena kami sebagai orangtua kandungnya tak sanggup untuk
membayar biaya persalinan nya di rumah sakit, apalagi dengan status perekonomian
yang benar-benar tidak baik, daripada anak saya tidak bisa saya lihat diasuh oleh
siapa, karena tidak bisa dibawa pulang dari rumah sakit karena kendala biaya, lebih
baik diadopsi oleh mereka (orangtua angkat) yang memang saya kenal sudah lama
dan saya juga percaya mereka akan merawat dan membesarkan anak saya dengan
baik, terlepas bagaimana agamanya nanti, apakah dia akan ikut agama kami atau
orangtua angkatnya, itu adalah pilihannya kelak setelah dia dewasa dan bisa memilih
tanpa paksaan”.
Kemudian penulis juga mengajukan beberapa pertanyaan mengenai hal ini
kepada penduduk setempat meliputi tokoh agama, yakni Bapak Muhammad, saya
menanyakan “bagaimana pandangans bapak terhadap adanya praktek demikian yang
dilakukan oleh saudara seiman kita terhadap anaknya?” Kemudian beliau menjawab
“Hal ini sangatlah disayangkan, karena dampak yang didapat adalah perubahan
aqidah pada anak tersebut, yang besar kemungkinan sang anak akan menjadi
seagama dengan orangtua yang mengasuh atau yang mengangkatnya. Serta disinilah
sebenarnya tugas tokoh agama atau yang biasa disebut penceramah berperan penting
dalam menjaga kekuatan ummat dalam menjalani kehidupan dan berbagai cobaan
serta ujian yang allah sisipkan dalam perjalanan tiap manusia diatas bumi miliknya.
Serta disaat seperti inilah tingkat kepedulian kita sebagai sesama ummat seagama
diuji, dan saat seperti ini juga seharusnya kita sebagau saudara seagama nya
membantu sesama kita dalam menyelesaikan kesusahannya”.
Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis pahami bahwa ada beberapa masalah
yang mungkin terlupakan oleh masyarakat setempat, dimana seharusnya anak itu
selayaknya tumbuh dan besar dalam pengasuhan orangtua kandungnya, dan yang
sangat disayangkan ketika mereka lebih mempercayai anaknya hidup lebih baik
dibawah pengasuhan oranglain yang tak seagama pula. Dalam Peraturan Pemerintah
No. 54 Pasal 13 disebutkan bahwa salah satu syarat mengadopsi anak adalah harus
seagama dengan anak angkat, namun dalam prakteknya di Desa Danau Lancang
ternyata mempraktekkan adopsi anak yang berbeda agama dengan orangtua
angkatnya.
Maka dari itu penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut dan
menuangkannya dalam karya tulis skripsi yang berjudul “PANDANGAN
MASYARAKAT TERHADAP PENGANGKATAN ANAK PADA ORANGTUA

7
ANGKAT BEDA AGAMA PP No. 54 TENTANG PELAKSANAAN
PENGANGKATAN ANAK PASAL 13 (Studi Kasus Desa Danau Lancang Kec.
Tapung Hulu Kab. Kampar)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis menetapkan rumusan
masalah sebagai berikut :
a. Apa yang melatarbelakangi terjadinya praktek pengangkatan anak (adopsi) pada
orangtua angkat yang berbeda agama di Desa Danau Lancang Kec. Tapung Hulu
Kab. Kampar?
b. Bagaimana pandangan masyarakat Desa Danau Lancang Kec. Tapung Hulu Kab.
Kampar tentang pemberian pengasuhan anak (adopsi) kepada orangtua angkat
non Islam?

C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi terjadinya praktek pengangkatan
anak (adopsi) pada orangtua angkat yang berbeda agama di Desa Danau Lancang
Kec. Tapung Hulu Kab. Kampar
b. Untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat sekitar di Desa Danau
Lancang Kec. Tapung Hulu Kab. Kampar tentang pemberian pengasuhan anak
(adopsi) pada orangtua angkat yang tidak seagama.

D. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis ini dapat mengembangkan wawasan akademis keilmuan dalam
pengetahuan Hukum Islam khususnya tentang ketentuan pengangkatan anak
(adopsi).
b. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH)
pada jurusan Al Ahwal Al-Syakhsiyyah di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Sumatera Utara.

