Anda di halaman 1dari 71

1

Bahan Ajar
PSIKOLOGI UMUM 2

Tim Penyusun:

 Ni Made Swasti Wulanyani  David Hizkia Tobing


 I Made Rustika  Ni Made Ari Wilani
 Dewi Puri Astiti  Adijanti Marheni
 Yohanes Kartika Herdiyanto  Putu Nugrahaeni Widiasavitri
 Komang Rahayu Indrawati  Putu Wulan Budisetyani
 Luh Kadek Pande Ary Susilawati  Supriyadi
 Luh Made Karisma Sukmayati Suarya  Tience Debora Valentina
 Made Diah Lestari

Program Studi Psikologi


Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
2

PRAKATA

Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memperkenankan buku itu dituliskan
untuk membantu para mahasiswa matakuliah Psikologi Umum 2. Mata kuliah ini bertujuan
memberikan pengenalan mengenai konsep dasar dalam Psikologi yang akan diperdalam pada
tahap perkuliahan berikutnya. Diharapkan bahan ajar ini dapat memperjelas kajian Ilmu
psikologi secara umum.

Denpasar, 3 Agustus 2016


Tim Penyusun
3

DAFTAR ISI

MATERI 1 Pengantar …………………………….. 4


MATERI 2 Gangguan Psikologis …………………………….. 8
MATERI 3 Kecerdasan dan bahasa …………………………….. 15
MATERI 4 Kepribadian …………………………….. 14
MATERI 5 Motivasi …………………………….. 23
MATERI 6 Emosi …………………………….. 26
MATERI 7 Psikologi Kesehatan …………………………….. 28
MATERI 8 Terapi …………………………….. 32
MATERI 9 Sensasi persepsi …………………………….. 37
MATERI 10 Psikologi belajar …………………………….. 46
MATERI 11 Ingatan …………………………….. 50
MATERI 12 Kesadaran …………………………….. 55
MATERI 13 Psikologi Industri & Organisasi …………………………….. 62
MATERI 14 Psikologi sosial …………………………….. 65
REFERENSI ………………………………. …………………………….. 71
4

MATERI 1
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN METODE ILMIAH

APA ITU PSIKOLOGI ?


Psikologi adalah kajian ilmiah mengenai perilaku dan proses mental.
Kajian ilmiah (ilmu pengetahuan ilmiah) : psikologi menggunakan metode-metode pengetahuan
ilmiah yang sistematis untuk mengamati perilaku manusia dan menarik kesimpulan
(menggambarkan, meramalkan dan menjelaskan perilaku.
Perilaku : aktivitas yang dapat diamati
Proses mental : berbagai pikiran, perasaan, dan motivasi yang dialami seseorang yang tidak
dapat diamati secara langsung.

PENDEKATAN ILMIAH AWAL PSIKOLOGI


1. STRUKTURALISME (Wilhelm Wundt)
Pendekatan Wundt dikenal sebagai strukturalisme karena fokusnya dalam mengidentifikasi
berbagai struktur pikiran manusia.
2. FUNGSIONALISME (William James)
Memusatkan pada fungsi dan tujuan dari pikiran dan perilaku dalam adaptasi individu dengan
lingkungannya.

Strukturalisme mengenai “apa” dari pikiran,


Fungsionalisme mengenai “mengapa”

PENDEKATAN PSIKOLOGI KONTEMPORER


1. PENDEKATAN BIOLOGI
Neurosains menekankan bahwa otak dan sistem saraf adalah inti untuk memahami perilaku,
pikiran dan emosi. Pikiran dan emosi memiliki dasar fisik di dalam otak.
2. PENDEKATAN BEHAVIORISTIK
Memusatkan pada interaksi dengan lingkungan yang dapat dilihat dan diukur. Skinner
meyakini bahwa ganjaran dan hukuman menentukan perilaku manusia.
5

3. PENDEKATAN PSIKODINAMIKA
Menekankan pikiran ketidaksadaran, konflik antara naluri biologis dan tuntutan masyarakat,
dan pengalaman keluarga pada usia dini
4. PENDEKATAN HUMANISTIK
Menekankan pada kualitas-kualitas positif seseorang, kapasitas untuk pertumbuhan positif,
dan kebebasan untuk memilih takdir hidup. Manusia memiliki kemampuan untuk
mengendalikan hidup mereka dan menghindari manipulasi lingkungan
5. PENDEKATAN KOGNITIF
Memandang pikiran manusia sebagai sebuah sistem pemecahan masalah yg aktif dan sadar.
Proses-proses mental individu merupakan aktivitas yang terkendali melalui ingatan,
persepsi, citra dan berpikir.
6. PENDEKATAN EVOLUSIONER
Prinsip “yang mampu bertahan hidup adalah mereka yang mampu menyelaraskan diri
dengan lingkungan hidupnya” dipergunakan sebagai dasar untuk menjelaskan perilaku
manusia yang spesifik (pengambilan keputusan, tingkat keagresifan, rasa takut).
7. PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA
Pemahaman yang menyeluruh mengenai perilaku seseorang memerlukan pengetahuan
mengenai konteks budaya tempat perilaku itu muncul

SPESIALISASI DALAM PSIKOLOGI


1. Psikologi perkembangan
2. Psikologi kepribadian
3. Psikologi sosial
4. Psikologi industri dan organisasi
5. Psikologi klinis dan konseling
6. Psikologi sekolah dan pendidikan
7. Psikologi forensik
8. Psikologi olahraga
9. Psikologi lintas budaya

METODE ILMIAH PSIKOLOGI


1. PENDEKATAN ILMIAH
6

Empat sikap dlm pendekatan ilmiah :


a. Rasa ingin tahu
b. Skeptis
c. Objektivitas
d. Kesediaan utk berpikir kritis

2.KOLABORASI
Melalui media jurnal ilmiah, temuan dievaluasi secara kritis oleh banyak ahli sehingga
menghasilkan pengetahuan yang berkualitas tinggi.

LANGKAH-LANGKAH DALAM METODE ILMIAH

1. Mengamati Sejumlah Gejala


2. Merumuskan Hipotesis Dan Dugaan
3. Menguji Melalui Penelitian Empiris
4. Menarik Kesimpulan
5. Mengevaluasi Kesimpulan

LATAR PENELITIAN DAN JENIS PENELITIAN


1. LATAR PENELITIAN :
a. laboratorium
b. alami
2. JENIS PENELITIAN :
a. Penelitian deskriptif (pengamatan, survei dan
wawancara, tes yg terstandarisasi, studi kasus)
b. Penelitian korelasional (utk menentukan apakah dua
variabel berubah bersamaan)
c. Penelitian eksperimental (utk menentukan apakah
satu variabel menyebabkan perubahan pada variabel lainnya).
MENGANALISIS DATA DAN MENGINTERPRETASIKAN DATA
1. STATISTIK DESKRIPTIF
a. Pengukuran tendensi sentral
b. Pengukuran variabilitas
7

2. STATISTIK INFERENSIAL
Digunakan untuk menarik kesimpulan mengenai data, baik mengenai perbedaan antara
kelompok maupun korelasi antara variabel
8

MATERI 2
GANGGUAN PSIKOLOGIS

DEFINISI PERILAKU ABNORMAL


Perilaku abnormal adalah perilaku menyimpang, maladaptif, menimbulkan distres pribadi
pada waktu yang cukup lama

Menyimpang : perilaku tidak seperti kebanyakan orang


Maladaptif : mengganggu kemampuan untuk berfungsi dengan efektif di dunia
Distres : perasaan tertekan merupakan hal yang wajar dalam kehidupan seseorang, tapi
perasaan tertekan yang berkepanjangan merupakan perilaku abnormal

PENDEKATAN TEORITIS TERHADAP


GANGGUAN PSIKOLOGIS
A. PENDEKATAN BIOLOGIS
Menekankan pada penyebab organik, internal.
Sudut pandang biologis terdiri atas 3 kategori :
1. Pandangan struktural : abnormalitas otak
menyebabkan gangguan psikologis
2. Pandangan biokimia : ketidakseimbangan
neurotransmiter atau hormon yang menyebabkan
gangguan psikologis
3. Pandangan genetika : gen-gen yang terganggu
menyebabkan gangguan psikologis

B. PENDEKATAN PSIKOLOGIS
1. Psikodinamika. Gangguan psikologis muncul dari konflik-konflik yang tidak disadari yg
menimbulkan kecemasan dan menyebabkan perilaku maladaptif
2. Behaviorisme dan sosial kognitif. Faktor hadian dan hukuman dalam lingkungan yg
menentukan perilaku abnormal
3. Sifat. Perilaku dan karakteristik abnormal sebagai variasi-variasi dari karakteristik kepribadian
normal yang terlihat dari populasi yg sehat
9

4. Humanistik. Gangguan psikologis disebabkan oleh ketidakmampuan individu


mengembangkan potensi dirinya.

C. PENDEKATAN SOSIO-KULTURAL
Pendekatan ini memberi penekanan lebih pada konteks sosial tempat individu hidup,
termasuk pernikahan (keluarga), lingkungan tempat tinggal, status sosio-ekonomi, etnis,
gender, budaya. Masalah psikologis lebih banyak disebabkan oleh fungsi keluarga yang
tidak efektif.

D. PENDEKATAN INTERAKSI: MODEL BIOPSIKOSOSIAL


Perilaku abnormal dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis (seperti proses-proses dalam
otak dan hereditas), faktor psikologis (seperti pikiran yang terdistorsi dan harga diri yang
rendah), dan faktor sosio-kultural (seperti fungsi keluarga yang tidak efektif dan
kemiskinan)

MENGKLASIFIKASIKAN PERILAKU ABNORMAL


Sistem klasifikasi DSM-IV
Lima axis dari DSM-IV adalah :
Axis I : Semua kategori diagnosis kecuali gangguan kepribadian dan
retardasi mental (lihat hal. 296)
Axis II : Gangguan kepribadian dan retardasi mental
Axis III : Kondisi kesehatan umum
Axis IV : Masalah-masalah psikososial dan lingkungan
Axis V : Tingkat berfungsi individu saat ini

Kritik thp DSM-IV.


1. Perilaku yg dalam kehidupan sehari-hari dianggap biasa, dalam DSM-IV dianggap gangguan
psikologis
2. DSM-IV lebih memusatkan pada patologi dan permasalahan. sedangkan dalam kehidupan
sehari-hari mengenali kekuatan individu dapat menjadi langkah penting utk
memaksimalkan kemampuan individu utk berkontribusi dalam masyarakat

GANGGUAN CEMAS
Merupakan gangguan psikologis yang mencakup ketegangan motorik (tdk dapat duduk tenang),
10

hiperaktivitas (jantung berdetak cepat dan berkeringat), harapan-harapan dan pikiran


yang mendalam. Individu yang mengalami gangguan ini juga merasa sulit mengendalikan
keadaan tersebut, tidak proporsional dengan bahaya yang dihadapi, serta mengganggu
kehidupan sehari-hari.
Menurut Goleman, perasaan khawatir dan cemas disebabkan oleh antisipasi berlebihan
terhadap kejadian yang akan terjadi.

GANGGUAN CEMAS YANG BERSIFAT UMUM


Kecemasan berlangsung terus menerus untuk setidaknya 6 bulan, individu tidak mampu
menunjukkan alasan jelas untuk kecemasan yang dialami. Kecemasan bisa meliputi :
pekerjaan, hubungan dengan orang lain, kesehatan.
Etiologi nya :
Faktor biologis : predisposisi genetika, defisiensi neurotransmiter GABA, dan ketidaknormalan
sistem pernapasan
Faktor psikologis dan sosio-kultural : standar diri yang sangat tinggi, orang tua yang terlalu
tegas dan kritis terhadap anak, pikiran negatif yang muncul saat stres, pengalaman
traumatis seperti orang tua yang sering memukul

GANGGUAN PANIK
Mengalami perasaan teror secara mendadak (perasan cemas tidak dialami setiap saat). Muncul
tanpa peringatan dengan tanda-tanda fisik : denyut jantung sangat cepat, napas pendek,
sakit di dada, gemetar, berkeringat, pusing, perasaan tidak berdaya.
Etiologi:
Pandangan biologis : memiliki sistem saraf otonom yang aktif secara berlebihan. Hiperventilasi
atau pernapasan berlebihan
Pandangan psikologis: individu salah memaknai indikator rangsangan fisiologis yang tidak
berbahaya

GANGGUAN FOBIA
Apabila dalam kecemasan tergeneralisasi individu tdk dapat menunjukkan penyebab
kecemasan, maka dlm fobia individu dpt menunjukkannya dengan jelas (mis: fobia kecoa)
Suatu ketakutan berkembang menjadi fobia ketika suatu situasi demikian mengancam sehingga
individu selalu mengusahakan untuk menghindarinya.
11

Fobia adalah ketakutan yang tidak dapat dikendalikan, tidak proporsional dan sangat
mengganggu.
Secara psikologis terjadinya gangguan fobia dijelaskan dengan classical conditioning

GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF
Obsesi adalah pikiran yang terus berulang, kompulsi adalah perilaku yang terus berulang.
Kompulsi paling umum adalah pemeriksaan berulang, pembersihan dan menghitung
Penderita tidak menikmati perilaku ritualnya, namun merasa sangat cemas ketika tidak
melakukannya.
Dilihat dari faktor biologis tampak ada komponen genetika, karena gangguan obsesif kompulsif
diwariskan dalam keluarga
Menurut sudut pandang kognitif, yang membedakan penderita gangguan obsesif kompusif
dengan bukan penderita adalah kemampuan untuk menghilangkan pikiran-pikiran negatif
yang mengganggu, baik dengan mengabaikannya atau melawannya

GANGGUAN STRES PASCATRAUMA


POST-TRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD)
PTSD adalah gangguan kecemasan yang berkembang melalui pengalaman traumatis, seperti
perang, penyiksaan, perkosaan, bencana alam, kecelakaan pesawat terbang.
Gejala-gejala PTSD:
- Kemunculan kembali gambaran ttg kejadian
- Ketidakmampuan merasakan kebahagiaan, hasrat seksual atau hubungan interpersonal yg
menyenangkan
- Ketidakmampuan utk tidur
- Kesulitan utk konsentrasi dan mengingat
- Perasaan takut, meliputi tremor yg menunjukkan kecemasan
- Perilaku impulsif yg muncul meliputi agresivitas
Orang yg mengalami kembali bayangan yg mengerikan biasanya percaya bhw kejadian
traumatis tsb sedang terjadi kembali

GANGGUAN SUASANA HATI


GANGGUAN DEPRESIF:
Gangguan suasana hati dimana individu menderita depresi (kurangnya kegembiraan dalam
hidup yang berkepanjangan)
12

Sembilan gejala yg mencirikan episode depresi utama ( minimal 5 gejala pd waktu 2 minggu):
1. Suasana hati depresif pd sebagian besar waktu dalam sehari
2. Kurangnya minat atau kesenangan pd semua atau sebagian aktivitas
3. Berkurangnya atau meningkatnya berat badan secara signifikan atau penurunan minat
makan
4. Kesulitan tidur atau tidur terlalu banyak
5. Psikomotor tidak teratur atau kemunduran dalam psikomotorik
6. Kelelahan atau kehilangan energi
7. Perasaan tdk berharga atau bersalah yg tdk tepat atau berlebihan
8. Permasalahan dlm proses berpikir, berkonsentrasi, atau membuat keputusan
9. Pikiran berulang tentang kematian dan bunuh diri

GANGGUAN BIPOLAR
Penderita gangguan bipolar mengalami siklus berulang depresi yang bergantian dengan mania
(merasa euforia, terlalu bersemangat, optimis dan tidak realistis)
Etiologi:
Psikodinamika: depresi adalah insting agresif yang diarahkan ke dalam diri
Bahaviorisme: individu mengalami stimulasi yang aversif seperti stres yg berkepanjangan
dimana individu tdk mempunyai kendali terhadap situasi tersebut
Kognitif: individu yg depresi jarang memiliki pikiran yang positif. Mereka memaknai hidup
dengan cara memukul diri sendiri, serta memiliki harapan negatif tentang masa depan.

