Anda di halaman 1dari 8

MODEL PEMBELAJARAN QUR'ANI

PENDAHULUAN
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik secara
terprogram agar peserta didik mampu belajar secara aktif. Proses pembelajaran dilakukan untuk
mengembangkan kreativitas peserta didik. Problematika yang dihadapi oleh pendidik dalam proses
pembelajaran masih berkisar pada penggunaan metode lama yang sudah ketinggalan. Proses
pembelajaran masih menempatkan peserta didik sebagai obyek pendidikan, padahal proses pem-
belajaran harus mengacu pada student centered (berpusat pada peserta didik).
Untuk mengatasi problematika yang dihadapi dalam pembelajaran, terdapat beberapa
model pembelajaran, di antaranya model pembelajaran alam sekitar, model pembelajaran sekolah,
model individual, dan model klasikal serta model pembelajaran yang terbaru yaitu model
pembelajaran persfektif al-Quran. Model pembelajaran tersebut pada dasarnya dapat diterapkan
sesuai situasi, kondisi, materi, dan bahan pelajaran yang diajarkan dalam proses pembelajaran.
Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan hal-hal yang terkait dengan model-model
pembelajaran perspektif al-Quran.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran


Secara bahasa model pembelajaran terdiri dari dua suku kata, yaitu model dan
pembelajaran. Model diartikan sebagai pola atau contoh dari sesuatu yang akan dibuat (Rajasa tth,
398). Sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang belajar atau terjadinya
saling mempengaruhi antara komponen tujuan, guru, siswa, materi, jenis kegiatan yang dilakukan
dan sarana pembelajaran dalam suatu sistem lingkungan (Hasibuan dan Mudjiono 1986, 10).
Adapun secara terminologi Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata
secara sistematis (Malau 2006, 3).

B. Ciri-ciri Model Pembelajaran


Sebuah model pembelajaran dapat dikatakan sebagai model pembelajaran jika memiliki ciri-
ciri tertentu, ciri-ciri tersebut adalah :
a. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan
dicapai).
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan ciri tersebut, maka suatu model pembelajaran di dalamnya mencakup tujuh
komponen, yaitu : a). deskripsi lingkungan belajar, b). pendekatan, strategi, metode dan tekhnik, c).
manfaat pembelajaran, d). materi pembelajaran (kurikulum), e). media, f). desain pembelajaran
(Abidin 2010, 44).
Selain ciri tersebut masih ada pendapat yang lain sebagaimana diuraikan oleh Ahmad
Sudrajat, bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu dari penerapan suatu
pendekatan, strategi, metode dan tekhnik pembelajaran yang dapat divisualisasikan (Abidin 2010,
145).
Selain ciri-ciri khusus pada model pembelajaran menurut Nieveen dan Trianto, suatu model
pembelajaran dapat dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
a). Valid, aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu :
1). apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat.
2). apakah terdapat konsistensi internal.
b). Praktis, aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika :
1). Para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan.
2). Kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan.
c). Efektif, berkaitan dengan aspek efektifitas ini, Neveen memberikan parameter sebagai berikut :
1). Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif.
2). Secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan (Abidin
2010, 145-146).
C. Fungsi Model Pembelajaran
Sedangkan menurut Joyce bahwa suatu model pengajaran atau pembelajaran merupakan
gambaran suatu lingkungan pembelajaran yang meliputi perilaku guru dalam menerapkan model
tersebut. Model-model ini memiliki banyak kegunaan yang menjangkau segala bidang pendidikan,
mulai dari perencanaan, kurikulum, rancangan instruksional, media dan program-program lainnya.
Mengingat demikian banyaknya model-model pembelajaran, maka dapat menimbulkan
berbagai pertanyaan, apakah penting sebuah model pembelajaran? Tentu saja jawabanya adalah
sangat penting, sebab sebuah model pembelajaran bukan hanya menciptakan lingkungan belajar
yang baik juga mengajarkan bagaimana cara belajar. Hal ini berlaku bagi semua model
pembelajaran yang telah ada sampai saat ini.
Jadi tujuan utama dari sebuah model pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif sesuai dengan gaya belajar siswa dan gaya mengajarkan guru.
