Disusun Oleh :
Asrianor
(21111110425)
Yunita Sari
(21111110509)
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penyusun sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rumusan masalah
1. Bagaimana pendidikan shalat dalam Al-Qur’an & Hadist ?
2. Bagaimana adab memberi hukuman dalam pendidikan?
B. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui pendidikan shalat dalam Al-Qur’an & Hadist
2. Untuk mengetahui adab memberi hukuman dalam pendidikan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Shalat
2
Para mufasir menjelaskan bahwa dalam mendirikan sholat diperlukannya
kesabaran. tentunya orang tua harus memiliki kesabaran tinggi dalam mendidik
keluarganya. Terutama dalam hal shalat. Karena sebagaimana yang tertera dalam ayat,
Allah Swt. juga memerintahkan kita untuk sabar dalam menegakkan shalat bersama
keluarga.
Menurut Nugrahaeni:2022 anak adalah ujian bagi orang tuanya. Jika kita
mampu bersabar dalam mendidik mereka tentu akan ada balasan pahala dari Allah,
dan kelak kita akan menuai buah dari kesabaran yang manis bagaikan madu. Yaitu
ketika mereka telah dewasa, kala mereka telah terbiasa dan terdidik dengan kebaikan
yang kita ajarkan dan mereka menjadi manusia yang taat pada Rabbnya.
Sabar dalam mengajarkan kebaikan pada anak. Salah satu bagian dari kesabaran
yang dijelaskan para ulama adalah kesabaran dalam melakukan ketaatan pada Allah.
Sabar dalam mengajarkan kebaikan pada anakpun termasuk dalam kategori ini.
Mengajarkan kebaikan membutuhkan kesabaran seorang ibu. Mengajarkan doa-doa
harian, adab dan akhlak yang baik, menghafal qur’an, dan lain sebagainya.
Shalat adalah tiang agama, shalat adalah pembeda antara orang muslim dan
kafir, shalat adalah ibadah yang pertama kali akan dihisab di akhirat kelak dan shalat
dapat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar. Dan kehadiran anakpun di
tengah-tengah keluarga merupakan amanah yang sangat besar bagi ayah bundanya.
Oleh karena itu para orang tua dituntut untuk senantiasa memperhatikan
perkembangan jasmani dan rohani sang buah hati. Untuk itu, sebagai orang tua sangat
bertanggungjawab dalam mendidik dan membiasakan anak-anaknya untuk
melaksanakan shalat sebagai salah satu kebutuhan rohani sang buah hati.
Para mufasir juga menjelaskan bahwa orangtua tidak hanya bertugas mencari
nafkah lahir keluarga, ia juga berkewajiban mendidik agama mereka. Bagaimana
shalatnya, puasanya, zakatnya, dan lain sebagainya. Bahkan sangat keliru sekali bila
kepala keluarga hanya memikirkan asupan gizi keluarga yang bersifat duniawi, karena
hakikatnya urusan rejeki itu adalah otoritas Allah Swt. Tidak dibenarkan apabila gara-
gara persoalan dunia sampai melupakan akhirat.
3
1. Perintah Allah kepada Rasulullah pada ayat ini supaya beliau mengajak seluruh
anggota keluarga untuk menunaikan salat. Setiap Manusia yang lahir di bumi
ini mempunyai tanggung jawabnya masing masing, begitu juga dengan seorang
kepala keluarga, selain mencari nafkah ia juga berkewajiban untuk
memperhatikan dan memerintahkan keluarganya untuk menjaga shalatnya.
seperti dalam surat Thaha Ayat 132 dalam ayat di ini sudah jelas bahwa kepala
keluarga atau yang biasa disebut ayah, untuk bisa dapat menjaga kualitas
agama di keluarganya khususnya shalatnya. Satu-satunya cara menjaga
keluarga dari api neraka adalah membawa atau menggiring mereka ke jalan
taqwa. Salah satu jalan taqwa yang paling utama adalah dengan mindirikan
shalat. Karena hakikat shalat adalah meniti jembatan untuk meraih ridha Allah
SWT. Mengenai hikmah perintah salat sendiri, Allah SWT. menyatakan bahwa
salat merupakan penghalang perbuatan dosa. Barangsiapa yang rutin salat
fardu dan sunah, serta menghayati maknanya, maka ia menjadi pengingat agar
seorang hamba menjauhi perbuatan dosa.