GANGGUAN DISOSIASI
Adalah gangguan psikologis yang melibatkan kehilangan memori atau perubahan identitas
secara mendadak.
Tiga jenis gangguan disosiasi adalah:
1. Amnesia: gangguan disosiasi yg ditandai oleh kehilangan ingatan yg ekstrem sebagai akibat
stres psikologis yang berkepanjangan
2. Fugu: gangguan disosiasi dimana individu mengalami amnesia, pergi jauh dari rumah dan
membuat identitas baru.
3. Gangguan identitas disosiasi: individu memiliki dua atau lebih kepribadian, satu kepribadian
mendominasi pada satu waktu sementara kepribadian lain mengambil alih pada waktu
lain, kepribadian ini dipisahkan oleh dinding amnesia.
13

SKIZOFRENIA
Schizo = terpecah phrenia = pikiran
Pikiran terpecah dari realitas. Ini merupakan gangguan psikologis yang parah yg dicirikan oleh
adanya proses-proses berpikir yang terganggu
Gejala positif skizofrenia: halusinasi, delusi, pikiran terganggu (mis: inkoheren), gangguan pada
gerakan (mis: katatonia)
Gejala negatif skizofrenia: afek datar (tdk menunjukkan ekspresi emosi)
Penyebab:
Sebagian disebabkan oleh faktor genetis. Penanda genetika utk munculnya skizofrenia adalah
kromosom 10, 13,dan 22.
Secara psikologis: kombinasi dari disposisi biogenetik dan stres menyebabkan skizofrenia

GANGGUAN KEPRIBADIAN
Gangguan kepribadian merupakan pola-pola kognitif-perilaku yang maladaptif dan kronis yang
terintegrasi pada kepribadian seseorang. Individu dgn gangguan kepribadian menjadi
masalah untuk orang lain, sumber kebahagiaan mereka bersifat membahayakan atau
ilegal.
Dalam DSM-IV gangguan kepribadian dikelompokkan menjadi 3:
1. Kluster ganjil/ eksentrik:
a. Paranoid: Kurang percaya pada orang lain, selalu curiga
b. Schizoid: menarik diri, malu, shg dianggap orang yg “dingin”
c. Schizotypal: menunjukkan pola pikir yang ganjil yg menunjukkan kepercayaan yg
eksentrik.
2. Kluster Dramatik / problematis emosional
a. Histrionik: sering mencari perhatian dan cenderung
bereaksi berlebihan
b. Narsistik: merasa diri sebagai sosok penting yg tidak
realistis
c. Borderline: sering tidak stabil secara emosional, impulsif,
tdk dapat diprediksi, mudah terganggu.
d. Antisosial: tdk pernah merasa bersalah, melanggar aturan, tdk bertanggung jawab dan
mengganggu.
3. Kluster Ketakutan-kronik / menghindar
a. Menghindar: memiliki harga diri yg rendah dan sangat sensitif pada
14

penolakan,
b. Tergantung: kepercayaan diri rendah, menggantungkan diri pada pribadi
yang lebih kuat
c. Pasif agresif: sering melakukan penundaan, keras kepala atau secara sengaja
menimbulkan inefisiensi sbg usaha utk membuat orang lain kesulitan
d. Obsesif –kompulsif: menunjukkan perfeksionisme yg obsesif, kekakuan,
dan kebutuhan utk menerapkan standar moral yg sangat ketat. Gg ini sering
menimbulkan kebingungan dgn gg kecemasan obsesif kompulsif, bedanya
pada gg ini tdk mengacu pd sejumlah pikiran dan ritual yg ditemukan pd gg
obsesif kompulsif.
15

MATERI 3

KECERDASAN DAN BAHASA

PENGERTIAN CERDAS
Masing-masing budaya berbeda mendefinisikan kecerdasan atau inteligensi
Euro-Amerika : memandang kecerdasan dalam konteks penalaran dan ketrampilan berpikir
Kenya : perilaku cerdas terkait dgn keikutsertaan yg bertanggung jawab dlm kehidupan
keluarga dan sosial
Uganda : mengetahui apa yg harus dilakukan dan menunjukkan perilaku yg tepat dlm situasi
tertentu
Papua Nugini : kemampuan utk mengingat nama-nama10.000 hingga 20.000 suku yg ada

PENDEKATAN SECARA OPERASIONAL


Menurut Freeman secara operasional definisi inteligensi dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :
1. Inteligensi sebagai kemampuan utk menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru
2. Inteligensi sebagai kemampua utk belajar
3. Inteligensi sebagai kemampuan utk menggunakan konsep abstrak

PENDEKATAN SECARA FAKTORIAL


yaitu pemahaman inteligensi berdasarkan struktur dan komponennya
Menurut Spearman inteligensi terdiri dari faktor umum (faktor g) dan faktor khusus (faktor s)

Sifat-sifat faktor “g” adalah :


1. Universal dan dibawa sejak lahir
2. Merupakan energi mental umum
3. Konstan
4. Jumlah “g” pada tiap orang berbeda-beda
5. Dipergunakan pada tiap aktivitas
6. Semakin tinggi “g” dalam diri seseorang maka semakin mudah seseorang menyelesaikan
masalah
16

Sifat-sifat faktor “s” adalah :


1. Dipelajari dan diperoleh dari lingkungan
2. Bervariasi utk tiap aktivitas (pada individu yg sama)
3. Tiap-tiap orang berbeda-beda jumlah kemampuan “s” nya

TEORI KECERDASAN MAJEMUK


TEORI STERNBERG :
1. Kecerdasan analititis
2. Kecerdasan kreatif
3. Kecerdasan praktis

TEORI GARDNER :
1. verbal
2. matematika
3. spasial
4. jasmani-kinestetik
5. musikal
6. interpersonal
7. intrapersonal
8. naturalis
MENGUKUR KECERDASAN
Suatu alat ukur harus :
1. Valid : mengukur apa yang seharusnya diukur
2. Reliabel : menghasilkan kinerja yang konsisten dan dapat diulang
3. Terstandarisasi : melibatkan pengembangan prosedur yang seragam utk
mengadministrasikan dan memberikan skor pada sebuah tes, serta menciptakan norma,
atau standar kinerja untuk tes

Norma menjelaskan tentang skor mana yang dianggap tinggi, rendah dan rata-rata.

TES IQ
Dikembangkan pertama kali oleh Alfred Binet dan Theopile Simon
17

IQ = (MA/CA) X 100

IQ = intelligence quotient
MA = mental age
CA = chronological age

TES INTELIGENSI YG ADIL BUDAYA


adalah tes kecerdasan yg ditujukan untuk tidak memiliki bias budaya
Kesulitan menyusun tes inteligensi bebas budaya disebabkan oleh :
1. Kebanyakan tes kecerdasan merefleksikan apa yg penting utk budaya tertentu
2. Bila tes memiliki batasan waktu, maka tes akan menjadi bias thp klp yg tidak menganggap
penting waktu.
3. Bila bahasa yg digunakan berbeda, maka kata yg sama memiliki makna yg berbeda utk klp
dgn bahasa yg berbeda

PENGARUH GENETIKA DAN LINGKUNGAN TERHADAP KECERDASAN


HERITABILITAS : sumbangan faktor genetis terhadap skor IQ seseorang. Indeks heritabilitas
0,70 atau lebih menunjukkan pengaruh faktor genetis yang kuat

Penelitian menunjukkan heritabilitas meningkat dari periode anak-anak hingga dewasa (0,35
pada masa anak-anak, setelah dewasa menjadi 0,75). Hal ini disebabkan krn dgn
bertambahnya umur interaksi manusia dgn lingkungan lebih banyak ditentukan oleh
kehendak diri sendiri, bukan ditentukan oleh keinginan orang lain atau lingkungan

NILAI-NILAI EKSTREM KECERDASAN


1. KEBERBAKATAN : memiliki kecerdasan yg tinggi (IQ 130 keatas) dan atau memiliki bakat
superior pada area tertentu. Penelitian Terman menunjukkan mereka menjadi ahli dlm
ranah-ranah tertentu, tapi mereka tdk menciptakan ranah baru. Penelitian Lubinski
menunjukkan anak-anak sangat berbakat melakukan hal-hal yg luar biasa.
Keberbakatan merupakan produk faktor hereditas dan lingkungan (dukungan keluarga dan
latihan yang bertahun-tahun)
2. KETERBELAKANGAN MENTAL (RETARDASI MENTAL atau RM) yaitu individu yang
memiliki taraf IQ rendah (di bawah 70) serta kesulitan beradaptasi dlm kehidupan sehari-
hari, munculnya pada usia dini (sebelum usia 18 tahun). Dpt diklasifikasikan menjadi RM
18

ringan, sedang. berat.


Penyebab RM :
a. faktor organik (mis : down syndrome)
b. faktor sosial dan budaya

BAHASA
Bahasa adalah bentuk komunikasi (lisan, tertulis, dan menggunakan isyarat)
Bahasa manusia dicirikan oleh empat sistem aturan :
1. Fonologi ; sistem suara dalam satu bahasa
2. Morfologi : aturan pembentukan kata dalam bahasa
3. Sintaksis : aturan sebuah bahasa dalam melakukan kombinasi kata utk membentuk kalimat
4. Semantik : makna kata-kata dan kalimat dlm bahasa tertentu.

HUBUNGAN ANTARA BAHASA DAN KOGNISI


1. Peran bahasa dalam kognisi.
Bahasa membantu manusia berpikir, membuat kesimpulan, mengambil keputusan yg sulit,
dan menyelesaikan masalah
Menurut Whorf bahasa menentukan cara manusia berpikir

2. Peranan kognisi dalam bahasa


Para peneliti juga melihat kognisi juga merupakan dasar penting utk bahasa

PENGARUH FAKTOR BIOLOGIS DAN LINGKUNGAN PADA BAHASA


BIOLOGIS
Otak, sistem syaraf dan tampilan vokal manusia memiliki kesiapan fisik utk berbahasa.

LINGKUNGAN
Menurut Skinner bahasa merupakan sekumpulan respon yang diperoleh melalui penguatan.
Belakangan ini pandangan tersebut kurang disetujui karena tdk mampu menjelaskan
bgmn orang mampu menciptakan kalimat-kalimat baru

BERPIKIR, PEMECAHAN MASALAH SERTA KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN


Pada waktu orang menilai permasalahan yg dihadapi di luar kendali maka ia merasa tertekan
19

(stres)
Menurut Lazarus penilaian kognitif terdiri dari dua tahap :
1. Penilaian primer : menilai apakah kejadian yg dihadapi berbahaya serta mengancam.
Apabila stresor dipersepsikan sbg tantangan utk ditaklukkan, dan bukan sbg ancaman
maka hal ini akan mengurangi kadar stres
2. Penilaian sekunder, yaitu evaluasi yg dilakukan oleh seseorang thp sumber daya yg dimiliki
utk mengatasi permasalahan yg dihadapi
COPING ADA DUA JENIS :
1. Coping yg fokus pada masalah, yaitu strategi kognitif dimana seseorang menghadapi
langsung permasalahannya dan mencoba memecahkannya
2. Coping yg fokus pada aspek emosi, yaitu usaha utk mengatasi perasaan tertekan (stres) dgn
mengelola reaksi-reaksi emosi
20

MATERI 4

KEPRIBADIAN

SUDUT PANDANG PSIKODINAMIKA


1. Kepribadian pada dasarnya ketidaksadaran dan berkembang dalam berbagai tahapan. Untuk
memahami kepribadian orang harus mencari arti makna-makna simbolis perilaku
2. Kepribadian digambarkan sebagai gunung es di air
3. Struktur kepribadian : id, ego, super ego
4. Mekanisme pertahanan dilakukan utk mengurangi kecemasan

SUDUT PANDANG HUMANISTIK


Menekankan kapasitas seseorang utk pertumbuhan pribadi, kebebasan utk memilih takdirnya
sendiri, dan berbagai kualitas manusia.
Maslow menggambarkan orang yg mampu mengaktualisasikan diri sbg orang yg spontan,
kreatif, memiliki kapasitas yg polos utk menjadi mengagumkan. Orang yg mampu
mencapai tahapan ini akan toleran thp orang lain, memiliki rasa humor yg halus,
cenderung mengejar kebaikan yg lebih besar.
Rogers meyakini bhw manusia dilahirkan dgn insting intuitif yg mengarahkan utk membuat
berbagai pilihan baik. Konsep diri merupakan keseluruhan persepsi dan penilaian individu
mengenai kemampuan, perilaku, dan kepribadian. Orang yg memiliki konsep diri tdk
akurat cenderung tdk dapat menyesuaikan diri.

SUDUT PANDANG TRAIT


Trait adalah karakteristik kepribadian menetap yg cenderung mengarah pd perilaku-perilaku
tertentu
Allport menekankan keunikan tiap-tiap orang dan kapasitasnya utk beradaptasi dengan
lingkungan
Allport & Odbert : pendekatan leksikal. Didasarkan pada gagasan bahwa jika trait penting bagi
orang-orang dalam kehidupan nyata, maka trait seharusnya diwakili oleh bahasa umum
yang digunakan orang-orang untuk membicarakan orang lain. Dimulai dari 18.000 kata,
kemudian menjadi berkurang menjadi 4.500.
Thn 1946 Cattel dgn teknik analisis faktor menyimpulkan bahwa ada 16 faktor dasar
Thn 1963 Norman menganalisis ulang data yang digunakan Cattel dan menyimpulkan hanya
21

terdapat lima faktor yg disingkat menjadi OCEAN (Opennes, Conscientiousness,


Extraversion, Agreeableness, Neuroticism)

SUDUT PANDANG PERSONOLOGIS DAN KISAH HIDUP


PENDEKATAN PERSONOLOGIS
Murray : Untuk memahami seseorang harus dengan memahami sejarah seseorang, termasuk
aspek kehidupannya.

PENDEKATAN KISAH HIDUP DAN IDENTITAS


Dengan menggunakan riwayat, dokumen pribadi (catatan harian), surat, pidato, para psikolog
kepribadian terus mencari makna yang lebih dalam yang tidak dapat ditangani melalui
pengukuran lapor diri

SUDUT PANDANG KOGNITIF SOSIAL


BANDURA mengambil ajaran dasar behaviorisme dan menambahkan peran berbagai proses
mental dalam menentukan perilaku.
Perilaku, lingkungan, dan faktor manusia/kognitif semuanya penting dalam memahami
kepribadian
Variabel penting dalam memahami kepribadian menurut Bandura al :
Belajar melalui pengamatan, perkembangan kepribadian manusia sangat ditentukan oleh model
yang diamati
Kendali pribadi, pada suatu situasi pikiran manusia mengarahkan utk mengendalikan perilaku
dan menolak pengaruh lingkungan
Efikasi diri, keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai suatu situasi dan menghasilkan
berbagai hasil positif

PENGUKURAN KEPRIBADIAN

1. TES LAPOR DIRI


mis : MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory)
2. TES PROYEKTIF
Mis : Tes Rorschach inkblot test
Thematic Apperception Test
3. METODE PENGUKURAN LAINNYA
22

Mis : Pengukuran didasarkan pada pengamatan langsung


terhadap perilaku individu

KEPRIBADIAN DAN KESEHATAN


SERTA KESEJAHTERAAN

CONSCIENTIOUSNESS DAN KENDALI PRIBADI


Orang-orang dengan conscientiousness tinggi (berhati-hati, teliti) cenderung melakukan semua
hal yang baik untuk kesehatan, (mis : berolahraga teratur, tidak minum minuman keras)
Orang-orang dengan kendali pribadi tinggi akan mengarahkan strategi pemecahan masalah
untuk mengatasi stres. Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan perasaan kendali pribadi
terkait dengan resiko yang lebih rendah utk berbagai penyakit kronis

POLA PERILAKU TIPE A DAN TIPE B


Friedman dan Roseman mengemukakan sekelompok karakteristik : sangat kompetitif, tidak
sabar dan bermusuhan berkaitan dengan timbulnya penyakit jantung. Kelompok ini
disebut sebagai pola perilaku Tipe A. Sedangkan kelompok karakteristik : rileks dan santai
disebut sebagai pola perilaku Tipe B.
Komponen perilaku tipe A yang paling berkaitan dengan penyakit koroner adalah permusuhan.
Sistem kekebalan tubuh orang-orang yang memiliki kepribadian permusuhan lebih lemah
daripada orang-orang yang tidak memiliki kepribadian permusuhan

OPTIMISME DAN HARDINESS


Orang optimis menjelaskan berbagai penyebab peristiwa buruk dikarenakan oleh penyebab
eksternal, tidak stabil dan spesifik Orang-orang pesimis menjelaskan peristiwa buruk
dikarenakan penyebab internal, stabil dan umum
Optimisme merupakan pengharapan bahwa hal-hal baik lebih mungkin terjadi dan hal-hal buruk
kecil kemungkinannya terjadi di masa depan
Hasil penelitian menunjukkan orang optimis berfungsi lebih efektif secara fisik dan mental
dibandingkan orang yang pesimis
Hardiness, olahraga, dan dukungan sosial mengurangi stres dan menurunkan kecenderungan
terkena penyakit
23

MATERI 5
MOTIVASI, EMOSI DAN KESEHATAN

TEORI-TEORI MOTIVASI

1. PENDEKATAN EVOLUSI
Semua perilaku melibatkan insting. Setiap orang sudah memiliki insting untuk mendapatkan
sesuatu, keingintahuan, keinginan untuk berkelahi, insting untuk bersosialisasi, insting
untuk menonjolkan diri. Tapi kebanyakan perilaku manusia terlalu kompleks untuk
dijelaskan dengan menggunakan insting sebagai dasar.

2. TEORI PENGURANGAN DORONGAN


Dorongan adalah keadaan tergugah yang terjadi karena adanya kebutuhan fisiologis
Kebutuhan adalah keadaan kekurangan sesuatu yang memberi energi untuk
menghilangkan atau mengurangi keadaan kekurangan tersebut (mis: kebutuhan air,
makanan)
Seiring dengan semakin kuatnya dorongan manusia termotivasi untuk mengurangi
dorongan.
Homeostasis adalah kecenderungan tubuh untuk mempertahankan keadaan seimbang
atau tenang (mis: suhu tubuh, kadar gula, dsb).