Bagaimana sebenarnya cara belajar yang baik berdasarkan kemampuan individu yang mencakup
multi kecerdasan, sehingga suatu ilmu pengetahuan bukan hanya dipahami, dimengerti, dihafal,
dikuasai tetapi juga diamalkan dalam kehidupan baik sekarang maupun masa mendatang (Abidin
2010, 147).
D. Konsep Model Pembelajaran Qurani
1. Pengertian
Model pembelajaran Qurani adalah rangkaian konsep al-Quran yang meliputi sebuah
komponen konsep pendidikan Islam, diuraikan dan ditafsirkan dari ayat-ayat yang berhubungan
langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Kemudian
diangkat menjadi sebuah konsep pada pembelajaran yang sistematis dan logis serta ditopang
dengan pola pendidikan Rasulullah saw, sahabat nabi dan ijtihad para ulama.
Berhubung konsep model pembelajaran Qurani ini masih belum dikemukakan secara
sempurna dalam bentuk model, namun telah banyak dikemukakan dalam pemikiran-pemikiran
maupun ijtihad para ulama dari zaman Rasulullah saw sampai saat ini, serta pemikiran para
cendekiawan muslim yang telah membahas item per item dari sebuah model, baik itu landasan,
tujuan, strategi, metode maupun tekhnik pembelajaran dalam area pendidikan Islam dan
kesemuaanya berdasarkan nilai-nilai Qurani (Abidin, 147).
Untuk sampai pada pengertian yang sempurna tentunya harus dikaji secara cermat dan
mendalam apakah konsep model pembelajaran dapat diangkat secara sempurna atau tidak. Kajian
awal yang mesti dilakukan tentunya berangkat dari pengkajian konsep yang utuh berdasarkan al-
Quran dan bersifat rasional sehingga dapat diaplikasikan dalam penelitian tindakan sehingga
validitas sebuah model dapat dikemukakan secara akuntabilitas (Abidin, 148).
2. Landasan Teori
Landasan dari konsep model pembelajaran Qurani adalah landasan yang digunakan oleh
konsep pendidikan Qurani yang kesemuanya bersumber dari al-Quran, al-Hadits dan ijtihad, sebab
dari sinilah ditelurkan sebuah konsep model pembelajaran. Landasan tersebut mencakup tiga hal
yaitu : landasan ideal, landasan taabbudi, dan landasan tasyri. Ketiga landasan tersebut dijadikan
sebagai landasan pada seluruh sistem dalam pendidikan Qurani.
a. Landasan ideal
Konsep al-Quran tentang manusia ditekankan kepada tiga sisi penting yang membentuk
keutuhan manusia sebagai makhluk Allah swt yang mulia, yaitu manusia dalam pengarahannya
terhadap asal-usul dan tujuan diciptakannya, manusia dengan eksistensi dirinya sebagai makhluk
yang memiliki keistimewaan fisik dan psikis, serta manusia sebagai makhluk sosial yang
berhubungan dengan manusia dan makhluk lain di sekelilingnya, yang kesemuaanya dapat
dikategorikan pada tiga hal, yaitu manusia sebagai abdi Tuhan, abdi diri dan abdi masyarakat.
Pendidikan dilakukan dan ditujukan kepada manusia, maka tiga sudut pandang tentang
manusia itu akan membentuk suatu landasan bagi pemahaman manusia sebagai makhluk
pendidikan. Tiga pandangan dasar tersebut digali dari al-Quran dan as-Sunnah sebagai rujukan
utama. Karena itu, pandangan ini disebut sebagai pandangan dasar Qurani tentang manusia.
Pertama, hakikat dan asal-usul manusia, menurut an-Nahlawi manusia bersumber pada dua
asal, yang pertama asal al-bad (asal yang jauh) penciptaan manusia pertama dari tanah yang
kemudian Allah swt menyempurnakannya dan meniupkan kepadanya sebahagian ruh-Nya, dan
yang kedua asal al-Qarb (asal yang dekat) yaitu penciptaan manusia dari nutfah. Hal ini dapat
ditemukan dalam Qs as-Sajadah : 7-9.
Ayat tersebut menjelaskan tentang penciptaan manusia sebaik-baiknya, diciptakan dari
unsur tanah. Dan dalam perkembangannya manusia diciptakan dari saripati air berasal dari tanah.
Bahkan selanjutnya Allah swt memberikan perlengkapan berupa sarana pendengaran, penglihatan
dan hati. Dengan ditiupkannya ruh kedalam diri manusia, maka manusia dapat hidup sebagaimana
kehendak Allah swt. Oleh sebab itu, sebagai bukti atas anugerah tersebut hendaknya manusia
bersyukur kepada Allah swt.
