Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

Konsep Anak dalam Al-Qur’an

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Pendidikan Anak

Dosen Pengampu :

Hafidz ‘Aziz, S.PdI M.Pd.I

Disusun Oleh :

Nadia Ma’wa Ismail

(21104030002)

Pendidikan Islam Anak Usia Dini-C

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA
PEMBAHASAN
Anak dalam Al-Qur’an
Allah swt. pernah menyebutkan dalam Al-Qur’an anak itu sebagai perhiasan
hidup dunia, sebagai penyejuk mata atau permata hati orang tuanya. Tetapi Allah juga
mengingatkan bahwa anak juga bisa menjadi ujian atau malapetaka bagi orangtuanya,
bahkan bisa menjadi musuh. Anak merupakan generasi pelanjut dari satu generasi.
Al-Qur’an saja menyebutkan dan memberikan berbagai istilah untuk menyebutkan
kedudukan anak yang sangat penting. Seperti pada surah Al-Kahfi ayat 46 didalamnya
menyatakan anak sebagai perhiasan dalam kehidupan dunia. Allah berfirman :

‫ْل َم اُل َو ا ْل َب ُنوَن ِز يَن ُة ا ْل َح َي ا ِة ا لُّد ْن َي اۖ َو ا ْل َب ا ِقَي ا ُت الَّص ا ِلَح ا ُت َخ ْي ٌر ِع ْن َد َر ِّب َك َث َو اًب ا‬
‫َو َخ ْيٌر َأ َم اًل‬

Artinya : “ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi


amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu
serta lebih baik untuk menjadi harapan”.

Dan pada surah Ali Imran ayat 14 Allah SWT berfirman :

‫ُز ِّيَن ِللَّن اِس ُحُّب ٱلَّش َهَٰو ِت ِم َن ٱلِّنَس ٓاِء َو ٱْلَبِنيَن َو ٱْلَقَٰن ِط يِر ٱْلُم َقنَط َر ِة ِم َن ٱلَّذ َهِب َو ٱْلِفَّض ِة‬
‫َو ٱْلَخْيِل ٱْلُمَس َّو َم ِة َو ٱَأْلْنَٰع ِم َو ٱْلَح ْر ِثۗ َٰذ ِلَك َم َٰت ُع ٱْلَحَيٰو ِة ٱلُّد ْنَياۖ َو ٱُهَّلل ِع نَد ۥُه ُح ْسُن ٱْلَم َٔـاِب‬

Artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa


yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Dan masih banyak lagi ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang memberikan


gambaran kedudukan anak yang sangat penting. Dari kedua ayat tersebut mengapa
anak disebut perhiasan dunia? Karena anak dianggap sesuatu yang berharga. Sesuatu
yang berharga pasti akan dirawat dan lindungi dengan penuh perhatian. Anak juga
dianggap bentuk kecintaan seseorang, dengan kehadirannya dapat menimbulkan
kebahagiaan dan perasaan lain. Hal ini menunjukkan bahwa betapa penting dan
berharganya anak dalam pandangan Islam.
Begitu berharganya kehadiran anak dalam pandangan Allah SWT, yang
disamakan dengan perhiasan, dianggap sebagai penyejuk hati dan sumber
kebahagiaan. Namun di sisi lain, banyak juga ditemukan dalam kehidupan masyarakat
bahwa kehadiran anak tidak dihargai dan juga dianggap sebagai mimpi buruk. Banyak
sekali telah kita dengar dan lihat di berita bahwa ada anak yang dibunuh dan disiksa
orang tuanya sendiri. Lalu ada juga yang menggugurkannya dan sebagainya. Oleh
karena itu, penting bagi masyarakat tanpa membedakan agama, kepercayaan, suku
atau kelompok masyarakat tertentu untuk memahami pentingnya pendidikan dan juga
perlindungan untuk anak. Termasuk dalam membangun pola asuh dan juga
pendidikan karena anak merupakan titipan dari Allah SWT.

Anak sebagai Perhiasan Hidup di Dunia. Pasangan suami istri selalu merasa
kurang sempurna kehidupannya, apabila mereka belum mempunyai anak.
Kesempurnaan dan keindahan rumah tangga baru terasa jika di dalamnya terdapat
anak. Di dalam Al-Qur’an disebutkan ada empat tipologi anak:

a. Anak sebagai Penyejuk Hati


Dalam Al-Qur’an dinyatakan anak sebagai penyejuk mata atau hati (qurrata
a’yun). Dikatakan demikian karena ketika mata memandang seorang anak akan
timbul rasa bahagia. Oleh sebab itu anak merupakan harta yang tidak ternilai
harganya bagi orang tua.
b. Anak sebagai Ujian
Allah berfirman, “Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah
ujian.”(QS: Al-Anfal:28). Dalam perspektif Al Quran, anak yang berfungsi sebagai
perhiasan hidup dan penyejuk hati, sesungguhnya ia sebagai ujian bagi orang
tuanya. Dengan nikmat anak, orang tua di uji oleh Allah Swt, apakah akan
membawa anaknya menuju jalan ke neraka atau jalan ke surga.
c. Anak sebagai Musuh Orang Tua
Jika orang tua keliru dan salah dalam mendidik anak-anaknya, maka anak
tersebut akan menjadi musuh bagi orang tuanya. Inilah yang diisyaratkan Al
Quran: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan
anak-anakmu adalah musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.
”(QS: At-Taghabun:14) Menurut ayat di atas, anak dapat menjadi musuh orang tua
manakala anak sudah tidak lagi mentaati orang tuanya atau aturan agamanya.
Misalnya anak sudah terlibat jauh dengan kejahatan dan sulit dihentikan. Ketika
orang tua menasihati, si anak tidak mendengarkan bahkan malah menentang.
Seorang anak yang murtad karena kawin dengan orang yang berbeda agama, juga
merupakan musuh bagi orang tuanya.

DAFTAR PUSTAKA

Oktori, A. R. (2021). Hakikat Fitrah Manusia dan Pendidikan Anak dalam


Pandangan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis). AR-RIAYAH: Jurnal Pendidikan
Dasar, 5(2), 171-190.
Zaki, M. (2014). Perlindungan anak dalam perspektif islam. ASAS: Jurnal Hukum
Ekonomi Syariah, 6(2).

Anda mungkin juga menyukai