2. Pentingnya bersabar dalam mendidik dan mengajarkan anak untuk shalat.
Dalam mendirikan shalat kepada keluarga terutama anak harus bersabar tidak
boleh bosan, tidak boleh berhenti dan segera mengerjakan jika datang
waktunya. Shalat tidak lah membawa keuntungan materi. Shalat tidaklah akan
segera tampak hasilnya oleh mata. Shalat adalah urusan ketentraman jiwa dan
sekaligus merupakan doa. Anak adalah ujian bagi orang tuanya. Jika kita
mampu bersabar dalam mendidik mereka tentu akan ada balasan pahala dari
Allah, dan kelak kita akan menuai buah dari kesabaran yang manis bagaikan
madu. Yaitu ketika mereka telah dewasa, kala mereka telah terbiasa dan
terdidik dengan kebaikan yang kita ajarkan dan mereka menjadi manusia yang
taat pada Rabbnya. Doa-doa yang selalu mereka panjatkan untuk kita adalah
harta dan investasi yang tak ternilai harganya .
3. Jaminan rezeki yang dijanjikan itu bukan berarti Allah Swt memberinya tanpa
usaha. Kita harus sadar bahwa yang menjamin itu adalah Allah Swt yang
menciptakan makhluk serta hukum-hukum yang mengatur makhluk dan
kehidupannya. Allah Swt sebagai ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki) menjamin
rezeki dengan menghamparkan bumi dan langit dengan segala isinya.
4. Manusia bertanggungjawab mendidik dan mengasuh keluarga dalam ketaatan
kepada Allah Swt, pasti akan mencicipi nikmat keyakinan dan taqwa yang akan
Allah berikan balasan sebaik-baiknya. Takwa itu merupakan modal, proses,
dan orientasi hidup. Karena itu, menjadi insan bertakwa itu selalu berproses,
berlangsung terusmenerus, dan tidak mengenal kata selesai. Berbekallah,
4
karena sesungguhnya sebaik-baik bekal (modal)adalah takwa. Dan
bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat! (QS
al- Baqarah [2]: 197). Semua amal ibadah, wajib maupun sunah, itu bermuara
kepada pembentukan insan bertakwa Melalui iklan tersebut dan terciptanya
pembeda tersebut dapat memunculkan untuk melakukan keputusan pembelian
dikarenakan konsumen merasa tertarik dengan promosi yang dilakukan
perusahaan. 1
1
Rofiah and Dedih Surana, “Nilai-Nilai Al-Quran Surat Thaha Ayat 132 Terhadap Tanggung Jawab
Orang Tua Dalam Pendidikan Agama Anak,” Bandung Conference Series: Islamic Education 2, no. 2
(2022): 251–58, https://doi.org/10.29313/bcsied.v2i2.3155.
5
(untuk shalat)." Beliau lantas menyebutkan sesuatu yang aku pernah ingat lalu lupa.
Beliau mengatakan: "Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat. Maka jika
waktu shalat sudah tiba, hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan
adzan, dan hendaklah yang menjadi Imam adalah yang paling tua di antara kalian."
Hadis diatas menjelaskan betapa pentingnya keluarga, sehingga tidak
dibenarkan meninggalkan keluarga dalam waktu yang cukup lama, dikarenakan
anggota keluarga memerlukan bimbingan dan pendidikan dari kepala keluarga, hadis
diatas juga mengindikasikan betapa besarnya tanggung jawab kepala keluarga (suami)
dalam mendidik anggota keluarganya terutama istri.
