Anda di halaman 1dari 35

Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Untuk Mengurangi Stres Pada Wanita Akibat

Kondisi Infertilitas Sekunder

(Studi Kasus di Desa Teritih, Kecamatan Walantaka, Serang-Banten)

Proposal Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu: Dr. Yogi Damai Saputra, M.Pd.

Diajukan Oleh:

Desi Ratnasari

NIM: 191520110

BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

2022 M / 1443 M
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................i

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................................7

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................................7

D. Manfaat Penelitian.....................................................................................................................8

E. Definisi Operasional..................................................................................................................8

F. Hipotesis..................................................................................................................................11

BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................................................13

A. Kajian Teori.............................................................................................................................13

B. Kerangka Berpikir...................................................................................................................26

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................................28

A. Jenis Penelitian........................................................................................................................28

B. Setting Penelitian.....................................................................................................................28

C. Instrumen Penelitian................................................................................................................29

D. Sumber Data............................................................................................................................29

E. Prosedur Penelitian Tindakan Bimbingan Dan Konseling.......................................................29

F. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................................31

G. Teknik Analisis Data...............................................................................................................31

H. Teknik Keabsahan Data...........................................................................................................32

i
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rumah tangga memiliki keturunan adalah hal yang menjadi dambaan oleh kedua
pasangan suami isteri, suatu saat anak akan menjadi generasi penerus bagi keluarga.
Mempunyai keturunan adalah hal yang penting karena dapat meningkatkan kualitas
kehidupan dalam pernikahan. Ditegaskan dalam surat An-Nahl ayat 72 yang menjelaskan
bahwa salah satu tujuan pernikahan adalah adanya keturunan yaitu anak-anak dan cucu-cucu. 1
Bahkan menikahi seorang perempuan yang penuh kasih sayang dan juga dapat memberikan
keturunan yang banyak adalah salah satu hal yang disyariatkan oleh Nabi. 2 Menjadikan
keturunan yang baik juga untuk mendidik jiwa manusia agar tumbuhnya rasa sayang dan
menyayangi, bertambahnya kelembutan pada perasaan kecintaannnya, sehingga dari hal
tersebut dalam diri kedua pasangan akan terjadi suatu pemikiran, perasaan, dan tujuan yang
sama satu sama lainnya, yang awalnya kedua pasangan suami isteri tersebut memiliki
berbagai perbedaan terhadap perasaan, emosi dll. 3
Maka dari itu, tujuan dari pernikahan bukan hanya sekedar memperoleh seorang anak,
akan tetapi menjadikan anak yang sholeh dan sholehah berdasarkan pendidikan yang
diberikan oleh kedua orang tuanya kepada keturunannya yang kelak menjadi ladang pahala
yang terus mengalir meski kedua orang tuanya telah wafat. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW: “Jika anak Adam meninggal, maka amalannya terputus kecuali dari tiga perkara,
sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang berdoa kepadanya.” (HR
Muslim).4 Dari hadits tersebut dapat kita ketahui, bahwa semakin banyak keturunan yang
sholeh dan sholehah maka akan semakin banyak pula pahala yang mengalir di akhirat nanti
meski telah wafat. Tidak hanya di akhirat, dalam kehidupan dunia juga sangat berpengaruh.

1
Ari Welianto, “Dasar Hukum Pernikahan dalam Islam”, https://www.kompas.com/, diakses pada 31
Maret. 2022, pukul 13.42 WIB.
2
Nurul Fakhri, “Rancang Bangun Sistem Pakar Pendiagnosa Infertilitas Pada Pria Dan Wanita Berbaris
Android” (Doctoral Dissertation, Universitas Islam Negeri Alaudin, Makassar, 2017), h. xiii.
3
Abbas Mahmud Al-Aqqad, Falsafah Al-Qur’an, (Mesir: Der Al-Hilal, 1985), h. 84.
4
Khairunnisa, “Optimalisasi Peran Orang Tua Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Islam Pada Anak
Dalam Keluarga”. Jurnal At-Ta’lim, Vol. 16, No. 1 (Januari, 2017) Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN
Bengkulu, h. 58.

1
Bahwa jika seseorang telah meninggal tanpa meninggalkan anak, maka namanya akan
menjadi nama yang buntu, sampai disitu namanya dalam kehidupan di dunia akan terputus. 5
Selain memperbanyak keturunan menjadi tabungan yang paling baik untuk di akhirat
kelak, tidak hanya dianggap penting, hadirnya seorang anak akan menjadi aset dan sumber
kebahagiaan. Tujuan dari pernikahan antara seorang suami dan seorang isteri adalah untuk
membentuk suatu kebahagiaan yang kekal abadi berdasarkan ketuhanan yang maha esa
(Penjelasan UU No. 1 Tahun 1974 pasal 1). Kebahagiaan dalam rumah tangga didapatkan
dari eratnya keterkaitan karena adanya keturunan. Terdapat hasil penelitian yang menyatakan
bahwa hasil dari penelitiannya presentase tertinggi dari suatu peristiwa yang membahagiakan
dalam keluarga yaitu adanya pernikahan dan memiliki keturunan. Hal tersebut berdasarkan
dari informan perempuan yaitu sebesar 38% dan untuk informan laki-laki yaitu sebesar 34%. 6
Tidak hanya itu, berdasarkan dari pendapat terbanyak terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya kebahagiaan dalam pernikahan, yaitu salah satunya adalah dari
kehadiran seorang anak.7
Akan tetapi, dalam realitanya masih banyak pasangan suami isteri yang kesusahan untuk
dapat memiliki keturunan dan juga kesusahan untuk dapat memperbanyak keturunan. Dibalik
sibuknya pemerintah mengeluarkan program kebijakan keluarga berencana (KB) dengan
memiliki maksud untuk mengeluarkan aturan pembatasan kelahiran, ternyata masih ada
kelompok pasangan suami isteri yang bertolak belakang dengan program keluarga berencana
tersebut.8Justru ada kelompok pasangan suami isteri yang mengalami kondisi kesusahan
untuk dapat memperbanyak keturunan atau yang dinamakan dengan infertilitas sekunder. Dari
Jumlah 215 pasangan yang memiliki kondisi interfil terdapat 172 yaitu 80% kasus yang
mengalami kondisi infertilitas primer, dan 42 yaitu 20% kasus pasangan suami isteri yang
mengalami kondisi infertilitas sekunder.9

5
Nurul Hidayah, “Identifikasi dan Pengelolaan Stres Infertilitas”. dalam Humanitas: Jurnal Psikologi
Indonesia, Vol. 3, No. 1 (Januari, 2007) Fakultas Psikologi Ahmad Dahlan, h. 8.
6
Asih Miranti, “Faktor-Faktor Pembentukan Kebahagiaan dalam Keluarga (Konteks Budaya Jawa dan
Pengaruh Islam)” (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah, Surakarta, 2014), h. 5.
7
Netty Herawati, “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kebahagiaan Pasangan Pada Masyarakat
Madura”. Dalam PERSONIFIKASI: Jurnal Ilmu Psikologi, Vol. 3, No. 1 (Mei, 2012) Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo Madura, h. 48-49.
8
Nurul Hidayah dan Noor Rochman Hadjam, “Perbedaan Kepuasan Perkawinan Pada Wanita Yang
Mengalami Infertilitas Primer dan Infertilitas Sekunder”. Humanitas: Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. 3, No. 1
( Januari, 2006) Fakultas Psikologi UAD dan Fakultas Psikologi Umum UGM, h. 8.
9
Reny Adelia Tagiran dan Suci Ridmadhanti, “Pengaruh IMT (Indeks Masa Tubuh) Terhadap
Terjadinya Infertilitas Sekunder Pada Perawat Wanita di RSUD Tahun 2017”. Journal Of Midwifery, Vol. 7,
No. 2 (Oktober, 2019) Program Studi D-III Kebidanan STIKES Mitra Bunda Persada Batam, h. 37.

2
Interfilitas adalah suatu kondisi individu yang memiliki ketidakmampuan untuk dapat
mengalami kehamilan atau melahirkan bayi secara hidup. Setelah memutuskan untuk
memiliki anak dengan melakukan hubungan intim pada 12 bulan secara teratur tanpa adanya
alat pencegahan akan tetapi tidak juga mengalami kehamilan. 10 Infertilitas terbagi menjadi
dua jenis, yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer adalah keadaan
dimana seorang pasangan usia subur (PUS) yang telah berkeluarga tidak pernah mengalami
kehamilan pada seorang isteri dalam pernikahannya meskipun telah melakukan hubungan
seksual tanpa melakukan usaha pencegahan dan telah aktif melakukan hubungan seksual
secara teratur, sedangkan dikatakan infertilitas sekunder yaitu ketika seorang isteri pernah
mengalami kehamilan atau melahirkan seorang anak yang hidup akan tetapi mengalami
kegagalan untuk kembali hamil, tidak lagi terjadi kehamilan meskipun telah melakukan
hubungan intim tanpa adanya alat kontrasepsi.11
Kedua pasangan suami isteri yang telah memiliki seorang anak sehingga dapat melahirkan
bayi pertama mungkin akan berpikir bahwa untuk menambah keturunan kedua adalah hal
yang mudah. Akan tetapi, tidak sama dengan realitanya. Kondisi infertilitas ini akan memiliki
pengaruh negatif kepada pasangan suami isteri yang mengalami infertilitas tersebut.
Terjadinya permasalahan infertilitas yang terjadi pada jangka waktu yang panjang sehingga
mengharuskan kedua pasangan suami isteri menjalani proses yang cukup lama yaitu dalam
melakukan proses evaluasi dan proses pengobatan membuat kondisi tersebut menjadi beban
tersendiri bagi mereka yang mengalaminya, mengakibatkan adanya beban fisik dan beban
psikologis.12
Pengalaman hidup yang berat dan krisis kehidupan yang kurang membahagiakan terjadi
pada seorang perempuan yang mengalami kondisi infertil. 13 Kondisi psikologis yang paling
sangat terlihat akibat adanya kondisi infertilitas yaitu dapat mengakibatkan seseorang yang
mengalaminya menjadi merasa sedih, cemas, dan bahkan munculnya rasa stres khususnya

