Disusun oleh :
Yuna Yulianti
(2111110338)
Sulistia Wati
(2111110342)
Reza
(2111110489)
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah subhanahuwata’alla, karena
dengan rahmat karunia-Nya kami masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah
ini. Tidak lupa selawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad
shallallahualaihiwasallam, semoga kita bisa bersama dengan beliau di akhirat kelak.
Rasa terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengajar khususnya Muhammad
Redha Anshari, S.E.I., M.H. Selaku dosen pengampu mata kuliah Kewarganegaraan dan
Moderasi Beragama yang selalu membimbing dan memberikan semangat untuk kami yang
pada akhirnya kami mendapat wawasan yang lebih luas sehingga terselesaikannya makalah
yang telah kami buat yang berjudulkan “Identitas dan Integrasi Nasional”.
Tim penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh sebab itu, tim penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun agar makalah
selanjutnya bisa menjadi lebih baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Bangsa dan Identitas ............................................................. 2
B. Identitas Nasional Indonesia............................................................... 4
C. Negara kebangsaan Indonesia ............................................................ 7
D. Makna dan pentingnya Integrasi ...................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat bangsa Indonesia di persatukan karena memiliki latar belakang
sejararah, cita-cita, dan keinginan bernegara. Dalam hal ini tentunya banyak
mengorbankan jiwa, tenaga, harta, bahkan nyawa dalam mencapai yang namanya
identitas negara. Pada umumnya, sebuah negara akan di akui negara lain apabila telah
mempunyai identitas dan mempunyai wilayah dan masyarakat yang bersatu,
mempunyai pemerintahan yang berdaulat, dan mendapatkan pengakuan dari negara
lain terhadap negara tersebut. Namun, proses dalam pengembangan dalam sebuah
negara tidaklah mudah, para pejuang dan pemerintah harus rela mengorbankan
tenaga, pikiran, dan nyawa nya sekalipun untuk kepentingan bangsa dan negara ini.
Kontribusi para pejuang dan pemerintah harus kita akui perjuangannya untuk
menyatukan berbagai kelompok budaya dan sosial di dalam kesatuan wilayah
nasional yang mempunyai potensi besar untuk membentuk suatu pemerintahan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga mendapatkan yang namanya identitas
nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bangsa dan Identitas?
2. Apa yang dimaksud Identitas Nasional Indonesia?
3. Bagaimana bentuk Negara Kebangsaan Indonesia?
4. Bagaimana makna dan pentingnya Integrasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui arti dari Bangsa dan Idetitas.
2. Untuk mengetahui arti Identitas Nasional Indonesia.
3. Untuk memahami bagaimana bentuk Negara Kebagsaan Indonesia.
4. Untuk memahami bagaimana Makna dan Pentingnya Integrasi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Ernest Renan (Prancis)
Bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup bersama
(hasrat bersatu) dengan perasaan setia kawan yang agung.
2. Otto Bauer (Jerman)
Bangsa adalah kelompok manusia yang mempuyai persamaan karakter.
Karakteristik tumbuh karena adanya persamaan nasib.
3. F. Ratzel (Jerman)
Bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul
karena adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya (paham
geopolitik, komunikasi, dan solidaritas).
4. Hans Kohn (Jerman)
Bangsa adalah buah hasil hidup manusia dalam sejarah. Suatu bangsa
merupakan golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan
secara eksak. Kebanyakan bangsa memiliki faktor-faktor objektif tertentu
yang membedakannya dengan bangsa lain. Faktor-faktor itu berupa
persamaan keturunan, wilayah, bahasa, adat istiadat, kesamaan politik,
perasaan, dan agama.3
3
Budiyanto, Dasar-dasar Ilmu Tatanegara, 1997.
4
Idup Suhandy & A.M. Sinaga, Wawasan Kebangsaan dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 2006, hal. 12-13.
5
Hendrizal, Mengulas Identitas Nasional Bangsa Indonesia Terkini, Jurnal PPKn & Hukum, Vol. 15, No. 1,
April 2020, hal. 1.
3
nasional (national identity) berasal dari kata identitas dan nasional. Identitas
(identity) secara harfiah berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat
pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. 6 Sedangkan
kata nasional (national) merupakan identitas yang melekat pada kelompok-
kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik
seperti budaya, agama, bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita dan
tujuan. Istilah identitas nasional atau identitas bangsa melahirkan tindakan
kelompok (collective action yang diberi atribut nasional) yang diwujudkan dalam
bentuk-bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut
nasional.7
Menurut Kaelan, identitas nasional pada hakikatnya adalah manifestasi
nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan satu
bangsa (nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu
bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya. 8 Implikasinya adalah
bahwa identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna
baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang
dalam masyarakat. Artinya, bahwa identitas nasional merupakan konsep yang
terus menerus direkonstruksi atau dekonstruksi tergantung dari jalannya sejarah.