3. TEORI PENGGUGAHAN OPTIMAL


Individu kadang-kadang sengaja mencari keadaan terjaga atau teraktivasi dalam kehidupan
(mis: lompatan bungee)
Hukum Yerkes-Dodson menyebutkan kinerja akan muncul dalam kualitas terbaik ketika
berada dalam kondisi menggugah yang menengah (tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu
rendah).
Ketegangan yang terlalu rendah akan menyebabkan orang malas untuk menyelesaikan
tugas, sedangkan ketegangan yang terlalu tinggi menyebabkan orang sulit berkonsentrasi
menyelesaikan tugas.
24

HIRARKI KEBUTUHAN MANUSIA


Menurut Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum
kebutuhan yang lebih tinggi dapat muncul dan dipenuhi.
Hirarki kebutuhan manusia mulai dari yang paling dasar sampai pada yang paling tinggi adalah
sbb :
1. Kebutuhan fisiologis
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan akan rasa cinta dan penerimaan
4. Kebutuhan akan harga diri
5. Kebutuhan aktualisasi diri

TEORI DETERMINASI DIRI


(Edward Deci dan Richard Ryan)
Teori determinasi diri menyatakan ada tiga kebutuhan organismik, yaitu :
1. Kompetensi, kebutuhan ini terpenuhi pada waktu orang merasa mampu mencapai suatu
hasil yang diharapkan. Motivasi untuk memiliki kompetensi melibatkan efikasi diri.
2. Keterhubungan, yaitu kebutuhan untuk terlibat dalam hubungan yang hangat dengan orang
lain
3. Otonomi, yaitu perasaan dapat mengendalikan kehidupan sendiri.

MOTIVASI INTRINSIK VS EKSTRINSIK


1. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang didasarkan pada faktor-faktor internal, seperti
kebutuhan organismik (otonomi, kompetensi, keterhubungan), rasa ingin tahu, tantangan.
2. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang melibatkan insentif eksternal, seperti penguatan dan
hukuman
Motivasi intrinsik menghasilkan dampak yang lebih positif dibandingkan dengan motivasi
ekstrinsik.
Orang-orang yang motivasinya bersifat intrinsik menunjukkan minat yang lebih tinggi,
ketertarikan dan kepercayaan diri terhadap apa yang dilakukan.
25

REGULASI DIRI
Aspek penting dari regulasi diri adalah mendapatkan umpan balik tentang bagaimana kerja
yang sudah dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.
Tiga fase dalam regulasi diri adalah :
1. Penetapan tujuan
2. Perencanaan,
3. Pengawasan
Keberhasilan akan meningkat apabila tujuan yang dibuat spesifik, berjangka pendek dan
menantang. Merencanakan bagaimana mencapai tujuan dan mengawasi pencapaian
tujuan merupakan hal yang penting dalam pencapaian prestasi.
26

MATERI 6
EMOSI

DASAR BIOLOGIS EMOSI


Ketergugahan.
Emosi seperti marah dan takut diasosisikan dengan meningkatnya aktivitas saraf simpatetis
seperti meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung
Poligraf adalah sebuah alat yang memantau perubahan dalam tubuh (detak jantung,
pernafasan, respon elektrodermal) yang dianggap dipengaruhi oleh keadaan emosi. Alat
ini dipergunakan untuk menentukan apakah seseorang sedang berbohong atau tidak.

TEORI JAMES-LANGE
Pengalaman emosi merupakan hasil dari persepsi seseorang terhadap perubahan fisiologis
yang dialaminya

TEORI CANNON-BARD
Emosi dan reaksi fisiologis terjadi secara bersamaan.
Pada waktu ada kejadian yang mengancam bagian talamus dari otak melakukan dua hal
sekaligus: (1) merangsang sistem saraf otonom untuk menghasilkan perubahan fisiologis
yang terlibat dalam emosi; (2) mengirim pesan kepada korteks serebrum tempat
pengalaman emosi dipersepsikan.

SIRKUIT SARAF
Amigdala merupakan pusat bagi sirkuit saraf yang diaktifkan ketika mengalami pengalaman
negatif

BUDAYA DAN EKSPRESI EMOSI


Penelitian Paul Ekman menunjukkan tampilan wajah dari emosi tidak berbeda secara signifikan
dari satu budaya ke budaya lainnya.
Kapan, dimana dan bagaimana emosi-emosi ditampilkan
27

sangat ditentukan oleh sosio-kultural . Misalnya: ciuman sesama lelaki merupakan hal yang
umum di Yaman tapi tidak umum di Amerika Serikat. Tanda jempol yang dalam banyak
budaya berarti semuanya baik-baik saja merupakan sebuah penghinaan dalam budaya
Yunani.

KLASIFIKASI EMOSI
Pendekatan dua dimensi, memandang emosi terdiri dari :
Emosi negatif : kecemasan, marah, rasa bersalah, dan kesedihan
Emosi positif : gembira, bahagia, cinta, dan rasa tertarik
Penelitian menunjukkan emosi-emosi cenderung muncul bersamaan berdasarkan kekuatannya
sehingga pada waktu seseorang merasa sedih ia juga akan merasa marah dan khawatir.
Pada waktu seseorang merasa bahagia ia juga akan merasa percaya diri, ceria, dan sabar
menanti

Katarsis merupakan pelepasan rasa marah atau energi negatif secara langsung

EMOSI POSITIF DAN KESEHATAN


Emosi positif berkaitan dengan pelepasan sekresi
imunoglobulin A, yaitu antibodi yang dipercaya untuk menjadi pertahanan terdepan terhadap
penyakit flu. Suatu penelitian menunjukkan tingkat imunoglobulin A meningkat setelah
menonton video lucu dan bahagia.
28

MATERI 7

PSIKOLOGI KESEHATAN

Psikologi kesehatan menekankan pada peran psikologi dalam membangun dan


mempertahankan kesehatan
Pengobatan perilaku adalah suatu bidang antara disiplin ilmu yang berpusat pada
pengembangan dan pengintegrasian pengetahuan perilaku dan biomedis untuk
mempromosikan kesehatan dan mengurangi timbulnya penyakit

HUBUNGAN ANTARA PIKIRAN DAN TUBUH


Psikologi kesehatan dan pengobatan perilaku tidak hanya memperhatikan bagaimana keadaan
psikologi mempengaruhi kesehatan, tetapi juga bagaimana kesehatan dan penyakit dapat
mempengaruhi pengalaman psikologis seseorang termasuk kemampuan kognitif, stres,
dan kemampuan mengatasi masalah.

MEMBUAT PERUBAHAN POSITIF


DALAM HIDUP
MODEL TAHAPAN PERUBAHAN, yaitu menjelaskan proses dimana seseorang melepaskan
kebiasaan-kebiasaan buruk dan mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat. Model ini
membagi perubahan perilaku ke dalam lima langkah :
1. Sebelum kontemplasi.
Pada tahap ini tujuan utamanya adalah pembangkitan kesadaran, yaitu mengajak orang
untuk menyadari bahwa perilaku mereka saat ini merupakan suatu masalah
2. Kontemplasi
Pada tahap ini individu menyadari adanya masalah, namun belum siap berkomitmen untuk
berubah. Individu masih menimbang-nimbang keuntungan jangka pendek dari perilaku
bermasalah yang sudah ia lakukan dibandingkan dengan keuntungan jangka panjang dari
perubahan perilaku yang akan ia lakukan.
3. Persiapan/Determinasi
Pada tahap ini individu bersiap untuk mengambil tindakan. Kunci pertimbangan utama pada
tahap ini adalah “apakah individu benar-benar merasa sudah siap untuk berubah”.
29

4. Aksi/Kekuatan Keinginan
Pada tahap ini individu berkomitmen untuk membuat perubahan perilaku yang nyata dan
membuat sebuah rencana untuk perubahan efektif. Tantangan yang penting pada tahap
ini adalah mencari cara untuk mendukung pola perilaku baru yang sehat. Caranya antara
lain : (a) Dengan menemukan penguatan atau penghargaan untuk perilaku baru yang
telah dilakukan; (b) Menghindari situasi yang menggoda.
5. Maintenance.
Pada tahap ini individu telah berhasil dalam menghindari godaan dan secara konsisten
mengejar perilaku sehat. Tantangan terberat pada tahap ini adalah menghindari kambuh
kembali ke pola sebelumnya.

BEBERAPA ASPEK MENTAL YANG BERPERAN


UNTUK PERUBAHAN HIDUP
1. EFIKASI DIRI, adalah kepercayaan individu bahwa ia dapat menguasai suatu situasi dan
menghasilkan keluaran yang positif. Hasil penelitian menunjukkan efikasi diri berhubungan
dengan keberhasilan berbagai perubahan hidup
2. MOTIVASI. Perubahan akan menjadi efektif apabila seseorang melakukannya untuk dirinya
sendiri karena ia “ingin berubah”. Perencanaan tujuan jangka pendek yang dapat dicapai
(realistis) akan membuat seseorang merasa mendapat “bayaran” dari keberhasilan yang
dicapai.
3. KEYAKINAN RELIGIUS
Keyakinan terhadap agama dapat berpengaruh terhadap usaha untuk mempertahankan gaya
hidup sehat.
- Partisipasi religius dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan karena adanya
dukungan sosial. Hubungan sosial yang dibentuk oleh aktivitas keagamaan dapat
menghilangkan ketakutan, depresi, serta mencegah isolasi dan kesepian
- Keyakinan keagamaan dan spiritualitas secara umum dapat menjadi faktor penting dalam
kesehatan karena membangkitkan perasaan bermakna.

MENANAM KEBIASAAN BAIK


1. MENGENDALIKAN STRES
GAS (General Adaptation Syndrome) adalah gejala yang terjadi pada tubuh ketika ada
30

tuntutan (tekanan). GAS terdiri dari tiga tahap :


a. Tahap Alarm, adalah keadaan terkejut sementara, dimana resistensi tubuh terhadap
penyakit dan stres turun jauh di bawah normal, pada saat ini tubuh akan mengeluarkan
hormon yang dapat mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh, sehingga sangat rentan
terhadap penyakit.
b. Tahap Resistensi. Pada tahap ini sejumlah kelenjar di seluruh tubuh akan mulai
menghasilkan hormon yang berbeda-beda yang melindungi individu dengan banyak cara.
Selama tahap ini sistem kekebalan tubuh dapat melawan infeksi dengan efisien.
c. Apabila usaha untuk melawan stres gagal sehingga stres tetap ada maka individu akan
masuk ke “tahap keletihan”. Pada tahap ini kerusakan pada tubuh akan mulai terjadi,
orang akan rentan terhadap penyakit, bagi beberapa orang keletihan dapat menyebabkan
pingsan.

- Peningkatan adrenalin yang disebabkan oleh stres emosional yang cukup parah
menyebabkan darah membeku lebih cepat, penggumpalan darah merupakan faktor utama
penyebab serangan jantung.

- Orang yang hidup dalam keadaan stres kronis dapat mendorong kebiasaan merokok,
makan berlebihan, dan menghindari olahraga. Semua perilaku yang berkaitan dengan
stres ini berhubungan dengan penyakit kardiovaskular.
- Stres bukanlah tentang apa yang terjadi pada seseorang, tetapi bagaimana seseorang
berpikir mengenai apa yang terjadi pada dirinya. Berpikir dengan kepala dingin dalam
mendekati masalah dapat mengarah pada pemecahan masalah secara efektif sehingga
tidak stres. Program manajemen stres mengajarkan individu bagaiman menilai peristiwa
yang menimbulkan stres, bgmn mengembangkan keahlian utk menghadapi stres, dan
bgmn menggunakan keahlian tersebut dalam hidup sehari-hari.

MENJADI AKTIF SECARA FISIK


Gaya hidup sedikit aktivitas fisik berkaitan dengan setidaknya 17 penyakit, antara lain: diabetes,
osteoporosis, penyakit jantung dan usus besar, kanker payudara, dll. (WHO, 2007)
- Aktif secara fisik berhubungan dengan sejumlah keluaran positif, antara lain : kemungkinan
31

lebih rendah terserang penyakit kardiovaskular, penurunan berat badan pada penderita
obesitas, meningkatkan fungsi kognitif.
- Berolahraga sampai dapat membakar lebih dari 2.000 kalori setiap minggu dapat
menghilangkan resiko terkena serangan jantung sebanyak 2/3

MAKAN DENGAN BENAR


- Makan dengan benar berarti makan makanan bergizi secara masuk akal yang meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan.
- Dalam kehidupan modern orang lebih banyak mengkonsumsi gula dan tidak cukup
mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan vitamin, mineral, dan serat, seperti buah-
buahan, sayur. Orang terlalu banyak makan makanan cepat saji dan kurang makan
makanan yang seimbang, terlalu banyak makan lemak dan kolestrol yang keduanya
berpengaruh terhadap masalah kesehatan jangka panjang

BERHENTI MEROKOK
- Nikotin (zat aktif dalam rokok) dapat menimbulkan pengalaman menyenangkan, serta
merangsang neurotransmiter menenangkan dan meredakan rasa sakit.
Beberapa metode berhenti merokok :
1. Berhenti begitu saja.
Pada metode ini ada yang menggunakan pengganti sumber nikotin, al : permen nikotin,
inhaler nikotin, semprotan nikotin.
2. Mencari pertolongan terapis
Diantaranya dengan teknik terapi berdasarkan prinsip “behaviorism”
32

MATERI 8
TERAPI

TERAPI-TERAPI BIOLOGIS
Terapi-terapi biologis adalah perlakuan-perlakuan untuk mengurangi atau menghilangkan
gejala-gejala gangguan psikologis dengan mengalihkan cara tubuh bekerja.
Terapi obat adalah yg paling umum ditemukan dari terapi biomedis.
OBAT ANTI CEMAS dikenal sebagai obat penenang (tranquilizer), obat ini mengurangi
kecemasan dengan membuat individu menjadi lebih tenang (mis: kelompok obat
benzodiazepin). Obat ini bekerja dgn menempel pada sel-sel reseptor neurotransmiter
yang menjadi terlalu aktif pada saat cemas.
OBAT ANTI DEPRESAN. Obat ini dapat mengendalikan suasana hati. Tiga kelompok utama
obat anti depresan adalah :
1. Trisiklik.
2. Monoamin oksidase (MAO)
3. Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
OBAT ANTI PSIKOTIK adalah obat yang dapat berpengaruh menghilangkan perilaku agitasi
(gelisah), tegang, mengurangi halusinasi, meningkatkan perilaku sosial, dan menghasilkan
pola tidur yang lebih baik pada orang yang memiliki gangguan psikologis yang parah,
terutama skizofrenia.

TERAPI ELEKTROKONVULSIF (ECT)


ECT merupakan suatu terapi dgn setrum listrik kecil. Tujuan terapi ini adalah utk menghasilkan
kejutan dlm otak seperti yang terjadi pada serangan epilepsi, kondisi ini dapat
menggairahkan kembali jaringan saraf
ECT menjadi sangat efektif untuk penanganan depresi akut yang sangat beresiko untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
Efek samping terapi ini adalah kehilangan ingatan dan kerusakan kognitif lainnya. Efek samping
dapat diminimalisir apabila satu sisi otak yg distimulasi

PSIKOSURGERI
33

Psikosurgeri adalah terapi biologis yg melibatkan pengambilan atau penghancuran jaringan


otak untuk meningkatkan penyesuaian diri individu.
Dalam prosedur ini, sebuah instrumen pembedahan dimasukkan ke dalam otak dan diputar,
memotong beberapa serat yang menghubungkan lobus frontal yang penting pada proses-
proses berpikir tingkat tinggi, serta talamus yang berkaitan dengan emosi. Dengan
pembedahan ini dapat disingkirkan beberapa gejala gangguan mental yang parah

PSIKOTERAPI
Psikoterapi adalah proses yg digunakan oleh profesional di bidang kesehatan mental untuk
membantu mengenali, mendefinisikan, mengatasi kesulitan interpersonal dan psikologis
yang dihadapi individu, serta meningkatkan penyesuaian diri individu.
Pendekatan psikoterapi antara lain :
1. Psikodinamika
2. Humanistik
3. Perilaku
4. Kognitif

TERAPI PSIKODINAMIKA
Menekankan pada pentingnya pikiran yang tidak disadari, pemaknaan yang mendalam oleh
terapis, dan peran pengalaman masa anak-anak pada perkembangan masalah yang
dihadapi oleh individu
Psikoanalisis Freud adalah teknik terapeutik Freud utk menganalisis pikiran-pikiran individu
yg tidak disadari. Untuk mencapai dunia yg tidak disadari terapis psikoanalisis
menggunakan teknik terapi berupa asosiasi bebas, katarsis, interpretasi, analisis mimpi,
analisis tranferens, dan analisis resistensi
Asosiasi bebas : upaya mendorong individu utk mengungkapkan dg keras apapun yg muncul
dipikiran, terlepas seberapa membingungkan atau memalukan hal tersebut

Interpretasi : utk memahami apa sesungguhnya yg menyebabkan konflik seseorang, terapis


terus berusaha mencari makna simbolik yg tersembunyi di balik kata-kata individu.
Analisis mimpi : para psikoanalis percaya bahwa mimpi memuat informasi mengenai pikiran-
pikiran yang tidak disadari, harapan-harapan dan konflik.
34

Transferens : istilah utk cara-cara individu berhubungan dgn analis yg menghasilkan kembali
hubungan-hubungan penting dalam kehidupan individu
Resistensi : istilah psikologi utk strategi pertahanan klien yg tidak disadari, yg mencegah analis
utk memahami permasalahan klien

TERAPI HUMANISTIK

TERAPI CLIENT-CENTERED : bentuk terapi humanistik yg dikembangkan oleh Carl Rogers,


dimana terapis menyediakan atmosfir hangat dan suportif utk meningkatkan konsep diri
klien dan mendorong klien memperoleh pemahaman terhadap masalah. Satu cara utk
mencapai tujuan ini adalah melalui mendengar aktif dan pembicaraan reflektif (sebuah
teknik dimana terapis menjadi cermin utk perasaan yang dialami klien).
Peran terapis bersifat nondirektif, yaitu tidak mengarahkan klien pada pengungkapan makna
tertentu
Rogers mendukung pentingnya empati dan otentisitas. Melalui empati terapis berjuang utk
menempatkan dirinya pada situasi klien, merasakan emosi yg dirasakan klien. Otentisitas
melibatkan membiarkan klien mengetahui perasaan terapis dan tidak
menyembunyikannya dibalik sebuah kepalsuan. Dengan menunjukkan keaslian kepada
klien terapis dapat membantu klien untuk berkembang

TERAPI GESTALT : terapi humanisitik yg dikembangkan oleh Fritz Perls dimana terapis
menantang klien dalam urutan tertentu utk membantu mereka menjadi lebih sadar tentang
perasaan mereka dan menghadapi masalah. Terapis gestalt mendorong klien utk
menentukan apakah mereka akan terus membiarkan masa lalu mengendalikan masa
depan mereka atau apakah mereka akan memilih saat ini juga apa yang mereka inginkan
di masa depan.
Terapi gestalt lebih bersifat direktif dibandingkan dengan terapi client-centered
Kedua terapi humanistik mendorong individu utk mengambil alih tanggung jawab utk perasaan
dan tindakan mereka, utk menjadi diri mereka yg sebenarnya, utk memahami diri mereka
sendiri, utk mengembangkan perasaan bebas, utk melihat apa yang mereka lakukan pada
hidup mereka.