2
Nurhadi Nurhadi, “Pendidikan Keluarga Perspektif Hadis Nabi Muhammad Saw,” INSANIA : Jurnal
Pemikiran Alternatif Kependidikan 24, no. 1 (2019): 1–34,
https://doi.org/10.24090/insania.v24i1.2696.
6
ال أَبو َداود َ َي َحدَّثَنَا إِ ْْسَ ِعيل َع ْن َس َّوار أَِِب ََحْ َزةَ قَّ شام يَ ْع ِن الْيَ ْشك ِر َ َحدَّثَنَا م َؤَّمل بْن ِه
ِف َعن َعم ِرو ب ِن شعيب َعن أَبِ ِيه َعن ج يِده
َ ْ ْ ْ َ ْ ْ ْ ُّ ِْي َّ َُّوه َو َس َّوار بْن َداو َد أَبو ََحْ َزةَ الْم َزِِن
َ ْ الص
ِ ِ َّ اَّلل َعلَي ِه وسلَّم مروا أَوَل َدكم ِِب َِّ ال رسول
َ ِلص ََلة َوه ْم أَبْ نَاء َس ْب ِع سن
ي ْ ْ َ َ َ ْ َّ صلى
َّ َ اَّلل َ َ َال ق َ َق
ِض
اج ِع َحدَّثَنَا زَه ْْي بْن َح ْرب َحدَّثَنَا َ ض ِربوه ْم َعلَْي َها َوه ْم أَبْ نَاء َع ْشر َوفَ يِرقوا بَ ْي نَ ه ْم ِف ال َْم
ْ َوا
ِ اد وإِ َذا َزَّوج أَحدكم َخ ِِ ِ
اد َمه َع ْب َده أ َْو ْ َ َ َ َ يع َح َّدثَِن َداود بْن َس َّوار الْم َزِِنُّ ِبِِ ْسنَاده َوَم ْعنَاه َوَز ٌ َوك
اْس ِه َوَرَوى َع ْنه
ِْ يع ِفِ ِ ُّ الس َّرةِ َوفَ ْو َق
َ َالرْكبَ ِة ق ُّ ْيه فَ ََل يَ ْنظ ْر إِ ََل َما دو َن ِ
ٌ ال أَبو َداود َوه َم َوك َ أَج
ال
َ يث فَ َق َ أَبو َداو َد الطَّيَالِ ِس ُّي َه َذا ا ْْلَ ِد
Artinya :
Penjelasan Hadis
7
diriwayatkan Imam Ahmad, Imam Ad- Daruquthni dan Al-Baghawi dari Amr bin
Syuaib dari ayahnya dari kakeknya (Abdullah bin Amr). Menurut Al-Hakim dalam
Mustadraknya, hadis ini walaupun tidak dicantumkan Imam Bukhari dan Muslim
dalam shahihnya tetapi bernilai shahih berdasarkan persyaratan Muslim.
Hadis di atas menggambarkan bahwa salah satu materi pendidikan yang sangat
penting adalah salat, sehingga anak harus diperintahkan sejak berumur tujuh tahun.
Karena sangat pentingnya salat ini hingga dalam hadis tersebut ada penekanan
memberikan hukuman dalam umur tertentu apabila anak tidak melaksanakan perintah
tersebut. Di samping perintah untuk menyuruh anak salat pada hadis tersebut juga
berisi perintah untuk memisahkan anak laki-laki dengan perempuan bila berumur
sepuluh tahun untuk pisah tempat tidur. Ini menunjukkan betapa sempurnanya ajaran
Islam, bahwa tindakan preventif terhadap perilaku sex menyimpang sudah diantisipasi
sejak dini. Orang tua penting memperhatikan anaknya baik dalam melaksanakan
kewajiban kepada Allah ataupun pendidikan sex. Pendidikan sex di sini antara lain
mengenalkan jenis alat kelamin anak (alat reproduksi); 'aurat anak yang tidak boleh
dilihat orang lain dan bagaimana menutup aurat supaya anak mengenal ajaran Islam
tentang kesopanan yang harus ia perhatikan.