E. Kajian Terdahulu
Pembahasan permasalahan mengenai raktek pengangkatan anak (adopsi) pada
orangtua angkat beda agama di Indonesia bukan lagi suatu hal yang tidak biasa

8
ataupun baru pada ruang lingkup keluarga, kajian terdahulu pada permasalahan ini
adalah untuk mendapatkan gambaran-gambaran topik yang akan penulis paparkan
pada penelitian sejenis yang mungkin pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya
sehingga diharapkan tidak ada pengulangan materi penelitian.
Adapun penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh para peneliti lain adalah
sebagai berikut:

1. Skripsi Hesa Harmonique Mustam, Nim 0503230889 Universitas Indonesia


Depok 2012 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Program Studi Ilmu Hukum,
Lulus pada tahun 2012 dengan judul skripsi “Pengangkatan Anak Oleh Orangtua
Tunggal Yang Beda Agama Dalam Tinjauan Hukum Islam Dan Perundangan Di
Indonesia” skripsi ini membahas tentang pengaturan yang benar tentang
pelaksanaan pengangkatan anak khususnya oleh orangtua tunggal yang dilakukan
dengan cara langsung kepada orangtuanya tanpa melalui panti sosial, serta
Tinjauan Hukum Islam Dan Perundangan Indonesia terhadap kasus pengangkatan
anak oleh orangtua tunggal yang berbeda agama dengan permasalahan
penyimpangan prosedur dan pemalsuan data dalam hal identitas orangtua
kandung, sementara skripsi yang penulis bahas adalah pandangan masyarakat
tentang praktek pengangkatan anak (adopsi) pada orangtua agkat beda agama.

2. Skripsi Aisyah Binti Ja'far, Nim 101180024 Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin,Fakultas Syari’ah, Jurusan Hukum Keluarga, Lulus pada tahun
2019 dengan judul skripsi “Status Anak Angkat Non Muslim Menurut Undang
Undang Keluarga Malaysia Dan Hukum Islam” skripsi ini membahas tentang
prosedur pengangkatan anak menurut undang-undang keluarga Malaysia serta
prosedur pengangkatan anak menurut undang-undang keluarga Malaysia, serta
hukum Islam dan Pandangan Fuqaha menyentuh tentang pengangkatan anak non
muslim dan status anak angkat non muslim menurut perspektif undang-undang
keluarga Malaysia, sementara skripsi yang penulis bahas adalah pandangan ulama
terhadap praktek pemberian anak untuk di adopsi oleh orangtua angkat non
muslim.

3. Skripsi Afriyansa, Nim 15621003 Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Jurusan
Hukum Keluarga Islam, Lulus pada tahun 2019 dengan judul skripsi “Pelimpahan
Pengasuhan Anak Dalam Hukum Islam”, skripsi ini membahas tentang apa

9
bentuk pelimpahan pengasuhan anak serta tentang pandangan hukum islam jika
pengasuhan anak dilimpahkan kepada oranglain, sementara skripsi yang penulis
bahas fokus pada pandangan dari masyarakat yang bertempat tinggal di Desa
penelitian, dan mengetahui terjadinya peristiwa yang penulis teliti yaitu tentang
pemberian pengangkatan anak pada orangtua angkat beda agama.

F. Kerangka Teori

Dalam hal ini penulis mengemukan teori yang dijadikan landasan yang bersumber
Dari Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak Pasal
13 yang salah satu syarat yang tercantum dalam PP tersebut ialah, anak angkat harus
seagama dengan orangtua angkat, namun walaupun ada peraturan demikian tentang
ketentuan pengangkatan anak, masih saja ada individu yang memberikan anaknya
diangkat oleh orangtua angkat yang tidak seagama, seperti yang terjadi di Desa Dana
Lacang Kec. Tapung Hulu Kab. Kampar ini.

G. Hipotesa
Sebagai kesimpulan sementara yang dapat diperoleh dari uraian sebelumnya ialah
bahwa apa yang terjadi dalam masyarakat di Desa Dana Lacang Kec. Tapung Hulu
Kab. Kampar tidak sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Peraturan Pemerintah
Dan Kajian Hukum Islam

H. Metode Penelitian
Metode Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode,
sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari suatu atau beberapa
gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisis. Kemudian dalam hal ini penulis
menggunakan metode penelitian lapangan (Empiric Reaseacrh). Oleh karena itu
sebelum penulis melakukan penelitian, hendaknya penulis menentukan terlebih
dahulu mengenai metode yang akan dipakai. Adapun metode yang digunakan oleh
penulis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan
Dalam hal ini menggunakan pendekatan konsep (Conceptual Approach) dilakukan
dengan memahami konsep-konsep yang bersangkut paut dengan kasus yang sedang di
tangani. Setelah itu, penulis menggunakan pendekatan kasus (Case Approach).

10
Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan tela’ah pada kasus-kasus yang berkaitan
dengan isu hukum yang dihadapi. Hal ini merujuk untuk meneliti kasus-kasus
“Pengangkatan Anak Pada Orangtua Angkat Beda Agama PP No. 54 Pasal 13 Desa
Danau Lancang Kec. Tapung Hulu Kab. Kampar”

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat yuridis
empiris. Yaitu bahwa dalam menganalisis permasalahan dilakukan dengan cara
memadukan bahan-bahan hukum (yang merupakan data sekunder) dengan data primer
yang diperoleh di lapangan.

