Anda di halaman 1dari 16

PARADIGMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM PERSPEKTIF ISLAM


31 Mei 2014 pukul 10:17

PARADIGMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAMPERSPEKTIF ISLAM

By Riza Fahmi Ashadhy

(Praktisi Pendidikan)

A.PENDAHULUAN

Tuhantelah berfiman dalam banyak hal; Jika ingin menjadikan sesuatu, maka jadilah.Tetapi
dalam berbagai tanda-tanda yang ditunjukkan kepada kita, Ia tidakserta-merta menjadikan
sesuatu dengan kekuasaannya. Pernyataan Jadi, makajadilah mengajarkan tentang kegigihan
untuk menggapai sesuatu dengan usahayang sungguh dengan jalan benar. Kejadian ini erat
kaitannya dengan karakteryang kuat, serta dipertahankan secara terus menerus, membangun
danmempertahankan tanpa henti (mutsabaroh).

Sebagai sedikit contoh dalam al-Quran: Allah yang menciptakan langit dan bumiserta alam
semesta dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy,tidak ada bagi kamu selain
dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula)seorang pemberi syafaat. Maka Apakah
kamu tidak memperhatikan?. Dia mengatururusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu
naik kepadanya dalam satuhari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.
Ayat-ayattersebut mengisaratkan, bahwa pembentukkan sesuatu apapun memerlukan
proses.Entah itu lama atau sebentar.

Jelasnya,tidak ada satupun luput dari sunnatullah. Begitu juga dengan pendidikankarakter yang
merupakan gerakan nasional menciptakan sekolah yang mendorongetika, bertanggung jawab dan
peduli orang muda dengan pemodelan dan mengajarkankarakter yang baik melalui penekanan
pada nilai-nilai universal bahwa kitasemua berbagi.

Karakter yang baik tidak terbentuk secara otomatis, melainkan dikembangkan dariwaktu ke
waktu melalui proses berkelanjutan mengajar, misalnya, belajar danpraktek. Hal ini
dikembangkan melalui pendidikan karakter. Ajaran disengajakarakter yang baik adalah sangat
penting dalam masyarakat saat ini sejak dini.
Dengan globalisasi saat ini, pendidikan di Indonesia menghadapi tantanganbesar. Tantangan-
tantangan ini sering menyiratkan pergeseran agama dannilai-nilai budaya yang telah ada di
tengah-tengah masyarakat. Tanggal 20 Mei2010, pada momentum Hari Kebangkitan Nasional,
Menteri Pendidikan Nasional(sekarang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) mencuatkan
kembali awal dimulainyagerakan pendidikan karakter secara nasional. Munculnya ide, tentu saja
tidakinstan, tetapi bagian dari proses panjang keprihatinan atas fenomena yangberkembang di
tengah-tengah masyarakat.

Keprihatinanbukan fakta yang terletak di tingkat akar rumput, lebih ironis adalah bahwa halitu
terletak pada tingkat elit. Bahkan mereka adalah orang-orang yang mendapatkanpendidikan
tinggi, tetapi jauh dari apa yang diharapkan dari tujuan mulia daripendidikan itu sendiri. Islam
dalam menerapkan pendidikan karakter tentunyatidak langsung mengadopsi disiplin ilmu yang
ada, melainkan memiliki konseppedoman tersendiri yang bersumber dari al-Quran dan Hadis
untuk digali lebihmendalam, sehingga berbagai hal yang diperkirakan akan merugikan umat
dapatdideteksi lebih dini.

Ciriatau konsep paradigma pendidikan karakter: seimbang, moderate, komprehenssifdan


integrated. Artinya, jiwa manusia melahirkan karakter. Ibnu Miskawih dalammenafsirkan konsep
yang diisyaratkan oleh Nabi Muhammad Ummatan Wasatan, atauKhairol umuri ausatuha.
Beliau menjelaskan konsep karakter baik adalah yangpertengahannya. Sebagaimana pada diri
manusia terdapat tiga kekuatan; (1) Akal,(2) Syahwat, dan (3) Amarah.

Menggunakanakal yang terlalu tinggi at-Tahawur, menjadi pandai, tetapi keblinger,


ngawur,mengagungkan akal. Apabila akal terlalu rendah Bilada, maka tidak bisabersikap,
keterbelakangan dan tidak ada nilai. Sedangkan yang pertengahannyaadalah Hikmah, ia berada
antara at-Tahawur dan al-biladah, bijaksana dalambersikap, akan memberikan manfaat kebaikan
yang banyak. Demikian juga dengansyahwat, bila berlebihan maka akan terjerumus, tidak
selayaknya manusia,seperti binatang, bahkan lebih parah dari itu. Jika terlalu rendah, juga
tidakbaik, seperti tidak mempunyai semangat, impotensi, tidak termotifasi, tidakbernyawa atau
bergairah, spirit hilang, asa punah. Tetapi yang pertengahannya adalahafif bisa
menyeimbangkan dan mengendalikan syahwatnya. Potensi selanjutnyaadalah amarah (ghodzob).
Amarah atau emosi yang berlebih disebut as-surah,terburu-buru, menggunakan okol saja, tidak
mempertimbangkan akal dan jiwa yangjernih. Namun jika amarah terlalu rendah, maka dia
menjadi al-jubnu pengecut,penakut, rendah diri, minder, tidak percaya diri. Tetapi yang terbaik
dari ituadalah sikap keperwiraan as-Sajaah. Dengan demikian menurut Miskawih,sebaik-baik
segala urusan adalah yang pertengahannya. Terlalu tinggi danturunan-turunannya, terlalu rendah
dan turunan-turunannya menjadi tidak baik.Sebagai contoh; Dermawan adalah baik, sedangkan
berlebih disebut pemborostabdzir dan apabila terlalu rendah disebut ekonomis atau bukhl.