Menurut Ibnu 'Abdus Salam dalam Faidhul Qadir," perintah atau nash ditujukan
kepada para orang tua untuk mengajak anak mereka salat, sedang anak-anak bukan
obyek pembicaraan. Orang tua wajib melaksanakan perintah ini, karena tidak ada
pilihan bagi orang beriman kecuali melaksanakan perintah Allah swt.
8
usia tujuh tahun sampai sepuluh tahun ada tenggang waktu selama tiga tahun, ini berarti
harus didahului dengan metode perintah, ajakan dan pembiasaan terlebih dahulu.
3
M.Pd.I. HJ. YULIANI KHALFIAH and M.Ag. AJAHARI, HADIS TARBAWI Eksplorasi Konsep Pendidikan
Perspektif Hadis, 2021.
9
B. Adab Memberi Hukuman dalam Pendidikan
HR.Bukhari : 6342
َِّ ف حدَّثَنَا اللَّيث ح َّدثَِن ي ِزيد بن أَِِب حبِيب َعن ب َك ِْْي ب ِن َعب ِد ا
َّلل َع ْن َِّ حدَّثَنَا َعبد
ْ ْ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ اَّلل بْن يوس ْ َ
ِ ِ
ِ اَّلل َعن أَِِب ب ردةَ ر َّ سار َع ْن َع ْب ِد
ال َكا َن َّ ض َي
َ َاَّلل َع ْنه ق َ ْ ْ َّ الر َْحَ ِن بْ ِن َجابِ ِر بْ ِن َع ْبد َ َسلَْي َما َن بْ ِن ي
َِّ ود ِ اَّلل َعلَي ِه وسلَّم ي قول َل ُْيلَد فَ و َق َع ْش ِر جلَ َدات إَِّل ِف ح يد ِمن حد
اَّلل ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َّ صلَّى َ َّب ُّ ِالن
Artinya:
"Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami
Al Laits telah menceritakan kepadaku Yazid bin Abu Hubaib dari Bukair bin Abdullah
dari Sulaiman bin Yasar dari Abdurrahman bin Jabir bin Abdullah dari Abu Burdah ra,
mengatakan; Nabi Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Tak boleh menjilid
(mencambuk) melebihi sepuluh kali selain dalam salah hukuman had (yang) Allah
(tetapkan). "
Penjelasan Hadis
Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam Bukhari No. 6342 pada Kitab Hukum Hudud
Bab Hukuman Pendidikan, juga oleh mukharij lainnya, yakni Imam Muslim, Abu
Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad. Imam Bukhari meriwayatkan pula
dengan redaksi lain:
"Tidak boleh ada hukuman melebihi sepuluh kali pukulan selain dalam salah satu
hukuman had Allah. "
Hadis tersebut berisi rambu-rambu dalam memberi hukuman yang ditujukan terhadap
orang dewasa, bukan khusus pendidikan untuk anak, sehingga sangsi yang sifatnya
mendidik dan pengajaran kepada anak, haruslah lebih memperhatikan keadaan anak
selaku manusia yang belum dewasa. Hadis ini berisi tuntunan larangan memukul
10
melebihi dari sepuluh kali pukulan, kecuali pada hukuman yang sudah ditetapkan
Allah, seperti zina, mencuri, minum khamar yang telah jelas dinyatakan dalam al-
Qur'an ataupun hadis. Oleh sebab itu dalam memberi sangsi hukuman kepada anak
tidak boleh lebih dari sepuluh kali, karena dalam pendidikan tidak berhubungan dengan
maksiat, terutama pendidikan dari orang tua kepada anaknya yang belum dewasa atau
masih kecil. Karena anak yang masih kecil itu masih butuh bimbingan, andaipun
hukuman yang diberikan, maka itu haruslah yang bersifat mendidik. Diharafkan dari
sangsi yang diberikan oleh orang tua kepada anak akan membuat anak lebih baik dan
menyadari kesalahannya. Sehingga bisa disimpulkan bahwa sangsi hukuman yang
diberikan dalam rangka ta'dib atau pendidikan tidak boleh lebih dari sepuluh kali.
