Anda di halaman 1dari 7

Anak Dalam Perspektif Al-Qur’an: Konsep Dan Kontribusinya Pada

Perlindungan Anak
Laula Wardatus Sholehah (19105050098)
E-mail: laulawardah@gmail.com
Abstrak:

Anak merupakan karunia yang diamanahkan Tuhan pada seorang pasangna


suami-istri sebagai kado terindah atas sebuah pernikahan. Kado terindah tersebut
diamanahkan untuk disayang, dijaga, dirawat, dibimbing, serta diberi
perlindungan baik psikis, kesehatan, mental, maupun fisik dari segala mara
bahaya. Melindungi anak bukan hanya tanggung jawab orang tua biologis saja,
tetapi merupakan tanggung jawab kita semua. Karena anak merupakan bibit-
bibit yang akan meneruskan perjuangan kita di masa depan. Oleh karenanya, kita
semua berkewajiban menjaga, menyangi, serta membimbing anak agar bisa
meneruskan perjuangan kita di masa mendatang. Makalah ini bertujuan untuk
mengungkap bagaimana konsep anak dalam Al-Qur’an serta kontribusinya pada
perlindungan anak.

Kata Kunci : Term Anak, Anak, Al-Qur’an,

Pendahuluan
Dalam kamus besar bahasa indonesia, anak memiliki pengertian manusia yang masih
kecil (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 57-58). Menurut psikologi, anak
adalah periode perkembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima tahun atau enam
tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara
dengan tahun sekolah dasar. Menurut Mahfiana, yang mengutip dari pendapat Atmasasmito,
Kartono, dan Sadhi adalah : (1) anka dalah seorang yang masih ada di bawah usia tertantu dan
belum dewasa serta belum kawin; (2) anak adalah keadaan manusia ; (2) anak adalah keadaan
manusia normal yang masih berusia muda dan sedang menentukan identitasnya, serta sangat
labil jiwanya sehingga sangat mudah terkena pengaruh lingkungan; (3) anak adalah mereka
yang masih berusia muda dan sedang menetukan identitasnya diri sehingga berakibat pada
mudahnya mereka menerima pengaruh dari lingkungan.
Secara eksplisit, agama islam juga memberikan perhatian khusus terhadap anak. Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya keringanan bagi seorang ibu yang sedang mengandung, dan
menyusui anak untuk tidak berpuasa. Selain itu, kehadiran anak dalam islam juga disambut dan
dinanti-nanti. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya selamatan 4 bulanan sebagai doa untuk
ibu dan jabang bayinya mendapatkan keselamatan dan kelancaran hingga proses bersalin atau
melahirkan nanti lancar dan selamat. Lalu, setelah anak lahir terdapat akikahan sebagai wujud
rasa syukur terhadap hadirnya seorang anak yang diiringi dengan doa dan harapan semoga
sang anak bisa menjadi anak sholeh-sholehah yang bisa berguna bagi bangsa, khususnya
agama.
Namun dewasa ini, banyak terjadi problem-problem yang merugikan anak. Baik itu
kekerasan terhadap anak, pelecehan seksual, penelantaran anak, dan masih banyak lagi
tindakan kriminal lainnya terhadap anak. Belum lagi bila ditambah dengan ancaman global
terhadap kehidupan anak (threat generation), seperti lingkungan yang tidak ramah anak, life
style yang merusak perkembangan dan daya pikir anak, serta makanan yang melemahkan daya
imun anak. Sedemikian besarnya ancaman yang mengintai kelangsungan hidup anak sehingga
masalah anak dimasukkan sebagai permasalahan dunia (world problem). Oleh karenanya,
perlunya adanya perlindungan hukum terhadap anak. Karena anak tidak hanya aset bagi
keluarganya saja, tetapi anak juga menjadi aset bangsa, negara, bahkan agama. Di sinilah peran
agama, dalam hal ini Islam, perlu lebih ditonjolkan mengingat sebagian besar masyarakat kita
adalah muslim. Penulis akan mencoba memparkan mengenai term anak dalam al-qur’an serta
kontribusinya dalam perlindungan anak.
Term Anak dalam Al-Qur’an
Dalam al- Qur’an terdapat banyak sekali kisah-kisah tentang anak. Terutama kisah
anak-anak sholih katurunan para nabi. Seperti kisah nabi ismail kecil dalam surat ashoffat, lalu
kisah nabi yusuf kecil dalam surat yusuf, kemudian kisah nasihat Nabi Luqman untuk anaknya
yag terdapat dalam surat Luqman. Semua kisah tersebut mengindikasikan pesan tentang
pendiidikan dan perlindungan terhadap anak. (jurnal p17). Al qur’an juga menyebut anak
dalam beberapa term dengan disertai makna yang bervariasi juga. Adapaun beberapa term anak
dalam al-qur’an, diantaranya adalah:
a. Walad
kata walad berasal dari kata dasar walada-yalidu-wiladatan yang memiliki
makna dasar mengeluarkan. Penggunaan kata wald mencakup pengertian sebaga
proses-proses yang dilalui anak dimulai perkembangannya dalam kandungan sampai
dilahirkan. Terkadang juga digunakan untuk mendefinisikan anak dalam benuk fisik
dalam sosok seorang anak kecil, tekadang sebagai pemuda, atau bahkan menunjukkan
keseluruhan anggota keluarga. Berbagai penyebutan walad mengandung arti yang
berbeda, diantaranya :
pertama, walid yang hanya disebut satu kali dalam al-Qur’an yaitu dalam QS. Asy-
Syu‟ara/26: 18.

