Makalah ini dibuat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Materi PAI Sekolah
Disusun Oleh :
Melda Yanti
0101.21.0041
Dosen Pengampu :
Imam Wahyudi M.Pd.I
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.
Melda Yanti
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah................................................................................................ 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................ 16
Kesimpulan ........................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Abdullah Idi dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Tiara Wacana, 2006), hal. 47.
1
Dari berbagai pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa pendidikan Islam pada hakikatnya adalah suatu proses pendidikan
yang sifatnya menyeluruh dan terpadu yang mengarah pada pembentukan
kepribadian peserta didik baik itu individu maupun sosial yang berdasarkan
pada ajaran Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Eksistensi Pendidikan Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Bagaimana Eksistensi Pendidikan Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
S. Nasution, Sejarah Pendidikan Nasional (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hal. 4-5
3
dan hanya boleh diberikan di luar jam sekolah. Sedangkan di sekolah-sekolah
partikulir (swasta), Belanda mengizinkan pendidikan agama sebagai
tambahan dengan syarat murid bisa bisa tidak mengikutinya apabila orang tua
murid melarang untuk ikut. Dalam praktik, kebijakan Belanda tidak benar-
benar netral. Pemerintah Belanda lebih berpihak pada agama Kristen, baik
dalam hal bantuan dana maupun lainnya. Sekolah-sekolah Kristen didirikan
di setiap karesidenan dan dianggap sebagai sekolah pemerintah serta
mendapat subsidi rutin. Dakwah Islam di daerah animisme dilarang
sedangkan misi Kristen dibiarkan. Pemerintah Belanda juga membiarkan
upaya penghinaan terhadap Islam, dan melarang hal yang sama terhadap
Kristen.
4
memadai sekaligus mempersiapkan mereka menjadi kader-kader tangguh
yang siap berjihad melawan penjajah. Sedangkan cara ofensif dilakukan
sejumlah tokoh umat Islam, yang dipelopori kalangan reformis, dengan cara
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan model Belanda dengan berbasis
Islam sebagai counter institution terhadap sekolah-sekolah Belanda yang
berbau Kristen. Melalui corak ofensif ini, maka lahirlah lembaga-lembaga
pendidikan Islam modern seperti; Madrasah Adabiyah (1909), Sekolah
Adabiyah (1915), Madrasah Diniyah Zainudin Labay (1916), dan Sumatera
Thawalib (1919). Dalam perkembangan berikutnya, pendirian lembaga-
lembaga pendidikan Islam modern dilakukan secara massif oleh umat Islam
di berbagai penjuru tanah air.3
1) Kantor urusan agama yang pada zaman Belanda disebut kantor Voor
Islamistishe Saken yang dipimpin oleh orientalis Belanda diubah menjadi
Sumubi yang dipimpin ulama Islam, yaitu K. H. Hasyim Asy’ari dari
Jombang dan di daerahdaerah disebut Sumuka.
3
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta : Hidakarya Agung, 1996)
5
4) Membentuk barisan Hisbullah yang memberi latihan dasar kemiliteran
pemuda Islam (santri-santri) dipimpin oleh K. H. Zainul Arifin.
6
Jepang dalam mengatasi Perang Dunia II atau Perang Asia Timur Raya yang
dipimpinnya.
7
dipimpin oleh Prof. Mahmud Yunus dari Departemen Agama dan Mr. Hadi
dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hasil dari panitia itu adalah
SKB yang dikeluarkan pada bulan Januari 1951 yang isinya sebagai beriku:
8
b. Pendidikan Islam Orde Baru
9
c. Pendidikan Islam Era Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri 4.0 pada masa ini menempati dudukan teratas dan
sedikit meninggalkan pendidikan islam diposisi jauh dibelakangnya.
Pendidikan dihadapkan dengan dua pilihan pada masa sekarang ini, yaitu
memilih untuk bertahan pada posisi yang sekarang atau mau melakukan
perubahan ke arah yang lebih baik agar mampu bersaing dengan era 4.0
ini. Jika pendidikan islam mau melakukan suatu perubahan yang lebuh
baik, ia harus mampu menerima segala konsekuensi yang ada pada era
revolusi ini.
Keadaan yang seperti itu, maka yang ada pada kurikulum dalam
pendidikan islam hanya menjadikan lulusannya hanya pandai mengaji dan
membaca al-qur’an saja dan sebagai pelengkap dari formalitas, tetapi
dalam kenyataan yang ada mereka tidak dbisa mengamalkannya dan
mencapai tujuan yang diberikan. Keadaan yang seperti inilah, maka
pembaharuan islam dalam mencapai tujuan tersebut harus membutuhkan
bantuan ataupun dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
seperti pada masa revolusi industri 4.0 saat ini.