6
TIM ICCE UIN, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta: Kerjasama ICCE UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan Prenada Media, 2005, hal. 23.
7
Ibid, hal 25.
8
Kaelan, Pedidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: Paradigma, 2007.
4
Menurut Soemarno Soedarsono9, Identitas Nasional (Karakter Bangsa)
tersebut tampil dalam tiga fungsi, yaitu:
1. Sebagai penanda keberadaan atau eksistensinya. Bangsa yang tidak
mempunyai jati diri tidak akan eksis dalam kehidupan Bangsa dan Negara.
2. Sebagai pencerminan kondisi bangsaa yang menampilkan kematangan jiwa,
daya juang, dan kekuatan bangsa ini. hal ini tercermin dalam kondisi bangsa
pada umumnya dan kondisi ketahanan bangsa pada khususnya.
3. Sebagai pembeda dengan bangsa lain di dunia.
4. Identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru
agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi yang berkembang dalam
masyarakat.
9
Soemarno Soedarsono, sebagaimana dikutip dalam Muhammad Erwin, Pendidikan Kewarganegaraan
Republik Indonesia, hal. 42.
10
Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, Paradigma,
Yogyakarta, 2012, hal. 49.
11
Ibid, hal. 42.
12
Ibid, hal 42.
13
Tim Nasional Dosen Penddidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan Paradigma Terbaru
Untuk Mahasiswa, Alfabeta, 2011, hal. 67.
5
2. Faktor pendorong, meliputi pembangunan komunikasi, teknologi, kekuatan
militer, dan pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan. Faktor ini
senantiasa bersifat dinamis, bergerak terus mengikuti perkembangan zaman
dan kebutuhan masyarakatnya.
3. Faktor penarik, terdapat pada kodifikasi bahasa yang resmi dan bagaimana
sistem pendidikannya.
4. Faktor reaktif, meliputi penindasan, dominasi, dan kolektivitas rakyatnya.14
14
Robert de Vantos, sebagaimana dikutip dalam Muhammad Erwin, hal. 43.
15
Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, Paradigma,
Yogyakarta, 2012, hal. 51.
16
Ismail & Sri Hartati, Pendidikan Kewarganegaraan (Konsep Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di
Indonesia), Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media, Cet. 1, 2020, hal. 8.
6
3. Kebudayaan, pengetahuan yang isinya perangkat-perangkat atau model-model
pengetahuan digunakan untuk menafsirkan dan memahami lingkungan dan
sebagai pedoman bertindak.
4. Bahasa, bahasa sebagai sistem perlambangan secara arbiter dibentuk atas
unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana interaksi.17
17
Yosephus Sudiantara, Kewargaan Negara Indonesia, Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata, 2021,
hal. 6.
18
Muhammad Erwin, hal. 46-48.
19
Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia, 1987.
7
2. George Wilhelm Fredrich Hegel
Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesa
dari kemerdekaan invidual dan kemerdekaan universal.
3. Kranenburg
Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari
suatu golongan atau bangsanya sendiri.
4. Roger F. Soltau
Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur
atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
5. R. Djokosoetono
Negara ialah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang
berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
6. Soenarko
Negara ialah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu di
mana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai souvereign
(kedaulatan).
20
Idup Suhandy & A.M. Sinaga, Wawasan Kebangsaan dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 2006, hal. 6.
8
a. Sistem sentralisasi, yaitu segala sesuatu dalam negara itu langsung
diatur dan diurus oleh Pemerintah Pusat, sedang daerah-daerah
tinggal melaksanakannya.
b. Sistem desentralisasi, di mana kepada daerah diberikan kesempatan
dan kewenangan untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri
(otonomi daerah) yang dinamakan daerah otonom.
9
tersebut, unsur rakyat, wilayah dan pemerintah yang berdaulat merupakan
unsur konstitutif karena keberadaannya mutlak harus ada. Sedangkan
pengakuan dari negara lain merupakan unsur deklaratif yang bersifat
formalitas, karena diperlukan dalam rangka memenuhi unsur tata aturan
pergaulan internasional.