10
Mekar Dewi Anggraeni, “ Dukungan Sosial Yang Diterima Oleh Perempuan Yang Belum Berhasil
Dalam Pengobatan Infertilitas”. Jurnal Keperawatan Soedirman, Vol. 4, No. 5 (November, 2009) Jurusan
Keperawatan Universitas Soedirman Purwokerto, h. 94.
11
Najakhatus Sa’adah dan Windhu Purnomo, “Karakteristik dan Perilaku Berisiko Pasangan Interfil di
Klinik Fertilitas dan Bayi Tabung Tiara Cita Rumah Sakit Putri Surabaya”. Jurnal Biometrika dan
Kependudukan, Vol. 5, No. 1 (Juli, 2016) FKM Universitas Airlangga, h. 63.
12
Konsensus Penanganan Infertilitas, HIFERI, FERFITRI, IAUI, POGI, 2013, h. 5.
13
Detricia Tedjawidjaja dan Michael Seno Rahardanto, “Antara Harapan dan Takdir: Resolution To
Infertility Pada Perempuan Infertil”. Jurnal Exsperientia, Vol. 3, No. 1 (Juli, 2015) Fakultas Psikologi Unika
Widya Mandala Surabaya, h. 110.

3
ketika mengikuti program kehamilan. 14 Infertilitas pada wanita memiliki pengaruh yang dapat
mengakibatkan kondisi stres atau yang biasa disebut dengan stres infertilitas. 15
Perlu kita ketahui, infertilitas ini tidak hanya terjadi karena gangguan pada wanita saja,
tetapi juga disebabkan oleh pria. Kondisi infertilitas ini terjadi karena dari faktor wanita yaitu
sekitar 65% dan dari faktor pria yaitu sekitar 20%, sedangkan terdapat infertilitas yang tidak
dapat diketahui apa penyebab infertilitas tersebut yaitu sekitar 15%. 16 Meskipun infertilitas
tidak hanya dialami oleh wanita saja, melainkan juga bisa dialami oleh faktor pria. Akan
tetapi, yang paling terlihat memiliki perasaan negatif atau pemikiran negatif dari adanya
kondisi infertilitas yaitu adalah wanita. Dalam kondisi infertilitas yang paling menganggap
bahwa keadaan infertilitas merupakan hal yang buruk adalah dari kalangan wanita, bahkan
wanita bisa mengalami berbagai perasaan emosional yang negatif seperti perasaan kecewa
yang cukup lama, putus asa, dan depresi.17
Adanya suatu kondisi infertilitas yang terjadi dalam keluarga sering kali seorang wanita
yang menjadi korban dari kondisi infertilitas tersebut, hal ini tidak lain terjadi karena
gangguan kesuburan lebih tertuju pada kalangan wanita. Terjadinya gangguan infertilitas ini
menjadi hambatan pada perasaan keibuan yang dimiliki oleh seorang wanita yang ingin
memiliki keturunan, hal tersebut menjadi suatu stressor sehingga menimbulkan suatu tekanan
kehidupan bagi yang mengalaminya.18 Ditambah lagi faktor dari dalam dunia medis juga
mempengaruhinya, proses pengobatan yang dilakukan oleh seorang isteri sehingga istri harus
mengikuti pemeriksaan dan pengobatan, perasaan rasa bersalah, juga kecewa, dan apalagi dari
pihak suami yang lebih menyalahkan isterinya ataupun dukungan sosial yang begitu
kurang. 19

Memang tidak dapat dipungkiri bahwasannya hadirnya seorang anak tentu akan
memberikan kepuasan dalam pernikahan, ketika kehadiran seorang anak sangat dinantikan
oleh kedua pasangan suami isteri akan tetapi tidak juga mendapatkan kehamilan hal tersebut
akan memberikan efek negatif terhadap kepuasan dalam pernikahan. Ketidakhadiran anak

14
Detricia Tedjawidjaja dan Michael Seno Rahardanto, Antara Harapan… 117.
15
Nurul Hidayah dan Noor Rochman Hadjam, Perbedaan Kepuasan… 9.
16
Anastasia Oktariana, “Adnan Abadi, Ramli Bachsin, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Infertilitas
Pada Wanita di Klinik Fertilitas Endokrinologi Reproduksi”. Majalah Kedokteran Sri Wijaya, Vol. 46, No. 4
(Oktober, 2014) h. 296.
17
Nadia Rizkiana Harsyah dan Annastasia Ediati, “Perbedaan Sikap Laki-Laki dan Perempuan
Terhadap Infertilitas”. Jurnal Empati, Vol. 4, No 2 (Oktober, 2015) Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro,
h. 230.
18
Abdul Rozak Mufti, “Kecenderungan Depresi Pada Wanita yang Mengalami Gangguan Infertilitas”.
(Disertasi Doktor, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2008), h. 14.
19
Nurul Hidayah dan Noor Rochman Hadjam, Perbedaan Kepuasan... 9.

4
akan mempengaruhi kepuasan diri dalam sebuah pernikahan, dalam aktivitas rumah
tangganya akan timbul perasaan jenuh karena tidak ada sosok anak yang bisa mendatangkan
kepuasan dan kegembiraan dalam rumah tangga. Akibat dari ketidakhadiran anak yang dapat
mempengaruhi kepuasan dalam pernikahan yaitu munculnya emosional yang negatif seperti
perasaan sedih, kesepian, ketidaknyamanan, dan kejenuhan dalam pernikahan. 20
Munculnya stres karena ketidakmampuan individu dalam mencapai keinginan dan
timbulnya kejenuhan dalam kehidupan merupakan hal yang sudah seharusnya tidak
disepelekan apalagi dianggap hal yang biasa. Stres adalah suatu hal yang membuat individu
mengalami kerugian dalam dirinya. 21 Dianggap merugikan karena stres merupakan suatu
pengalaman yang tidak mengenakkan yang dialami oleh individu. Dikatakan sebagai stres
yang nyata yaitu ketika dalam suatu pengalaman adanya tekanan yang melebihi batas
kemampuan diri yang mengharuskan individu untuk terus menghadapi berbagai tekanan yang
menekan. Merasa diri tidak mampu untuk dapat bertahan dari berbagai tekanan tersebut
sehingga membuat cekaman menjadi nyata, munculnya rasa kewalahan dalam diri individu,
dan merasakan stres.22
Sama halnya dengan stres yang dirasakan oleh wanita penyandang infertilitas sekunder
yang kini tinggal di Desa Teritih, Kecamatan Walantaka, Serang-Banten. Individu merasakan
stres karena dituntut untuk bisa menerima keadaan yang ada dengan berbagai macam hal yang
menurutnya menimbulkan suatu penderitaan. Menjalani hidup dengan keinginan yang belum
juga terpenuhi adalah beban tersendiri, harus mengubur harapannya yang ingin dikaruniai
seorang anak kedua dengan menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari yang menurutnya
membosankan tanpa hadirnya sang buah hati membuat individu merasakan kejenuhan.
Perasaan Kejenuhan tersebut merupakan kelelahan fisik, emosi, dan mental yang timbul
karena faktor yang menuntut seorang individu secara emosional dalam jangka waktu yang
lama, yang dapat ditandai dengan adanya kelelahan dalam emosional, depersonalisasi, dan
munculnya prestasi diri yang menurun.23
Melihat anak pertamanya kian bertumbuh dewasa dan sudah memiliki kesibukan
sendiri di sekolahnya membuat sang anak tidak lagi seperti dulu yang sering berada di dalam

20
Ryan Mardiyan dan Erin Ratna Kustanti, “Kepuasan Pernikahan Pada Pasangan Yang Belum
Memiliki Keturunan”. Jurnal Empati, Vol. 5, No. 3 (Agustus, 2016) Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro,
h. 558.
21
Masradinur, “ Stres dan Cara Mengatasinya Dalam Perspektif Psikologi”. Jurnal Edukasi, Vol. 2,
No. 2 (July, 2016) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, h. 197.
22
Masradinur, Stres dan Cara… 192-193.
23
Rita Susanti, Riswani, Nurhasanah Bakhtiar, “Kejenuhan di Kalangan Guru Bimbingan dan
Konseling di SMAN Provinsi Riau”. Educational Guidance and Counseling Development Journal, Vol. 1, No.
2 (Oktober, 2018) Universitas Islam Negeri Sultan Syaruf Kasim Riau, h. 93.