TERAPI PERILAKU
Menggunakan prinsip-prinsip belajar utk mengurangi atau mengeliminasi perilaku maladaptif.
35

Beberapa perilaku, terutama rasa takut dapat dipelajari melalui pengondisian klasik. Bila rasa
takut dapat dipelajari maka tentu saja dapat dibalikkan dengan prinsip yang sama. Dua
tipe counterconditioning adalah:
1. Desensitisasi sistematis : membayangkan atau melakukan hal-hal yang menimbulkan
ketakutan (mulai dari hal yg menimbulkan ketakutan ringan) dgn tetap mempertahankan
diri dlm keadaan rileks
2. Pengondisian aversif : pemasangan berulang perilaku yang tidak diharapkan dgn stimulus
aversif (tdk disukai).

TERAPI KOGNITIF
Inti dari terapi kogntif adalah merubah pola pikir yang menyebabkan perilaku atau emosi yang
maladaptif
1. TERAPI PERILAKU EMOSIONAL-RASIONAL Didasarkan pada pemahaman Albert Ellis bhw
individu mengembangkan gangguan psikologis karena kepercayaan mereka, terutama
kepercayaan yg bersifat tidak rasional yang menguasai diri. Dalam terapi ini klien
diberitahu bgmn menyingkirkan kepercayaan yg tdk rasional yg ditandai oleh kata-kata
absolut: “harus/selalu”, bagaimana mengubahnya menjadi pikiran yg logis dan realistis

2. TERAPI KOGNTIF BECK


Permasalahan psikologis seperti depresi, muncul ketika orang berpikir secara tidak logis
tentang dirinya sendiri, tentang dunia tempat ia tinggal, dan tentang masa depan yg akan
dihadapi
Kesalahan-kesalahan logika dapat mengarahkan orang pada permasalahan psikologis, al :
- Melihat dunia sbg sesuatu yg berbahaya sementara mengabaikan bukti yg sebaliknya
- Melakukan generalisasi berlebihan. Seseorang menilai dirinya tdk berharga stlh salah seorang
teman tidak menyukainya
- Melebihkan-lebihkan kejadian yg tdk diharapkan, seperti melihat perginya orang yang dicintai
sebagai akhir dunia
- Terlibat dalam pola pikir yg absolut, seperti melebih-lebihkan pentingnya komentar yg berupa
kritik ringan

3. TERAPI KOGNITIF-PERILAKU
Aspek penting dalam terapi ini adalah efikasi diri. Dalam proses terapi klien perlu
memperkuat kepercayaan diri dengan mengatakan pada diri sendiri : “saya akan
36

menguasai permasalahan saya”; “saya dapat melakukannya”


Metode-metode instruksi diri adalah teknik kognitif-perilaku yang bertujuan mengajarkan
individu mampu memodifikasi perilakunya sendiri
Suatu penelitian belum lama ini menunjukkan terapi kognitif perilaku lebih efektif mengatasi
depresi daripada pemberian antidepresan
Terapi kognitif juga menunjukkan sejumlah keberhasilan dlm menangani gangguan stres
pascatrauma, kecemasan, fobia, obsesif kompulsif

TERAPI KELOMPOK
Pada waktu seseorang mengamati orang lain mampu menyelesaikan masalah yang mirip
dengan masalah yang dia alami maka hal ini akan menginkatkan kompetensi dan efikasi
seseorang
Enam ciri terapi kelompok :
1. Informasi
2. Universalitas
3. Altruisme
4. Rekapitulasi korektif dari kelompok keluarga
5. Pembentukan ketrampilan sosial
6. Pemberdayaan interpersonal
37

MATERI 9
SENSASI PERSEPSI

A. Pengertian Sensasi Sensasi


pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi. Sensasi, atau dalam
bahasa inggrisnya sensation, berasal dari kata latin, sensatus, yang artinya dianugerahi
dengan indra, atau intelek. Secara lebih luas, sensasi dapat diartikan sebagai aspek
kesadaran yang paling sederhana yang dihasilkan oleh indra kita, seperti temperatur tinggi,
warna hijau, rasa nikmatnya sebatang coklat. Sebuah sensasi dipandang sebagai kandungan
atau objek kesadaran puncak yang privat dan spontan. Benyamin B. Wolman (1973, dalam
Rakmat, 1994) menyebut sensasi sebagai ”pengalaman elementer yang segera, yang tidak
memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan
dengan kegiatan alat indra”. Apa pun definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima
informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indera, manusia dapat memahami
kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu dengan alat inderalah, manusia memperoleh
pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Tanpa alat indera,
manusia sama, bahkan mungkin rendah lebih dari rumput-rumputan, karena rumput dapat
juga mengindra cahaya dan humiditas. Sensasi sering dibedakan dari persepsi, yang
melibatkan penilaian, inferensi, interpretasi, bias, atau prakonseptualisasi, sehingga bisa
salah. Sensasi dipandang sebagai pasti, ditentukan secara mendasar, fakta kasar. Menurut
beberapa pendapat, sensasi lebih berkonotasi pada sebuah hubungan dengan perasaan
(tetapi bukan emosi), sedangkan persepsi lebih berhubungan dengan kognisi. Sensasi sering
digunakan secara sinonim dengan kesan inderawi, sense datum, sensum, dan sensibilium.
Misalnya meja yang terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan terhadap meja.
Sebaliknya persepsi memiliki contoh meja yang tidak enak dipakai menulis, saat otak
mendapat stimulus rabaan meja yang kasar, penglihatan atas meja yang banyak coretan, dan
kenangan di masa lalu saat memakai meja yang mirip lalu tulisan menjadi jelek.
Jadi proses sensasi dan persepsi itu berbeda. Dalam ungkapan lain sensasi ialah penerimaan
stimulus lewat alat indra, sedangkan persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di
dalam otak” (Mahmud, 1990:14). Meskipun alat untuk menerima stimulus serupa pada setiap
individu, interpretasinya berbeda. Kita mengenal lima alat indera atau pancaindera. Kita
mengelompokannya pada tiga macam indera penerima, sesuai dengan sumber informasi.
Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri (internal).
Informasi dari luar diindera oleh eksteroseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari
dalam diindera oleh ineroseptor (misalnya, system peredaran darah). Gerakan tubuh kita
sendiri diindera oleh propriseptor (misalnya, organ vestibular).
B. Syarat-syarat Terjadinya sensasi
a.Adanya objek yang diamati atau kekuatan stimulus.Objek menimbulkan stimulus yang
mengenai indera (reseptor) sehingga terjadi sensasi.. Untuk bisa diterima oleh indera
diperlukan kekuatan stimulus yang disebut sebagai ambang mutlak (absolute threshold).
38

b.Kepastian alat indera (reseptor) yang cukup baik serta syaraf (sensoris) yang baik sebagai
penerus kepada pusat otak (kesadaran) untuk menghasilkan respon c.Pengalaman dan
lingkungan budaya. Pengalaman dan budaya mempengaruhi kapasitas alat indera yang
mempengaruhi sensasi
C. Tahapan-Tahapan dari Proses Sensasi
a.proses fisik : stimulus mengenai alat indera atau reseptor disebut sebagai proses kealaman
b.proses fisiologis : stimulus yang mengenai alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke
otak c.proses psikologis : proses di otak yang menyebabkan organisme mampu menyadari
apa yang diterima dengan inderanya
D. Sensasi Pendengaran Sensasi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara pada manusia dan binatang
bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri dari
telinga, syaraf-syaraf, dan otak. Melalui indera pendengaran ini kita bisa membedakan
suarasuara yang keras, lemah dan lembut dari suatu dialog percakapan, atau mendengarkan
nada-nada musik yang indah. Indra yang digunakan untuk mendengarkan adalah telinga yang
akan terstimulasi oleh adanya gelombang suara. Telinga mempunyai reseptor khusus untuk
mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga
manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi
sebagai pengumpul suara yang kemudian di salurkan ke telingat tengah melalui lubang
auditori. Di telinga tengah ini terdapat gendang telinga yang fungsinya untuk mengubah suara
menjadi getaran yang kemudian disalurkan oleh tulang martil,landasan dan sanggurdi ke
telinga bagian dalam. Telinga dalam terdiri dari koklea, saluran separuh bulat dan saraf
auditori yaitu saraf pendengaran yang menghantarkan getaran atau pesan pendengaran dari
koklea ke otak untuk ditafsirkan. Di otak pula, terdapat pusat pendengaran yang akan
memproses getaran-getaran yang sampai dan getaran ini akan ditafsirkan sebagai
pendengaran. Disebabkan hal inilah, kita dapat menikmati sensasi pendengaran.
E. Hal-hal yang mempengaruhi pendengaran:
1. Intensitas dan desibel. Intensitas menunjuk ke seberapa besar perubahan tekanan dalam
gelombang dan tingkat intensitas dihubungkan ke sensasi kerasnya suara. Satuan yang
digunakan untuk mengukur intensitas tekanan suara adalah decibel (dB).
2. Frekuensi Frekuensi suara adalah jumlah perubahan lingkaran tekanan yang terjadi dalam
1 detik. Satu lingkaran per detik disebut satu Hertz (Hz). Indera pendengaran manusia dapat
membedakan berbagai kualitas nada (warna nada) dan keras lemahnya suara nada.
3. Amplitudo Amplitudo yaitu keras lemahnya bunyi. Amplitudo suatu bunyi sangat tergantung
dari besarnya energi. Suatu nada dapat memiliki frekuensi yang sama tetapi berbeda
amplitudonya.

1. Syarat-syarat sensasi

1) Adanya objek yang diamati


39

2) Alat indera atau reseptor serta syaraf sensoris yang baik sebagai untuk meneruskan
stimulus ke otak untuk mengahasilkan respon.

3) Pengalaman dan lingkungan budaya pengalaman dan budaya mempengaruhi


kapasitas alat indera yang mempengaruhi sensasi.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sensasi


A. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi sensasi misalnya alat pendengaran, jika kita
mendengar sesuatu yang suaranya agak jauh tentu sulit bagi kita untuk bisa mendengarnya
dengan jelas atau samar-samar. Lalu lamanya rangsangan itu, misalnya alat penglihatan, jika kita
melihat seseorang yang cantik/ganteng yang sedang berjalan di kerumunan orang banyak
apakah kita bisa melihatnya secara jelas atau tidak. Inilah yang merupakan faktor dari luar yang
dapat mempengaruhi sensasi yang di indera.

1. Faktor Internal
Faktor internal lebih kepada kefungsian alat indera kita sendiri. Jika alat indera kita masih baik
maka dalam menerima rangsangan akan lebih efektif lagi, dan tidak timbul keragu-raguan
sehingga dapat sinkron dengan alat pengolahan yaitu syaraf dan otak.

1. Persepsi
Kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung
berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu pula individu secara langsung menerima
stimulus dari luar dirinya, dan ini berkaitan dengan persepsi.

1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului dengan proses pengindraan, yaitu merupakan
proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau juga disebut proses sensoris.

Dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar, tetapi juga dapat datang dari dalam diri
individu sendiri. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu yang bersangkutan.
Sekalipun persepsi dapat melalui macam-macam alat indera yang ada pada diri individu, tetapi
sebagian besar persepsi melalui alat indera penglihatan.

Karena persepsi merupakan aktivitas yang intregated dalam diri individu, maka apa yang
ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam
persepsi akan dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-
pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi
mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu yang lain, karena persepsi
bersifat individual (Davidoff, 1981; Rogers, 1956)

1. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi


40

Persepsi individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan stimulus yang diterimanya,


sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang bersangkutan. Dengan demikian
dapat dikemukakan bahwa stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi.
Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya
beberapa faktor, yaitu:

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat
datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang
bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga
harus ada syaraf sensoris sbagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat
susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan
respon diperlukan syaraf motoris.

3) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu
merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan
kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Dari hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
mengadakan persepsi ada syarat-syarat yang bersifat :

a) Fisik atau kealaman

b) Fisiologis

c) Psikologis

Berdasarkan atas penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa perhatian itu ada


bermacam-macam, sesuai dari segi mana perhatian itu akan ditinjau. Ditinjau dari segi timbulnya
perhatian, perhatian dapat dibedakan atas perhatian spontan dan perhatian tidak spontan.

1. Perhatian spontan, yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya, timbul dengan secara
spontan. Perhatian ini erat hubungannya dengan minat individu. Bila individu telah
mempunyai minat terhadap sesuatu objek, maka terhadap objek itu biasanya timbul perhatian
yang spontan, secara otomatis perhatian itu akan timbul. Misalnya bila seseorang mempunyai
minat terhadap seni lukis, maka secara spontan perhatiannya akan tertuju pada lukisan yang
ia lihat.
41

2. Perhatian tidak spontan, yaitu perhatian yang timbul dengan sengaja, karena itu harus ada
kemauan untuk menimbulkannya. Seorang mahasiswa mau tidak mau harus memperhatikan
pelajaran filsafat, sekalipun ia tidak menyenangi, karena ia harus mempelajarinya. Karena itu
untuk dapat mengikuti pelajaran tersebut, dengan sengaja ia harus menimbulkan
perhatiannya terhadap pelajaran filsafat itu.
Dilihat dari banyaknya objek yang dapat dicakup oleh perhatian pada suatu waktu, perhatian
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Perhatian yang sempit, yaitu perhatian individu pada suatu waktu hanya dapat
memperlihatkan sedikit objek.
2. Perhatian yang luas, yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak objek
pada suatu saat sekaligus.
3. Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan
stimulus mengenai alat indra atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus
itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal
tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut
.

Proses stimulus mengenai alat indra merupakan proses kealaman atau proses fisik.
Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak disebut sebagai
proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu
menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, proses ini disebut
dengan proses psikologis.

1. Organisasi Persepsi
Dalam organisme atau individu mengadakan persepsi timbul suatu masalah apa yang dipersepsi
terlebih dahulu, apakah bagian merupakan hal yang dipersepsi dahulu, baru kemudian
keseluruhannya, ataukah keseluruhan dipersepsi terlebih dahulu baru kemudian bagian-
bagiannya. Hal ini berkaitan bagaimana seseorang mengorganisasikan apa yang dipersepsinya.

Menurut teori elemen dalam individu mempersepsi sesuatu maka yang dipersepsi mula-
mula adalah bagian-bagiannya, baru kemudian keseluruhan atau Gestalt merupakan hal yang
sekunder.

Teori Gestalt mula-mula dikemukakan oleh Weirtheimer atas kejadian yang dialaminya
pada waktu ia di stasiun kereta api yang dinamakan phi-phenomena, yaitu bahwa dalam
seseorang mempersepsi sesuatu tidak hanya semata-mata tergantung pada stimulus objektif,
tetapi individu yang mempersepsi juga berperan dalam persepsi tersebut.
Penelitian-penelitian secara eksperimental dilakukan oleh Wertheimer, dkk. dalam
persepsi, sehingga menemukan beberapa hukum dalam persepsi. Hukum-hukum persepsi
menurut Teori Gestalt adalah sebagai berikut.
42

1. Hukum Pragnanz
Hukum ini oleh kaum gestalt dipandang sebagai hukum yang pokok.

1. Hukum Figure-Ground
Dalam persepsi dikemukakan adanya dua bagian dalam perceptual field, yaitu figure yang
merupakan bagian yang dominan dan merupakan fokus perhatian, dan ground yang
melatarbelakangi atau melengkapi. Jadi hukum in i
bergantung pada perhatian seseorang yang mempersepsi.
1. Hukum Kedekatan
Hukum ini
menyatakan bahwa apabila stimulus itu saling berdekatan satu dengan yang lain, akan
adanya kecenderungan untuk dipersepsi sebagai suatu kesluruhan atau suatu gestalt.

1. Hukum Kesamaan
Hukum ini menyatakan bahwa stimulus atau objek yang sama mempunyai kecenderunga
n untuk dipersepsi sebagai suatu kesatuan.

1. Hukum Kontinuitas
Hukum ini menyatakan bahwa stimulus yang mempunyai kontinuitas satu dengan yang l
ain, akan terlihat dari ground dan akan dipersepsi sebagai suatu kesatuan atau keseluru
han.