Kansil (1978) menyatakan bahwa pada umumnya negara itu harus
memenuhi unsur-unsur atau syarat: (a) harus ada wilayahnya; (b) harus ada
rakyatnya; (c) harus ada pemerintahannya yang berkuasa terhadap seluruh
daerah dan rakyatnya dan (d) harus ada tujuannya.21
Konsepsi tentang bentuk Negara Indonesia menganut bentuk negara
kesatuan yang menjunjung tinggi otonomi dan kekhususan daerah sesuai
dengan budaya dan adat istiadatnya. Bentuk negara yang oleh sebagian besar
pendiri bangsa dipercaya bisa menjamin persatuan yang kuat bagi negara
kepulauan Indonesia adalah Negara Kesatuan (unitary). Meskipun memilih
bentuk negara kesatuan, para pendiri bangsa sepakat bahwa untuk mengelola
negara sebesar, seluas dan semajemuk Indonesia tidak bisa tersentralisasi.
Negara seperti ini sepatutnya dikelola, dalam ungkapan Mohammad Hatta
“secara bergotong-royong”, dengan melibatkan peran serta daerah dalam
pemberdayaan ekonomi, politik dan sosial-budaya sesuai dengan keragaman
potensi daerah masing-masing. Itulah makna dari apa yang disebut
Muhammad Yamin sebagai negara kesatuan yang dapat melangsungkan
beberapa sifat pengelolaan negara federal lewat prinsip dekonsentrasi dan
desentralisasi (AB Kusuma, 2004).
Sejalan dengan itu, konsepsi tentang semboyan negara dirumuskan
dalam “Bhinneka Tunggal Ika”, meskipun berbedabeda, tetap satu jua (unity
in diversity, diversity in unity). Di satu sisi, ada wawasan ”ke-eka-an” yang
berusaha mencari titik-temu dari segala kebhinnekaan yang terkristalisasikan
dalam dasar negara (Pancasila), Undang-Undang Dasar dan segala turunan
perundang-undangannya, negara persatuan, bahasa persatuan, dan simbol-
simbol kenegaraan lainnya.
Keempat konsepsi pokok itu disebut empat pilar kehidupan berbangsa
dan bernegara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pilar
21
Idup Suhandy & A.M. Sinaga, Wawasan Kebangsaan dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 2006, hal. 10-12.
10
adalah tiang penguat, dasar, yang pokok, atau induk. Penyebutan Empat Pilar
kehidupan berbangsa dan bernegara tidaklah dimaksudkan bahwa keempat
pilar tersebut memiliki kedudukan yang sederajat.22 Bangsa Indonesia harus
bangga memiliki Pancasila sebagai ideologi yang bisa mengikat bangsa
Indonesia yang demikian besar dan majemuk. Pancasila adalah konsensus
nasional yang dapat diterima semua paham, golongan, dan kelompok
masyarakat di Indonesia. Pancasila adalah dasar negara yang mempersatukan
bangsa sekaligus bintang penuntun (leitstar) yang dinamis, yang mengarahkan
bangsa dalam mencapai tujuannya. Dalam posisinya seperti itu, Pancasila
merupakan sumber jati diri, kepribadian, moralitas, dan haluan keselamatan
bangsa.23
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara harus menjadi jiwa yang
menginspirasi seluruh pengaturan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Nilai-nilai Pancasila baik sebagai ideologi dan dasar negara sampai
hari ini tetap kokoh menjadi landasan dalam bernegara. Pancasila terbukti
mampu memberi kekuatan kepada bangsa Indonesia, sehingga perlu dimaknai,
direnungkan, dan diingat oleh seluruh komponen bangsa.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah
konstitusi negara sebagai landasan konstitusional bangsa Indonesia yang
menjadi hukum dasar bagi setiap peraturan perundang-undangan di bawahnya.
Oleh karena itu, dalam negara yang menganut paham konstitusional tidak ada
satu pun perilaku penyelenggara negara dan masyarakat yang tidak
berlandaskan konstitusi.
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan bentuk negara yang
dipilih sebagai komitmen bersama. Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah pilihan yang tepat untuk mewadahi kemajemukan bangsa. Oleh karena
itu komitmen kebangsaan akan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
menjadi suatu “keniscayaan” yang harus dipahami oleh seluruh komponen
bangsa. Dalam Pasal 37 ayat (5) secara tegas menyatakan bahwa khusus
mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan karena merupakan landasan hukum yang kuat bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat diganggu gugat.
22
Sekjen MPR RI, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. 2012, hal. 5-6.
23
Ibid, hal. 11.
11
Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan negara sebagai modal untuk
bersatu. Kemajemukan bangsa merupakan kekayaan kita, kekuatan kita, yang
sekaligus juga menjadi tantangan bagi kita bangsa Indonesia, baik kini
maupun yang akan datang. Oleh karena itu kemajemukan itu harus kita hargai,
kita junjung tinggi, kita terima dan kita hormati serta kita wujudkan dalam
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
12
3. Nazarudin Sjamsuddin
Integrasi nasional adalah proses penyatuan suatu bangsa yang
mencakup semua aspek kehidupan yaitu sosial, politik, ekonomi, dan
budaya.