2. Menghindari Wajah
حدثنا ُممد بن عبيد هللا حدثنا ابن وهب قال حدثن مالك بن أنس قال وأخبِن ابن فَلن
عن سعيد املقبي عن أبيه عن أِب هريرة رضي هللا عنه عن النب صلى هللا عليه وسلم ح و
حدثنا عبد هللا بن ُممد حدثنا عبد الرزاق أخبَّن معمر عن مهام عن أِب هريرة رضي هللا عنه
عن النب صلى هللا عليه وسلم قال إذا قاتل أحدكم فليجتنب الوجه
Artinya :
Penjelasan Hadis
11
Hadis ini mengandung tuntunan dalam berperang, yakni apabila memukul atau
berperang seseorang hendaklah menghindarkan memukul muka. Masuk dalam
larangan ini orang yang melaksanakan hudud (hukuman yang kadarnya telah
ditentukan), ta'zir (hukuman yang ketetapannya diserahkan kepada kebijakan hakim)
maupun ta’dib (hukuman peringatan)."
Dalam hadis Abu Bakrah dan selainnya yang dinukil Abu Dawud sehubungan
dengan kisah wanita yang berzina, yang diperintahkan Nabi saw untuk dirajam, beliau
bersabda: "Rajamlah ia dan hindari bagian muka". Jika hal ini berlaku bagi orang yang
telah ditetapkan untuk dibunuh, maka bagi orang yang tidak boleh dibunuh lebih patut
lagi."
Alasan yang dikemukakan Imam Nawawi di atas cukup bagus, namun dalam
riwayat Imam Muslim disebutkan alasan yang lain. Imam Muslim telah meriwayatkan
hadis di atas dari jalur Abu Ayyub al Maraghi, dari Abu Hurairah, disertai tambahan:
إذا قاتل أحدكم أخاه فليجتنب الوجة فإن هللا خلق آدم على صورته
12
3. Keadaan Tidak Marah
صالِح َع ْن ِ
َ بََّن أَبو بَكْر ه َو ابْن َعيَّاش َع ْن أَِِب َحصي َع ْن أَِِب ََ ف أَ ْخَ َح َّدثَِن ََْي َي بْن يوس
ِ اَّلل َعلَْي ِه وسلَّم أَو
َّ صلَّى ِ َ ََن رج ًَل ق ِ أَِِب هريْ رةَ ر
َ َص ِن ق
ال َل ْ َ ََ ال للنِ ِي
َ َّب َ َّ اَّلل َع ْنه أ
َّ ض َي َ ََ
بْ ضَ ْال َل تَغ َ ََّد ِم َر ًارا ق
َ ب فَ َرد
ْ ض
َ ْتَغ
Artinya :
Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Abu
Bakr yaitu Ibnu Ayyasy dari Abu Hashin dari Abu Shalih dari Abu Hurairah radliallahu
‘anhu bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam;
“Berilah aku wasiat?” beliau bersabda: “Janganlah kamu marah.” Laki-laki itu
mengulangi kata-katanya, beliau tetap bersabda: “Janganlah kamu marah.”
Penjelasan Hadis Hadis ini berisi larangan marah, lafal "la tagdhab"
dimaksudkan kepada semua orang secara umum agar meninggalkan marah, bukan
dimaksudkan atas orang yang bertanya kepada Nabi itu saja, akan tetapi Nabi
memendekkan. Oleh sebab itu, jawabannya dengan lafadz la tagdhab. walaupun Nabi
menggunakan lafal yang tidak menggunakan bentuk jamak, namun maksud dari lafal
itu adalah secara umum.