5
rumah dan tidak lagi begitu memerlukan perawatan lebih dari sang ibu, sikap manja seperti
pada masa kanak-kanak dulu kepada sang ibu kini mulai berkurang. Sehingga membuat
perasaan keibuan pada wanita tersebut ingin kembali memiliki anak kedua, agar tidak lagi
merasakan kejenuhan disetiap harinya. Oleh karena itu, dari hasil observasi pendahuluan
peneliti melihat bahwa kondisi inferilitas sekunder yang dialaminya selama ini menjadi
tekanan bagi wanita tersebut.
Dari penjelasan di atas, menunjukan bahwa kondisi psikologis seorang wanita yang
mengalami kondisi infertilitas sekunder begitu rentan mengalami kemerosotan. Seperti
munculnya harapan yang kuat untuk dapat memiliki anak kedua namun tidak dapat terpenuhi
karena ketidakmampuan diri, disertai dengan perasaan kejenuhan yang selama ini dirasakan
oleh wanita tersebut ketika berada pada kondisi infertilitas sekunder mengakibatkan
terjadinya stres. Hal ini tentunya membutuhkan problem solving, jika dibiarkan begitu saja
keadaan psikologis seperti stres pada wanita akibat kondisi infertilitas ini ditakutkan akan
mengalami keparahan. Karena apabila stres yang tinggi dan berkelanjutan tidak segera diatasi,
maka stres akan berdampak negatif terhadap kesehatan. 24
Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) merupakan pengembangan dari teknik
terapi Emotional Freedom Technique (EFT) diperkenalkan oleh Gary Craig (USA) pada
tahun 1995.25 Kemudian dikembangkan menjadi Spiritual Emotional Freedom Technique
(SEFT) oleh Ahmad Faiz Zainuddin (Indonesia) pada tahun 2005. 26 Teknik SEFT ini
merupakan teknik yang memanfaatkan tiga aspek dalam diri konseli yaitu menggabungkan
aspek jasmani, psikis, dan spiritual dalam diri konseli secara bersamaan untuk mengatasi
permasalahan konseli itu sendiri. Sebagaimana Ilmu Bimbingan Dan Konseling Islam yang
sudah seharusnya memasukan unsur spiritual dan religi ke dalam proses suatu teknik untuk
penyembuhan. SEFT ini justru hadir dalam memenuhi unsur tersebut, sehingga munculnya
peluang dan juga tantangan bagi teknik SEFT ini. Adanya tantangan karena munculnya teknik
SEFT ini masih tergolong muda dan belum cukup luas diketahui oleh banyak orang.
Meskipun demikian, SEFT ini memiliki peluang yang sangat terbuka untuk dapat digunakan
dalam teknik konseling. Sudah banyak hasil penelitian dan berbagai bukti ilmiah lainnya yang

24
Bambang Sugianto, Stres dan Upaya Mengatasinya Perspektif Pendidikan Islam, (Surabaya: CV.
Garuda Mas Sejahtera, 2012), h. ix.
25
Ros Endah Happy Patriyani dan Sunarsih Rahayu, Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique
(SEFT) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Kota Surakarta”.
Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Vol. 7, No. 2 (November, 2018) Kementrian Kesehatan Politeknik Kesehatan
Surakarta Jurusan Keperawatan, h. 181.
26
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) For Healing, Succes,
Happines, Greatness, (Jakarta: Afzan Publishing, 2022), Cet. Ke-6, h. xv.

6
membahas bahwa teknik SEFT ini memilliki keberhasilan mengatasi berbagai macam
permasalahan seperti masalah emosional, perilaku, dan juga masalah dalam kesehatan. 27
Hadirnya SEFT ini dapat mengatasi berbagai permasalahan fisik maupun emosi yaitu
salah satunya dapat mengatasi stress. Terdapat dua orang konselor dari singapura yang telah
menggunakan EFT dalam praktik konselingnya selama 3 tahun, mereka mengakui bahwa
SEFT lebih terasa efektif dibandingkan dengan EFT versi original. Tidak hanya itu, ketika
seorang pendiri SEFT yaitu Ahmad Faiz Zainuddin menawarkan EFT kepada orang-orang
untuk membantu mengatasi permasalahannya kebanyakan orang-orang lebih menyukai SEFT
dari pada EFT.28 Dalam penyembuhannya SEFT ini menggunakan kekuatan Energy
Psychology serta doa dan spiritualis, sehingga terjadinya penggabungan kekuatan yang
berpengaruh untuk keampuhannya secara luar biasa. 29 Perlu kita ketahui, bahwa kekuatan doa
sangat dibutuhkan bagi masyarakat di negara Indonesia yang masyarakatnya agamis untuk
mengatasi berbagai permasalahan dalam kejiwaan. 30 Bukti ilmiah lainnya tentang spiritualis
dan doa yaitu dokumentasi dari lembaga yang didirikan the Parliament Of The World’s
Religions tahun 2004 memberikan bukti yaitu lebih dari 500 riset yang membahas tentang doa
menyatakan bahwa spiritualis dan doa memiliki pengaruh terhadap kesehatan. 31
Berdasarkan latar belakang di atas, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
kiranya dapat menjadi pilihan untuk membantu mengurangi stres pada wanita akibat kondisi
infertilitas sekunder. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian akan
permasalahan tersebut, dalam skripsi dengan judul: "Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT) Untuk Mengurangi Stres Pada Wanita Akibat Kondisi Infertilitas
Sekunder".

B. Rumusan Masalah

Melihat dari latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana gambaran stres pada wanita akibat kondisi infertilitas sekunder?
2. Bagaimana penerapan SEFT dapat mengurangi stres pada wanita akibat kondisi
infertilitas sekunder?

C. Tujuan Penelitian

27
Andar Ifazatul Nurlatifah, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Sebagai Terapi Dalam
Konseling”. Madaniyah, Vol. 6, No. 2 (Agustus, 2016) Institut Agama Islam Negeri Salatiga, h. 307.
28
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional… 36.
29
Ahmad Faid Zainuddin, Spiritual Emotional… 49.
30
Abdul Hayat, Bimbingan Konseling Qur’ani, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2017), h. 2-3.
31
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional… 49.

7
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran stres pada wanita akibat kondisi infertilitas sekunder
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana penerapan SEFT dapat mengurangi stres
pada wanita akibat kondisi infertilitas sekunder.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian tentang mengurangi stres dengan SEFT pada wanita akibat kondisi
infertilitas sekunder, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Pada pengembangan ilmu khususnya dalam SEFT ini yaitu ilmu yang dikenal cukup
baru diharapkan dapat dikenal lalu digunakan menjadi teknik terapi yang berpengaruh
besar dalam kemampuannya untuk bisa bermanfaat di bidang psikis atau fisik, terutama
pada ilmu konseling bagi mahasiswa di Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam di
Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Secara
teoritisnya dalam penerapan SEFT ini juga dapat menjadi penambahan bukti secara ilmiah
dari penelitian yang terdahulu, sekaligus akan menjadi informasi untuk masyarakat sekitar
bahwa SEFT merupakan alternatif singkat akan tetapi memiliki keampuhan untuk dapat
mengurangi stres.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk dapat menjadi suatu penambahan
wawasan dan juga pengetahuan baru yang bisa dikembangkan secara lebih luas lagi
kedepannya, dan diharapkan dapat mengamalkan ilmu SEFT tersebut untuk membantu
diri sendiri maupun orang lain ketika adanya suatu permasalahan dari bidang psikis
atau fisik.
b. Bagi Mahasiswa BKI
Bermanfaat untuk menjadi suatu referensi baru sebagai metode pemecahan
masalah yang singkat dan mudah dilakukan.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional sangat diperlukan dalam penulisan penelitian, yang berguna untuk
menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap suatu makna dalam berbagai istilah yang
digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini akan dijelaskan beberapa istilah atau definisi
operasional yang digunakan oleh peneliti yaitu:
1. Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).

8
Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu SEFT merupakan Energy Psychology dari salah satu cabang ilmu baru. Dengan
demikian, untuk menjelaskan definisi dari SEFT secara ilmiahnya maka yang pertama
yang perlu dibahas yaitu Energy Psychology terlebih dahulu.32 Sebagaimana definisi yang
dikutip dari salah satu searcher utamanya, Dr. David Freinstein mengatakan “Energy
psychology adalah seperangkat prinsip dan teknik memanfaatkan sistem energy tubuh
untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan perilaku”. 33 Disebut dengan cabang ilmu
baru yang dinamakan dengan Energy Psychology karena memang dalam proses
penerapannya teknik SEFT ini dilakukan dengan menggunakan metode tapping pada 18
titik utama yang mewakili 12 jalur utama energy meridian.
Banyaknya bukti ilmiah tentang keampuhan dari adanya penggabungan Energy
Psychology dengan doa dan spiritualis dalam suatu treatmen, sehingga seorang pendiri
ilmu terapi ini yaitu Ahmad Faiz Zainuddin menamakannya dengan Spiritual Emotional
Freedom Technique (SEFT). Timbulnya keampuhan dengan memberikan efek yang
dahsyat dari kekuatan energi psikologis serta adanya doa dan dimasukannya unsur
spiritualis dalam teknik penyembuhan tersebut juga dinamakannya dengan The
Amplifiying Effect (efek Pelipatgandaan).34
SEFT ini juga merupakan teknik revolusioner yang sangat mudah untuk
diaplikasikan dan sangat cepat keampuhannya dalam mengatasi berbagai masalah,
diantaranya dalam mengatasi berbagai masalah fisik, berbagai masalah emosi, berbagai
masalah keluarga dan anak-anak, meningkatkan prestasi, meraih kesuksesan hidup,
meningkatkan kedamaian hati dan kebahagiaan. 35
2. Stres
Banyaknya pendapat tentang definisi stres, membuatnya memiliki definisi yang
beragam. Oleh karena itu, sebelum membahas lebih jauh tentang stres perlunya kita
mengetahui tentang Stresor. Karena Stresor adalah dasar awal pendorong adanya stres
yang bisa terjadi dalam kehidupan manusia. Tubuh akan bereaksi ketika datangnya
stresor, reaksi fisikologis dalam tubuh tersebut memiliki tujuan untuk dapat menghadapi
stres agar organisme dalam tubuh tetap stabil. 36
Definisi stres yang begitu luas, memiliki banyak berbagai pendapat dalam memaknai
arti stres. Menurut Dadang Hawari seorang Psikiater yang sudah tak asing lagi namanya
di kalangan pemerintahan, ilmuwan, agamawan dan masyarakat awam. Mengatakan
32
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional… 41.
33
Ahmad Faiz Zainuddin, Spriritual Emotional... 42.
34
Konsensus Penanganan Infertilitas, HIFERI, PERFITRI… 5.
35
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional…
36
Bambang Sugianto, Stres dan… 6.