Kedua, manusia makhluk yang dimuliakan, Islam tidak pernah memposisikan manusia
dalam kehinaan, kerendahan sebagaiman binatang atau benda mati, tetapi Islam selalu
memuliakan manusia di antara makhluk-makhluk yang lain. Sebagaimana firman Allah swt Qs. al-
Isra : 70 dan Qs al-Hajj : 65.
Allah swt telah menganugerahi manusia dengan kemampuan yang dengannya manusia
dapat menguasai semesta yang telah diperuntukkan Allah swt bagi manusia. Artinya Allah melarang
manusia menghinakan diri kepada semesta ini. Dia telah memberikan keamanan kepada manusia
dalam menghadapi semesta karena manusia diberi kekuasaan untuk menundukkan alam semesta
demi kemaslahatan umat manusia. Itulah dasar pendidikan rabbani yang dengannya al-Quran
menumbuhkan kehormatan dan harga diri dalam diri manusia sekaligus juga menumbuhkan
kesadaran terhadap karunia Allah swt. ketika manusia mengendarai kapal terbang atau mobil,
hendaknya dia ingat pada firman Allah berikut : Qs. Az-Zukhruf : 13-14.
Ketiga, manusia makhluk yang dapat dididik. Allah telah membekali manusia dengan
kemampuan untuk belajar dan mengetahui Qs. Al-Baqarah 31-32, Qs al-Alaq : 3, Allah pun telah
menganugerahi manusia berbagai sarana untuk belajar, seperti penglihatan, pendengaran dan hati,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur. Qs an-Nahl : 78.
Sarana pendidikan lain yang dimiliki manusia adalah bahasa, kemampuan untuk
mengeluarkan gagasan dan kemampuan untuk menulis. Keberadaan sarana pendidikan tersebut
ditegaskan dalam firman Allah Qs. Al-Balad 8-9.
Keempat, tanggung jawab manusia, Islam bukan hanya memuliakan, mengunggulkan dan
mengistimewakan manusia atas makhluk lainnya. Sejalan dengan itu Islam pun memberikan
tanggung jawab yang disertai balasan sepadan. Islam membebani manusia dengan tanggung
jawab penerapan syariat Allah dan perwujudan penghambaan kepada-Nya. Padahal, makhluk lain
tidak bersedia memikul tanggung jawab tersebut Allah swt berfirman Qs. Al-Ahzab : 72-73.
Kelima, ibadah kepada Allah swt adalah tugas tertinggi manusia, seluruh tugas manusia
dalam hidup ini berakumulasi pada tanggung jawabnya untuk beribadah dan mengesakan Allah
sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya. Qs adz-Zariyat : 56 dan Qs Jin : 18 (Abidin, 155).
2. Landasan Taabbudi
Landasan ini diungkapkan dari pesan-pesan yang tersirat dalam gerak-gerak ibadah ritual
yang tidak hanya merupakan gerakan-gerakan wajib semata, melainkan mengandung makna
simbolik yang sangat mendalam. Makna Taabbudiyah dalam konteks ini dapat dilihat sebagai
upaya latihan dari berprilaku yang disertai dengan berbagai daya dan gerak fisik yang teratur,
sehingga dapat menyeiramakan kesan-kesan psikis dan intelektual manusia dengan segala bentuk
yang merupakan kesatuan yang utuh antara tubuh, akal dan hati. Pandangan ini sebagai wujud
kesempurnaan edukatif yang belum pernah diungkap dalam teori-teori pendidikan yang ada dewasa
ini.
Perbuatan Taabbudiyah dan latihan ruhaniyah yang sangat mendalam ini, diikat oleh makna
yang luhur yang bersumber pada fitrah agama. Misalnya, mengatur kehidupan sehari-hari dengan
puasa dan menghidupkan kesatuan masyarakat Islam dengan haji. Makna yang terkandung dalam
landasan Taabbudiyah ini mampu menyatukan segala dorongan manusia dan individu masyarakat
muslim yang bertumpu pada penghambaan kepada Allah swt semata.