Kedua, wildan yang memiliki arti anak-anak muda. Disebutkan 6 kali dalam al-
Qur’an, yaitu QS. an-Nisā‟/4: 75, 98, 127 dan QS. al-Muzzammil/73: 17, dan 2 kali
dalam arti anakanak muda pelayan surga yaitu dalam QS. al-Wāqi„ah/56: 17 dan QS.
alInsān/76: 19.
Ketiga, maulud yang memiliki arti dilahirkan atau anak. Disebutkan sekali tiga
kali, yaitu sekali dalam QS. Luqmān/31: 33, dan dalam (S. al-Baqarah/2: 233
disebutkan dua kali.
Dengan begitu dapat disimpulkan melalui paparan diatas, bahwa term walad
memiliki arti anak tanpa batasan usia dan rentang umur yang bervariasi.
b. Sabiyy
Dalam al-qur’an, term shabiiy hanya terulang 2 kali, yaitu dalam QS.
Maryam/19: 12 dan 29. Berikut merupakan ayat tentang term sabiyy dalam QS.
Maryam/19: 12 :

Ayat diatas mengisahkan masa kecil Nabi Yahya yang diberi keistimewaan
yaitu salah satunya memiliki kemampuan intelektual atau nalar yang belum pernah
diberikam kepada orang lain. Allah memberi kemuliaan berupa amanah mengemban
misi kenabian di usia yang masih muda, yaitu sebelum usia 40 tahun.
Dari penjelasan dapat ditarik kesimpulan, bahwa term sabiyy bisa diartikan
sebagai anak dalam usia muda.

c. Gulam
Term gulam diulang sebanyak 13 kali dalam al-qur’an, yaitu :
Pertama, dalam QS. Maryam/19: 8 dan 20. Dalam ayat tersebut
mengindikasikam bahwa term gulam memiliki arti anank ketika usia bayi.
Kedua, dalam QS. Al-Kahf/18: 74 dan 82, yang menjelaskan term anak yang
masa perkembangannya masih belum remaja, yakni kisaran umur 5-8 tahun.
Ketiga, tertera dalam QS. Yusuf/ 12: 19, yang berbunyi :

Ayat tersebut berisi tentang kisah Nabi Yusuf kecil yang pada saat itu
mendapatkan perlakuan semena-mena dari saudaranya yang memasukkannya ke dalam
sumur dengan menggunakan timba. Dan hal tersebut mengindikasikan bahwa ketika
Nabi Yusuf kecil mendapat perlakuan tersebut ketika masih sangat muda dan butuh
pertolongan.
Terdapat banyak lagi term-term anak dalam al-qur’an yang tidak bisa penulis
cantumkan semuanya. Diantaranya adalah seperti Ibn, Tifl, Zurriyah, hafadah, dan lain-
lain.
Perlindungan terhadap Anak
Perlindungan anak merupakan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapt perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan
sejahtera. Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002,Perlindungan anak
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan Hak-haknya agar dapat
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Konsep perlindungan memiliki ruang lingkup yng luas yang tidak hanya mengenai
perlindungan atas jiwa dan raga si anak, tetapi mencakup semua hak serta kepentingannya g
tidak hanya mengenai perlindungan atas jiwa dan raga si anak, tetapi mencakup semua hak
serta kepentingannya yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang bagus, baik
secara psikis, fisik maupun lingkungan sosialnya. Sehingga diharapkan mampu berkembang
menjadi orang dewasa yang bisa dan mampu berkarya unuk mencapai tujuan pembangunan
nasioanal.
Perlindungan Anak dalam al-Qur’an
Anak merupakan amanah yang dihadiahkan olehAllah kepadda pasangan suami istri
untuk dijaga dan dibimbing. Tidak hanya orang tua saja yang berkewajiban melindungi anak,
tetapi masyarakat, pemerintah, bahkan negara pun berkewajiban untuk melindungi serta me
untuk melindungi serta menyejahterakan anak baik secara psikis, fisik, sosial, mapupun
kebutuhan hidupnya. Namun demikian, pasal 9 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979
menentukan bahwa orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya
kesejahteraan anak baik secara rohaniah, jasmaniah, maupun sosial.
Al-Qur’an sebagai sumber hukum utama dalam islam di dalamnya terdapat
banyak ayat yang secara implisit menghimbau untuk memberikan perlindungan
terhadap anak yang ada di beberapa ayat al- qur’an, diantaranya adalah :
Pertama, perintah untuk menjaga dan mengasuh anak setelah lahir yang
terkandung dalam QS. at-Taḥrīm/66: 6