1. Hukum Kelengkapan atau Ketertutupan (closure)


Hukum ini menyatakan bahwa dalam persepsi adanya kecenderungan orang mempersep
si sesuatu yang kurang lengkap menjadi lengkap sehingga menjadi sesuatu yang penuh
arti.

1. Objek Persepsi
Banyak objek yang dapat dipersepsi, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia. Manusia
itu sendiri dapat menjadi objek persepsi. Orang yang menjadikan dirinya sebagai objek persepsi
disebut sel-perception.Pada umumnya objek persepsi diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Manusia, objek yang berwujud nonmanusia ini disebut person perception atau
social perception.
2. Nonmanusia,
persepsi yang berobjekkan nonmanusia disebut nonsocial perception atau things perc
eption.
3. Konsistensi Dalam Persepsi
Pengalaman seseorang akan berperan dalam mempersepsi sesuatu. Persepsi merupakan
aktivitas yang integrated, adanya aktivitas dalam diri seseorang yang berperan sehingga
menghasilkan hasil persepsi tersebut.

1. Konsistensi bentuk
43

Pengalaman memberi pengertian bahwa uang logam itu berbentuk bulat, hasil persepsi itu akan
tetap walaupun uang logam itu dalam posisi miring, hasil persepsi akan sama karena adanya
konsistensi bentuk.

1. Konsistensi warna
Semua orang mengerti bahwa susu murni itu berwarna putih, jadi walaupun susu murni itu
disajikan ditempat yang penerangannya berwarna merah, persepsi susu murni itu akan tetap
berwarna putih, hal itu terjadi karena adanya konsistensi bentuk.

1. Konsistensi ukuran
Pengalaman memberikan pengertian bahwa gajah dewasa itu ukurannya besar, lebih besar dari
seekor harimau. Apabila seseorang melihat seekor gajah dari kejauhan, maka gajah tersebut
kelihatannya kecil, makin jauh jaraknya kelihatannya akan makin kecil. Sekalipun yang dilihat itu
kecil, namun dari hasil persepsi orang menyatakan bahwa gajah itu mempunyai ukuran yang
besar. Inilah yang disebut dengan konsistensi ukuran.

1. Stimulus
Individu pada suatu waktu menerima bermacam-macam stimulus. Agar stimulus dapat disadari
oleh individu, stimulus harus cukup kuatnya. Apabila stimulus tidak cukup kuat, bagaimanapun
besarnya perhatian dari individu, stimulus tidak akan dapat dipersepsi atau disadari oleh individu
yang bersangkutan. Dengan demikian ada batas kekuatan minimal dari stimulus, agar stimulus
dapat menimbulkan kesadaran pada individu. Batas minimal kekuatan stimulusyang dapat
menimbulkan kesadaran pada individu disebut ambang absolut sebelah bawah atau ambang
stimulus,yaitu kekuatan stimulus minimal yang dapat disadari oleh individu. Kurang dari kekuatan
tersebut individu tidak akan dapat menyadari stimulus itu.
1. Hukum Weber-Fechner
Metode psikofisik adalah suatu metode yang dikemukakan oleh Fechner. Tetapi sebelum itu telah
ada yang merintisnya yaitu Weber, namun demikian psikofisik sebagai suatu metode lebih dikenal
dan dihubungkan dengan nama Fechner.

Weber sebagai profesor dalam lapangan anatomi di Universitas Leipzig merasa tertarik
dan mengadakan eksperimen-eksperimen dalam hubungan dengan kinestetik atau muscular
sensation, yaitu sampai seberapa tepat orang dapat membedakan perbedaan-perbedaan dari
bermacam-macam stimuli, misalnya mengenai berat, mengenai penglihatan, samapai seberapa
jauh orang dapat membedakan dua buah garis yang tidak sama panjangnya dan sebagainya.
Dengan kata lain seberapa jauh individu dapat membedakan stimulus yang berbeda keadaannya.
Weber juga membuat formulasi yang terkenal dengan hukum Weber yaitu:
“Di dalam memperbandingkan dua objek, perbedaan itu dapat dipersepsi apabila tambahan
stimulus telah mencapai perbandingan yang tertentu terhadap standarnya”
Secara matematis hukum Weber dinyatakan dalam bentuk rumus:

=C R : (Reiz) stimulus standar


44

: tamabahan stimulus

Hukum Weber ini kemudian disempurnakan atau diolah lebih lanjut olh Fechner. Fechner
meletakkan 2 prinsip lagi untuk mengembangkan hukum Weber, yaitu:

1. Persepsi yang kompleks merupakan kumpulan dari beberapa persepsi yang lebih kecil atau
yang lebih sederhana.
2. Adanya asumsi kesamaan just noticeable differences (jnd’s) dalam persepsi, karena itu
adanya unit yang dapat untuk mengukur perubahan persepsi.
Atas dasar formulasi Weber dan atas prinsip yang dikemukakannya, maka Fechner berpendapat
bahwa:

Apabila stimulus bertambah dengan suatu perbandingan yang tetap, maka persepsi yang
ditimbulkan bertambah dengan tambahan yang sama.

1. Ilusi
Ilusi adalah kesalahan dalam memberi arti terhadap stimulus yang diterima, misalnya tonggak
dikira sebagai orang yang sedang berdiri. Ilusi bukanlah merupakan kelainan dalam kehidupan
kejiwaan seseorang. Mengenai ilusi terdapat adanya bermacam-macam faktor yang menjadi
sebab, yaitu:

1. Faktor ke-alaman
Ilusi terjadi karena faktor alam, misalnya ilusi kaca.

1. Faktor Stimulus
a) Stimulus yang mempunyai arti lebih dari satu dapat menimbulkan ilusi, misalnya gambar
yang ambigous, yang mempunyai arti lebih dari satu dapat menimbulkan ilusi.

b) Stimulus yang tidak dianalisis lebih lanjut, yang memberikan empresi secara total.

c) Faktor individu

Ini dapat disebabkan karena adanya kebiasaan dan dapat juga karena adanya kesiapan
psikologis dari individu.

C. PENUTUP
Kesimpulan
Sensasi merupakan tahap pertama stimuli mengenai indera kita, dan persepsi merupakan
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi yang diterima oleh individu. Sensasi dan persepsi keduanya saling
berhubungan. Sensasi meliputi 5 macam penginderaan, penglihatan yang dilakukan oleh mata,
pendengaran oleh telinga, penciuman oleh hidung, pengecapan oleh lidah, dan peraba oleh kulit.
45

DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito. 1980. Pengantar Psikologi Umum. Andi: Yogyakarta.

Wade,Carol. 2008. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.


46

MATERI 10
PSIKOLOGI BELAJAR

Psikologi Belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari dua kata,
yaitu, Psikologi dan Belajar.Psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche yang artinya jiwa
dan logos yang berasal dari ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu
jiwa.
Dalam perkembangan selanjutnya, karena kontak dengan berbagai disiplin ilmu, maka lahirlah
bermacam-macam definisi psikologi yang satu sama lain berbeda, seperti berikut:

1. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life)
2. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind)
3. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior).

Pada hakikatnya, bidang kajian psikologi banyak menyentuh bidang kehidupan diri organisme,
baik manusia maupun hewan. Penyelidikan dilakukan mengenai bagaimana dan mengapa
organisme-organisme itu melakukan apa yang mereka lakukan. Namun lebih khusus, psikologi
lebih banyak dikaitkan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia,
alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana manusia berpikir
dan berperasaan.
Sedangkan belajar itu sendiri secara sederhana dapat diberi definisi sebagai aktifitas yang
dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari
dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Aktivitas di sini dipahami
sebagai serangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik, menuju ke perkembangan pribadi individu
seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor).
Perkembangan dalam arti belajar di sini dipahami sebagai "perubahan" yang relatif permanen
pada aspek psikologis. Individu yang berubah karena gila, mabuk, atau cedera fisik, bukanlah
termasuk kategoti belajar, walaupun mempengaruhi jiwanya untuk sementara.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahawa psikologi belajar adalah sebuah disiplin
psikologi yang berisi teori-teori psikologi mengenai belajar, terutama mengupas bagaimana cara
individu belajar atau melakukan pembelajaran.
Macam-macam Teori Belajar 1. Teori Belajar Behaviorisme Teori behavioristik adalah sebuah
teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu
dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. 2. Teori
Belajar kognitivisme Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes
47

terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki
perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya
mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang
baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi
diproses. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.
Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan
pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner
bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas
bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan. 3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme
siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa
akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka
akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat
secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. 4. Teori Belajar
Humanistik Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
Proses balajar dianggap berhasil jika seorang pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini
adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,kesadaran
mengenai makna kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku
utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. 5. Teori Belajar Gestalt Menurut
pandangan teori gestalt seseorng memperoleh pengetahuan melaui sensasi atau informasi
dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunya kembali dalam struktur
yang sederhana sehungga lebih mudah dipahami. Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
a. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar b. Membimbing guru untuk
merancang dan merencanakan proses pembelajaran c. Memandu guru untuk mengelola kelas d.
Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang
telah dicapai e. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif f. Membantu guru
dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai hasil prestasi
yang maksimal. 6. Teori Pembelajaran Sosial Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan
prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan(reinforcement) di masa lalu lebih memiliki
kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau
perilaku yang terkena hukuman (punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas
konsep motivasi belajar, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh
siswatelah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang
diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995). 7. Teori Belajar Sosial Dalam dasawarsa
terakhir, penganut teori konstruktivisme memperluas fokus tradisionalnya pada pembelajaran
individual ke dimensi pembelajaran kolaboratif dan sosial. Konstruktivisme sosial bisa dipandang
sebagai perpaduan antara aspek-aspek dari karya Piaget dengan karya Bruner dan karya
48

Vygotsky. Istilah Konstruktivisme komunal dikenalkan oleh Bryn Holmes di tahun 2001. Dalam
model ini, "siswa tidak hanya mengikuti pembelajaran seperti halnya air mengalir melalui saringan
namun membiarkan mereka membentuk dirinya." Dalam perkembangannya muncullah istilah
Teori Belajar Sosial dari para pakar pendidikan. Pijakan awal teori belajar sosial adalah bahwa
manusia belajar melalui pengamatannya terhadap perilaku orang lain. Pakar yang paling banyak
melakukan riset teori belajar sosial adalah Albert Bandura dan Bernard Weiner. Meskipun
classical dan operant conditioning dalam hal-hal tertentu masih merupakan tipe penting dari
belajar, namun orang belajar tentang sebagian besar apa yang ia ketahui melalui observasi
(pengamatan). Belajar melalui pengamatan berbeda dari classical dan operant conditioning
karena tidak membutuhkan pengalaman personal langsung dengan stimuli, penguatan kembali,
maupun hukuman. Belajar melalui pengamatan secara sederhana melibatkan pengamatan
perilaku orang lain, yang disebut model, dan kemudian meniru perilaku model tersebut. Baik
anak-anak maupun orang dewasa belajar banyak hal dari pengamatan dan imitasi (peniruan) ini.
Anak muda belajar bahasa, keterampilan sosial, kebiasaan, ketakutan, dan banyak perilaku lain
dengan mengamati orang tuanya atau anak yang lebih dewasa. Banyak orang belajar akademik,
atletik, dan keterampilan musik dengan mengamati dan kemudian menirukan gueunya. Menurut
psikolog Amerika Serikat kelahiran Kanada Albert Bandura, pelopor dalam studi tentang belajar
melalui pengamatan, tipe belajar ini memainkan peran yang penting dalam perkembangan
kepribadian anak. Bandura menemukan bukti bahwa belajar sifat-sifat seperti keindustrian,
keramahan, pengendalian diri, keagresivan, dan ketidak sabaran sebagian dari meniru orang tua,
anggota keluarga lain, dan teman-temannya.
LATIHAN
1. Seorang siswa bersikap acuh tak acuh dalam belajar bahasa Inggris. Suatu ketika guru
meminta dia untuk menjadi pemimpin regu dalam sebuah kerja kolaborasi. Pada saat itulah siswa
tersebut menunjukkan potensinya sebagai pemimpin. Sejak saat itu siswa tersebut aktif dalam
segala kegiatan pembelajaran. Teori belajar yang digunnakan guru tersebut adalah....... a)
Behavioristik b) Humanistik c) Kognitif d) Gestalt
2. Guru berperan sebagai fasilitator dalam kelas untuk member kemudahan belajar bagi para
siswanya seperti mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar, memotivasi siswa
untuk berpikir kritis, serta berusaha memahami jalan pikiran siswa. Teori belajar semacam ini
disebut teori belajar........ a) behavioristik b) Kognitif c) Sosial d) Humanistik
3. Seorang guru memberikan perintah kepada siswa untuk melakukan kegiatan praktik
merupakan “stimulus” dan siswa dengan menggunakan pemikirannya melakukan kegiatan
praktik merupakan “respons” yang hasilnya langsung dapat diamati. Teori belajar ini disebut .....
a) Konstruktivisme b) Humanistik c) Behavioristik d) Sosial
4. Guru melakukan pembelajaran dengan memberikan kebebasan yang luas kepada siswa untuk
menentukan apa yang ingin ia pelajari sesuai sumber-sumber belajar yang tersedia atau dapat
disediakan. Pernyataan ini merupakan ciri dari teori belajar …. a) behavioristik b) konstruktivistik
c) humanistik d) kognitif
5. Deni adalah seorang siswa berprestasi sehingga mendapat penghargaan/hadiah. Dampaknya
Deni lebih rajin dan lebih bersemangat belajar. Gurunya mengutamakan CBSA, materi pelajaran
disajikan berbentuk unit-unit kecil agar siswa hanya perlu memberikan suatu respon tertentu saja,
respon yang ada diberi umpan balik agar siswa segera tahu hasilnya. PBM yang dilakukan guru
tersebut dilandasi teori belajar … a) behavioristik b) konstruktivistik c) humanisme d) gestalt
49

6. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut :


1. Siswa dikondisikan harus menerima informasi kompleks dan menerapkannya ke situasi lain 2.
Pembelajaran dikemas bukan menerima pengetahuan 3. Guru memfasilitasi menjadikan
pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa 4. Guru memberi kesempatan kepada siswa
menerapkan strategi belajar yang disarankan Pernyataan di atas yang merupakan karakteristik
teori belajar konstruksivistik adalah…. a) 1, 2, dan 3 b) 1, 2, dan 4 c) 2, 3, dan 4 d) 2 dan 3
7. Skinner adalah salah satu tokoh psikologi yang beraliran ........ a) Konstruktivisme b)
Humanisme c) Behaviorisme d) Kognitivisme
8. Contoh penerapan teori Skinner dalam dunia pendidikan adalah …. a) Siswa dilatih untuk
saling memaafkan b) Guru menghukum siswa yang nakal c) Pelaksanaan upacara bendera
setiap hari Senin d) Memakai seragam pramuka setiap hari Jumat
9. Implementasi penerapan prinsipprinsip behaviorisme yang banyak diguna kan didalam dunia
pendidikan adalah sebagai berikut, kecuali…
a) P r o s e s b e l a j a r d a p a t t e r j a d i d e n g a n b a i k a p a b i l a p e s e r t a d i d i k i k
u t berpartisipasi secara aktif didalamnya.
b) Materi pelajaran dikembangkan didalam unit-unit dan diatur berdasarkanurutan yang logis
sehingga peserta didik mudah mempelajarinya.
c) Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga pesertadidik dapat
segera mengetahui apakah respon yang diberikan sudah sesuaidengan yang diharapkan atau
belum.
d) Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatuapabila pelajaran tersebut
disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
10. Tingkah laku dalam belajar akan berubah kalau ada stimulus dan respon. Stimulus dapat
berupa prilaku yang diberikan pada siswa, sedangkan respons berupa perubahan tingkah laku
yang terjadi pada siswa. – Teori belajar yang tepat untuk penjelasan diatas disebut....
a) Humanistik b) Behavioristik c) Gestat d) Skinner SEL
50