B.DASAR KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER

Sebagaimanadikemukakan pada pendahuluan, bahwa konsep dasar pendidikan karakter


menurutIslam adalah seimbang, moderate, komprehensif dan integrated.
Sekurang-kurangnya ada lima dasar Pendidikan Karakter menurut Prof. Dr. H.Abuddin Nata
dalam pemaparan materi kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islamsebagai berikut :
Pertama: karakater atau visi dari pekerjaan manusia didasarkan kepada keimanan.Adanya
hubungan transidental kepada Allah. Artinya niatnya harus mendapatkanridho Allah, ada visi
yang jelas, ada sandaran yang dituju, tidak mengambang,tidak pula disematkan kepada selain
Allah. Kedua: Pendekatan integrated.Menjadi satu kesatuan yang utuh antara satu dengan yang
lainnya. Iman tidak adabuahnya tanpa Islam, Islam tidak ada tanpa Ihsan dan begitu sebaliknya.
Artinyaseorang beriman, maka secara bersamaan dia harus berislam dan berihsan. Orangyang
Islam juga harus beriman dan berihsan. Orang yang berbuat baik hsan makadia harus juga
beriman dan berislam.
Ketiga: dalam perintah berbuat baik ada secara langsung (direct) dan tidaklangsung (indirect).
Sebagaimana manusia diperintahkan untuk berbuat baikdengan ke dua orang tuanya, maka
disampaikan secara langsung dan jelas subjekdan objeknya. Tetapi bagaimana manusia itu
menjadi lebih berkarakter denganperintah tidak langsung. Puasa misalkan, manusia diperintah
visinya bukanperintah untuk mengerjakan puasa. Tetapi mengerjakan puasa sebagai salah
satuperantara untuk menjadi jiwa yang muttaqie. Dengan berpuasa diharapkan manusiamenjadi
sempurna, sehat secara fisik dan dalamnya. Dengan berpuasa, menumbuhkankarakter kesabaran,
kepekaan terhadap sosialnya dan lain sebagainya. Bahwadalam berpuasa sebagai suatu ibadah
yang rahasia, tidak semua orang tahupekerjaannya, hanya Allahlah yang mengawasi, bisa
mengendalikan hafa nafsu selfcontrol. Keempat: bersikap akomodatif compatable dengan etika
yang sumbernyaadalah akal, dapat diterima dengan logi, dengan hati nurani moral,
sumbangantradisi, sopan santun, budaya.

Islammengajarkan agar kita mau belajar dari kesuksesan orang lain. Tetapi NabiMuhammad
sangat akomodatif terhadap nilai-nilai kebaikan, budaya yangdihasilkan sebelum datangnya
Islam. Tidak cukup hanya beriman kepada NabiMuhammad, tetapi wajib tentunya mengimani
nabi-nabi sebelumnya. Tidak cukupmengimani kitab al-Quran, tetapi wajib tentunya mengimani
kitab-kitabterdahulu sebelum datangnya Islam.
Kelima: Menggunakan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Membenarkandengan hati,
Mengucapkan/menguatkan dengan perkataan/lisan, dan melakukandengan perbuatan. Artinya
tidak sekedar dengan hati atau lisan saja, tetapidibiasakan dengan karya nyata, perbuatan.
Pandangan wawasan Islam tentangkarakter jauh lebih luas dari pada konsep-konsep yang ada.
Karakter dalam Islammencakup kelima aspek dalam diri manusia. Akhlak melalui wahyu, Etika
melaluiakal, Moral melalui hati nurani, tradisi melalui budi pekerti, dan normamelalui hukum.

C.PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER

Pendidikankarakter mempunyai dua akar makna yang berbeda, yakni pendidikan dan
karakter,namun kedua arti tersebut melebur menjadi makna yang tidak dapat dipisahkansatu
dengan yang lainnya dan amat dekat subtansinya.
Kata pendidikan dalam bahasa Yunani dikenal dengan nama paedagoso yang berartipenuntun
anak. Dalam bahasa Romawi dikenal dengan aducare artinya membawakeluar. Bahasa belanda
menyebutkan istilah pendidikan dengan nama opvoeden yangberarti membesarkan atau
mendewasakan. Dalam bahasa Inggris disebut denganistilah aducate/aducating yang berarti to
give intellectual training artinyamenanamkan moral dan melatih intelektual.

Sementaradalam pandangan Islam, pendidikan dalam bahasa arab bisa disebut dengan
istilahtarbiyah yang berasal dari kata kerja rabba, sedangkan pengajaran dalam bahasaarab
disebut dengan talim yang berasal dari kata kerja allama. PendidikanIslam sama dengan
Tarbiyah Islamiyah. Kata rabba beserta cabangnya banyakdijumpai dalam al-Quran, misalnya
dalam Q.S. al-Isra [17]: 24 dan Q.S.asy-Syuara [26]: 18, sedangkan kata allama antara lain
terdapat dalam Q.S.al-Baqarah [2]: 31 dan Q.S. an-Naml [27]: 16. Tarbiyah sering juga
disebuttadib seperti sabda Nabi SAW.: addabani rabbi fa absana tadibi (Tuhanku
telahmendidikku, maka aku menyempurnakan pendidikannya).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajardan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensidirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukandirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (UU SisDikNas, BAB I :
pasal 1 ayat 1).Pendidikan dalam arti lebih umum, proses tranmisi pengetahuan dari satu orangke
orang lainnya atau dari satu generasi kepada generasi selanjutnya sepanjangmasa, selagi manusia
hidup di dan berpopulasi di bumi. John Dewey, sebagaimanadisarikan Abuddin Nata (2012, 223).
Pendidikan adalah sesuatu yang dinamis, danharus dikembangkan sesuai dengan keadaan
masyarakat yang selalu berkembang danberubah. Hanya dengan cara demikianlah, pendidikan
dapat berguna dan dibutuhkanmasyarakat.
Bahwa pendidikan usaha sadar dan terencana yang dilakuan oleh pendidik kepadaperserta didik
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agarpeserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsadan Negara dengan cara pemebelajaran, bimbingan, pelatihan dan semua
ituberlangsung seumur hidup.
Pendidikan tidak hanya bertitik berat pada kecerdasan intelektual, melainkanpembentukan
karakter anak. Pendidikan tidak hanya sekedar proses belajar gunamengejar kecerdasan tetapi
juga harus mengembangkan potensi lain yang dimilikipeserta didik dan mendapat perhatian dari
pendidik agar dapat berkembang secaraoptimal.

Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin Character, yangawalnya sebagai tanda
untuk koin. Kemudian dan lebih umum karakter mengalamiperluasan makna yaitu tanda khusus
satu hal yang dibedakan dari orang lain,berarti sekumpulan kualitas yang membedakan satu
individu dengan individu lain.
Tobroni (2012), dalam makalahnya mendefiniskan karakter secara bahasa daribahasa Latin
charakter, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifatkejiwaan, budi pekerti, kepribadian
atau akhlak (Oxford). Sedangkan secaraistilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada
umumnya dimana manusiamempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya
sendiri.Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khasseseorang
atau sekelompok orang. Definisi dari The stamp of individually orgroup impressed by nature,
education or habit. Karakter merupakan nilai-nilaiperilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap,perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata krama,budaya, dan adat istiadat. Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak
danbudi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budipekerti bangsa.
Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak danberbudi pekerti, sebaliknya bangsa
yang tidak berkarakter adalah bangsa yangtidak atau kurang berakhlak atau tidak memiliki
standar norma dan perilaku yangbaik.
Dari segi kebahasaan Arab, karakter sering disebut Akhlaq yang merupakan bentukjamak dari
kata khuluq yang berarti as-sajiyyah (perangai), at-tabiah (watak),al-adah (kebiasaan atau
kelaziman), dan ad-diin (keteraturan). Sementara ituKamus al-Munjid menyebutkan bahwa kata
akhlaq berarti tabiat, budi pekertiperangai, adat atau kebiasaan. Jadi secara kebahasaan kata
akhlak mengacukepada sifat-sifat manusia secara universal, perangai, watak, kebiasaan,
danketeraturan, baik sifat yang terpuji maupun tercela. Banyak berbagai pendapatmengenai
definisi akhlak. Imam Ghazali mengemukakan , Akhlak ialah sifat yangtertanam kuat dalam
jiwa manusia, yang dari sifat tersebut timbul perbuatan dangerak-gerik lahiriyah dengan mudah,
tanpa memerlukan pertimbangan pemikiranlebih dahulu. Dari definisi tersebut bisa diambil
beberapa kesimpulan tentanghakikat yang sebenarnya, yaitu :

(1)Hakikat akhlak adalah sifat yang tertanam kuat di dalam jiwa, bukan sekadarasal ada, tidak
bersifat sementara dan tidak datang sewaktu-waktu atauinsidentil.
(2) Akhlak bukan sekadar perbuatan atau gerak-gerik lahiriyah, tetapi merupakansifat jiwa yang
menjadi sumber timbulnya perbuatan gerak-gerik terebut. Makaperbuatan apapun yang tidak
keluar atau tidak bersumber dari jiwa/hati jelastidak bisa dikatakan akhlak.
(3) Perbuatan atau gerak-gerik yang timbul dari jiwa terebut harus lahir secaramudah dan
spontan tanpa lewat proses pertimbangan panjang. Jadi suatu perbuatanatau yang timbul karena
pertimbangan untung rugi umpamanya, tidak bisa disebutsebagai akhlak.
(4) Akhlak bukan sekadar kemauan hati yang tidak aktif, bukan sekedar daya penggerakyang
macet/tidak berfungsi. Atau bukan sekedar kemauan yang tidak diikuti olehpelaksanaan. Sebab
kalau hanya sekedar kemauan atau daya penggerak saja, makapada hakikatnya setiap makhluk
memang sudah memilikinya sejak pertama kalidiciptakan, sebagai fitrah.

(5)Akhlak tidak cukup sekedar dipelajari atau dihafalkan, tetapi harus dikajidengan mata hati,
kemudian dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, melaluilatihan dan pengamalan yang terus
menerus berkesinambungan. Pendidikan karaktermenurut al-Quran lebih menekankan kepada
pembiasaan untuk dipraktikkan dalamkehidupan sehari-hari. Pembiasaan ini ingin mengajarkan
dan membedakan antarayang baik dan buruk, baik secara norma agama maupun keumumannya
(universal).

Pembiasaanitu tidak semata-mata teori redaksional dalam al-Quran, melainkan


dipraktikkansecara langsung oleh Muhammad SAW. melalui hadis-hadisnya dalam banyak
hal.Ibnu Hajar al-Asqolni, dalam Kitab Bulughul Marm, secara khusus dalam babKitabul Jmi
mengelompokkan hadis-hadis mengenai adab sehari-hari terhadapsesama, Kebaikan, Zuhud dan
Menjaga dari hal kejelekan, Akhlak dzikir dan doa.
Dari hal yang kecil seperti makan dan minum harus dibiasakan menggunakan tangankanan, cara
mengucapkan salam, bagaimana ketika di jalan raya dan lain sebagainyasemua di atur dalam
Islam. Yang muaranya tujuan dari pendidikan karakter adalahhijrah dari yang jelek, buruk
fahisah menuju kepada jalan yang lurus mustaqim.

D.KEDUDUKAN PENDIDIKAN KARAKTER

Aksidan perilaku negatif mulai dari demo anarkis, perkelahian massal, perusakan,KDRT, tindak
korupsi, perilaku a-susila, hingga bullying di lembaga pendidikanmerupakan wujud-wujud
perbuatan tak terpuji atau lahir dari akhlak tercela.Sedang akhlak tercela dipastikan berasal dari
orang bermasalah dalam keimananyang merupakan manifestasi sifat syaitan dan iblis yang tugas
utama dansatu-satunya menjerumuskan manusia agar tersesat dari koridor agama. Dalamal-
Quran diungkap bahwa Iblis adalah makhluk sombong. Tatkala disuruh Allahbersujud terhadap
Adam, ia menolak dan malah mengatakan Aku lebih baikdaripadanya: Engkau ciptakan aku
dari api, sedang Engkau menciptakannya daritanah (Qs. Al-Araf: 12). Iblis pantang bersujud.
Allah murka dan menghukumnyakeluar dari surga. Iblis minta waktu untuk menjerumuskan
manusia. Peristiwa inidiabadikan Allah di berbagai surat dalam Al Quran.

Ajaran Islam tidak membiarkan perbuatan tercela. Muhammad sendiri diutus dalamupaya
menyempurnakan akhlak manusia. Mukmin adalah yang mempunyai akhlak palingbaik. Dalam
kamus bahasa yang mendekati makna akhlak adalah budi pekerti.Senyatanya di Indonesia budi
pekerti bangsa masih menjadi persoalan, hinggadimunculkan karakter. UU Sisdiknas no 20 tahun
2003 telah menaruh perhatiandengan mencantumkan akhlak mulia sebagai suatu tujuan penting
dari sistempendidikan nasional. Tetapi maraknya kekerasan dan perilaku negatif yangdilakukan
oleh kaum terdidik membuat kita miris dan prihatin. Perbuatan itudilakukan orang yang
mengaku beragama.

DalamIslam disebutkan Muhammad SAW. memiliki akhlak yang agung: wainnaka la


alakhuluqin azim (QS Al-Qalam: 4). Akhlak terpuji dicontohkan Nabi di antaranya,menjaga
amanah, dapat dipercaya, bersosialisasi dan berkomunikasi efektifdengan umat manusia sesuai
harkat dan martabatnya, membantu sesama manusiadalam kebaikan, memuliakan tamu,
menghindari pertengkaran, memahami nilai dannorma yang berlaku, menjaga keseimbangan
ekosistem, serta bermusyawarah dalamsegala urusan untuk kepentingan bersama. Keberadaan
Nabi selaku utusan Allahkepada umat manusia pada intinya dapat disimak dari ucapan
beliau:Sesungguhnya aku (Muhammad) ini diutus ke dunia semata-mata demimenyempurnakan
Akhlak umat manusia (al-Hadist).