10
Rhenald Kasali memaparkan tiga langkah yang harus diperhatikan
dalam pendidikan islam di era revolusi industri 4.0 ini diantarnya yaitu:
yang pertama, disruptive mindset disini dijelaskan bahwa manusia berfikir
ditentukan dengan pemikiran yang di buat sediri oleh diri individu
sebelum berfikir dan bertindak. Yang kedua, self-driving dalam hal ini
individu diharapkan agar bisa tangkap dan dinamis untuk beradaptasi
dengan era disrupsi ini dan dapet mengendalikan dirinya. Dan yang ketiga,
reshape or create dalam hal ini kalangan umat islam masih memiliki
pemikiran yang begitu populer yaitu geneologi.
11
dalam al-Quran sebagai sosok ulil albab, sebagai manusia muslim paripurna,
yaitu manusia yang beriman, berilmu, dan selalu produktif mengerjakan amal
saleh sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.6
6
Hari Gunawan, Pembelajaran Pendidikan Islam (PT Remaja Rosdakarya) hal
7
Zainuddin, Paradikma Pendidikan Terpadu, (UIN Malang Press 2008) hal 3
12
4) pendidikan Islam berlangsung melalui suatu proses yang dinamis, yakni
harus mampu menciptakan iklim dialogis dan interaktif antara pendidik
dan peserta didik
Sangat urgen sekali pendidikan islam bagi manusia, dari masih kecil
hingga dewasa, pendidikan islam sudah harus diterapakan. Sebagaimana
islam mengenal adanya pendidikan sepanjang masa. Manusia selalui
dikelilingi oleh pendidikan, baik itu secara formal, nonformal bahkan
informal. Oleh karena itu, pendidikan sesungguhnya sudah ditanam dari
lingkungan keluarganya sebelum masuk pada tatanan sosial lebih jauh.9
Suksesnya pendidikan islam ini tidak hanya stagnan pada teori dan
tujuan pendidikan islam, melainkan juga didukung dengan sistem yang
seharusnya berkembang untuk mengangkat pontensi fitrah manusia. Dalam
hal ini, pendidikan islam harusnya bisa menyentuk berbagai aspek manusia,
spritualitasnya, intelektual dan Psikomorik harus dibina dengan serangkaan
sistem pendidikan islam secara meyeluruh.10
8
Ibid hal 7
9
Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), hal 17
10
Siswanto, Filsafat dan Pemikiran Pendidikan Islam (Surabaya: CV Salsabila Putra Pratama,
2015), hal 66
13
tertahulu. Al-qur’an sebagai kitab sucinya dan ajarannya senantiasa merujuk
pada sumber kitab suci dan as-sunnah. Islam ini yang meyakini bahwa segala
sesuatu yang ada di alam semsta adalah milik Allah semata, karena Dia yang
menguasai seluruh penjuru alam ini.
Penanaman ajaran Islam harus diberikan sejak dini, mulai dari usia
kanak-kanak, remaja. Bahkan sampai dewasa. Dalam Islam dikenal dengan
istilah pendidikan sepanjang hayat (long life education). Artinya selama ia
hidup tidak akan lepas dari pendidikan, karena setiap langkah hidup manusia
hakikatnya adalah belajar,“ baik langsung maupun tidak langsung. Jadi
pendidikan agama islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan bimbingan dan
pimpinan untuk membantu dan mengarahkan fitrah agama si anak didik
menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama.
Probelematika yang dihadapi pendidikan islam saat ini tidak lepas dari
faktor modernisasi dan globalisasi yang berdampak pada semua aspek
kehidupan: ekonomi, sosial, dan juga pendidikan. Pengaruh modernisasi
mempunyai andil besar dalam mengubah gaya dan pola hidup masyarakat.
Pendidikan islam merupakan tonggak utama yang dapat dijadikan sandaran
utama dalam membentuk generasi yang siap diterjunkan ke dunia global yang
penuh dengan tantangan. Dari uraian diatas jelaslah betapa penting
pendidikan agama islam, dalam mendidik pribadi-peribadi yang sesuai
dengan syariatnya, apalagi di era globalisasi saat ini, yang semuanya serba
11
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal 49-50
14
cepat dan tepat, tantangan pun tak dapat dihindarkan, sehingga bagaimana
pendidikan islam mempesiapkan generasi yang siap menghadapi era 4.0 yang
berbeda dengan era kita dulu yakni era klasik yang semuanya serba
dikerjakan oleh tangan manusia.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Idi, A., & Suharto, T. (2006). Revitalisasi Pendidikan Islam. Tiara Wacana.
17