9
bahwa stres terjadi karena individu tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan perubahan
atau keadaan yang ada ketika dirinya hendak mengatasi stresor (peristiwa yang dapat
menyebabkan stres) dalam kehidupannya, sehingga mengakibatkan munculnya berbagai
keluhan seperti stres, cemas dan depresi. 37 Begitupun secara umum penyebab terjadinya
stres yaitu karena harus menghadapi perubahan yang besar dan terjadi karena
ketidakmampuan untuk mengatasi situasi.38 Akan tetapi tidak hanya itu, rasa bosan juga
menjadi salah satu penyebab munculnya stres. 39 Rasa bosan merupakan suatu perasaan
dalam kejenuhan yang ada ketika melakukan aktivitas yang sama secara berulang kali. 40
Definisi stres juga merupakan gangguan mental pada individu yang disebabkan karena
adanya tekanan. Tekanan tersebut muncul ketika individu memiliki keinginan maupun
kebutuhan, akan tetapi keinginan dan kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi. 41 Ketika
penyebab munculnya stres (stresor) dialami dengan jangka waktu yang lama, hal tersebut
dapat memunculkan kelelahan diri dan terjadinya stres seperti penyakit fisik maupun
kejiwaan.42
Dari berbagai penjelasan di atas, maka stres yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
stres pada wanita akibat kondisi infertilitas sekunder yang membuat dirinya memiliki
ketidakmampuan untuk dapat memiliki anak kedua. Padahal keinginan dan harapan
untuk memiliki anak kedua sangat kuat, sehingga membuat dirinya merasakan adanya
tekanan. Tekanan tersebut ada karena terdapat kondisi infertilitas sekunder yang
mengharuskan dirinya untuk menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang ada.
Perubahan tersebut seperti semulanya terbiasa mengurus anak, namun karena anak
pertama kini sudah mulai dewasa dan telah memiliki kesibukan tersendiri membuat
wanita tersebut dalam masa infertilitas sekunder ini mengalami kejenuhan pada
aktivitasnya sehari-hari, sehingga menyebabkan terjadinya stres.
3. Infertilitas Sekunder
Infertilitas sekunder yang merupakan turunan dari jenis infertilitas ini adalah kondisi
pasangan suami isteri yang mengalami kesulitan atau kegagalan dalam mencapai
keinginan untuk dapat memiliki anak dan dalam mempertahankan kehamilannya. 43 Yaitu

37
Dadang Hawari, Manajemen Stres , Cemas Dan Depresi, (Jakarta: FKUI, 2006), Cet Ke-1, h. 4.
38
Reski Amelia, Stres Melelahkan, (Sulawesi: Pustaka Taman Ilmu, 2020), h. 24.
39
“Stres Akibat Bosan, Begini Cara Mengatasinya” https://www.orami.co.id/, diakses pada 21 april.
2022, pukul 06.22 WIB.
40
“Arti Kata Jenuh” https://kbbi.web.id/jenuh.html, diakses pada 21 april. 2022, pada pukul 06.31
WIB.
41
Reski Amelia, Stres Melelahkan… 13.
42
Reski Amelia, Faktor Stres dan Cara Mengatasi, (Sulawesi: Pustaka Taman Ilmu, 2020), h. 14.
43
Konsensus Penanganan Infertilitas, HIFERI, PERFITRI… 5.

10
kesulitan untuk dapat memiliki anak kedua. Seperti dikutip dalam Nurul Hidayah menurut
Mullens mendefinisikan bahwa infertilitas sekunder ditunjukan kepada pasangan suami
isteri yang isteri tersebut mengalami kegagalan dalam kehamilan baik setelah kelahiran
anak pertama ataupun telah mengalami kehamilan meski keguguran. 44

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan hal yang penting dalam sebuah penilitian yang harus dicari
jawabannya untuk menjadi jawaban sementara sebagai kesimpulan awal dari sebuah
penelitian. Hipotesis masih bersifat praduga yang harus dibuktikan kebenarannya dengan
berbagai kumpulan data yang cukup dengan tujuan untuk mendukung dan membenarkan
bahwa dugaan yang muncul dari peneliti tersebut memiliki kebenaran. 45
Hipotesis terbagi menjadi beberapa bentuk hipotesis, salah satunya yaitu bentuk hipotesis
deskriftif yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini. Hipotesis Deskriftif adalah
hipotesis yang bersifat deskriftif atau menjelaskan suatu keadaan dalam permasalahan yang
memiliki variabel mandiri tanpa adanya perbandingan atau menghubungkan variabel satu
dengan variabel yang lain.46 Terdapat rumusan dalam hipotesis yaitu akan ada hipotesis yang
memiliki nilai salah dan ada hipotesis yang akan memiliki nilai yang benar. Dari rumusan
kedua hipotesis tersebut yaitu dinamakan dengan hipotesis nol atau biasa ditulis dengan
singkatan (Ho) dan hipotesis alternatif yaitu yang biasa ditulis dengan singkatan (Ha). 47
Hipotesis Nol (Ho) yaitu merupakan hipotesis yang biasanya akan diuji. Dalam hipotesis
nol ini terdapat pernyataan yang menyatakan atau bermaksud untuk menunjukan bahwa
dalam suatu nilai yang menentukan populasi memiliki nilai yang tertentu. Kata yang sering
digunakan untuk pernyataan pada hipotesis nol ini biasanya dengan kata “tidak ada
perbedaan”. Sedangkan Hipotesis Alternatif (Ha) yaitu mempunyai kesamaan yang sama
dengan hipotesis nol dalam memberikan suatu pernyataan yang sama dengan menggunakan
parameter yang sama dalam menentukan nilai pada populasi. Akan tetapi, hipotesis alternatif
ini keterbalikan dari pernyataan dalam hipotesis nol yang dimana hipotesis alternatif

44
Nurul Hidayah & Noor Rochman Hadjam, Perbedaan Kepuasan... 11.
45
Enos Lolang, “Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif”. Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Vol.
3, No. 3 (November 2014 – Februari 2015) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Indonesia
Toraja, h. 685.
46
Rahmaniar, Abd. Haris, Muh. Agus Martawijaya, “Kemampuan Merumuskan Hipotesis Fisika Pada
Peserta Didik Kelas X MIA SMA Barrang Lompo”. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 3, No. 3 (2015) Pendidikan
Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar dan Fakultas Fisika Universitas Negeri Makassar, h. 234.
47
Enos Lolang, Hipotesis Nol… 685.

11
menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara parameter populasi yang ada pada hipotesis
nol.48
Adapun hipotesis dari bentuk hipotesis deskriftif dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
bagian, antara hipotesis nol dan hipotesis alternatif adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis Nol (Ho) yaitu SEFT menjadi treatmen yang tepat untuk mengatasi stres
pada wanita yang merasa jenuh akibat kondisi infertilitas sekunder.
2. Hipotesis Alternatif (Ha) yaitu SEFT bukan menjadi treatmen yang tepat untuk
mengatasi stres pada wanita yang merasa jenuh akibat kondisi infertilitas sekunder.

48
Enos Lolang, Hipotesis Nol… 685-686.

12
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)


a. Sejarah SEFT
SEFT pertama kali di kenalkan di Indonesia pada 17 Desember 2005 oleh Ahmad
Faiz Zainuddin.49 SEFT ini hadir karna adanya Emotional Freedom Technique (EFT)
yaitu EFT adalah suatu istilah yang dilahirkan oleh Gary Craig seorang insinyur dari
lulusan Standford University. Istilah EFT tidak begitu saja menjadi EFT, melainkan
awalnya yaitu TFT (Tough Field Therapy) buatan Roger Callahan yang memiliki sisi
kekurangan dalam penerapannya. Meski TFT ini memiliki timbal balik yang luar
biasa keampuhannya, akan tetapi TFT jika dilakukan oleh orang awam akan terasa
cukup rumit dan harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk bisa
menguasainya, Oleh karena itu, Gary Craig berusaha untuk dapat menyederhanakan
teknik TFT ini menjadi teknik yang sederhana dan agar mudah untuk diaplikasikan
yang kemudian hadirlah istilah EFT ini.50
EFT adalah suatu teknik kebebasan emosi yang dalam treatmennya dilakukan
dengan cara mengetuk-ngetuk titik-titik energy meridian tubuh atau yang dinamakan
dengan metode tapping. Teori ini mengangap bahwa berbagai emosi seperti kesal,
marah, stres, dan tubuh yang menjadi terganggu diakibatkan oleh gangguan sistem
energi di dalam tubuh.51 Tentu bukan hal yang mudah dengan jangka waktu yang
singkat dalam mengembangkan TFT menjadi EFT. Gary Craig memerlukan waktu
bertahun-tahun untuk menguji coba teknik yang berharganya tersebut agar dapat
dikonsumsi oleh orang awam dengan kesederhanaan namun efektik untuk
menyembuhkan. Untuk mencari metode yang paling sederhana juga memiliki
keampuhan yang cepat dalam mengatasi berbagai masalah terkait gangguan emosi
dan memberdayakan diri, Gary Craig harus menghabiskan waktu selama 40 tahun

49
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional… xv.
50
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional… 33.
51
Eddy Iskandar, The Miracle Of Touch Panduan Menerapkan Keajaiban EFT (Emotional Freedom
Technique) Untuk Kesehatan, Kesuksesan, dan Kebahagiaan Anda, (Bandung: Mizan Pustaka, 2010), h. 32.