MATERI 11
INGATAN
PROSES MEMORI
Sebelum ilmu pengetahuan modern mengenai otak, yaitu neurofisiologi dan psikologi,
mengungkapkan kekuatan dan potensi yang luar biasa dari otak manusia, bangsa Yunani telah
menemukan bahwa kinerja mental dapat ditingkatkan secara luar biasa dengan menggunakan
teknik tertentu. Bangsa Yunani mengembangkan sistem memori mendasar yang disebut
mnemonik (yang membantu ingatan), sebuah nama yang diambil dari nama Dewi Memori yang
mereka puja yaitu Mnemosyne. Teknik mnemonic ini dipertukarkan diantara anggota kaum
intelektual yang elit di masa itu, dan dipergunakan untuk tugas mengingat hal yang sangat banyak
dengan prestasi tinggi dalam masyarakat yang memberikan kekuatan pribadi, ekonomi, politik,
dan militer kepada orang yang melakukannya. Jadi bangsa Yunani adalah Gladiator pikiran,
dimana stadionnya adalah gelanggang intelektual dan senjata utamanya adalah memori. Mereka
akan saling melontarkan pertanyaan menyangkut bilangan, nama, dan urutan negara kota Yunani
dan frasa tepat yang dikutip dari karya besar serta butir-butir hukum. Mereka yang menang akan
menjadi senator, pahlawan dan pemimpin sosial. Teknik ini didasarkan pada prinsip-prinsip
fundamental yang mudah dan menyenangkan untuk diterapkan serta mempunyai pengaruh jelas
dalam memperbaiki memori. Dalam bidang yang lain, teori Plato tentang pengingatan kembali
adalah teori yang berpendapat bahwa pengetahuan adalah fungsi mengingat kembali informasi-
informasi yang telah lebih dulu diperoleh. Teori ini dikemukakan oleh Plato pada abad ke-5
sebelum masehi. Plato mendasarkannya pada filsafat tertentunya tentang “alam ide” dan
“keazalian jiwa”. Ia yakin bahwa jiwa manusia ada dalam bentuk berdiri sendiri, terlepas dari
badan, sebelum badan itu ada. Karena wujud jiwa itu bebas sebebas-bebasnya dari materi, ia
berhubungan dengan alam ide- realitas-realitas yang bebas dari materi- dan dapat
mengetahuinya. Ketika ia harus turun dari alam imterialnya untuk disatukan dengan badan dan
dikaitkan dengannya di alam materi, hilanglah semua yang telah diketahuinya dari alam ide dan
realitas-realitas yang tetap, serta lupa sama sekali akan realitas-realitas tadi. Tetapi ia kemudian
mulai memulihkan pengetahuan-pengetahuannya melalui penginderaan gagasangagasan (ide-
ide) tertentu dan hal-hal partikular. Sebab semua konsep dan hal-hal partikular itu adalah
bayangan dan pantulan dari alam ide dan realitasrealitas alam azali (abadi) di dunia yang
didalamnya jiwa itu pernah hidup. Jika ia telah menginderai suatu ide tertentu, pindahlah ia
seketika ke realitas ideal yang telah diketahuinya sebelum ia dikaitkan dengan badan.
Berdasarkan hal tersebut pengetahuan kita mengenai manusia universal - yaitu ide tentang
manusia secara universal - tidak lain adalah pengingatan kembali realitas abstrak yang telah kita
lupakan. Kita hanya dapat mengingatnya kembali dengan menginderai manusia tertentu atau
individu tertentu yang mencerminkan realitas abstrak itu di alam materi. Jadi konsepsi-konsepsi
umum itu mendahului penginderaan. Penginderaan tidak akan terlaksana kecuali dengan proses
melacak dan mengingat kembali konsepsi-konsepsi tadi. Pengetahuan-pengetahuan rasional
tidak berkaitan dengan hal-hal particular dalam alam indera. Tetapi ia hanya berkaitan dengan
realitas-realitas universal abstrak tersebut. Teori ini berdasarkan atas dua proposisi berikut:
Pertama: bahwa jiwa sudah ada sebelum adanya badan di alam yang lebih tinggi daripada alam
materi. Kedua: bahwa pengetahuan rasional tidak lain adalah pengetahuan tentang
realitasrealitas yang tetap di alam yang lebih tinggi, yang oleh Plato disebut dengan Archetypes.
Pada bangsa Yunani, mereka menemukan dengan melakukan introspeksi, diskusi dan
pertukaran ide, bahwa memori pada umumnya didasarkan pada asosiasi yaitu bahwa memori
51

bekerja dengan menghubungkan berbagai hal menjadi satu. Misalnya segera setelah otak kita
mencatat kata anggur maka otak menghubungkannya dengan warna, rasa tekstur dan bau dari
buah tersebut dan juga pengalaman, peristiwa, teman yang berhubungan dengannya. Disamping
asosiasi, bangsa Yunani menyadari bahwa agar sesuatu dapat diingat, hal tersebut harus
merupakan gambaran atau citra yang luar biasa dan melibatkan beberapa indera. Pilar ketiga
dalam prinsip memori adalah lokasi, atau tempat khusus yang mengingatkan kita akan gambaran
dan asosiasi yang menyertainya. Dalam karyanya tentang memori, Tony Buzan memgemukakan
bahwa terdapat 12 teknik terkini yang khusus yang membantu memori kita dalam menggunakan
asosiasi, gambaran atau lokasi (Buzan, 1996 6: 30-33) Bila kita menyusun huruf pertama dari ke
12 teknik tersebut maka dapat kita peroleh frasa :” SMASHIN SCOPE” atau dapat diartikan
dengan kesempatan mendobrak pada pandangan moral memori kita. Ke 12 teknik tersebut
adalah: 1. Synaesthesia/Sensuality (Sinestesia/Sensualitas). Sinestesia merujuk pada bauran
yang dirasakan oleh indera. Pengingat terkenal “alami” pada umumnya, dan semua ahli
mnemonik, mengembangkan kepekaan yang semakin tinggi dari setiap indera mereka, dan
kemudian membaurkan yang dirasakan indera ini untuk menghasilkan ingatan yang meningkat.
Dalam mengembangkan memori kita harus meningkatkan kepekaan dan melatih secara teratur :
a. Penglihatan b. Pendengaran c. Penciuman d. Pencecapan e. Perabaan f. Kinestesia
(kesadaran posisi dan gerakan dalam ruang) 2. Movement (gerakan). Dalam gambaran
mnemonik apa pun, gerakan menambah rentang kemungkinan raksasa dari otak kita
‘menghubungkan’ dan oleh karena itu akan ingat. Kalau gambaran kita bergerak, maka buatlah
menjadi gambar tiga dimensi. 3. Association (Asosiasi). Apapun yang ingin anda ingat, pastikan
kita mengasosiasikan atau menghubungkan dengan sesuatu yang stabil dalam lingkungan
mental kita 4. Sexuality (Seksualitas). Setiap manusia memiliki memori yang baik dalam bidang
ini. 5. Humour (humor). Semakin aneh, tidak masuk akal, lucu dan tidak nyata yang kita buat,
gambaran itu akan semakin mudah kita ingat 6. Imagination (imajinasi). Imajinasi sangat baik
untuk diterapkan dalam teknik mengembangkan memori karena tidak ada batasan dalam
imajinasi. Lain dengan pengetahuan yang sifatnya terbatas, imajinasi melampaui realitas yang
sebenarnya. Dengan imajinasi ini kita dapat merangsang kemajuan serta melahirkan evolusi ilmu
pengetahuan, seperti halnya yang dilakukan oleh Einstein. 7. Number (nomor). Memberi nomor
menambah spesifikasi dan efisiensi pada prinsip susunan dan urutan. 8. Symbolism
(Simbolisme). Menggantikan bayangan yang biasa atau membosankan dengan yang lebih berarti
meningkatkan kemungkinan untuk mengingat 9. Colour (warna). Jika memadai dan
memungkinkan, gunakan semua warna pelangi, untuk membuat ide berwarna-warni, sehingga
mudah lebih diingat. 10. Order and/or Sequence (susunan dan atau urutan). Dalam kombinasi
dengan prinsipprinsip yang lain, susunan dan/atau urutan memungkinkan jauh lebih banyak
rujukan seketika, dan meningkatkan kemungkinan otak untuk ‘mengakses secara acak’ 11.
Positive Images (bayangan positif). Dalam bayangan yang seketika, positif dan menyenangkan
adalah kondisi lebih baik untuk tujuan diingat, karena bayangan positif membuat otak ingat
kembali ke bayangan itu. Bayangan negatif tertentu, walaupun menerapkan semua teknik di atas,
dan walaupun bayangan itu sendiri mudah diingat, ada kemungkinann terhambat oleh otak
karena otak merasa kemungkinan kembali ke bayangan seperti itu tidak menyenangkan. 12.
Exaggeration (berlebih-lebihan). Dalam semua bayangan, buat ukuran, warna dan suara yang
berlebihan. II. PERSPEKTIF PSIKOLOGI TENTANG PROSES/MEKANISME MEMORI Menurut
perspektif psikologi terutama psikologi kognitif bahwa memori atau ingatan ialah kekuatan jiwa
untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesankesan. Jadi ada 3 unsur dalam
perbuatan ingatan yaitu : menerima kesan-kesan, menyimpan dan mereproduksikan. Dengan
adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia ini berarti ada suatu indikasi bahwa manusia
52

mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang pernah dialami. Namun
tidak berarti bahwa semua yang pernah dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya dalam
ingatannya, oleh karena ada berbagai faktor yang mempengaruhi daya kerja ingatan, antara lain
: - kondisi jasmani misalnya kelelahan, sakit dan kurang tidur dapat menurunkan prestasi ingatan;
faktor usia, ingatan paling tajam pada diri manusia kurang-lebih pada masa kanak-kanak (10-14
tahun) dan ini berlaku untuk ingatan yang bersifat mekanis yakni ingatan untuk kesan13 kesan
penginderaan. Sesudah usia tersebut kemampuan untuk mencamkan dalam ingatan juga dapat
dipertinggi akan tetapi untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian (daya ingatan logis) dan
ini berlangsung antara usia 15-50 tahun - Faktor lain yang mempengaruhi daya kerja ingatan
adalah emosi. Dalam hal ini seseorang akan mengingat sesuatu lebih baik, apabila
peristiwaperistiwa itu menyentuh perasaan-perasaan, sedangkan kejadian yang tidak menyentuh
emosi diabaikan saja. Proses mengingat ini mulai menarik perhatian sejak Ebbinghaus
menerbitkkan bukunya “tentang ingatan” pada tahun 1885 yang menggunakan metode penelitian
yang relatif baru ada masa itu. Yaitu menggunakan metode suku kata yang tidak memiliki arti
seperti zeb, Xop, Duv. Suku-suku kata tersebut tersebut diinstruksikan untuk dihapalkan pada
orang yang dijadikan sebagai objek percobaan, berpasang-pasangan atau baris-baris berisi 6 ,
8, 10, 20 suku kata . kemudian suku-suku kata yang tercetak pada satu tromol ingatan yang
berputar, disurutkan kembali memutarnya. Orang percobaan mengucapkan kemudian suku-suku
kata yang masih teringat olehnya pada satu “kunci bibir” dari sebuah kronoskop hipps yang
menyebabkan sebuah jam listrik berhenti. (Thomae H., Feger H Dalam Muh Said, 1990; 63) dari
percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses mengingat didahului oleh kegiatan
menghapal. Setelah beristirahat sebentar dihitung jumlah suku kata yang masih diingatnya.
Jumlah suku kata yang masih diingat oleh orang percobaan ini menentukan luas ingatan yang
menjadi tujuan percobaan. Karena menggunakan suku-suku kata yang tidak memiliki arti,
percobaan ini sudah agak maju. Dari hal tersebut terlihat bahwa menghapalkan kata-kata biasa
sedikit banyak dipengaruhi oleh arti kata-kata. Tromol ingatan penuh suku kata yang diputar serta
alat pencatat waktu adalah alat yang digunakan untuk melaksanakan penelitian tentang ingatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ebbinghaus kemudian dilanjutkan oleg Glaze. Penelitian lain
tentang memori dan sering dijadikan sebagai model dasar dalam mekanisme kerja memori
adalah yang dilakukan oleh Atkinson dan Shiffrin’s. Model tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut: Model of memory by Atkinson and Shiffrin’s (1968) Eksternal input Lost from SR Visual
Sensory Register (sensory memory) Visual Short Term Store (Short Term memory)
Audotory Verbal Linguistic Lost from STS Model ini adalah yang paling banyak dirujuk sehingga
sering dikatakan sebagai “Modal Model “. Model tersebut, menunjukkan tentang alur informasi
yang direperesentasikan dengan arah panah yang mengalir dari satu tempat penyimpanan
(memori) ke tempat penyimpanan atau memori yang lain. Kita dapat lihat bagaimana stimuli dari
lingkungan (eksternal) pertama masuk kedalam sensory memory. Sensory memori ini memiliki
kapasitas yang besar dalam menyimpan sistem yang merekam informasi dari masing-masing alat
sensori dengan akurat. Dari sensori memori tersebut kemudian informasi disandi dan mengalir
ke dalam sort term memory yang terdiri dari hanya sebagian kecil informasi yang secara aktif kita
gunakan yang kadang kita lupakan atau kita simpan pada memori berikutnya yaitu pada long
term memory yang sering kita kenal dengan kata lain yaitu ingatan. Pada proses penyimpanan
kedalam LTM/ingatan ini kita dapat menggunakan beberapa metode seperti chunking (membagi
kedalam beberapa potongan, rehearsals (mengulang-ulang infromasi), clusstering
(pengelompokkan kedalam konsep-konsep) atau menggunakan method of loci
(memvisualisasikan dalam benak) Metode penelitian memori. Abu Ahmadi dalam bukunya
“psikologi “umum mengemukakan 6 metode penyelidikan yang umumnya digunakan untuk
53

meneliti ingatan atau memori. Keenam metode tersebut adalah : 1. Metode mempelajari (The
learning method). Metode ini merupakan metode untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan
cara melihat sampai sejauhmana waktu yang diperlukan atau usaha yang dijalankan oleh subyek
(S) untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik, misalnya dapat menimbulkan
embalimateri tersebut tanpa kesalahan. Misalnya seseorang (S) disuruh mempelajari suatu syair,
dan S harus dapat menimbulkan kembali syair itu tanpa ada kesalahan. Bila kriteria itu telah
dipenuhi, maka diukur waktu yang diperlukan hingga mencapai kriteria tersebut. Ada orang yang
cepat, tetapi ada orang yang lambat dalam penguasaan materi itu. Ini berarti bahwa Long Term
Store (Long Term memory) Audotory Verbal Visual Etc Temporal Linguistic Decay, interface And
Lost of Strenght in LTS waktu atau usaha yang dibutuhkan olh subyek berbeda-beda sesuai
dengan kemampuannya masing-masing. 2. Metode mempelajari kembali. (The Relearning
Method). Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subyek disuruh mempelajari
materi kembali yang pernah dipelajari sampai pada satu kriteria tertentu seperti pada mempelajari
materi tersebut pada pertama kali. Dalam “relearning” ternyata untuk mempelajari yang kedua
kalinya materi yang sama membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat daripada waktu yang
diperlukan untuk mempelajari pertama kali sampai pada suatu kriteria tertentu. Untuk
mempelajari yang ketiga kalinya membutuhkan watu yang relatif lebih pendek bila dibandingkan
dengan waktu yang digunakan untuk mempelajari yang kedua ataupu yang pertama kali.
3.Metode rekonstruksi. Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subyek disuruh
mengkonstruksi kembali sesuatu materi yang diberikan kepadanya. Dalam mengkontruksi ini
dapat diketahui waktu yang digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada kriteria
tertentu. Misalnya kepada subyek diperlihatkan gambar yang dapat dipisah-pisahkan satu
dengan yang lain. Sesudah gambar itu diperlihatkan kepada subyek, maka gambar tersebut
dibongkar dan subyek disuruh untuk mengkontruksi kembali seperti keadaan gambar semula.
Berdasarkan eksperimen, makin kompleks gambar yang harus disusun, makin lama waktu yang
dibutuhkan oleh subyek untuk menyusunnya kembali. 4. Metode mengenal kembali. Metode ini
digunakan dengan mengambil bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subyek disuruh
mempelajari suatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai sejauh mana
yang dapat diingat dengan bentuk pilihan benar-salah atau dengan pilihan ganda. Dalam bentuk
pilihan ganda dari beberapa kemungkinan jawaban, maka jawaban yang betul telah disajikan di
antara beberapa kemungkina jawaban tersebut 5. Metode mengingat kembali. Metode ini ialah
mengambil bentuk subyek disusruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Misalnya
dengan membuat karangan, atau dengan cara mengisi seperti ujian yang berbentuk essay. 6.
Metode asosiasi berpasangan. Metode ini mengambil bentuk subyek disuruh mempelajari materi
secara berpasang-pasangan. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan dalam mengingat,
dalam evaluasi salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus, dan subyek disuruh
menyebutkan atau menimbulkan kembali pasangannya. Bila materi tersebut telah dipelajari atau
dihapalkan maka kemudian diadakan tes untuk melihat kemampuan mengingatnya. Salah satu
dari bagian pasangan digunakan sebagai stimulus, dan S subyek disuruh memberikan
pasangannya. Hal ini dapat berbentuk mengingat kembali, tetapi dapat juga dengan betuk
mengenal kembali. Dari uraian tentang metode-metode ingatan di atas dapat kita katakan bahwa
proses memori/ingatan dalam perspektif ini sangat mekanis dan berlaku dalam tiga tahap yaitu :
1. Mencamkan suatu informasi yang berbentuk suku kata, kata, istilah, konsep, pengalaman
sehari-hari 2. Menyimpan kesan-kesan 3. Mereproduksikan kembali isi ingatan Timbulnya
ingatan Ingatan timbul dalam berbagai jenis: 1. Ingatan kepada sesuatu seperti nama orang
tercantik di suatu kelas. Disini yang ingin direproduksikan kembali hanya sebahagian ingatan itu.
Hal itu dilakukan juga pada waktu ujian menggunakan metode essay atau memberikan definisi.
54