Ibadah mendidik kesadaran berpikir tentang keagungan Allah, kesadaran untuk beribadah
sesuai dengan ajaran syariat menuju keridhoan Allah. Kesadaran berpikir tersebut menjadikan
seorang muslim sebagai sosok manusia yang logik, sadar dalam segala urusan hidupnya serta
sistematik, tidak mengerjakan suatu pekerjaan, kecuali jika mempunyai langkah kesadaran dari
pemikiran yang jernih (Abidin, 156).
3. Landasan Tasyri
Syariat adalah penjelas akidah, ibadah, pengaturan kehidupan, serta pembatas dan
pengatur seluruh hubungan insaniah. Ia adalah asas berpikir yang mencakup konsep berpikir
tentang alam, kehidupan manusia dan wujud keterikatan seorang muslim dengan Tuhan, dirinya
dan lingkungannya. Dengan demikian syariat menggariskan gambaran yang logis dan sempurna
agar berpikir tentang hubungannya dengan alam, mengetahui permulaan, kesudahan, nilai hidup,
kedudukan, fungsi dan tujuannya.
Syariat menetapkan kaidah dan tatanan tingkah laku muslim yang menjadikan
kehidupannya terpola dan sistematis. Ciri khas syariat Islam dilihat dari aspek berpikir dan terlihat
dalam kemampuan berikut :
a. Berpikiran dan berwawasan, karena memandang diri dan kehidupannya secara utuh dan
berkaitan dengan konsepsinya yang menyeluruh tentang alam dengan seluruh aspek duniawi dan
ukhrawi.
b. Berpikiran objektif serta sadar tentang segala yang diperbuat, dikatakan dan dikehendaki.
c. Berpikiran kritis menghadapi perkembangan zaman, untuk itu dituntut berijtihad.
d. Berpikir logis dan mampu mendeduksi.
e. Senang belajar dan mencapai hakikat ilmiah, yang menyebabkan terwujudnya suatu masyarakat
yang memiliki budaya berpikir kritis, sistematis, dan kreatif yang dibentuk oleh sistem pengajaran
dan pendidikan yang benar (Abidin, 157).
3. Prinsip Model Pembelajaran Qurani
Prinsip dalam sebuah model pembelajaran memiliki posisi penting sebab dengan adanya
prinsip sebuah model pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan gaya dan aturan yang telah
ditentukan.
Dengan kata lain prinsip berfungsi sebagai jalan untuk melapangkan sebuah proses
pembelajaran. Dan prinsip ini adalah prinsip dasar yang dapat dikembangkan sesuai dengan situasi
dan lingkungan.
Al-Quran dari berbagai ayat yang tersebar, dapat ditemukan prinsip-prinsip yang mendasari
pengembangan teori ini dari model pembelajaran Qurani, yaitu : yang pertama, kasih sayang.
Esensi al-Quran tentang pendidikan seluruhnya diwarnai oleh prinsip kasih sayang.
Pendidikan adalah implementasi dari kasih sayang yang secara fitrah dimiliki oleh setiap
individu. Dalam konteks pendidikan kasih sayang ini menjadi dasar yang kokoh bagi komunikasi
pendidikan yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Allah swt lebih jauh lagi
menjelaskan bagaimana pengajaran yang baik melalui kasih sayang sebagaimana pengajaran,
nasihat dan wejangan nabi Musa as dan Harun as kepada Firaun.(Qs Thoha 42-44).
Kedua, kegembiraan, prinsip kegembiraan adalah salah satu inti dari sebuah penyampaian
atau pengajaran (pembelajaran) dengan adanya ilmu pengetahuan yang disampaikan kepada anak
didik adalah suatu berita gembira yang harus dirayakan dalam bentuk ketekunan belajar dan
mengamalkannya. Semua proses pembelajaran harus dibarengi dengan suasana gembira yang
tetap pada batas kebenaran, bukankah al-Quran telah menjelaskan bahwa Rasulullah saw diutus
untuk membawa kabar gembira dan peringatan. Qs al-Baqarah 119.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa apa-apa yang dibawa oleh Rasulullah adalah suatu
kebenaran, bersifat tetap dan tegas yaitu akidah, syariah, dan muamalah semuanya dapat
memberikan kebahagiaan bagi siapa saja yang mengambilnya sebagai petunjuk dan peringatan.
Kegembiraan dalam belajar akan menghasilkan keriangan sehingga pembelajaran dapat berjalan
dengan mudah.