13
lamanya. Sehingga EFT ini dapat hadir dari hasil perjuangan dan pengorbanannya
selama ini.52
Ahmad Faiz Zainuddin (Indonesia) seorang pendiri SEFT ini kemudian
mengembangkan EFT menjadi SEFT. Dirinya menggabungkan kekuatan EFT dengan
kekuatan spiritualis, yang telah terbukti bahwa keberhasilannya dalam mengatasi
berbagai masalah dapat terjadi dalam waktu yang sangat singkat. 53
b. Pengertian SEFT
Untuk mengetahui definisi dari SEFT, karena SEFT merupakan ilmu baru dalam
melakukan EFT, maka perlunya kita mengetahui hal tentang EFT terlebih dahulu.
Kekuatan dalam EFT yaitu Energy Psychologi yang merupakan suatu teknik dalam
memanfaatkan sistem energy tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan
perilaku.54 Sedangkan SEFT yang merupakan ilmu baru dalam melakukan EFT. 55
SEFT ini adalah suatu metode yang menggabungkan Spiritual Power dengan Energy
Pschology.56 Jadi, energy psychology yang digunakan dalam EFT kemudian
dimasukan ke dalamnya unsur spiritual sehingga EFT berkembang menjadi SEFT.
Dalam prinsip kerjanya SEFT ini hampir memiliki kesamaan dengan Akupuntur dan
Akupresur. Terdapat titik-titik kunci di sepanjang 12 jalur energy yaitu energy
meridian dalam tubuh yang memiliki pengaruh terhadap kesehatan, sehingga SEFT
dengan akunpuntur dan akupresur sama-sama berusaha merangsang titik kunci
tersebut. Jika Akunpuntur dan Akupreseur menggunakan 361 titik dengan memakai
jarum atau menekan dengan kuat, sedangkan SEFT hanya menggunakan 18 titik
kunci dengan cara mengetuk-ngetuk atau yang biasa disebut dengan metode
tapping.57
Dari berbagai penjelasan di atas, maka SEFT merupakan metode penyembuhan
yang menggabungkan dua kekuatan. Kekuatan tersebut yaitu kekuatan Energy
Psychology serta doa dan spiritualis dengan cara melakukan metode tapping pada 18
titik kunci di sepanjang 12 jalur energy meridian dalam tubuh.
c. Manfaat SEFT
Penerapan SEFT mengutamakan unsur spiritualis dan sistem energy tubuh yang
dilakukan dengan melakukan metode tapping pada beberapa titik meridian dalam
tubuh, sehingga SEFT dalam penyembuhannya memiliki keefektifan yang bermanfaat
52
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional… 33-34.
53
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional… xiv.
54
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional… 42.
55
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional... 36.
56
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional… 41.
57
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional… 29.

14
untuk mengatasi permasalahan fisik dan emosi seperti stres yang akan berkurang. 58
Tidak hanya itu, manfaat dari penerapan SEFT ini sangat luas kebermanfaatannya
dalam beberapa bidang kehidupan. Bidang tersebut yaitu dalam bidang individu
(pengembangan diri), keluarga (hubungan suami-isteri dan mengasuh anak), sekolah
(SEFT untuk guru, pelajar dan mahasiswa), organisasi (manajemen konflik, team
work and leadership), bisnis (enterpreneurship, sales and peak performance), olah
raga dan seni (mental juara).59
Menurut Ahmad Faiz Zainuddin seorang penggagas SEFT dalam bukunya yang
berjudul Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) For Healing + Succes +
Happiness + Greatness mengemukakan bahwa dirinya menggunakan SEFT sebagai
suatu teknik kunci untuk dapat membantu menyembuhkan diri sendiri dan juga orang
lain (Healing), menggapai keinginan dan cita-cita kita (Success), meraih kebahagiaan
dan kedamaian hati (Happiness), dan berproses menjadi pribadi yang mulia
(Greatness).60
d. Lima Kunci Keberhasilan SEFT
Selama proses penerapan SEFT terdapat 5 hal yang harus diperhatikan dari
seluruh proses penerapannya baik dari mulai Set-Up, Tune-In, hingga Tapping, 5 hal
tersebut perlu diperhatikan agar hasil dari SEFT dapat efektif. Banyak orang yang
mengabaikan salah satu atau beberapa hal dari lima hal tersebut sehingga menjadi
faktor terjadinya kegagalan dalam penerapan SEFT. Oleh karena itu, perlunya kita
memperhatikan lima hal tersebut yaitu diantaranya adalah:

1. Yakin

Sebagai seorang terapis maupun seorang konseli tidak perlu yakin dengan
SEFT dan juga tidak perlu yakin dengan diri sendir, melainkan harus yakin
terhadap tuhan sang maha kuasa dan maha penyayang kepada diri kita.
Meskipun konseli skeptis, ragu, tidak percaya diri, malu jika tidak berhasil,
dan sebagainya SEFT ini akan tetap efektif jika seorang terapis dan konseli
yakin kepada Allah SWT. Bahkan anehnya dalam SEFT ini jika seseorang
merasa percaya diri maka hasilnya akan tidak efektif. Namun, jika semakin
tidak percaya diri yang semakin percaya kepada Allah atau kepada tuhan, dan
hasilnya akan bagus. Karena ketika seseorang menjadi PD berarti “ego”
58
Nunung Rachmawati dan Tenang Aristina, “Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT) Terhadap Stres Mahasiswa di Keperawatan “YKY” Yogyakarta”. Jurnal Ners LENTER, Vol.
7, No. 1 (2019) Akademi Keperawatan “YKY” Yogyakarta, h. 81.
59
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional… 82-85.
60
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional… 86.

15
menjadi naik. EGO merupakan singkatan dari Edging God Out yang memiliki
makna Menyingkirkan Tuhan Ke Luar. Artinya jika ego menjadi naik, maka
tuhan semakin jauh dari kehidupan. Akan tetapi, jika ego dikurangi atau
bahkan di tidak adakan, maka tuhan ingin membuat kejadian yang
menakjubkan dalam hidup diri seseorang.

2. Khusyu

Ketika berlangsungnya terapi, yang paling utamanya ketika saat Set-Up,


harusnya konsentrasi atau khusyu. Memusatkan pikiran pada saat melakukan
Set-Up (berdoa) pada “Sang Maha Penyembuh”, dengan penuh kerendah-
hatian. Berdoa dengan tidak khusyu merupakan salah satu penyebab tidak
terkabulnya doa karena ketika berdoa jika tidak khusyu hati dan pikiran tidak
ikut hadir dalam berdoa (berdoa hanya dengan mulut). Jadi, ketika
melakukan Set-Up harus menghilangkan pikiran yang lain dan fokus pada
kata-kata yang diucapkan.

3. Ikhlas

Ikhlas adalah meridhoi atau menerima dengan sepenuh hati rasa sakit fisik
maupun emosi. Seseorang yang ikhlas memiliki makna tidak suka mengeluh,
tidak complain terhadap musibah yang menimpanya. Seseorang yang tidak
mau menerima sakit dengan ikhlas itu akan membuat dirinya menjadi
semakin merasakan sakit. Akan tetapi, jika menerima sakit dengan ikhlas
dari penyakit apapun dapat menjadi sarana untuk menyucikan diri dari dosa
dan berbagai kesalahan yang pernah dilakukan.Pasrah Pasrah berbeda dengan
ikhlas.

4. Pasrah
Pasrah adalah menyerahkan apapun yang terjadi nanti kepada Allah
SWT, sedangkan ikhlas adalah menerima segala sesuatu dengan sepenuh hati
apapun yang terjadi pada saat ini. Pasrah dengan memasrahkan kepada tuhan
apapun yang akan terjadi nanti. Apakah suatu saat nanti rasa sakit yang
dialami tersebut semakin parah maupun sebaliknya semakin membaik atau
sembuh total, memasrahkan kepada Allah SWT.

5. Bersyukur

Syukur bukan hal yang mudah jika bersyukur dilakukan pada saat kita
masih sakit atau memiliki masalah yang belum terselesaikan. Akan tetapi,

16
sudah seharusnya kita mensyukuri banyak hal dalam hidup kita yang masih
baik dan sehat. Jangan sampai satu masalah yang kecil membuat rasa
bersyukur kepada besarnya nikmat menjadi terkubur. Maka dari itu, perlunya
kita “dicipline of gratitude” mendisiplinkan pikiran, hati dan tindakan kita
untuk selalu bersyukur, meskipun berada pada kondisi yang berat. Karena
bisa jadi sakit yang diderita selama ini atau masalah yang tidak juga selesai
diakibatkan karena selama ini kita lupa mensyukuri atas nikmat yang kita
terima. 61

e. Teknik SEFT
Dalam melakukan SEFT terdapat dua cara. Cara yang pertama yaitu versi lengkap
dan cara yang kedua yaitu versi ringkas (short-cut). Masing-masing dari kedua versi
tersebut terdiri dari tiga langkah sederhana, hanya memiliki perbedaan pada langkah
ketiga yaitu pada saat the Tapping.62 Berikut ini versi Lengkap dalam melakukan
SEFT:
1. The Set-Up
Tujuan dari adanya The Set-Up ini yaitu untuk memastikan aliran energi
tubuh agar dapat diarahkan secara tepat. Pada langkah ini dilakukan untuk
menetralisir “Psychological Reversal” (Perlawanan Psikologis) yang dimana
biasanya berupa pikiran negatif spontam atau suatu keyakinan yang negatif
dalam bawah sadar.
Berikut ini beberapa contoh Psychological Reversal yaitu diantaranya
adalah:
a. Saya tidak bisa mencapai impian saya
b. Saya tidak bisa menghindari rasa bersalah yang terus menghantui
hidup saya
c. Saya tidak mungkin bisa memenangkan pertandingan ini
d. Saya menyerah saya tidak mampu melakukannya

Jika pikiran atau suatu keyakinan yang negatif seperti contoh di atas
dialami oleh kita, maka dari itu, hal dibawah ini adalah obatnya:

Berdo’a dengan penuh kekhusyuan, ikhlas dan pasrah dengan mengucapkan


kalimat The Set-Up Words:

61
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional… 72-73.
62
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional… 62.