SabdaRasulullah tersebut diatas menunjukkan tiada lain bahwa kehidupan manusia inisemestinya
bersandar pada segala perilaku positif dan tindakan terpuji. Itulahsemua bagian dari sebuah
akhlak yang mulia. Dalam Islam kedudukan akhlak sangatpenting, ia merupakan buah dari
pohon Islam berakarkan akidah dan berdaunsyariah.
Bahwa Muhammad diutus menyempurnakan akhlak, tidak terbantahkan. Beliau adalahsosok
yang tetap mempertahankan tradisi, kemudian dilebur atau diakomodasimenjadi lebih baik
dengan yang sebelumnya. Sebagai bukti hal tersebut, Nabimerubah tradisi makan sahur tengah
malam menjadi di akhirkan, tradisi tentangziarah kubur, tradisi tentang puasa asyura, rajab,
saban, dahr, dll.

Menuruthasil penelitian Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, yang dikutip oleh


AbuddinNata, bahwa dalam al-Quran terdapat sebanyak 1.504 (seribu lima ratus empatayat)
yang berhubungan dengan akhlak. Dalam teori dan praktik, perintah ibadahyang menjadi
kewajiban orang muslim selalu mengandung nilai-nilai karakter.Kewajiban menjalankan sholat
misalnya, harus disiplin waktu, tulus ikhlas, berjamaahdan bersosialisasi dengan yang lain,
mengikuti pemimpin, mengingatkan kesalahanpemimpin, sabar, tidak berbuat keji, saling
menasehati pada kebaikan, mencegahpada kemungkaran dan sebagainya.

Menunaikanzakat sebagai contoh lainnya, mengandung niali-nilai kebaikan sosial


maupunagama. Harus mempunyai etos kerja tinggi, ikhlas, mau berbagi, menaikkanderajat hidup
dengan cara benar, sebagai pilar amal bersama, jaminan sosial.Didin Hafidhuddin dalam
bukunya, menyebutkan bahwa zakat dalam perspektif ekonomimodern zakat khususnya zakat
profesi termasuk kategori flows.
Dalamberbagai penggalan kisah-kisah yang dilukiskan dalam al-Quran menunjukkankepada
kita untuk senantiasa mengambil pelajaran. Bagaimana kesombongan Musa,dijawab langsung
oleh Allah SWT. untuk belajar kepada Khidir. Bagaimana seorangyang tampan, rupawan,
perawakannya bagus, digoda oleh sosok cantik jelita.Keduanya di kamar, dan saling menyukai,
tetapi Yusuf dengan teguh padapendiriannya menolak berbuat tidak baik. Kekuatan ini yang bisa
kita ambil,simbol kebaikan tidak hanya terdapat dari luar, tetapi kesempurnaannya adalahluar
dan dalam. Tidak sebatas beriman kepada Allah (sebagai suatu kewajibanindividu kepada
penciptanya), tetapi harus berbuat baik amilus shalihahterhadap sesama manusia, makhluk
hidup (sebagai kewajiban sesama ciptaan).

Dengandemikian, kedudukan nilai-nilai karakter menempati kedudukan tinggi dalamal-Quran


dan Hadits, bahkan menjadi jiwa, substansi dan misi utama dari ajaranal-Quran dan Hadits
tersebut. Dengan makna lain, seluruh ajaran dalam Islamyang diturunkan oleh Allah kepada
Nabinya untuk membentuk karakter manusia.Aqidah, ibadah dan muamalah bukanlah tujuan,
melainkan sebagai penghantarmenuju manusia yang sempurna, muttaqie/berkarakter.

E.STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER

Dalamkacamata kaum muslimin, gejala yang merusak di masyarakat akibat hilangnyakarakter


dan kepribadian Islami. Kita kecanduan produk Barat yang hedonistik,serba bebas dan berkiblat
kesenangan duniawi. Konsep permissif itu berdampakrusaknya tatanan kehidupan sosial,
kacaunya moralitas dan mengendurnya nilaikebersamaan antar individu.

Jelas,ini konsepsi yang bertentangan dengan nilai Islam yang mengatur tawazun(keseimbangan)
kehidupan dunia dan akhirat. Rasulullah SAW dalam membentukgenerasi pilihan sangat
mengintensifkan tiga kecerdasan yaitu emosional,spritual dan intelektul. Hasilnya dapat
dirasakan dimana banyak dilahirkanpejuang Islam hebat seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali
dan sahabat lainnya.

Adabeberapa prinsip strategis pembentukan karakter Rasulullah kepada para sahabatsebagai


generasi penerusnya. Pertama, Rasulullah SAW sangat fokus kepadapembinaan dan penyiapan
kader. Fakta itu dapat dilihat sejak beliau mulaimendapatkan amanah dakwah. Tugas
menyebarkan Islam dijalankan dengan mencaribibit kepemimpinan unggul berhati bersih.
Dakwah beliau fokus tidak menyentuhsegi kehidupan politik Makkah. Selain faktor instabilitas
dan kekuatan politik,perjuangan dakwah memang difokuskan nilai pembinaan.

Dirinyaberusaha menanamkan karakter kenabian yaitu siddiq (jujur), amanah (dapatdipercaya),


tabligh (menyampaikan) dan fatonah (cerdas). Rumah Arqam bin AbilArqam menjadi saksi
bagaimana akhirnya kepemimpinan Islam dilahirkan. Pointpenting pertama pendidikan karakter
adalah fokus, bertahap dan konsistenterhadap pembinaan sejak dini.