13
Marah dapat dihindari dengan cara mengingat keutamaan menahan emosi dan
bahaya dampak marah, kemarahan bisa membawa dampak negatif baik lahir maupun
batin. Nabi saw juga mengajarkan hendaknya berlindung kepada Allah dari syaithan,
seperti disebutkan pada hadis Sulaiman bin Shurad, lalu berwudhu seperti dalam hadis
Athiyyah.4
Pada redaksi hadis Bukhari No. 5651 bahwa seorang pria meminta wasiat
kepada Nabi Saw, adalah Jariyah bin Qudamah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan Ibn Hiban dan Ath-Thabrani dalam hadisnya. Beberapa dari riwayat tidak
menjelaskan nama pria tersebut, tetapi yang lain menjelaskan namanya. Namun, ada
kemungkinan juga dipahami dengan cara lain (Al-Asqalani, 2010). Dan Nabi pun
bersabda janganlah marah (Saltanera, 2015), laki-laki itu mengulangi pertanyaan
tersebut untuk mencari kalimat yang lebih umum, namun beliau tidak melebih-
lebihkan wasiat. Beliau bersabda jangan marah. Dalam pembahasan sebelumnya yang
dikutip dari hadis Anas mengatakan bahwasannya Nabi Saw, mengulang-ulang kata
sampai tiga kali untuk pemahaman yang benar dan tidak ditanyakan lagi setelah
mengucapkannya (Al-Asqalani, 2010).
4
HJ. YULIANI KHALFIAH and AJAHARI, HADIS TARBAWI Eksplorasi Konsep Pendidikan Perspektif Hadis.
5
dkk Annisa Safira, “Gunung Djati Conference Series, Volume 8 (2022) The 2nd Conference on
Ushuluddin Studies ISSN: 2774-6585 Website: Https://conferences.uinsgd.ac.id/gdcs” 8 (2022): 73–
92.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat adalah tiang agama, shalat adalah pembeda antara orang muslim
dan kafir, shalat adalah ibadah yang pertama kali akan dihisab di akhirat kelak dan
shalat dapat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar. Dan kehadiran
anakpun di tengah-tengah keluarga merupakan amanah yang sangat besar bagi ayah
bundanya. Oleh karena itu para orang tua dituntut untuk senantiasa memperhatikan
perkembangan jasmani dan rohani sang buah hati. Untuk itu, sebagai orang tua sangat
bertanggungjawab dalam mendidik dan membiasakan anak-anaknya untuk
melaksanakan shalat sebagai salah satu kebutuhan rohani sang buah hati.
Salah satu materi pendidikan yang sangat penting adalah salat, sehingga anak
harus diperintahkan sejak berumur tujuh tahun. Karena sangat pentingnya salat ini
hingga dalam hadis tersebut ada penekanan memberikan hukuman dalam umur tertentu
apabila anak tidak melaksanakan perintah tersebut.
Dalam memberi sangsi hukuman kepada anak tidak boleh lebih dari sepuluh
kali, karena dalam pendidikan tidak berhubungan dengan maksiat, terutama pendidikan
dari orang tua kepada anaknya yang belum dewasa atau masih kecil. Karena anak yang
masih kecil itu masih butuh bimbingan, andaipun hukuman yang diberikan, maka itu
haruslah yang bersifat mendidik.
15
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Annisa Safira, dkk. “Gunung Djati Conference Series, Volume 8 (2022) The 2nd
Conference on Ushuluddin Studies ISSN: 2774-6585 Website:
Https://conferences.uinsgd.ac.id/gdcs” 8 (2022): 73–92.
Rofiah, and Dedih Surana. “Nilai-Nilai Al-Quran Surat Thaha Ayat 132 Terhadap
Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Pendidikan Agama Anak.” Bandung
Conference Series: Islamic Education 2, no. 2 (2022): 251–58.
https://doi.org/10.29313/bcsied.v2i2.3155.
17