17
“Ya Allah… meskipun saya…..(Keluhan yang dikeluhkan), saya ikhlas
menerima sakit/masalah saya ini, saya pasrahkan pada-mu kesembuhan
saya”
Kata-kata di atas tersebut memiliki tujuan untuk menetralisir
Psychological Reversal (keyakinan pikiran negatif). The Set-Up World
memiliki makna dalam bahasa religius yaitu “doa kepasrahan” kepada
Allah SWT. Jadi, sakit atau masalah apapun yang terjadi pada saat ini kita
ikhlas menerimanya dan kepada Allah SWT kesembuhannya dipasrahkan.
Terdiri dari dua aktivitas dalam melakukan The Set-Up ini, yang
pertama yaitu mengucapkan kalimat yang telah dijelaskan di atas disertai
dengan penuh rasa khusyu, ikhlas dan pasrah. Sedangkan yang keduanya
yaitu sambil mengucapkan dengan penuh perasaan, kita menekan area
dada tepat di bagian Sore Spot yaitu bagian titik nyeri yang di sekitar
daerah dada atas yang apabila di tekan akan terasa sedikik sakit atau
mengetuk dengan dua ujung jari bagian “Karate Chop”
Agar lebih jelas, beriku ini contoh kalimat Set-Up (doa) untuk
masalah emosi dan masalah fisik:
 Contoh kalimat Set-Up (doa) untuk masalah emosi:
Ya Allah… Meskipun saya marah dan kecewa karena
diabaikan, saya ikhlas menerima perasaan saya ini, saya
pasrahkan kepadamu kebahagiaan saya.
 Contoh kalimat Set-Up (doa) untuk masalah fisik:
Ya Allah… Meskipun punggung bawah saya nyeri, saya
ikhlas menerima sakit saya ini, saya pasrahkan kepadamu
kesembuhan saya.

2. The Tune-In.

Khususnya untuk masalah fisik, cara melakukan Tune-In yaitu dengan


merasakan rasa sakit yang dialami, ketika rasa sakit itu terasa selanjutnya
mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit tersebut, diiringi dengan hati dan
mulut yang berkata “Ya Allah saya ikhlaa saya pasrah” atau juga dengan
seperti ini “ya Allah saya ikhlas menerima sakit saya ini, saya pasrahkan
kepadamu kesembuhan saya”

Sedangkan cara melakukan Tune-In untuk masalah emosi yang bertujuan


agar dapat menghilangkan emosi negatif yaitu dengan cara memikirkan suatu
kejadian spesifik yang tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif

18
tersebut. Ketika emosi negatif tersebut muncul seperti perasaan marah, sedih,
takut, dll. Disaat seperti itulah mulut mengatakan “ya Allah saya ikhlas saya
pasrah”.

Ketika melakukan Tune-In, proses Tune-In itu dibersamai dengan melakukan


teknik ke 3 yaitu dengan melakukan Tapping.

3. The Tapping

Tapping merupakan langkah yang dilakukan dengan mengetuk ringan


titik-titik area tubuh tertentu dengan menggunakan dua ujung jari yang
dibersamai dengan terus melakukan Tune-In. Yang dimaksud dengan titik-titik
tertentu tersebut yaitu titik kunci dari “The Major Energy Meridians”, yang
dimana ketika titik tersebut di ketuk beberapa kali maka anak berpengaruh pada
ternetralisirnya gangguan emosi atau juga rasa sakit yang dirasakan tersebut.
Dikarenakan terjadinya keseimbangan dan normal kembalinya aliran energi
tubuh yang berjalan. Berikut di bawah ini adalah titik-titik tersebut, yaitu:
1. Cr: Crown, Pada titik di bagian atas kepala
2. EB: Eye Brow, Pada titik permulaan alis mata
3. SE: Side of the Eye, Di atas tulang di samping mata
4. UE: Under the Eye, 2 cm di bawah kelopak mata
5. UN: Under the Nose, Tepat di bawah hidung
6. Ch: Chin, Diantara dagu dan bagian bawah bibir
7. CB: Collar Bone, Di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan
tulang rusuk pertama
8. UA: Under the Arm, Di bawah ketiak sejajar dengan putting susu (pria)
atau tepat di bagian tengah tali bra (wanita)
9. BN: Bellow Nipple, 2,5 cm di bawah putting susu (pria) atau diperbatasan
antara tulang dada dan bagian bawah payudara
10. IH: Inside of Hand, Di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan
telapak tangan
11. OH: Oustide of Hand, Di bagian luar tangan yang berbatasan dengan
telapak tangan
12. Th: Thumb, Ibu jari disamping luar bagian bawah kukku
13. IF: Indeks Finger, Jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (di
bagian yang menghadap ibu jari)
14. MF: Middle Finger, Jari tengah samping luar bagian bawah kuku (di bagian
yang menghadap ibu jari)

19
15. RF: Ring Finger, Jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di bagian
yang menghadap ibu jari)
16. BF: Baby Finger, Di jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku (di
bagian yang menghadap ibu jari)
17. KC: Karate Chop, Di samping telapak tangan, bagian yang kita gunaka
untuk mematahkan balok saat karate
18. GS: Gamut Spot, Di bagian antara perpanjangan tulang jari manis dan
tulang jari kelingking.

Setelah menyelesaikan langkah-langkah di atas, selanjutnya langkah


terakhir yaitu kembali melakukan tapping dari nomer 1-17 (Karate Chrop)
selanjutnya diakhiri dengan menarik nafas yang panjang dan kemudian
menghembuskannya keluar, dengan diiringi megucap rasa syukur yaitu
Alhamdulillah.

Khusus untuk titik terakhir, yaitu pada gamut spot dilakukannya metode
tapping yang dibersamai dengan the 9 Gamut Procedure. Gerakan yang
dilakukan pada langkah ini mungkin terlihat aneh, gerakan ini memiliki maksud
untuk merangsang otak pada bagian khusus. Posisi tiik gamut spot ini yaitu di
antara ruas tulang jari kelingking dan jari manis. Sembilan gerakan itu
diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menutup mata

2. Membuka mata

3. Mata digerakan dengan kuat ke kanan bawah

4. Mata digerakan dengan kuat ke kiri bawah

5. Memutar bola mata searah jarum jam

6. Memutar bola mata berlawanan arah jarum jam

7. Bergumam dengan berirama selama tiga detik

8. Menghitung 1-5
9. Bergumam lagi selama tiga detik

Beberapa langkah di atas memang terlihat lucu, akan tetapi langkah ini terbukti
memiliki keampuhan dalam menyembuhkan. Terdapat beberapa kasus oleh versi
inti yang tidak dapat diatasi, namun menjadi teratasi oleh sembilan gerakan di

20
atas. Sebutan dari beberapa gerakan ini jika dalam teknik psikoterapi
kontomporer yaitu disebut dengan teknik EMDR (Eye Movement
Desensitization Repatterning). 63

2. Stres

a. Pengertian Stres

Terjadinya stres dalam kehidupan manusia adalah hal yang sudah umum, siapapun
pasti pernah merasakan stres. Perlu diketahui bahwa tidak semuanya bentuk stres
adalah negatif, telah banyak terjadi stres yang bersifat positif. 64 Tergantung pada
individu itu sendiri, bagaimana stres itu dapat dikendalikan ke arah negatif maupun
positif.
Meskipun stres adalah hal yang sudah banyak dikenal secara luas oleh
masyarakat, perlunya kita mendefiniskan stres secara lebih spesifik lagi. Definisi
stres yaitu merupakan suatu reaksi tubuh dari adanya tuntutan pada seseorang dalam
beberapa hal sebagai berikut ini:
1. Keletihan dan kelelahan akibat kehidupan
2. Individu yang terganggu mekanisme keseimbangannya, baik keseimbangan
dalam maupun keseimbangan luar. Yang disebabkan oleh perubahan yang
begitu signifikan, baik perubahan yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan yang bersifat fisik, sosial, mental, dan spiritual.
3. Berkurangnya potensi diri pada individu yang disebabkan oleh luka-luka
perasaan, beban yang berat, dan kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi. 65

Berdasarkan pengelompokannya, faktor yang menjadi penyebab terjadinya stres


diantaranya adalah:

1. Stressor fisik-biologik, salah satunya seperti penyakit yang sulit disembuhkan.

2. Stressor psikologik, salah satunya seperti kekecewaan karena gagal


memperoleh sesuatu yang diinginkan atau keinginan yang di luar
kemampuan.

3. Stressor sosial, salah satunya seperti apa yang terjadi dalam iklim kehidupan
keluarga.66

63
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional… 63-69.
64
Dadang Hawari, Manajemen Stres… 18.
65
E.P. Gintings, Mengantisipasi Stres dan Penanggulangannya, (Yogyakarta: ANDI, 2002), h. 5.
66
Sasa, Anti Stres… 9.

21
Begitu juga dengan pendapat dari beberapa ahli dalam mendefinisikan stres
adalah sebagai berikut:

1. Disetiap tuntutan yang menjadi suatu respon non spesifik dalam tubuh

2. Adanya tekanan psikis pada idividu dalam mencapai kesempatan, yang


dimana terhadapat hambatan untuk dapat mencapai kesempatan yang
diinginkannya tersebut

3. Ketidakmampuan fisik maupun psikis dalam menghadapi suatu tuntutan,


tuntutan tersebut tidak memiliki keseimbangan dengan fisik dan psikisnya.
Yang dimana apabila dalam memenuhi kebutuhan tidak dapat terpenuhi hal
tersebut dapat menjadi dampak yang mengkhawatirkan.