Kedua,mengutamakan bahasa perbuatan lebih baik dari perkataan. Aisyah menyebutRasulullah


SAW sebagai Al-Quran yang berjalan. Sebutan itu tidak salah,mencermati Sirah Nabawiyah
menjadikan kita menuai kesadaran rekonstruksipemikiran dan tindakan Rasulullah SAW. Beliau
berbuat dulu, baru menyerukankepada kaumnya untuk mengikutinya. Kesalehan individu
berhasil membentukkesalehan kolektif di masyarakat Makkah dan Madinah.
Sesungguhnyapada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka
yangmenggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikirkepada
Allah (QS 33 : 21). Ketika berdakwah di masyarakat Thaif dirinyamendapat perlakuan buruk
dilempari kotoran. Pada saat itu datanglah MalaikatJibril menawarkan jasa. Hai muhammad jika
engkau kehendaki gunung yang adadihadapanmu ini untuk aku timpahkan kepada penduduk
Thaif, niscaya sekarangjuga aku lakukan. Nabi menjawab Jangan Jibril, semua itu dilakukan
merekakarena ketidaktahuan mereka kemudia Nabi berdoa allhumahd qaum fainnahl
yalamn Ya Allah berikanlah hidayah kepada kaumku sesungguhnya merekatidak
mengetahui Alhamdulillah, Allah SWT mendengar doanya, masyarakat Thaifbanyak menjadi
pengikut Islam. Point penting kedua, berikan keteladanan barumengajak orang lain mengikuti
apa yang kita lakukan. Ketiga, menanamkankeyakinan bersifat ideologis sehingga menghasilkan
nilai moral dan etika dalammengubah masyarakatnya. Beliau meluruskan kemusyrikan mereka
dengan mengajarkankalimat tauhid yakni meyakini Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang
berhakdisembah. Karakter tauhid menghasilkan pergerakan manusia yang dilandasisyariat Islam
dalam menjalankan kehidupan.

Pendidikankarakter yang terpenting adalah pendidikan moral dan etika. Rasulallah SAWsendiri
pun menegaskan hal itu dalam sabdanya, Aku hanya diutus untukmenyempurnakan akhlak
karimah. (HR Ahmad dan yang lain). Menumbuhkan kembaliakhlak karimah haruslah menjadi
kompetensi dalam proses pendidikan karaktersetiap bangsa.

Akhirnyakarakter itu harus memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.Rasulullah


SAW sudah memberikan teladan itu dengan membangun pendidikanberbasis moral dan etik.
Pembangunan pendidikan dapat dimulai dari Pesantren,Kampus dan Sekolah sebagai tempat
subur pembinaan sekaligus pemberdayaankarakter generasi muda. Karena dengan moral yang
baik dan etika yangberlandaskan ideologi yang benar akan membentuk komunitas masyarakt
bangsa yangrahmatan lil alamin. Pendidikan karakter juga mengakomodir berbagai
hasilpemikiran filosofis manusia yang telah melembaga dalam tradisi, adat istiadat,kebiasaan,
keputusan, nilai budaya dan kearifan lokal yang sesuai denganal-Quran dan Hadits.

F.PENUTUP

Bahwapendidikan karakter mendapat perhatian besar dalam al-Quran dan Hadits,sebagai suatu
bagian dari misi dan tujuan utama seluruh ajarannya akidah,ibadah, tasawuf, sejarah, ilmu
pengetahuan, teknologi dan lainnya untukmembentuk akhlak mulia dan semakin mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Pembentukkankarakter harus dimulai semenjak dini, yang melibatkan
semua unsur kekuatanmanusia afektif, kognitif dan psikomotorik dan tempat pembelajaran itu
sendiri,rumah, sekolah dan masyarakat.
Pembentukkan dimaksud, dibiasakan, diperlihatkan, dicontohkan denganketeladanan, diterapkan,
dikembangkan dan dilestarikan dari generasi kegenerasi selanjutnya.
Pembiasaan ini hakikatnya selalu diulang, diperbaharui, dari kelompok terkecilberupa keluarga,
sampai selanjutnya kepada level tertinggi. Sebagai penutup,tentunya penulis menukil sebuah
hadis untuk spirit bersama Siapa yang berjihaddengan lisannya maka dia mukmin, siapa yang
berjihad dengan perbuatannya makadia mukmin dan siapa yang berjihad dengan hatinya dia
mukmin. Artinya setiapmanusia dari apapun profesinya ia harus bisa menjaga ketahanan dirinya
dansesamanya dari keterpurukan moral.
DAFTAR PUSTAKA

Hafidhuddin,Didin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta, Gema Insani, 2002).


Ibnu Hajar al-Asqolani, Kitab Bulughul Marm, (Bairut Libanon, Darul Fikri,1989).
Idris Jauhari, Muhammad, Adab Sopan dan Santun, (Madura, Penerbit Mutiara,1999).
Imam al-Ghazali, Ihya Ulum ad-Din, Juz III, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.).
Jamaluddin, Dindin, Character Education In Islamic Perspective, (InternationalJournal of
Scientific & Technology Research, Volume 2, Issue 2, February2013)
Lajnah Pentashihan Al-Quran, Muchlis. M. Hanafi (edr), Tafsier Tematik : EtikaBerkeluarga,
Bermasyarakat dan Berpolitik, (Jakarta : Direktorat Urais danPembinaan Syariah Dirjen Bimas
Islam Kemenag RI, 2012), Cet. II.
Nata, Abuddin, Kapita Selekta Pendidikan Islam : Isu-Isu Kontemporer TentangPendidikan
Islam, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2012) Cet. I.
Nata, Abuddin, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada,
2012)
Pala, Aynur, The Need For Character Education, (International Journal of SocialSciences and
Humanity Studies, Vol 3, No 2, 2011)
Roqib, Mohammad, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: LkiSYogyakarta, 2009).
Tobroni, Dalamhttp://tobroni.staff.umm.ac.id/2010/11/24/pendidikan-karakter-dalam-perspektif-
Islam-pendahulan/diakses 26 Juni 2012.
(http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/10770014-sholikah.ps diakses 26Juni 2013).
http://pasca.uin-malang.ac.id/pembentukan-karakter-dalam-perspektif-islam/.[Mr. Song]

PendidikanAkhlak, Intelektual, dan Skills

Anda masih ingat novel Laskar Pelangiyang karena fenomenal kemudian difilmkan? Yupz, novel
best seller garapanAndrea Hirata. Sebuah kisah novel yang sangat menarik perhatian terutama
olehdunia pendidikan di Indonesia. Potret sebuah pendidikan pada sekolah yang sederhana,jauh
dari kemewahan dan ukiran prestasi yang bergengsi, tapi pendidikan yangtercermin bukan hanya
memberikan ilmu pengetahuan belaka, melainkan sarat akanpembinaan perilaku dan karakter,
sehingga tumbuh sebuah kreativitas yang bukankarena fasilitas.