24
Ismail & Sri Hartati, Pendidikan Kewarganegaraan (Konsep Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di
Indonesia), Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media, Cet. 1, 2020, hal. 47-48.
13
c. Integrasi Sosial-Budaya
Integrasi ini merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda
dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang
berbeda tersebut dapat meliputi ras, etnis, agama, bahasa, kebiasaan,
sistem nilai. Integrasi sosial budaya juga berarti kesediaan bersatu bagi
kelompok-kelompok sosial budaya di masyarakat, misal suku, agama, dan
ras.25
25
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta, Cet. 1, 2016, hal. 60-62.
26
Ismail & Sri Hartati, Pendidikan Kewarganegaraan (Konsep Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di
Indonesia), Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media, Cet. 1, 2020, hal. 52.
14
kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan. 27
Al Hakim (2001) mengemukana ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan untuk membangun wawasan kebangsaan Indonesia yang “solid” dan
integrasi yang mantap serta kokoh. (1) kemampuan dan kesadaran bangsa dalam
mengelola perbedaan-perbedaan SARA dan keanekaragaman budaya dari adat
istiadat yang tumbuh dan berkembang di wilayah nusantara. Perbedaan-
perbedaan itu bukanlah sebagai suatu hal yang harus dipertentangkan, akan tetapi
harus diartikan sebagai kekayaan dan potens bangsa. (2) kemampuan mereaksi
penyebaran ideologi asing, dominasi ekonomi asing serta penyebaran globalisasi
dalam berbagai aspeknya dunia memang selalu berubah seirama dengan
perubahan masyarakat dunia.28
27
Andi Aco Agus, Integrasi Nasional Sebagai Salah Satu Parameter Persatuan Dan Kesatuan Bangsa Negara
Republik Indonesia, Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM, Vol. 3, No. 3, 2016, hal. 22-23.
28
Ibid, hal. 23.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hakikat bangsa Indonesia dipersatukan karena memiliki latar belakang
sejarah, cita cita, dan keinginan untuk bernegara. Dalam hal ini bangsa Indonesia
mempunyai ciri khas atau yang menjadi indentitas bangsa negara yang merdeka agar
bisa di akui oleh negara dan bangsa lain. Pada umumnya negara dapat dikatakan
sebagai suatu negara apabila dapat memenuhi syarat seperti rakyat yang bersatu,
mempunyai daerah atau wilayah, pemerintah yang berdaulat, dan mendapatkan
pengakuan dari negara lain. Hal ini tidak lepas dari pentingnya makna integrasi yang
berarti proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial di dalam kesatuan
wilayah nasional yang kemudia mendapatkan dan membentuk identitas nasional.
B. SARAN
Penulis hanya bisa menyarankan bahwa mempelajari tentang ilmu hakikat
bangsa Indonesia itu harus di lakukan dengan sungguh-sungguh, karena ini berkenaan
dan menyangkut tentang bagaimana bangsa Indonesia ini kedepannya. Hal ini penulis
juga mengingatkan bahwa Indonesia tidak lepas dari ciri khas atau identitas bangsa
yang berhubungan erat dengan pentingnya integrasi yang berproses penyatuan
berbagai kelompok budaya dan sosial di setiap wilayah Indonesia. Penulis hanya bisa
menyarankan bahwa kemerdekaan Republik Indonesia tidak lepas dari yang namanya
keyakinan masyarakat terhadap adanya tuhan, terkhusus sebagai umat muslim yang
selalu mentaati perintah Nya dan selalu taat terhadap aturan pemerintah, karena
muslim yang baik juga muslim yang mempunyai jiwa cinta tanah air.
16
DAFTAR PUSTAKA
Agus Andi Aco, Integrasi Nasional Sebagai Salah Satu Parameter Persatuan Dan Kesatuan
Bangsa Negara Republik Indonesia, Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS
UNM, Vol. 3, No. 3, 2016, hal. 22-23.
Hendrizal, Mengulas Identitas Nasional Bangsa Indonesia Terkini, Jurnal PPKn & Hukum, Vol. 15,
No. 1, April 2020, hal. 1.
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta, Cet. 1, 2016, hal.
60-62
Ismail, Hartati Sri, Pendidikan Kewarganegaraan (Konsep Dasar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara di Indonesia), Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media, Cet. 1, 2020.
Suhandy Idup, Sinaga A.M., Wawasan Kebangsaan dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 2006.
Sekjen MPR RI, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. 2012, hal. 5-6.
TIM ICCE UIN, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta: Kerjasama ICCE UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan Prenada Media, 2005, hal. 23.
17