Ketiga, keterbukaan, prinsip keterbukaan lahir dari pandangan bahwa kualitas manusia
terletak pada konteks hubungan dengan manusia lain dalam bentuk dialogis antara pendidik
dengan terdidik. Keterbukaan yang ditampilkan dalam suasana pendidikan tersebut menjadi prinsip
dasar keseluruhan konsep pendidikan Qurani.
Keempat, keseimbangan, pada dasarnya keseimbangan merupakan prinsip yang diletakkan
Allah swt pada seluruh ciptaan-Nya.
Dalam pendidikan Qurani, konsep ini ditujukan kepada kodrat dasar manusia sebagai
makhluk Allah yang memiliki dimensi fisik dan ruhani dan kualitasnya sangat ditentukan oleh
adanya keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud adalah keselarasan. seperti konsep shalat,
amar maruf, nahi munkar dan sabar. Qs lukman : 16.
Ayat ini mengisyaratkan bentuk keseimbangan antara peran individu dan social, yaitu
hubungan individu dengan Allah, hubungan dengan sesama manusia serta hubungan individu
dengan dirinya sendiri.
Kelima, keterpaduan lingkungan atau integralitas adalah gagasan yang menjadi prinsip
pendidikan Qurani yang merupakan implikasi dan keutuhan pandangan al-Quran terhadap
manusia. Dalam prinsip ini terdidik dipandang sebagai manusia dengan segala atribut yang
dimilikinya, yang terpadu secara utuh, karena itu, dalam tindakan praktis pendidikan, upaya-upaya
yang dilakukan pendidik senantiasa didasarkan pada keterpaduan dan integralitas (Abidin, 158-
163).
4. Tujuan model pembelajaran Qurani
Tujuan pendidikan Qurani diarahkan kepada suatu hasil yang bersifat fisik, mental dan
spiritual. Kendati demikian tidak berarti ketiga hal tersebut dianggap sebagai unsur manusia, tetapi
merupakan kesatuan utuh yang akan membentuk kepribadiannya. Artinya sasaran pendidikan
Qurani adalah seluruh ranah siswa secara menyeluruh dan disampaikan secara bertahap serta
berkesinambungan. Oleh sebab itu, model Qurani akan selalu terkait dengan tujuan pendidikan
Qurani, karena keduanya merupakan komponen penting dari sistem pendidikan Qurani.
Model Qurani memiliki tujuan yang utuh sebagai manusia istimewa, jadi konsep model
pembelajaran Qurani bertujuan membentuk manusia ulul al-bb telah banyak dijelaskan dalam al-
Quran.
E. Pendekatan Model Pembelajaran Qurani
Di dalam al-Quran terdapat ayat-ayat atau contoh-contoh yang dapat digunakan sebagai
acuan atau alternatif dalam memilih pendekatan pembelajaran. Diantara pendekatan-pendekatan
tersebut adalah :
1. Pendekatan akal (kognitif)
Pendekatan akal atau marifi merupakan pendekatan yang cendrung menggunakan aspek
nalar. Hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan marifi ini di dalam al-Quran terdapat pada ayat-
ayat yang seringkali diikuti oleh redaksi kata aql dan fikr. Pendekatan aqli seringkali digunakan
untuk hal-hal yang berifat eksak sedangkan fikr seringkali dipergunakan untuk masalah-masalah
yang memerlukan penalaran atau perenungan (Abidin, 175).
2. Pendekatan induksi
Pendekatan induksi atau dalam al-Quran disebut istiqri adalah pendekatan yang
dilakukan dengan menganalisis secara ilmiah, dimulai dari hal-hal atau peristiwa yang khusus untuk
menentukan hukum yang bersifat umum. Sebagai contoh, firman Allah taala : maka apakah mereka
memperhatikan bagaimana unta diciptakan, langit bagaimana ia ditinggikan, dan gunung-gunung
bagaimana ia ditegakkan dan bumi bagaimana ia dihamparkan, karena sesungguhnya kamu
hanyalah orang yang memberi peringatan.
Pada ayat ini terdapat rentetan ayat yang mengingatkan dan menyadarkan manusia akan
kebesaran dan keagungan Allah supaya manusia mau mengingat Allah, maka ayat tersebut dimulai
dengan seruan agar memperhatikan berbagai ragam ciptaan Allah, dimulai dari memperhatikan
bagaimana unta diciptakan, kemudian langit, gunung dan bumi menjadi hamparan. Setelah
memperhatikan bagian fenomena-fenomena alam kemudian diharapkan akan muncul kesadaran
yang akan mampu membuat kesimpulan bahwa yang Maha Agung lagi Besar dan menciptakan
seluruh alam adalah Allah swt (Abidin, 176).