Padadewasa ini, cermin pendidikan menempati sisi berbeda di mata masyarakat.Sebagian orang
tua justru bangga serta memimpikan mendapatkan investasi daripendidikan anak-anaknya.
Meraka berharap anak-anak mereka tersebut mendapatkankeuntungan pada masa depannya yang
bersifat materi serta finansial.Sekurang-kurangnya menempati strata sosial terpandang dan
mempunyai harkat danmartabat karena jabatan atau selainnya.
Masyarakatbangsa ini mungkin lupa, atau terpesona akan pendidikan metoda barat,
sehinggatidak diliriknya pendidikan yang telah dirintis para pendahulu kita, Seperti KiHadjar
Dewantara, Kyai Haji Ahmad Dahlan, serta para tokoh pendidikan lain yangberhasil melahirkan
manusia-manusia besar pada zamannya. Bukan karena hartanya.Bukan karena kemewahannya.
Namun karena prestasi dan amal baiknya dalamberbagai hal. Beliau-beliau ini telah mencoba
merintis pendidikan yangmengajarkan akan budaya timur, sepert budi pekerti, etika, sopan
santun padaanak bangsa negeri ini. Mereka memahami, pendidikan adalah karakter itusendiri.

Saatini, banyak kita temui terutama pada sekolah unggulan. Mereka merasa bangga danunggul
bukan karenanya karakter, mental, dan moral, tapi hanya sebatas budayayang budaya tersebut
diambil dari Barat. Mengaku berkualitas karena menggunakanbahasa asing. Bahkan berharap
dibedakan dengan sekolah-sekolah lain karenalebih internasional.

Sekolah-sekolahmodel ini telah terperangkap dalam gengsi. Upaya mensejajarkan diri


denganmelupakan identitas dan makna pendidikan itu sendiri. Ditambah pula denganpersepsi
masyarakat yang telah terpengaruh terhadap konsumerisme danmatrialisme yang menuntut anak-
anaknya mampu bersaing dalam sisi ini.Masyarakat menuntut sekolah memberikan masa depan
kehidupan anak yangberkecukupan. Masalah agama dan akhlak bisa dinomorduakan.

Bilakita sedikit saja melirik pendidikan di Jepang, pendidikan tidak hanya dapatmenerapkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi juga tetap diberikanpendidikan budi pekerti dan
pengetahuan budaya mereka. Sehingga mereka tetapmencintai dan juga mengerti asal mereka
dengan budaya nenek moyangnya. Karenapendidikan tidak hanya mengedepankan kecerdasan
Intelektual tetapi jugaKecerdasan moral, spiritual dan emosional.

Masyarakatseharusnya menyadari, bahwa sistem pendidikan di Negara kita cenderung


hanyamenyiapkan para siswa untuk masuk ke jenjang selanjutnya lalu perguruan tinggiatau
hanya untuk mereka yang memang mempunyai bakat pada potensi akademik(ukuran IQ tinggi)
saja.

lihatsaja pada bobot mata pelajaran yang diarahkan kepada pengembangan dimensiakademik
siswa yang sering hanya diukur dengan kemampuan logika-matematika danabstraksi
(kemampuan bahasa, menghafal, abstraksi atau ukuran IQ). Padahal adabanyak potensi lainnya
yang perlu dikembangkan, karena berdasarkan teori HowardGardner tentang kecerdasan
majemuk, potensi akademik hanyalah sebagian sajadari potensi-potensi lainnya.

Sekolahmemiliki tanggung jawab strategis guna meningkatkan seluruh kecerdasan dasarsetiap


anak. Secara garis besar kecerdasan tersebut seharusnya meliputi 3 ranahutama, yaitu 1)
pendidikan akhlak, 2) pendidikan intelektual, dan 3) pendidikanskills.

Pendidikan Akhlak

Kataakhlak berasal dari bahasa Arab yang menurut bahasa berarti budi pekerti,perangai, tingkah
laku, atau tabiat. Jika dalam bahasa sehari-hari akhlakterkait dengan adab sopan santun, susila,
dan tingkah laku. Dalam bahasaYunani, akhlak disebut dengan kata ethicos atau ethos, artinya
adab kebiasaan,perasaan batin atau kecenderungan hati untuk melakukan sesuatu.
Pendidikanakhlak sanagt dibutuhkan dan diperlukan di zaman sekarang ini. Karena budayayang
baik bersumber dari manusia-masusia yang sarat dengan akhlak yang baik.Pendidikan akhlak
diharapkan dapat membantu permasalahan bangsa terutama kaummuda. Dengan berbekal
akhlak, seseorang akan mengetahui dan mampu memilah sertamemilij perbuatan baik dan buruk.
Menempatkan sesuatu pada tempatnya danberlaku memanusiakan manusia dengan hubungan
yang mulia.

Al-Ghazalimengatakan bahwa sumber-sumber akhlak di antaranya adalah Al-Quran,


sunnahnabi, dan akal fikiran. Sedangkan Abul Ala Maududi berpendapat bahwasumber-sumber
akhlak tersebut antara lain, pertama: bimbingan Tuhan, yaituAl-Quran dan sunnah Nabi
Muhammad. Kedua: pengalaman, ratio dan intuisimanusia sebagai sumber tambahan.

Pendidikanakhlak hendaknya tidak terpisah dari semua materi pelajaran. Karena secaramendasar
bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah untuk menyiapkan manusia agarmemiliki sikap dan
perilaku terpuji, baik ditinjau dari segi agama, masyarakat,dan budaya.

Bahkan,dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakanbahwa


Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa danmengembangkan manusia
Indonesia sutuhnya, yaitu manusia yang beriman danbertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti yang luhur, memilikipengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yangmantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.

RosulullahMuhammad SAW manusia pilihan yang Akhlaknya dipuji oleh Allah:


Dansesungguhnya kamu benar-benar berakhlak (berkarakter) mulia nan agung. (QSal-
Qalam:4), serta manusia yang diutus untuk mendidik akhlak manusiasebagaimana bunyi hadist
yang diriwayatkan oleh Bukhari: Sesungguhnya akudiutus untuk menyempurnakan (mendidik)
akhlak manusia.

Pendidikan Intelektual

Padasisi ini, pendidikan seharusnya menjadi proses bertambahnya keilmuan seseorang.Biasanya


istilah yang digunakan adalah IQ . Tidak dipungkiri, IQ menjaditendensi utama pendidikan pada
sebagian besar sistem pendidikan kita. Sebagaistandarisasi, murid yang memiliki nilai akademik
baik, maka dikatakan pintaratau cerdas.

Learningto know adalah proses pembelajaran yang memungkinkan murid dapat menghayati
danakhirnya mampu merasakan serta menerapkan cara memperoleh ilmupengetahuan. Yaitu
suatu proses yang memungkinkan tertanamnya sikapilmiah, sikap ingin tahu kemudian rasa
untuk mencari jawaban atas masalah yangdihadapi secara ilmiah.

Intelektualmenurut David Wechsler adalah inteligensi yaitu kemampuan untuk bertindaksecara


terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secaraefektif. secara garis besar
dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatukemampuan mental yang melibatkan proses
berpikir secara rasional. Oleh karenaitu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung,
melainkan harusdisimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari
prosesberpikir rasional itu.