3. Sumber Data

a. Data Primer
Adapun yang dimaksud dengan data primer adalah data-data yang diperoleh
secara langsung dari sumber pertama, yaitu dengan melakukan penelitian langsung di
lapangan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data utama yang diperoleh melalui kajian bahan bahan
pustaka dengan menggunakan bahan-bahan sebagai berikut:
1) Bahan Hukum Primer
Yaitu bahan-bahan hukum yang berhubungan erat dengan permasalahan
yang akan diteliti, meliputi:
a) Kitab Suci Al- Quran.
b) Kitab- kitab Hadis.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini berupa literatur dalam tinjauan
pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini serta artikel- artikel, makalah dan salinan
dokumen yang berkaitan dengan permasalahan tentang pengangkatan anak (adopsi).

3) Bahan Hukum Tersier


Yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti:

11
a) Kamus Hukum
b) Ensiklopedia

4) Lokasi Penelitian
Dalam hal ini penulis memilih lokasi penelitian di Kecamatan Tapung Hulu
Kabupaten Kampar. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan karena lokasi tersebut
adalah lokasi terjadinya peristiwa tersebut.

5) Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menetapkan subjek-subjek yang diteliti yaitu dengan
informan atau responden masyarakat sekitar.

6. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan penulis untuk memperoleh data yang
diperlukan yaitu :
a. Studi Kepustakaan
Metode studi kepustakaan ini dilakukan dengan cara mencari, mencatat,
menginventarisasi, menganalisis serta mempelajari data-data sekunder yang terdiri
dari 3 bahan hukum yang tersebut diatas.
b. Studi Lapangan
c. Daftar Pertanyaan
Daftar pertanyaan ini disusun guna mempermudah peneliti dalam melakukan
penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah dan tersusun secara
urut dan sistematis.
d. Wawancara
Wawancara merupakan metode dimana langsung bertatap muka dengan
responden untuk melakukan tanya jawab menanyakan perihal fakta-fakta hukum yang
akan di teliti, pendapat maupun persepsi dari responden, serta saran-saran dari
responden yang berkaitan dengan objek penelitian.9

7. Pengolahan Data dan Analisis Data

Dalam mengelola data penulis melakukan beberapa upaya diantaranya:


9
Philips dan Dillah, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Alfabetha, 2003) hal. 33

12
a. Editing yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh , terutama dari segi
kelengkapan, kejelasan makna, kesesuaian serta relevansinya dengan kelompok
data yang lain, guna untuk mengetahui apakah data tersebut sudah cukup baik
dan bisa dipahami serta dapat dipersiapkan untuk keperluan proses berikutnya.
b. Analizing yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara, catatan, lapangan dan sampai
kepada pembuatan kesimpulan yang mudah dipahami diri sendiri dan orang lain.
c. Concluding yakni pengambilan kesimpulan dari data-data yang telah diolah
terlebih dahulu. Kesimpulan yang ditarik berdasarkan data yang telah
dikumpulkan dan merupakan jawaban yang benar-benar dicari.10
I. Sistematika Pembahasan

Hasil dari skripsi ini akan ditulis dalam beberapa bab dan beberapa sub, berikut
sistematikanya :
BAB I Berisi pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian terdahulu, kerangka pemikiran,
hipotesa, metode penelitian, sistematika pembahasan.
BAB II Berisi kajian teoritis yang membahasa tentangpengangkatan anak pada
orangtua beda agama
BAB III Bab ini berisi tentang informasi pada lokasi penelitian yang meliputi letak
geografis, kondisi demografis seperti jumlah penduduk, pendidikan, agama, suku di
Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar
BAB IV Berisi hasil penelitian yang membahas tentang Pengangkatan Anak Pada
Orangtua Angkat Beda Agama PP No. 54 Pasal 13 Desa Danau Lancang Kec.
Tapung Hulu Kab. Kampar
BAB V Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Ghazali, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana, 2002.
Andini Saraswati, Infertility, Vol 4 Nomor 5, 2015.

10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) h. 231.

13
Fuaddin TM, Pengasuhan Anak Dalam Kajian Keluarga Islam, Jakarta: Lembaga
Kajian Agama Dan Gender, 1999.
Ismail R. Al-Farouqy, Altar Budaya agama Islam, Menjelajahi Islam Peradaban
Gemilang, Bandung: Mizan, 2006.
Khair Damrah, Hukum Perkawinan Islam, Bandung: Pustaka setia, 2017.
Philips dan Dillah, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabetha, 2003.
Suharsimi Arikanto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta,
2006
Unike Eka Utari, Kelestarian Rumah tangga Pada Pasangan Yang Belum Memiliki
Keturunan, Palangkaraya: 2020.

14

Anda mungkin juga menyukai