3. Pendekatan deduksi
Pendekatan deduksi adalah pendekatan yang dilakukan dengan menganalisis secara ilmiah,
dimulai dari hal-hal atau peristiwa yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus atau
disebut dengan pendekatan istidlli atau istinbthi. Contoh Qs. al-Baqarah 21-22.
Ayat tersebut memerintahkan untuk menyembah kepada Tuhan yang telah menciptakan,
kemudian eksistensi Tuhan yang maha pencipta diperinci oleh ayat berikutnya yang menjadikan
bumi sebagai hamparan, langit sebagai atap menurunkan air hujan dari langit dan seterusnya
(Abidin, 177).
4. Pendekatan Emosi
Pendekatan emosi adalah pendekatan yang dilakukan untuk menggugah daya rasa atau
emosi peserta didik agar mampu meyakini, memahami dan menghayati materi yang disampaikan.
Sebagaimana Qs. Al-Anfl : 2.
Ayat diatas menunjukkan bahwa aspek emosi memiliki daya tangkap atau pengaruh yang
besar terhadap fenomena yang muncul dari luar diri seseorang, dari yang didengar maupun yang
dilihat, kemudian merasuk kedalam jiwanya. Dicontohkan oleh ayat tersebut di atas bahwa seorang
mukmin apabila disebut nama Allah maka hatinya menjadi bergetar dan jika dibacakan ayat-ayat-
Nya rasa imannya semakin bertambah serta menumbuhkan sikap tawakkal (Abidin, 178).
5. Pendekatan Ifrady
Pendekatan ifradi adalah pendekatan yang dilakukan untuk memberikan perhatian kepada
peserta didik dengan memperhatikan masing-masing karakter yang ada pada mereka. Mereka
berprilaku dalam belajar, mengemukakan pendapat, berpakaian, daya serap, kecerdasan dan
sebagainya memiliki karakter yang berbeda-beda. Qs. al-Lail : 3-4 dan Qs. al-Isra 21.
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa prilaku dan karakter setiap orang berbeda-beda dan
masing-masing memiliki kelebihan atas yang lain. Bagi seorang pendidik hendaknya memahami
dan menyadari perbedaan tersebut sehingga mampu berbuat yang terbaik untuk peserta didiknya
(Abidin, 179).
6. Pendekatan Ijtimi
Pendekatan ijtimi ini sangat efektif dalam membentuk sifat kebersamaan siswa dalam
lingkungannya, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Pola pendekatan ini ditekankan
pada aspek tingkah laku. Guru hendaklah dapat menanamkan rasa kebersamaan dan siswa dapat
menyesuaikan diri baik dalam individu, maupun sosialnya. Islam dalam segi apa pun selalu
menekankan pentingnya jamaah baik dalam shalat maupun dalam belajar atau majlis ilmu (Qs.
Mujdalah : 11) atau bahkan dalam menyelesaikan urusan (Qs. Ali Imrn : 159), (Qs. asy-Syra :
38), dan (at-Thalq : 6) (Abidin, 160).
F. Strategi Model Pembelajaran Qurani
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Abidin, 180).
Adapun al-Quran dalam menyampaikan pokok-pokok isinya memiliki strategi tersendiri yang
mampu diterima oleh semua kalangan dan berbagai tingkat daya nalar pembacanya. Berinjak dari
hal-hal yang konkrit, dapat disaksikan dan diakui, seperti hujan, angin, tumbuh-tumbuhan, petir dan
kilat. Kemudian beralih kepada hal-hal yang dogmatis seperti keharusan mengakui wujud,
keagungan, kekuasaan dan seluruh sifat sempurna Allah swt. semua ini kadangkala diungkapkan
dalam kalimat bertanya, baik dengan maksud memberikan perhatian, membuat senang,
mengingatkan dengan cara yang baik. Maupun dengan maksud-maksud lain yang dapat
merangsang kesan-kesan rabbani, seperti tunduk, bersyukur, cinta dan khusyu kepada Allah
setelah itu baru disajikan berbagai macam ibadah dan tingkah laku ideal untuk menerapkan akhlak
rabbani secara praktis (Abidin, 181-182).