4. Stres adalah respon individu baik secara fisik atau mental ketika menghadapi
suatu perubahan dalam lingkungannya yang dirinya merasa terganggu,
sehingga dirinya terancam.67

Selain itu terdapat beberapa istilah yang sering kali dikaburkan sebagai “stres”
dalam dunia pop psychology. Pada hal ini merujuk pada suatu kondisi individu yang
mengalami tuntutan emosi yang begitu berlebihan, atau waktu yang menjadikan
individu merasa kesulitan dalam memfungsikan dirinya dalam semua wilayah
kehidupan.68 Sebagaimana halnya reaksi tubuh yang dapat muncul ketika terjadinya
stres yaitu seperti perubahan emosi, kognitif dan bahkan perubahan perilaku. 69
Keletihan emosi dan jenuh merupakan salah satu dampak psikologik stres, bahkan dua
hal tersebut memiliki peran utama dalam terjadinya kelelahan emosional, fisik, dan
mental karena stres yang berlebihan dan berkepanjangan. 70

Dari berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu
tekanan yang dapat berdampak pada fisik maupun psikologik. Dalam dampak
psikologik, tanda utama yang muncul yaitu seperti keletihan emosi dan rasa jenuh
yang bahkan memiliki peran sentral bagi terjadinya burn out. Beberapa faktor yang
dapat menjadi pemicu terjadinya stres seperti apa yang telah dipaparkan di atas, yaitu

67
Reski Amelia, Stres Melelahkan… 16.
68
Hamdan dan Dwi Septian Wijaya, “Stres dan Depresi Terhadap Volume Salvia”. Journal Of
Holistick And Traditional Medicine, Vol. 4, No. 01 (2019), h. 354.
69
“4 Tanda Yang Muncul di Tubuh Saat Mengalami Stres” https://www.halodoc.com/artikel/4-tanda-
yang-muncul-di-tubuh-saat-mengalami-stres. Diakses pada 10 Mei. 2022, Pukul 7. 35 WIB.
70
Alif Ahmad Fahrizal, “Faktor-Faktor yang mempengaruhi stres kerja Perawat Anestesi Di Ruang
Operasi” (Doctoral Dissertation, Poltekkes Kemenkes, Yogyakarta, 2019), h. 10.

22
diantaranya adalah: karena adanya perasaan kecewa atas dasar kegagalan dalam
mencapai sesuatu yang diinginkan, adanya keinginan yang tidak dapat terpenuhi
karena ketidakmampuan, terjadinya suatu perubahan dalam lingkungan yang terasa
mengganggu, kelelahan atau keletihan dalam menghadapi kehidupan, dan iklim
kehidupan dalam keluarga.

b. Aspek-Aspek Stres

Dari dampak yang ditimbulkan stres terdapat dua aspek utama yang terjadi ketika
individu mengalami stres, dua aspek tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Aspek fisik yang memiliki pengaruh pada kondisi individu disaat individu
tersebut mengalami stres akan berdampak pada sakitnya organ tubuh,
contohnya seperti terjadinya sakit kepala atau gangguan pencernaan.
2. Aspek Psikologis yang memiliki gejala kognisi, gejala emosi, gejala dan
gejala tingkah laku. Dari ketiga gejala tersebut masing-masing memiliki
pengaruh terhadap kondisi psikologis yang membuatnya menjadi negatif,
seperti menurunnya daya ingat, merasakan kesedihan dan menunda
pekerjaan. Beberapa gejala tersebut timbul dari berat atau ringannya stres
yang diderita.71

c. Gejala Stres

Tanda individu yang mengalami kondisi stres dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut:

1. Gejala Emosi
a. Mudah gusar
b. Frustasi
c. Moody
d. Sulitnya menenangkan pikiran
e. Merasa kebingungan
f. Munculnya perasaan tidak berguna
g. Cenderung meghindari orang lain
h. Depresi
2. Gejala Fisik
a. Lemas
b. Pusing
c. Mual
71
Sasa, Anti Stres… 8.

23
d. Diare
e. Sembelit
f. Nyeri otot
g. Jantung berdebar
h. Gangguan tidur
i Hasrat seksual menurum
j. Tubuh gemetar
k. Telinga berdenging
l. Kaki atau tangan dingin berkeringat
m. Mulut kering
n. Sulit menelan.
3. Gejala Kognitif
a. Sulit fokus
b. Sering lupa
c. Pesimis
d. Cenderung berpandangan negative
e. Sering membuat keputusan yang tidak baik

4. Gejala Prilaku

a. Perubahan pola makan

b. Kebiasaan menghindari tanggung jawab

c. Sikap gugup seperti menggigit kuku

d. Jalan mondar-mandir

e. Kebiasaan merokok atau mengkonsumsi alkohol yang berlebihan. 72

3. Infertilitas Sekunder.

a. Pengertian Infertilitas Sekunder

Secara presentasenya sekitar 80% - 85% pasangan suami isteri yang telah mencoba
untuk dapat memiliki seorang anak biasanya setelah dalam waktu satu tahun akan
berhasil mengalami kehamilan. Dengan demikian, infertilitas secara umumnya dimaknaii
dengan adanya ketidakmampuan untuk bisa mengalami kehamilan, padahal selama
waktu satu tahun tanpa adanya alat pencegahan dalam melakukan hubungan seksual telah

72
“stress” https://www.alodokter.com/stres. diakses pada 15 Mei. 2022, pukul 17.55 WIB.

24
dilakukan. Dalam suatu episode sepanjang hidup wanita diperkirakan 25% mengalami
kondisi infertilitas.73

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, bahwa infertilitas sekunder ini merupakan
salah satu jenis dari dua jenis infertilias. Yang dimana infertilitas sekunder adalah suatu
kondisi ketika seorang wanita yang sebelumnya pernah mengalami kehamilan, selama
waktu satu tahun telah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa adanya alat
kontrasepsi yang digunakan akan tetapi tidak juga mengalami kehamilan. 74

b. Penyebab Infertilitas Sekunder

Gangguan infertilitas sekunder dengan infertilitas primer disebabkan oleh masalah


yang sama, Penyebab tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pada Pria
a. Jumlah sperma yang rendah bahkan tidak ada sperma, atau bisa juga karena
permasalahan dalam gerak sperma.
b. Gangguan tiroid.
c. Hiperprolaktinemia.
d. Kelainan genetik.
e. Varikokel.
f. Saluran sperma memiliki kelainan.
2. Pada Wanita
a. Permasalahan ovulasi
b. Tuba Falopi tersumbat.
c. Endometriosis.
d. Fibroid.
e. Keguguran berulang.
f. Masalah Imonologis.
g. Masalah Endometrium.
h. Adhesi.

Dalam infertilitas sekunder ini, tidak terjadinya pembuahan pada kehamilan


kedua dapat disebabkan karena beberapa hal berikut:

a.Usia lebih tua (38 tahun).


73
John David Gordon dan Michael DiMattina, 100 Tanya… 4-5.
74
Devi Rahmadiani, “Extra Pollen Kurma (Phoenix Dactylifera L) Sebagai Terapi Infertilitas Pada
Pria”. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, Vol. 10, No. 1 (2021) Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung, h. 31.

25
b. Menikah dengan pasangan baru.

c. Masalah kesuburan memburuk.

d. Penambatan berat badan.

e. Mengalami penyakit yang baru muncul.

f. Kehamilan atau kelahiran sebelumnya menyebabkan masalah kesuburan. 75

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang paling utama dalam penelitian ini adalah Spiritual Emotional
Freedom Technique (SEFT), dengan menggabungkan dua kekuatan energy psychology dan
kekuatan spiritualis. Yang berguna untuk mengurangi stres pada wanita akibat kondisi
infertilitas sekunder atau yang biasa disebut dengan stres infertilitas.

Tidak sedikit stres yang dirasakan oleh wanita yang mengalami kondisi infertilitas
sekunder atau yang biasa disebut dengan stres infertilitas. Akibat kondisi infertilitas sekunder
yang menjadi hambatan untuk dapat memiliki keturunan, hal tersebut menjadikan suatu tekanan
yang memberikan perubahan negatif dalam kehidupan seorang wanita. Seperti dalam aktivitas
sehari-hari yang dulunya mengurus anak, namun pada masa infertilitas sekunder ini hanya bisa
berharap masa-masa itu kembali. Munculnya harapan agar mendapatkan kembali keturunan,
akan tetapi tak kunjung didapatkan karena ketidakmampuan diri yang berdampak pada
timbulnya kejenuhan.

Ketika perubahan, harapan dan kejenuhan terjadi karena kondisi infertilitas sekunder, hal
tersebut dapat memunculkan emosi negatif seperti sedih, kecewa, merasa bersalah, depresi dan
stres. Bahkan dampaknya bukan hanya pada emosi saja, melainkan juga pada masalah fisik.
Ditambah lagi jika stres tersebut terjadi secara berkepanjangan yang terus meminta agar tubuh
dapat menyeimbangkan dirinya dengan stresor yang dihadapi, maka pada suatu titik tertentu
energy yang digunakan tubuh akan habis. Sehingga membutuhkan pemecahan masalah yang
dapat mengatasinya.

Terapi SEFT berkaitan erat dengan sistem energi tubuh yang di dalam penyembuhannya
terjadi suatu penggabungan antara kekuatan energy psychology dan kekuatan spiritualis. Terapi
ini memiliki keampuhan yang begitu luar biasa dalam mengurangi stres seperti yang dialami
wanita akibat kondisi infertilas sekunder tersebut, baik dalam masalah emosi atau masalah fisik.