2. Rekoleksi, yaitu mengingat kembali sebuah peristiwa masa lampau secara lengkap, seperti
yang dilakukan oleh seorang tertuduh yang menjawab semua pertanyaan dari hakim atas semua
perilakunya dalam kejahatan yang telah dilakukannya. 3. Rekognisi, yaitu mengenal kembali
sesuatu hal, benda atau orang setelah sebahagian dari padanya kelihatan atau kedengaran
kembali, seperti melihat seorang anak teringat kembali kepada bapaknya; karena anak tersebut
serupa benar dengan bapaknya. Penggunaan metoda memilih (multiple choice dan atau benar
salah) adalah penggunaan rekognisi. 4. Mempelajari kembali sesuatu untuk memperlihatkan
bahwa ada sisa ingatan yang tinggal biarpun telah lama sesuatu dipelajari. Ernest R Hilgard
menceritakan bahwa kepada seorang anak Amerika yang berumur satu tahun dibacakan tiap hari
21 baris tertentu dari tiga buah buku bahasa yunani selama tiga bulan. Pada akhir tiga bulan
tersebut dibacakan 21 baris lain dari tga buah buku pilihan yinani lain. Sesudah tiga bulan
dibacakan lagi 21 baris lain begitu seterusnya sampai dicapai 21 kumpulan pilihan selama 7x3
bulan. Sementara anak itu tidak diajarkan atau tidak disruh mempelajari bahasa yunani sama
sekali. Pada umur 8, 14 dan 19 tahun diteliti apa yang tersisa dalam ingatan anak tersebut.
Kepada anak tersebut disuruh hapalkan baris-baris yunani yang pernah dibacakannya
kepadanya terdahulu, bersama-sama baris lainnya yang baru yang kira-kira sama. Pada umum
8 tahun anak itu hanya perlu waktu 30% waktu untuk mengulang baris-baris yang telah pernah
dibacakan kepadanya dahulu dibandingkan dengan waktu untuk baris-baris yang tidak pernah
didengarnya. Pada umur 14 tahun hanya 8 % waktu berkurang untuk mengulang baris-baris yang
telah diperdengarkan kepadanya dahulu dibandingkan dengan waktu untuk mempelajari baris-
baris yang baru baginya. Pada umur 18 tahun tak ada lagi tersisa dari baris-baris yang telah
dibacakan kepadanya dahulu. Jadi terbukti ada sisa-sisa ingatan dari bahan yang hanya
dibacakan saja pada waktu kecil sekali, sesudah lima tahun. 5. Menggali kesadaran rentang
ingatan. Eksperimen ini agak berlainan dengan hasil eksperimen yang dilakukan Ebbinghaus
tentang sisa ingatan dari sesuatu yang telah dipelajari. Hasil ini dinyatakan dalam kurve
(Ebbinghaus) yang memperlihatkan berapa persen dari sesuatu yang sudah dihapal yang masih
dapat diingat. Eksperimen tersebut ternyata berlainan kalau dilakukan oleh orang percobaan
dalam keadaan sadar atau sesudah tidur antara waktu menghapalkannya dan waktu
mengingatnya kembali. Yang berdekatan dengan masalah ini ialah tentang rentang ingatan,
maksudnya ialah jumlah benda yang dapat dilihat sekilas untuk diingat. Dari sekumpulan angka
berapa buahkah yang masih dapat diingat sesudah diperlihatkan satu kali saja? Umumnya orang
masih dapat mengingat nomor telepon yang terdiri dari lima angka, tetapi lebih dari sembilan
angka tidak dapat diingat kembali. Kalau nomor telepon terdiri dari tujuh angka masih dapat
diingat orang 50% dari waktu diperlihatkan. Tujuh angka inilah yang dinamai rentang ingatan.
Pengaruh situasi dalam proses ingatan Situasi yang mempengaruhi proses mengingat antara
lain: 1. Pembentukan satu gambaran mental dari sesuatu yang sedang diingat, seperti jalan cerita
atau tokoh-tokoh dari suatu cerita. 2. Pengorganisasian bahan yang sedang dipelajari untuk
diingat seperti diorganisasikan dalam bentuk satu keringkasan, satu diagram atau model. 3.
Penyerapannya waktu sedang dipelajari 4. Menghapalkannya berulangkali.
55

MATERI 12
KESADARAN
Dicky Hastjarjo ISSN : 0854-7108 Buletin Psikologi, Volume 13, No. 2, Desember 2005
Pengantar Kesadaran telah menjadi satu topik terpenting kajian psikologi dan ilmu pengetahuan
lain dewasa ini. Penelusuran dokumen lewat Proquest dengan mengetik kata consciousness
akan menghasilkan 11.435 artikel, sedangkan lewat EBSCO dengan prosedur yang sama
menghasilkan 14.094 artikel. Tidak salah jika Zeman (2001) menggambarkan minat terhadap
kesadaran sebagai air pasang yang sedang naik dibarengi dengan gelombang publikasi, jurnal
baru serta pertemuan ilmiah bertopik kesadaran. Topik kesadaran menurutnya (Zeman, 2001)
telah menjadi satu tantangan intelektual lintas disiplin mulai dari neurosains, psikologi sampai
filsafat. Senada dengan pendapat ini, seorang ahli lain Pawlik (1998, h. 185) menganalogikan
diterimanya kesadaran sebagai konstruk psikologi yang sah seperti peristiwa renaissance. Hal ini
disebabkan riset mengenai hakekat, struktur dasar serta proses kesadaran pada saat ini telah
menjadi satu topik hangat bagi psikologi teoretis dan eksperimen, neuropsikologi klinis dan
eksperimen, neurosains, ilmu-ilmu kognitif serta filsafat (Pawlik 1998, h. 186). Pickering (1999, h.
612) menyatakan lebih tepat kalau kesadaran bukannya telah pulang kembali ke psikologi
melainkan psikologi telah mendapatkan kembali kesadaran, sebab mengakui kesadaran qua
pengalaman sebagai bidang kajian penelitian psikologi berarti menemukan kembali apa yang
dipandang oleh Wilhelm Wundt dan William James sebagai fenomena pokok psikologi. Bielecky,
Kokoszka dan Holas (2001, h. 30) melukiskan bahwa kesadaran telah terlepas dari arus utama
psikologi di abad 20, meskipun psikologi modern bermula dari kajian introspektif mengenai
kesadaran pada akhir abad 19. Selanjutnya kesadaran juga bukan menjadi pusat perhatian
psikologi khususnya ketika psikoanalisa dan behaviorisme di negara Barat serta aliran Pavlov di
Eropa Timur mendominasi psikologi. Kesadaran baru kembali memperoleh perhatian para
peneliti akademis di tahun tujuhpuluhan saat budaya Barat secara tiba-tiba mengembangkan
minat pada budaya Timur, diantaranya minat pada kondisi khusus kesadaran yang ditimbulkan
oleh praktek-praktek psikologis seperti meditasi, keadaan tak sadarkan diri (trances) serta
pengaruh obat perangsang psikologis (Bielecky, et.al., 2001, h. 30) Meningkatnya minat ilmu lain
terhadap gejala mental dan kesadaran dilatarbelakangi oleh empat perkembangan ilmu
pengetahuan (Pawlik, 1998, h.187), yaitu :
(1) munculnya ilmu pengetahuan kognitif sebagai kajian lintas disiplin mengenai pemrosesan
informasi, inteligensi artifisial, dan model komputasional fungsi mental,
(2) perkembangan pesat metodologi neurosains dalam mempelajari sistem syaraf yang
berkorelasi dengan perubahan kondisi mental, misalnya tehnik pencitraan otak,
(3) perkembangan metodologi psikologi untuk mempelajari laporan-diri verbal dan gerakan
ekspresif sebagai faktor yang berkorelasi dengan variasi perubahan mental, dan
(4) kemajuan neuropsikologi klinis berkaitan dengan asesmen variasi patologis dalam kondisi
mental, serta dalam kondisi sadar versus koma.
Beberapa Pengertian Kesadaran Kesadaran memang telah menjadi satu konsep yang sering
digunakan psikologi, namun kesadaran merupakan konsep yang membingungkan dalam ilmu
pengetahuan mengenai pikiran (Chalmers, 1995a). Salah satu penyebabnya adalah karena
pengertian kesadaran sangat bervariasi sehingga tidak ada satu pengertian umum yang dapat
56

diterima semua pihak (Bielecky et.al, 2001; Natsoulas, 1978; Pawlik, 1998; Richardson, 1999;
Zeman, 2001). Zeman (2001) menguraikan bahwa kata consciousness berasal dari bahasa Latin
conscio yang dibentuk dari kata cum yang berarti with (dengan) dan scio yang berarti know (tahu).
Kata menyadari sesuatu (to be conscious of something) dalam bahasa Latin pengertian aslinya
adalah membagi pengetahuan tentang sesuatu itu dengan orang lain atau diri sendiri. Kata
conscious (sadar) dan consciousness (kesadaran) pertama kali muncul dalam bahasa Inggris
awal abad 17 (Lewis, 1960 seperti dikutip Zeman, 2001). Natsoulas (1978, 1999) lebih menyukai
pendekatan akal sehat atau bagaimana orang awam menggunakan kata kesadaran
sebagaimana tercantum dalam Oxford English Dictionary (OED). Ada enam arti kesadaran yang
dilengkapi dengan referensinya menurut OED yakni (a) pengetahuan bersama (b) pengetahuan
atau keyakinan internal (c) keadaan mental yang sedang menyadari sesuatu (awareness), (d)
mengenali tindakan atau perasaan sendiri (direct awareness), (e) kesatuan pribadi yaitu totalitas
impresi, pikiran, perasaan yang membentuk perasaan sadar dan (f) keadaan bangun/terjaga
secara normal. Pawlik (1998, h. 187) menjelaskan ada dua rumusan kesadaran, yaitu (a) aspek
fungsional kesadaran, dalam pengertian perhatian dan awareness serta (b) aspek fenomenologis
kesadaran, dalam pengertian kesadaran-diri (self-awareness dan self-consciousness) yang
menggambarkan kesadaran internal terhadap pengalaman sadar diri seseorang. Pawlik (1998)
juga mengutip pendapat Bisiach (1988) yang membedakan tiga rumusan kesadaran, yakni (a)
kesadaran (C1) menunjukkan kemampuan seseorang menyadari pengalaman subjektifnya,
kemampuan seseorang mempersepsi variasi-variasi keadaan mental (kesadaran dalam
pengertian yang sempit), (b) kesadaran (C2) menunjukkan akses yang dipakai oleh sistem
kesadaran untuk menuju ke bagian-bagiannya atau ke proses mentalnya sendiri (kesadaran
dalam pengertian awareness) dan (3) kesadaran (C3) menunjuk pada suatu wujud nonfisik
(immaterial mind dari Descartes). Zeman (2001) menjelaskan tiga arti pokok kesadaran, yaitu (a)
kesadaran sebagai kondisi bangun/terjaga. Kesadaran secara umum disamakan dengan kondisi
bangun serta implikasi keadaan bangun. Implikasi keadaan bangun akan meliputi kemampuan
mempersepsi, berinteraksi, serta berkomunikasi dengan lingkungan maupun dengan orang lain
secara terpadu. Pengertian ini menggambarkan kesadaran bersifat tingkatan yaitu dari kondisi
bangun, tidur sampai koma, (b) kesadaran sebagai pengalaman. Pengertian kedua ini
menyamakan kesadaran dengan isi pengalaman dari waktu ke waktu: seperti apa rasanya
menjadi seorang tertentu sekarang. Kesadaran ini menekankan dimensi kualitatif dan subjektif
pengalaman, serta (c) kesadaran sebagai pikiran (mind). Kesadaran digambarkan sebagai
keadaan mental yang berisi dengan halhal proposisional, seperti misalnya keyakinan, harapan,
kekhawatiran, dan keinginan. Chalmers (1995a & 1995b) menggolongkan permasalahan
kesadaran menjadi dua, yaitu permasalahan mudah (easy problems) dan permasalahan sukar
(hard problem). Permasalahan mudah kesadaran berkaitan dengan masalah yang secara
langsung dapat dipecahkan oleh metode baku ilmu pengetahuan kognitif. Permasalahan
kesadaran yang tergolong mudah itu antara lain adalah (a) bagaimana seseorang melakukan
pembedaan stimulus sensoris dan bereaksi secara tepat terhadap stimulus tersebut, (b)
bagaimana otak memadukan informasi yang berasal dari berbagai sumber berbeda dan
kemudian menggunakan informasi tersebut untuk mengendalikan perilaku, (c) bagaimana
seseorang mampu melaporkan kondisi internalnya sendiri, (d) bagaimana kemampuan satu
sistem untuk mengakses kondisi internalnya sendiri, (e) bagaimana soal pemusatan perhatian,
(g) bagaimana membedakan antara kondisi bangun dengan tidur. Gejalagejala kesadaran
semacam itu dapat dijelaskan oleh mekanisme komputasional dan neural. Meskipun gejala
kesadaran diatas bukan masalah sepele, kemajuan psikologi kognitif dan neurosains diharapkan
dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan tersebut (Chalmers, 1995a & 1995b).
57

Permasalahan kesadaran yang sukar (the hard problem) menyangkut permasalahan


pengalaman. Chalmers (1995b) menggambarkan kesadaran sebagai berikut. Otak manusia
secara relatif dapat dipahami dari sisi objektif. Misalnya, ketika kita membaca tulisan pada
halaman ini maka akan terjadi pemrosesan informasi: photon mengenai retina, sinyal listrik
mengalir ke syaraf optik dan ke beberapa bagian otak. Sesudah selesai membaca kita mungkin
akan tersenyum, mengerinyitkan dahi tanda bingung atau melontarkan komentar. Akan tetapi
disamping hal-hal objektif tersebut terdapat juga aspek subjektif. Pada saat kita membaca
halaman ini maka kita menyadari bahwa kita sedang membaca halaman ini, secara langsung kita
mengalami gambarangambaran dan kata-kata sebagai bagian dari kehidupan mental pribadi.
Chalmers (1995b) memberikan contoh lain yaitu, kita mempunyai kesan yang hidup terhadap
bunga-bunga berwarna maupun langit yang cemerlang; ketika kita menghirup bau yang sama,
mungkin sejumlah gambaran akan muncul dalam pikiran kita dan sejumlah emosi akan kita
rasakan. Pengalaman-pengalaman tersebut secara bersama membentuk kesadaran, the
subjective, inner life of the mind. Permasalahan sukar kesadaran mempertanyakan bagaimana
prosesproses fisik yang terjadi didalam otak menimbulkan pengalaman subjektif ? (How physical
processes in the brain give rise to subjective experience?) (Chalmers, 1995a; 1995b). Misalnya,
mengapa pada saat otak kita memproses cahaya dengan panjang gelombang tertentu, maka kita
akan mengalami warna ungu yang dalam? Mengapa kita memiliki pengalaman seperti itu?
Kesadaran subjektif ini menyangkut persoalan “Bagaimana rasanya menjadi sesuatu atau
bagaimana rasanya mengalami sesuatu (what it is like to be or to experience
something)?”(Chalmers,1995a, 1995b). Permasalahan ini pernah dilontarkan oleh Thomas Nagel
pada tahun 1974 dengan bertanya “Bagaimana rasanya sebagai seekor kelelawar? (What is it
like to be a bat?)” (Blackmore, 2001). Tidak dapat dipungkiri bahwa kesadaran berasal dari otak
atau bahwa pengalaman subjektif muncul dari sebuah proses fisik, namun kita tidak tahu
bagaimana dan mengapa kesadaran subjektif muncul dari proses otak sehingga pertanyaan
inilah yang perlu dijawab oleh teori kesadaran (Chalmers, 1995a; 1995b). Seorang ahli lain
(Block, 2003, h. 47) malah mengemukakan ada permasalahan kesadaran yang lebih sukar lagi
(the harder problem), yaitu mengapa mahkluk yang secara fisik berbeda mempunyai tumpang-
tindih/ overlap secara fenomenologis dalam satu cara tertentu daripada dalam cara yang lain?.
Sejumlah ahli mengemukakan gagasan yang didukung bukti neurobiologis bahwa pengalaman
subjektif mungkin dimiliki juga oleh hewan (Baars, 2005; Panksepp, 2005). Beberapa Teori
Kesadaran Sejumlah teori dari berbagai bidang berusaha menjelaskan hakekat kesadaran,
misalnya filsafat (Block, 2003; Chalmers,1995a; 1995b), psikologi (Baars, 1997; 2003; Natsoulas,
1978; 1999; 2004), neurosains (Crick & Koch, 2003), fisika kuantum (Goswami, 2001; Stapp,
1995), matematika (Bielecky, Kokoszka & Holas , 2001), mistik (Forman,1998), dan pendekatan
integral (Wilber, 1997). Baars (1997; 2003) mengkaji kesadaran secara psikologis dengan
mempopulerkan analisis kontrastif untuk membandingkan kesadaran dengan ketidaksadaran.
Kesadaran itu bersifat lambat sebab terkait dengan keterbatasan kapasitas baik dalam memori,
perhatian selektif maupun sistem serial. Sedangkan ketaksadaran bersifat cepat dan paralel. Hal
ini merupakan teka-teki sebab kesadaran dan ketaksadaran keduanya merupakan aspek otak.
Menurut Baars teka-teki tersebut dapat dijawab dengan menyatakan bahwa kesadaran
merupakan pintu gerbang kedalam sumber pengetahuan yang tidak disadari (Baars, 1997, h.
298). Kesadaran dianalogikan sebagai tombol perintah Global Search pada sebuah komputer
sebab dengan menekan tombol itu maka dokumen apapun dapat ditemukan. Analoginya,
kesadaran mempunyai kemampuan untuk menciptakan akses global dalam otak. Baars
menggunakan teater sebagai metapora untuk membuktikan bahwa kesadaran berfungsi
menciptakan akses global. Sebuah teater menggabungkan antara sedikit peristiwa yang terjadi
58