Adapun upaya untuk membuat emosi pembaca (peserta didik) merasa terlibat dengan topik
materi yang disampaikan. Hal ini dilakukan agar perhatian peserta didik terhadap materi yang
disampaikan mendapatkan perhatian yang maksimal. Dengan cara merangsang berbagai emosi
secara berulang-ulang dengan berbagai pengalaman tingkah laku afektif, disertai dengan objek
tertentu, jika setiap kali objek ini dirangsangkan, orang akan mempunyai kesiapan untuk
membangkitkan emosi itu.
Emosi tidak lain adalah kesiapan untuk membangkitkan instinktif dan impresif. Jika emosi
dididik bersama-sama tingkah laku ideal yang dituntut oleh emosi, maka pendidikan akan benar-
benar mampu mengintegrasikan diri dan memanfaatkan segala potensinya demi kebaikan umat
manusia. Contoh paling jelas dari metode pendidikan Qurani ini terdapat di dalam surah ar-
Rahmn, disini Allah swt mengingatkan kita secara berulang-ulang akan nikmat dan bukti
kekuasaan-Nya, dimulai dari manusia dan kemampuannya dalam mendidik, hingga sampai pada
matahari, bulan bintang, pepohonan, buah-buahan, langit dan bumi. Pada setiap atau beberapa
ayat dengan kalimat berita itu, manusia berhadapan dengan indra, naluri, suara hati dan perasaan.
Adapun komponen-komponen strategi pembelajaran yaitu guru, peserta didik, tujuan, bahan
pelajaran, kegiatan pembelajaran, metode, alat, sumber pembelajaran, evaluasi dan situasi atau
lingkungan (Abidin, 187).
Komponen-komponen ini akan mempengaruhi jalannya pembelajaran, untuk itu semua
komponen strategi pembelajaran merupakan faktor yang berpengaruh terhadap strategi
pembelajaran.
G. Metode dan Tekhnik Pembelajaran
1. Metode Amsl
Suatu perumpamaan atau ungkapan-ungkapan dengan gaya bahasa yang indah yang
diberikan oleh Allah swt melalui al-Quran berupa ungkapan singkat, jelas dan padat untuk dijadikan
sebagai ibarat teladan yang baik dalam rangka meningkatkan iman dan takwa kepada Allah (Al-
Qathan 2000, 291).
2. Metode Kisah Qurani
Merupakan kerja yang terencana dan sistematis dalam bentuk lisan yang memaparkan
pengetahuan kepada anak didik dengan gaya bahasa sederhana dan mudah dipahami sesuai
urutan terjadinya untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan dan didasarkan ajaran Islam yang
terdapat dalam al Quran (Majid 2001, 8).
3. Metode Hiwr
Yang dimaksud metode hiwr adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih
melalui Tanya jawab mengenai suatu topik yang mengarah pada suatu tujuan. Percakapan ini bias
dialog langsung dan melibatkan kedua belah pihak secara aktif atau bisa juga yang aktif hanya
salah satu pihak saja, sedang pihak lain hanya merespon dengan segenap perasaan, penghayatan
dan kepribadiannya. Dalam hiwr ini kadang-kadang keduanya sampai pada suatu kesimpulan,
atau mungkin salah satu pihak tidak merasa puas dengan pembicaraan lawan bicaranya. Namun
demikian ia masih dapat mengambil pelajaran dan menentukan sikap bagi dirinya (Abidin, 234-
235).
4. Metode Targhb dan Tarhb
Merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pendidik dalam memberikan motivasi untuk
melakukan dan mencintai kebaikan dan rayuan untuk melakukan amal shaleh dan memberikan
urgensi kebaikan itu sendiri. Sehingga anak didik melakukan dengan ikhlas dengan harapan akan
memperoleh imbalan atau pahala dari Allah swt. substansi dari metode targhb yaitu memotivasi diri
untuk melakukan kebaikan. Baik memotivasi diri itu tumbuh karena faktor-faktor ekstrinsik atau
pengaruh dari luar, maupun faktor instrinsik atau faktor-faktor dari dalam diri sendiri peserta didik
(Abidin, 255).