75
“Cek Fakta Infertilitas Sekunder Hanya Dipengaruhi Oleh Wanita?” https://www.halodoc
.com/artikel/cek-fakta-infertilitas-sekunder-hanya-dipengaruhi-oleh-faktor-wanita, diakses pada 16 Mei. 2022,
pukul 11.21 WIB.

26
Selama proses penyembuhan dalam penerapan SEFT ini, terdapat 3 langkah yang harus
dilakukan. Langkah-langkah tersebut yaitu diantaranya adalah The Set-Up, The Tune-in dan
The Tapping.

Berikut ini adalah bagan kerangka berpikir:

SEFT

Energy Psychology Spiritualis

Stres Infertilitas Sekunder

Emosi Fisik

The Set-Up

The Tune-In

The Tapping

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian kualitatif dengan penelitian
tindakan bimbingan dan konseling (PTBK). Jenis penelitian kualitatif adalah jenis penelitian
yang menggunakan latar belakang ilmiah yang memiliki tujuan untuk dapat menjelaskan
suatu fenomena yang terjadi, yang dimana dalam penelitian kualitatif ini dilakukan dengan
cara melibatkan berbagai metode yang ada. 76
Digunakannya jenis kualitatif dalam penelitian ini karena penelitian kualitatif dapat
menjelaskan secara rinci berbagai fakta-fakta yang tersembunyi dalam suatu fenomena yang
sulit untuk diketahui. Selain itu dalam penelitian ini juga membutuhkan jenis penelitian
kualitatif untuk dapat mempelajari berbagai konteks yang berkaitan atau saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Sedangkan dalam pendekatannya penelitian ini
menggunakan pendekatan eksperimen yang

B. Setting Penelitian

1. Lokasi dan waktu penelitian


Lokasi penelitian bertempat di Perumahan Persada Banten, Desa Teritih, Kec.
Walantaka, Serang-Banten. Dengan waktu pra penelitian dari bulan februari 2022 – Mei
2022.

2. Alasan memilih lokasi penelitian

Alasan untuk mengambil lokasi penelitian di Persada Banten, Desa Teritih, Kec.
Walantaka Serang Banten ini karena dalam lokasi tersebut ditemukan seorang wanita
yang mengalami stres baik secara fisik maupun psikologisnya, akibat kondisi infertilitas
sekunder. Kondisi tersebut memberikan efek negatif bagi kehidupannya dalam aktivitas
sehari-hari, sehingga membutuhkan bantuan untuk segera diatasi. Oleh karena itu, adanya
kertarikan untuk membantu mengurangi beban fisik maupun psikologi pada wanita yang
tinggal di lokasi penelitian tersebut.

3. Gambaran letak dan kondisi objektif dari lokasi penelitian

76
Albi Anggianto dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Jejak, 2018), h.
7

28
Perumahan Persada Banten terletak di Jl. Raya Serang Pakupatan KM. 85, Kalodran,
Kapuren, Walantaka, Teritih, Serang dekat dengan Hotel Pangestu (2 km), Grand
Karkatau Serang (2 km), Pondok Winaya (2 km), Hotel Tangerang Bintang Empat (3
km) dan Wisma Merlyn (4 km). Tempat Perumahan Persada Banten merupakan suatu
proyek perumahan yang berlokasi di kota Serang Indonesia. Perumahan Persada Banten
memiliki tempat yang sangat aman, nyaman dan lokasinya begitu strategis.

C. Instrumen Penelitian

Penggunaan instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai kunci
utamanya. Terdapat dua macam instrumen penelitian yang digunakan dalam peneilitian ini,
bertujuan untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan beberada data pada saat penggalian
informasi. Dua macam instrumen tersebut yaitu yang pertama adalah pedoman wawancara
mendalam yang digunakan untuk mencatat beberapa daftar informasi yang perlu
dipertanyakan ketika wawancara, dan yang kedua alat perekam yang dapat dipergunakan
untuk merekam hasil wawancara ketika pencatatan yang dilakukan oleh peneliti saat
menerima informasi mengalami kesulitan.

D. Sumber Data

1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam proposal ini yaitu seorang wanita berusia 37 tahun yang
telah berumah tangga dan sudah memiliki anak pertama, namun memiliki kesulitan
untuk dapat mengalami kehamilan kembali (infertilitas sekunder) yang
mengakibatkan terjadinya stres.
2. Informan Penelitian
Informan penelitian adalah orang-orang yang dapat memberikan informasi.
Seseorang yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah pihak keluarga wanita
itu sendiri, seperti suami dan anak pertamanya.

E. Prosedur Penelitian Tindakan Bimbingan Dan Konseling

Penelitian tindakan bimbingan dan konseling dalam penelitian ini menggunakan model
Kurt Lewin. Kurt Lewin mengemukakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat tahapan
yang paling utama yaitu (1) Planning (Rencana), (2) Action (Tindakan), (3) Observation
(Pengamatan), (4) Reflection (Refleksi).77
Berdasarkan penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin, maka dapat diperinci beberapa
siklus di bawah ini:
Siklus 1
77
Rido Kurnianto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: Aprinta, 2009), h. 12.

29
Langkah-langkah siklus 1 terdiri dari:

1. Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini dilakukannya observasi terhadap subjek dalam


penelitian, agar informasi yang didapatkan sesuai dengan apa yang dialami oleh
subjek peneliti. Ketika terjadinya pengamatan yang terus berlanjut juga meliputi
pengamatan teknik yang cocok terhadap masalah yang dialami subjek.

2. Tahap Pelaksanaan Atau Tindakan

Tindakan yang dilakukan selanjutnya yaitu peneliti melakukan teknik terapi


dilakukan dalam beberapa langkah yaitu tiga langkah teknik terapi SEFT, seperti
The Set-Up, The Tune-In, dan The Tapping.

3. Observasi

Pengamatan ini dilakukan selama proses terjadinya terapi, baik menilai disaat
terjadinya terapi SEFT maupun hasil dari setelah melakukan SEFT.

4. Refleksi

Digunakannya refleksi dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat berbagai


kekurangan yang ada dalam penelitian tindakan yang dilakukan dalam siklus 1,
sehingga dapat menjadi suatu acuan yang dapat dijadikan sebagai bahan
perubahan menuju perbaikan penelitian dalam siklus 2.

Siklus 2

Langkah-langkah siklus 2 terdiri dari:

1. Tahap Perencanaan

Terus menggali informasi agar teknik yang diberikan sesuai dengan


kebutuhan konseli. Dan dilakukannya observasi dalam subjek penelitian, agar
informasi yang didapatkan sesuai dengan subjek peneliti.

2. Tahap Pelaksanaan Atau Tindakan

Tindakan yang selanjutnya yaitu peneliti melakukan teknik terapi dilakukan


dalam beberapa langkah yaitu tiga langkah terapi SEFT, seperti The-Set-Up, The-
Tune In, dan The Tapping.

3. Observasi

30
Pengamatan ini dilakukan selama proses terjadinya terapi, baik menilai disaat
terjadinya terapi SEFT maupun hasil setelah melakukan SEFT.

4. Refleksi

Menganalisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan berbagai tindakan


yang telah dilakukan.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi
Teknik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan secara langsung
mengamati tempat atau lokasi penelitian, disertai melakukan pencatatan pada beberapa hal
penting. Observasi merupakan suatu pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan dan pencatatan baik secara langsung maupun tidak langsung pada lokasi yang
akan diteliti.78

2. Wawancara

Dalam penelitian ini, sehubungan dengan subyek yang telah ditentukan maka peneliti
melakukan wawancara kepada wanita yang mengalami stres akibat kondisi infertilitas
sekunder. Dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara atau yang dikenal
dengan guide interview, yang bertujuan agar dapat mempermudah peneliti dalam
pengajuan pertanyaan menjadi terstruktur dan tidak keluar dari pembahasan dalam
penelitian.
Adapun definisi dari wawancara adalah suatu metode yang digunakan dalam penelitian
untuk memperoleh informasi, dilakukan dengan cara komunikasi secara langsung dengan
seseorang yang akan diteliti dalam penelitian, baik menggunakan pedoman wawancara
maupun tidak.79

G. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisi data dalam penelitian ini telah dilakukan dari
awal hingga akhir yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu dengan mengumpulkan data,
memadatkan data dan menyimpulkan data. Dengan cara mengumpulkan beberapa hasil
78
Kiki Joesyiana, “Penerapan Metode Pembelajaran Observasi Lapangan (Outdor Study) Pada Mata
kuliah Manajemen Operasional (Survey Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Semester III Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Persada Bunda)”. PEKA, Vol. 6, No. 2 (2018) Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Riau, h. 94.
79
Iryana dan Risky Kawasati, “Teknik Pengumpulan Data Metode Kualitatif” Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri, Sorong, 2019), h. 4.

31
catatan lapangan observasi, wawancara, dokumentasi dan kajian pustaka untuk diringkas
maupun menyederhanakannya sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang didukung oleh
data. Digunakannya beberapa tahapan tersebut untuk teknik analisis data dalam penelitian ini
karena dinilai efektif menurut peneliti.

H. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data digunakan agar data dalam penelitian kualitatif ini dapat
dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah. Adapun teknik yang digunakan dalam
teknik keabsahan data dalam penelitian ini yaitu perpanjangan pengamatan. Perpanjangan
pengamatan merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui apakah kredibilitas
penelitian sudah valid atau tidak, dilakukan dengan cara kembali melakukan pengamatan di
lapangan.80

80
Arnild Augina Mekarisce, “Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Pada Penelitian Kualitatif di
Bidang Kesehatan Masyarakat”. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, Vol. 12, No. 3 (2020) Fakultas
Kedokteran dan Ilmh Kesehatan Universitas Jambi, h. 150.

32
33

Anda mungkin juga menyukai