Pendidikan Skills

Implementasi skills dalam pembelajaran di sekolah kini menjadi dimensi penting dalam
proses pendidikan di Indonesiauntuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) pembangunan
yang bermutu gunamenjawab tantangan globalisasi yang keberadaannya tidak mungkin
terhindarkanuntuk tetap dapat bertahan dalam persaingan kehidupan di masa-masamendatang.
Pendidikan skills memberikan bekal bagi pesertadidik untuk menghadapi dan memecahkan
problema hidup, baik sebagai pribadi yangmandiri, warga masyarakat maupun sebagai warga
negara.

Pendidikanskills mengorientasikan siswa untuk memiliki kemampuan dan modal dasar agardapat
hidup mandiri dan survive di lingkungannya. Pendidikan lifeskills diperlukan dan
mendesak untuk diterapkan di Indonesia karena muatan kurikulum di Indonesia cenderung
memperkuat kemampuanteoritis-akademik (academic skills). Pelbagai kebutuhan dan persoalan
empiriklingkungan tempat siswa tumbuh kurang diperhatikan. Hal ini menyebabkan siswakurang
mampu mengaplikasikan kemampuan belajarnya dengan kebutuhan dunia kerjadan persoalan
yang terjadi dalam masyarakatnya.

Kecakapanhidup (skills) biasanya terkait dengan bidang pekerjaan (occupational), ataubidang


kejuruan (vocational) yang ditekuni atau akan dimasuki. Kecakapan hidup seperti
juga disebut dengan kompetensi teknis ( technical competencies) yang sangat
bervariasi, tergantung kepada bidang kejuruan dan pekerjaan yangakan ditekuni. Namun
demikian masih ada, kecakapan yang bersifat umum, yaitubersikap dan berlaku produktif (to be
a productive people). Artinya, apapunbidang kejuruan atau pekerjaan yang dipelajari,bersikap
dan berperilaku produktif harus dikembangkan.

Kesimpulan

Memperhatikanuraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pendidikan


sangatmempengaruhi hasil yaitu siswa atau murid. Sehingga menjadi penting bahwapendidikan
di Indonesia hendaknya mengacu pada 3 hal, yaitu siswa bertambahbaik (pendidikan akhlak),
siswa bertambah pintar (pendidikan intelektual), dansiswa bertambah kreatif (pendidikan skills).

PendidikanUntuk Kejayaan Islam

Mari kita simak nasihat kehidupanberikut; Dulu ketika aku masih muda, aku sangat ingin
mengubah dunia inimenjadi lebih baik. Tapi setelah sekian waktu aku lalui akhirnya aku
sadarbahwa betapa sulitnya mengubah seluruh dunia ini.

Akupun lalu memutuskan untuk mengubahnegeriku saja. Lalu aku kembali sadar bahwa aku
tidak bisa mengubah negarikubegitu saja.
Akupun lalu mulai berusaha mengubahkotaku. Ketika aku semakin tua, aku sadari tidaklah
mudah mengubah kotaku.

Maka aku mulai mengubah keluargaku.Kini aku semakin renta, aku pun tak bisa mengubah
keluargaku. Aku sadari bahwasatu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri.

Akhirnya aku tersadarkan bahwa bilasaja aku bisa mengubah diriku sejak dahulu, aku pasti bisa
mengubah keluargakudan kotaku. Pada akhirnya aku akan mengubah negaraku dan aku pun bisa
mengubahseluruh dunia ini.

Dari inspirasi ini, betapa kitamenyadari bahwa kita tidaklah mampu merubah dunia, namun kita
memiliki peluanguntuk bisa merubah diri kita sendiri. Lalu pertanyaannya, bagaimana
kitamerubah diri kita?

Pondasi dan basis utama yang mendasariperubahan adalah pendidikan. Pendidikan mengandung
makna penting dalammembangun sosok manusia siapapun saja, kapan pun saja, dan dimana saja
berada.

Dalam tataran proses, pendidikanmenjadi dasar manusia dalam berfikir, bersikap, dan
mengambil solusi darisetiap permasalahan yang dihadapi. Pendidikan bisa mengantarkan
seseorangmencapai progresifitas dalam berbagai hal.

Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia,pendidikan ini pulalah menjadi point penting faktor
kemenangan NKRI. Jika kitamerujuk pada sejarah, kita melihat apa kekurangan dari para
pahlawan kita.Sebut saja Pangeran Diponegoro. Beliau dikenal dengan berbagai
macamkeistimewaan baik bidang agama dan sosial, namun akhirnya harus pula
menyerahterhadap Belanda. Begitu pula dengan sosok Si Pitung yang dinilai memilikikekebalan
terhadap peluru. Namun pada akhirnya juga dapat dikalahkan olehBelanda. Masih banyak lafi
para pahlawan Indonesia, yang dalam perjuangannyabelum berhasil mengusir penjajah dari
muka bumi pertiwi.

Dari peristiwa di atas, tentu kita bisamelihat bahwa kebaikan saja tidak cukup. Karena dalan
pepatah Arab dikatakanAl-Haqqu bila nidhomin, yaghlibuhul bathil binidhomin, Kebaikan
yang tidakterorganisir dengan baik akan dikalahkan dengan kejahatan atau kebatilan
yangterorganisir.

Masih dari cerita sejarah pula,bagaimana awal mula kebangkitan nasional dalam memperoleh
kemerdekaan oleh parakaum terpelajar (pendidikan), baik Budi Utomo maupun Jamiat Kheir
atauorganisasi lain yang serupa. Dari kaum inilah sejarah kemerdekaan diusunghingga pada
puncaknya pada proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945.

Kekuatan yang dimiliki oleh parapahlawan kemerdekaan adalah kemampuan mengorganisir,


menganalisa dan menyatukankemampuan bangsa sehingga menjadi kekuatan yang
menghancurkan penjajahan.Mereka adalah kaum berpendidikan. Aspek pendidikan memiliki
peran pentingsebagai faktor kemenangan. Pada masa penjajahan pula, sangat terlihat
upayapenjajah untuk membodohkan bangsa ini agar mereka tetap berkuasa.

Melihat saat ini juga, pedidikan dikalangan ummat Islam masih dianggap sebelah mata.
Pendidikan mengalami dikotomidan pemecahan sehingga dalam beberpa hal umat Islam sangat
ketinggalan. Padalevel teknologi missalnya, justru hal ini sangat berkembang pesat di
duniaBarat. Komunikasi dan informasi pun seperti itu.