Sedangkan metode tarhb diartikan suatu cara yang digunakan dalam pendidikan Islam
dalam bentuk penyampaian hukuman atau ancaman kekerasan terhadap anak didik yang bandel
yang tidak mampu lagi dengan berbagai metode lain yang sifatnya lebih lunak (Abduh 2008, 1).
5. Metode pembiasaan dalam al-Quran
Menurut Quraish Shihb bahwa metode pembiasaan yang akhirnya melahirkan kebiasaan
ditempuh al-Quran bertujuan untuk memantapkan pelaksanaan ajaran al-Quran (Shihab 1994,
176).
Dalam al-Quran surah al-Alaq adalah metode pembiasaan dan pengulangan. Latihan dan
pengulangan yang merupakan metode praktis untuk menghafalkan atau menguasai suatu materi
pelajaran termasuk kategori ini (Abidin, 263).
6. Metode keteladanan
Keteladanan merupakan upaya konkret dalam menanamkan nilai-nilai luhur kepada peserta
didik. Karena secara psikologis anak memang senang meniru, tidak saja yang baik, yang jelekpun
ditirunya. Sifat peserta didik itu diakui dalam Islam. Umat meneladani nabi, nabi meneladani al-
Quran. Aisyah pernah berkata bahwa akhlak Rasulullah itu adalah al-Quran. Pribadi rasul itu adalah
interpretasi al-Quran secara nyata. Tidak hanya cara beribadah, caranya berkehidupan sehari-hari
pun kebanyakan merupakan contoh tentang cara kehidupan islami.
7. Metode Ibrah dan Mauizah
Yaitu dimana guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu
yang ditentukan dan tempat tertentu pula, dilaksanakan bahasa lisan berupa nasihat untuk
memberikan pengertian terhadap suatu materi, setelah itu pendidik berusaha mengambil
hikmah/teladan dari materi pelajaran tersebut (Abidin, 287).

KESIMPULAN

Model pembelajaran Qurani adalah model yang dikembangkan berdasarkan konsep al-
Quran sebagai bentuk pola dalam proses pembelajaran yang disusun secara sistematis, logis dan
akuntabilitas dan merupakan sebuah rintisan awal dalam pengembangan sebuah model
pembelajaran serta dapat dikembangkan secara lebih spesifik sampai pada terbentuknya sebuah
model yang memiliki validitas dan merupakan sebuah rintisan awal dalam pengembangan sebuah
model pembelajaran serta dapat dikembangkan lebih spesifik sampai pada terbentuknya sebuah
model yang memiliki validitas. Model pembelajaran dalam perspektif al-Quran dikaji berdasarkan
ayat-ayat yang langsung berkaitan dengan belajar, mengajar, serta ruang lingkup dalam kegiatan
pembelajaran.
Model pembelajaran Qurani meliputi kegiatan belajar mengajar dengan dilengkapai oleh
sarana dan prasarana mencakup pendekatan strategi, metode dan tekhnik pembelajaran,
kesemuanya dilandasi oleh al-Quran baik secara rinci maupun secara global.
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, M., Metode Pendidikan Qurani, Jakarta : Kemenag RI, 2008.


Abidin, Zaenal, Konsep Model Pembelajaran Dalam perspektif al-Quran, Banjarmasin : PASCA
SARJANA IAIN Antasari, 2010.
Alnuri, Efektivitas Metode Pembelajaran KI Hajar Dewantara Dalam Meningkatkan Kesadaran
Terhadap Ibadah Harta Bagi Siswa SMA Pgii Bandung, Bandung : UPI, 2014.
al-Qathan, Manna Khalil, Mabhis fi Ulm al-Qurn, ttp : Maktabah Maarif, 2000.
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Pembelajaran, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1986.
Majid, Abdul Aziz Abdul, Mendidik Dengan Cerita, diterj Neneng Yanti dan Lip Dzulkifli Yahya,
Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2001.
Malau, Jawane, Model-model Pembelajaran, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2006.
Meyer, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progressif, Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2010.
Mursy, Muhammad Said, Seni Mendidik Anak, Jakarta : ar-Royyan, 2001.
Rajasa, Sutan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Karya Utama, tth.
Sari, Reira Kurnia, dkk, Model-model Pembelajaran, Pekalongan : STAIN Press, 2013.
Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Quran, Bandung : Mizan, 1994.
Widyawati, Model Pembelajaran, Padang : UNP, 2010.

Anda mungkin juga menyukai