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(QS. at-Taḥrīm/66: 6)
Dalam ayat tersebut jelas diungkapkan bahwa memerintahkan hambanya untuk
menjaga dan memelihara keluarganya, yang mana anak termasuk juga di dalamnya.
Pola pembinaan juga harus disertai dengan penyediaan sarana dan perlengkapan untuk
dapat menunjang berlangsungnya pembinaan dan pedidikan dalam keluarga.
Kedua, anak sebagai perhiasan hidup di dunia.
Dalam Al-Qur’an disebutkan, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan
kehidupan dunia, namun amal yang kekal dan shahlil adalah lebih baik pahalanya di
sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS: Al-Kahfi:46)
Ayat diatas menyatakan bahwa anak merupakan perhiasan dunia. Disebut
perhiasan karena anak sama berharga seperti perhiasan atau bahkan lebih berharga dari
perhiasan. Sehingga, kita semua dihimau untuk selalu menjaga dan membela anak
seperti menjaga perhiasan (sesuatu yang berharga). Karena dalam rumah tangga akan
sepi bila tidak ada hab=dirnya seorang anak. Oleh karenanya kita harus menjaganya
dalam kondisi apapun. Dilain sisi, dimbangi juga dengan mendidik dan
mengarahkannya.
Ketiga, anak sebagai ujian
Allah berfirman “ Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah
ujian.”(QS: Al-Anfal:28).
Selain sebagai perhiasann, anak juga menjadi ujian bagi orang tua. Dengan
nikamt hadirnya anak, orang tua diuji oleh Allah SWT., apkah akan membawa anaknya
menuju jalan ke neraka atau jalan ke surga. Bila orang tua berhasil mengarahkan
anaknya menuju kebaikan, berarti orang tuanya sudah lulus ujian. Bergitupun
sebaliknya, jika terlalu mencintai anak sehingga menyebabkan lalai terhadap Allah,
maka orang tuanya gagal dalam ujian yang diberikan Allah. Dalam ayat ini, sebagai
orang tua harus bisa memberikan proposi yang seimbang terutama dalam mendidik
anak. Jangan sampai karena sangat mencintai anak, ketika anak melakukan kesalahan
orang tua tidak memberikan teguran atau malah bahkan dibela. Hal tersebut merupakan
pengertian yang salah mengenai mencintai anak. Karena menintai anak yang
sesungguhnya adalah mengarahkannya menuju kebaikan dan menegur dan meluruskan
apabila melakukan kesalahan.
Keempat, . Kewajiban melindungi dan mendidik anak
Artinya: Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak
kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada
mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang
nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa
yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang
benar”. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
(QS. al-An„ām/6: 151)
Ada lima wasiat yang terkandung dalam ayat diatas, yaitu: 1) Tidak boleh
mempersekutukan Tuhan 2) Harus berbuat baik kepada kedua orang tua (ibu dan bapak)
3) Tidak boleh membunuh anak sendiri karena takut miskin 4) Tidak boleh mendekati
perbuatan keji, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi 5) Tidak boleh
membunuh manusia karena hal itu diharamkan
Larangan membunuh anak karena takut miskin bermula dari kebiasaan oran
jahiliyah yang membunuh bayi perempuan, yaitu dengan caramengubur anak
perempuan mereka hidup-hidup karena malu mempunyai ank perempuan. Karena
menurut mereka, anak perempuan hanyalah menjadi beban.

Penutup
Anak merupakan karunia yang diamanhkan Tuhan pada seorang pasangna
suami-istri sebagai kado terindah atas sebuah pernikahan. Terdapat banyak term
anak dalam al- qur’an, diantaranya : walad, shabiyy, gulam, tifl, ibn, zurriyah, hafadah,
dan lain-lain, yang memiliki makna serta pengertian anak yang variatif di setiap
lafadnya. Selain itu, perintah untuk menjaga anak juga banyak disebutkan dalam al-
qur’an seperti dalam QS: Al-Anfal:28, QS. at-Taḥrīm/66: 6, QS: Al-Kahfi:46, dan
beberapa lainnya yang secara implisit memiliki makna perintah untuk menjaga anak
dan membimbing anak menuju jalan kebaikan dan mengenal Allah SWT.

Daftar Pustaka
Thaib, Zamakhsyari Hasballah. 2012. Pendidikan Dan Pengasuhan Anak Menurut Al-
Qur’an Dan Sunnah. Medan: Perdana Publishing
Ma’murotussa’adah. 2014. Perlindungan Anak Dalam Al-Qur’ān. Semarang :
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Jamaluddin, Asrul. 2014. Perlindungan Anak Dalam Al-Qur’an. Jurnal Tarjih Vol. 12
(2) 1436 H/2014 M
Shofiyah. 2017. Konsep Perlindungan Anak Dalam Perspektif Al Qur’an. Jurnal
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Volume 1 Nomor 1 Juni 2017
Zaki, Muhammad. Perlindungan Anak Dalam Perspektif Islam. Jurnal ASAS, Vol.6,
No.2, Juli 2014.

Anda mungkin juga menyukai