Umat Islam terlihat pasif. Tidak mampuberkompetisi sehingga banyak kerugian yang diterima
ummat. Padahal Islam adalahagama terbaik, rahmatan lil alamin. Tapi mengapa justru di dunia
global saatini, justru dunia mengenal Islam agama teroris. Lagi-lagi ini adalah
persoalanAlhaqqu bila nidhomin yaghlibuhul bathil binidhomin.

Maka sudah saatnya Ummat Islam kembalikepada Al-Quran dengan menyadari bahwa Allah
akan meninggikan derajatorang-orang yang beriman dan berilmu (pendidikan) di antara manusia.
Allah akanmemberikan kemenangan bagi ummat dari asbab pendidikan ini.

Di tangan kaum muslim, ilmu akanmenjadi berkah dan manfaat. Namun di tangan orang-orang
dholim, ilmu akanmenjadi senjata mematikan. Pendidikan Islam adalah universal meliputi
segalaaspek baik umum sebagai bekal menjadi kholifah di muka bumi. Maupun agamasebagai
tuntunan dan investasi di akhirat kelak.

Pendidikan merupakan media yang palingbanyak digunakan oleh misionaris untuk kegiatan
kristenisasi. Hal ini merekawujudkan dengan mendirikan sekolah-sekolah di tengah umat Islam.
Supaya rencanakristenisasi melalui media ini berhasil, sekolah-sekolah yang mereka bangun,
biasanya jauh lebih lengkap dibandingkan dengan sekolah-sekolah Islam.Sehingga sarana dan
fasilitas yang mereka tawarkan seringkali menarik minatpara orang tua muslim untuk
menyekolahkan anaknya ke lembaga milik merekadibandingkan menyekolahkan anaknya ke
pesantren.

Di sisi lain, para misionaris sangatgemar menggunakan media pendidikan untuk mengkristenkan
kaum muslimin, meskipunharus mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Mr. Nibrouse, Rektor
UniversitasBairut Amerika tahun 1948 pernah berkata; Fakta telah membuktikan,
pendidikanadalah sarana paling mahal yang telah diperalat para misionaris Amerika
untukmengkristenkan Suriah dan Libanon.

Melalui pendidikan para misionarisberharap agar generasi Islam, jauh dari pemahaman
keagamaannya. Setiap harimereka dididik dengan ilmu-ilmu umum, dan kalaupun mereka
memberikan matapelajaran agama, yang mereka ajarkan bukan tentang agama Islam, akan
tetapitentang agama Kristen. Anak-anak muslim yang sekolah di sana, didoktrin denganajaran-
ajaran al-Kitab (Bibel). Sehingga sebanyak 4000 pelajar Islam yangsekolah di lembaga milik
Kristen berpindah agama menjadi kaum kristiani. Olehkarenanya, pada saat RUU sisdiknas yang
isinya menguntungkan bagi umat Islamakan disahkan di DPR, mereka menolaknya dengan
keras, karena mereka takut akankehilangan satu cara untuk mengkristenkan umat Islam.
Fakta ini haruslah diwaspadai. UmmatIslam harus bisa membenahi institusi lembaga pendidikan
untuk pembinaan ummat.Karena, Hasan Al-Banna mengatakan bahwa pendidikan menjadi
sangat pentingsebagai faktor yang mendukung keberhasilan.

1. Iman yang tak tergoyahkan bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk
merubah masyarakat, membentuk pemimpin dan mewujudkan cita-cita. Pendidikan itu
jalannya panjang dan kesulitannya banyak. Hanya sedikit orang yang sabar
menempuh jalannya yang panjang dan kesulitannya yang banyak, yaitu orang yang
berkemauan keras. Tetapi Hasan Al-Banna yakin pula bahwa pendidikan itu satu-
satunya jalan yang dapat menyampaikannya kepada tujuan dan tidak ada jalan lain
lagi. Itulah jalan yang ditempuh oleh Nabi SAW untuk membentuk generasi
teladan yang diridhai Allah, yang tidak pernah disaksikan bandingannya oleh dunia.
Mereka inilah yang melaksanakan pendidikan bagi berbagai bangsa dan mengarahkannya
kepada kebenaran dan kebaikan.

2. Rencana pendidikan mempunyai tujuan tertentu, langkah-langkah yang jelas,


sumber yang terang, bagian-bagian yang saling mendukung, dengan sistem
beraneka ragam dan ditegakkan atas falsafah yang jelas, digali dari ajaran Islam bukan
dari ajaran lainnya.

3. Suasana kebersamaan yang positif, yang dibina oleh jamaah. Hal itu akan membantu
setiap anggotanya untuk hidup secara Islam, melalui sugesti (nasihat), contoh teladan,
persamaan perasaan dan tindakan. Manusia menjadi lemah bila menyendiri dan menjadi
kuat dengan jamaahnya. Jamaah merupakan kekuatan untuk menegakkan kebaikan dan
ketaatan serta merupakan perisai terhadap kejahatan dan maksiat.

4. Pemimpin yang mendidik dengan bakat, ilmu dan pengalamannya yang


dianugerahkan kepadanya kekuatan iman yang luar biasa, membekas pada
setiap hati orang yang berhubungan dengannya, melimpah dari hatinya ke hati
orang-orang di sekitamya. Dia seperti dinamo yang dari kekuatannya hati mereka
diisi dengan kekuatan Kata-kata bila keluar dari hati langsung masuk ke
hati para pendengarnya.

Kesimpulan

Dari sistem pendidikan yang baik danmaksimal, diharapkan ummat Islam memiliki kekuatan
mengorganisir kekuatanjamaah dan ummah. Sudah seharusnya Islam sebagai satu satunya agama
yang benarmenjadi peradaban dunia yang merahmati serta mendamaikan kehidupan manusia.

Pada akhirnya, sosok muslimberpendidikan mampu berfungsi sebagai kekuatan menghadapi


berbagai ancaman parakaum kafir. Islam adalah kekuatan yang terorganisir dengan akurat
dantranscendental sehingga menjadi pemenang atas segala tindak kedzaliman,kemungkaran, dan
kejahiliyahan manusia yang selalu diupayakan oleh manusiadahulu, masa kini, maupun yang
akan datang.
Memang terasa berat, banyak tantangan,mendapatkan berbagai benturan. Namun yakinlah,
bahwa Allah SWT berada di pihakyang benar, dan benar-benar berjihad, berijtihad, serta
bermujahadah hanyakepada-Nya. Semoga Islam pada kejayaannya!!

https://www.facebook.com/notes/riza-fahmi-ashadhy/paradigma-nilai-pendidikan-karakter-
dalam-perspektif-islam/1419481465002577

Anda mungkin juga menyukai