di panggung dengan banyak sekali penonton; begitu juga kesadaran akan mencakup sedikit
informasi yang menciptakan akses kedalam banyak sumber pengetahuan tak sadar. Kesadaran
merupakan organ publisitas otak: kesadaran merupakan fasilitas untuk mengakses,
menyebarluaskan dan saling menukarkan informasi serta melakukan koordinasi dan kontrol
secara global (Baars, 1997, h. 299). Secara lebih detil Baars (1997) menggambarkan metafora
teater sebagai berikut. Sebuah teater terdiri dari panggung, operator konteks dibelakang layar
(sutradara, penata lampu, konteks lokal), pemain (aktor/aktris), lampu sorot, serta penonton.
Panggung teater adalah panggung memori-kerja. Para aktor adalah isi dari pengalaman sadar
(pikiran, images, sensasi). Lampu sorot adalah lampu perhatian yang menyorot panggung
memori-kerja. Set dibelakang layar adalah konteks ketidaksadaran yang mempengaruhi
kesadaran (misalnya, perhatian selektif dan sistem perseptual bersifat spontan dan tak sadar).
Sementara itu penonton adalah memori jangka-panjang atau sistem produksi atau pengetahuan
khusus yang bersifat tidak disadari.
Baars (1997, h. 301) menggambarkan kesadaran sebagai berikut. Panggung menerima informasi
sensoris dan abstrak, namun hanya kejadian yang tersorot lampu sorot diatas panggung adalah
kejadian yang betul-betul disadari. Aktor yang tersorot lampu sorot berbicara ceriwis dan
memamerkan kepiawaian diatang panggung yang diatur oleh penulis naskah dan sutradara,
dengan latar belakang yang diciptakan oleh penata adegan. Pengaruh dibelakang layar ini,
disebut operator konteks, merupakan sistem tak sadar yang membentuk kejadian sadar. Lampu
sorot akan memilih aktor paling penting diatas panggung. Ketika lampu dinyalakan maka pesan
aktor didistribusikan kepada penonton yang terdiri dari sumber pengetahuan dan hal-hal rutin
yang tidak disadari. Sumber pengetahuan dan hal rutin ini merupakan sekumpulan alat tak sadar
yang kita pergunakan untuk beradaptasi dengan dunia. Satu hal penting juga adalah bahwa
dalam teater tersebut input akan bersifat konvergen, sedangkan output bersifat divergen (Baars,
1997, h.301). Diatas panggung terjadilah konvergensi antara para aktor, ucapan-ucapan aktor,
sutradara, juru rias, penata adegan dan penulis naskah; namun setiap ucapan aktor akan
ditafsirkan secara berbeda oleh penonton. Sebuah pesan dipancarkan secara global namun
diinterpretasikan secara lokal oleh masing-masing pikiran penonton. Secara umum terdapat
konvergensi informasi diatas panggung, namun demikian sesudah informasi menyatu maka
informasi tersebut akan menyebar secara divergen kepada penonton. Perspektif lain akan
mengkaji keadaran dari sudut pandang neurobiologis. Crick dan Koch (2003) mengemukakan
sebuah kerangka kerja (framework) tentang kesadaran dari sisi neurobiologi. Teorinya
dinamakan neural correlate of consciousness (NCC) yang didasarkan pada indera penglihatan.
Ada 10 poin yang diuraikan dalam tulisan Crick & Koch yang dipublikasikan tahun 2003 itu, namun
tidak semua akan dipaparkan disini. Sistem penglihatan berlandaskan pada kerja sistem korteks
didalamnya termasuk cerebral cortex, thalamus, claustrum, basal ganglia dan cerebellum.
Korteks berupa jaringan syaraf yang sangat saling berhubungan serta terdapat koalisi maupun
kompetisi antar neuron. Neuron dalam sebuah koalisi akan saling mendukung dan meningkatkan
aktivitas anggota lain. Koalisi neuron yang menang akan dipertahankan dan menciptakan apa
yang disadari seseorang pada saat tertentu. Pengalaman sadar kemungkinan terbentuk dari
sejumlah koalisi neuron yang menang. NCC berasumsi bahwa manusia memiliki neuron-neuron
eksplisit yang mampu mempersepsi fitur-fitur tertentu dari sebuah objek. Neuron eksplisit tersebut
mendeteksi fitur-fitur sebuah objek tanpa membutuhkan lebih lanjut pemrosesan syaraf yang
kompleks. Seandainya orang tidak mempunyai neuron-neuron eksplisit itu maka orang tersebut
tidak akan mampu secara sadar mempersepsi fitur-fitur objek secara langsung (Crick & Koch,
2003, h.121). Misalnya, dalam kasus achromatopsia (kehilangan persepsi terhadap warna),
59

prosopagnosia (kehilangan kemampuan mengenal wajah) serta akinetopsia (kehilangan


kemampuan mempersepsi gerakan), maka satu atau sejumlah atribut kesadaran telah hilang,
sementara aspek lainnya masih berfungsi (Crick & Koch, 2003, h.121). Kesadaran juga dijelaskan
dari ilmu fisika kuantum (Goswani, 2001; Stapp, 1995). Stapp (1995) menyimpulkan bahwa
kesadaran lebih dapat dijelaskan dari fisika kuantum daripada fisika klasik. Fisika klasik
memandang dunia sebagai satu agregat sederhana dari entitas lokal yang bersifat independen.
Masing-masing entitas hanya berinteraksi dengan entitas tetangga dekat. Interaksi entitas dapat
membentuk objek dan sistem yang lebih besar serta dapat diperinci entitas fungsionalnya. Namun
demikian menurut fisika klasik, entitas fungsional tadi tidak mendapat sifat khusus atau sifat
ontologis tambahan. Entitas holistik fungsional tadi tetap saja merupakan agregat sederhana dari
entitas lokal dan tidak dapat menjadi entitas pengalaman holistik (holistik eksperiensial). Fisika
klasik tidak mampu menjelaskan dua level kualitas eksistensi tersebut.: satu level mengenai
entitas lokal yang timbul menurut hukum matematika dan satu level lain mengenai entitas yang
secara tiba-tiba menjadi ada, entitas yang bersifat keseluruhan utuh yang terbentuk dari entitas
lokal di level bawah. Berbeda dengan fisika klasik, maka fisika kuantum dapat menjelaskan hal
itu yaitu menggambarkan dua aspek yang saling jalin-menjalin dari sistem pikiran/otak (Stapp,
1995). Goswani (2001, h.536) berpendapat bahwa fisika kuantum akan menginterpretasikan
kesadaran dengan berlandaskan filsafat idealisme monistik bukan realisme monistik maupun
dualisme. Dualisme memandang kesadaran dan materi sebagai dua substansi yang sama sekali
berbeda, sehingga membutuhkan perantara untuk menjelaskan interaksi antara kedua substansi
tersebut. Realisme monistik berpendapat bahwa kutub objek bersifat riil sedangkan kutub subjek
berifat epiphenomena. Sebaliknya, idealisme monistik memandang bahwa baik kutub objek dan
subjek adalah pengalaman. Fisika kuantum menggambarkan objekobjek sebagai gelombang-
gelombang kemungkinan. Matematika kuantum akan menghitung probabilitas yang berkaitan
dengan masing-masing kemungkinan dari sebuah gelombang kemungkinan. Namun demikian
tidak ada matematika kuantum yang tersedia untuk menghitung reduksi/pengurangan (collapse)
gelombang kemungkinan dari satu aktualitas unik. Reduksi gelombang kemungkinan dari satu
aktualitas digambarkan sebagai gerak pilihan yang terputus yang melengkapi gerak
terusmenerus yang bersifat deterministik diantara pengukuran. Mengutip ahli matematika von
Neumann, maka agen yang melakukan pilihan harus berupa sebuah kesadaran nonmateri yang
mentransendensi ruang, waktu dan berupa mekanika kuantum sebab mesin pengukur (yang
terbuat dari gelombang kemungkinan materi submikroskopik) adalah sebuah gelombang
kemungkinan sendiri juga. Permasalahannya adalah dapatkah kesadaran nonmateri bertindak
terhadap materi tanpa perantara? (Goswami, 2001, h.537) ? Menurut Goswami dualisme ini akan
hilang karena kesadaran adalah dasar dari ada dan materi adalah gelombang kemungkinan
didalam kesadaran (2001, h. 537). Seorang psikiater mengingatkan bagi pengajaran dan
penelitian psikiatri untuk mengembalikan lagi pentingnya kesadaran, jika hal ini tidak dilakukan
maka “we are in danger of developing and propagating a discipline which is, in a fundamental
way, lifeless (Meares, 2003, h. 694)”. Wilber (1997) mengajukan sebuah teori integratif tentang
kesadaran yang memadukan kekuatan-kekuatan dari duabelas perspektif lain, yaitu ilmu
pengetahuan kognitif, introspeksionisme, neuropsikologi, psikoterapi individual, psikologi sosial,
psikiatri klinis, psikologi perkembangan, kedokteran psikosomatik, keadaan kesadaran khusus,
tradisi Timur dan kontemplatif, kesadaran menurut pendekatan kuantum serta tenaga dalam.
Wilber (1997) menyimpulkan bahwa eksistensi itu terbentuk dari 4 (empat) kuadran, yaitu
intensional, keperilakuan, kultural dan sosial. Kuadran kiri adalah kuadran interior, yang terdiri
dari kuadran intensional dan kuadran kultural. Kuadran kanan, yang terdiri dari kuadran
keperilakuan dan sosial, merupakan kuadran eksterior. Kuadran atas adalah kuadran individual
60

yaitu kuadran keperilakuan dan intensional; sedang kuadran bawah adalah kuadran kolektif yang
terdiri dari kuadran kultural dan sosial. Sehingga dapat dijelaskan bahwa (a) kuadran
keperilakuan ada dibagian sebelah kanan atas dan merupakan kuadran individualeksterior, (b)
kuadran sosial ada disebelah kanan bawah dan bersifat kolektif-eksterior, (c) kuadran intensional
terletak disebelah kiri atas dan bersifat individual-interior, dan (d) kuadran kultural terletak di
kuadran kiri bawah dan bersifat kolektif-interior. Masing-masing kuadran memiliki sebuah hirarki
yang terdiri dari holon, yaitu satu keseluruhan yang pada saat yang sama juga merupakan bagian
dari sebuah keseluruhan lain. Misalnya, satu keseluruhan atom merupakan bagian dari sebuah
keseluruhan molekul, sebuah keseluruhan molekul merupakan bagian dari sebuah keseluruhan
sel. Sebuah holon dalam kuadran keperilakuan akan eksis bersama dengan holon kolektif atau
kelompok. Holon kolektif tersebut terdapat dalam kuadran sosial. Kuadran keperilakuan dan
sosial terdiri dari holon-holon yang dapat dipersepsi pancaindera, empiris, realitas objektif dan
interobjektif. Demikian juga setiap holon dalam kuadran intensional akan ada bersama dengan
holon kolektif dalam kuadran kultural. Kuadran kiri ini bersifat interpretatif, subjektif, dan
intersubjektif. Teori kesadaran menurut Wilber (1997) haruslah mencakup “semua kuadran,
semua-level”. Kesadaran bukan berlokasi dalam diri organisme, namun kesadaran adalah
sebuah peristiwa menyangkut empat kuadran. Kesadaran terdistribusi kedalam semua kuadran,
baik kuadran keperilakuan, sosial, intensional dan kultural. Jika kita menghapus satu kuadran
saja, maka semuanya akan menghilang, sebab masing-masing kuadran secara intrinsik perlu
untuk keberadaan kuadran yang lain. Kesadaran tidak hanya dilekatkan pada otak (fisik), tapi
juga dilekatkan pada intensionalitas yang tidak dapat dijelaskan oleh fisik. Kesadaran tidak hanya
diterangkan oleh faktor individual, yaitu intensionalitas dan otak namun juga membutuhkan
makna kultural sebab tanpa praktek serta makna kultural maka intensi tidak akan berkembang.
Kesadaran juga terdistribusi kedalam sistem sosial untuk menentukan kontur dari manifestasi
tertentu kesadaran. Pendekatan orang pertama Valentine (1999) membedakan antara perspektif
orang pertama (internalis) dengan perspektif orang ketiga (eksternalis). Perspektif orang pertama
menggambarkan kesadaran subjektif atau bagaimana rasanya menjadi atau mengalami sesuatu.
Misalnya, seorang ibu yang baru melahirkan menceriterakan bagaimana rasanya mengalami
persalinan. Sebaliknya, perspektif orang ketiga adalah gambaran ilmiah pengalaman ibu tadi
yang terungkap ketika seorang ahli kandungan menjelaskan rasanya seorang ibu bersalin.
Menurut Valentine (1999, h.537) pernyataan-pernyataan ilmiah itu bersifat objektif, publik, umum,
dan inferensial namun pernyataan tersebut didasarkan atas pengalaman subjektif, privat, dan
khusus. Dengan kata lain, objektivitas sebenarnya berakar pada intersubjektifitas, yaitu
kesepakatan publik mengenai observasi-observasi privat. Pengalaman sadar dengan demikian
memiliki dua pengertian. Pengertian sebagai sebuah perspektif epistemologis serta sebuah
konstruk teoretis. Pengalaman fenomenologis sebagai sebuah konstruk teoretis dapat digunakan
dalam psikologi dan bahkan keadaan mental privat ini mempunyai bukti publik dalam bentuk
laporan verbal, data perilaku serta indikator neurofisiologis (Valentine, 1999, h. 537). Valentine
(1999, h.541) menyimpulkan bahwa kesadaran dapat dan perlu dipelajari. Pickering (1999)
mengamati bahwa psikologi lebih menyukai perspektif orang ketiga daripada perspektif orang
pertama oleh karena psikologi mengadopsi model ilmu alam. Sains kognitif yang dewasa ini
banyak mengkaji kesadaran ternyata juga memiliki etos bebas-budaya, mekanistik, objektif dan
kuantitatif padahal pengalaman manusia bersifat terikatbudaya, organik, subjektif dan kualitatif,
sehingga situasi ini disebut oleh Pickering (1999, h. 613) sebagai aporia, menantang
permasalahan tanpa satu solusi. Pickering menyarankan adanya keseimbangan antara
perspektif orang pertama dengan orang ketiga dalam mempelajari kesadaran sehingga psikologi
berkembang menjadi ilmu pengetahuan tentang kehidupan mental yang tidak dipisahkan dari
61

konteks biologis maupun kultural (1999, h. 620). Penutup Kesadaran telah menjadi topik yang
sedang in dalam psikologi maupun ilmu terkait lain, meskipun demikian definisi tentang
kesadaran bervariasi. Kesadaran seringkali digolongkan kedalam permasalahan mudah dan
permasalahan sukar (Chalmers, 1995a, 1995b). Permasalahan sukar harus mampu menjelaskan
bagaimana prosesproses fisik yang terjadi didalam otak menimbulkan pengalaman subjektif ?
Apakah permasalahan kesadaran yang benar-benar sukar diatas akan senantiasa menghantui
kita selamanya? (Blackmore, 2001). Dia sendiri menjawabnya “I doubt it. I think that one day
psychologist will look back and laugh at the silly muddle we got ourselves into. To them the way
out will be obvious. The trouble is that right now, like everyone else in the field, I cannot see it”
(Blackmore, 2001). Kita pada umumnya termasuk orang yang digambarkan dalam kalimat
terakhir Blackmore tadi, terlebih kalau kita tidak begitu peduli pada topik consciousness.
62

MATERI 13
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Di Jerman, Leipzig, 1875, titik awal psikologi sebagai ilmu dari Wilhelm Wundt. Disusul
laboratorium psikologi di Wuerzburg, Goettingen dan Tubingen. Ilmu berusaha memberi
penjelasan tentang kejadian-kejadian dialam, lepas dari bagaimana keterangan ini nantinya akan
digunakan. Lembaga-lembaga psikologi diatas mempelajari gejala-gejala psikis manusia, seperti
proses pengenalan, pengalaman, ingatan, pikiran dan sebagainya. Berbagai macam rancangan
eksperimen merupakan kegiatan utama dari psikologi eksperimen. Temuan dari psikologi
eksperimen merupakan masukan bagi psikologi umum, misalnya salah satu aturan dalam
persepsi ialah hukum kedekatan. Psikologi eksperimen juga mempelajari gejala-gejala psikis dan
perilaku manusia di industri. Teori, aturan-aturan dan prinsip-prinsip dari psikologi umum yang
berlaku untuk setiap manusia, tetap berkembang dan diterapkan. Penerapan psikologi umum di
industri sudah mulai dilihat pada permulaan abad ke 20 oleh Walter Dill Scott (1901) dalam
periklanan. Tahun 1903, bukunya Theory Of Advertising merupakan buku pertama yang
membahas pikologi dalam kaitan dengan aspek dunia kerja. Tahun 1913, terbit buku dari Hugo
Muensterberg, psikologi Jerman yang mengajar di Universitas Harvard, The Psychology Of
Industrial Efficiency. Perkembangan yang pesat dimulai dalam dekade 1920. Frederick Winslow
Taylor, pelopor gerakan Scientific Management mencari cara yang paling efesien untuk
melakukan suatu pekerjaan. Ini berkembang menjadi ergonomi, kerekayasaan untuk manusia
(Human Engineering) atau psikologi kerekayasaan (Engineering Psychologi). 1924 dimulai
penelitian-penelitian di Hawthorne, Illionis di pabrik Western electrik tentang akibat-akibat kerja
fisik dari lingkungan kerja terhadap efisiensi kerja. Ditemukan bahwa kondisi psikososial ditempat
kerja secara potensial mempunyai arti yang lebih penting dari kondisi kerja fisik.
PSIKOLOGI DIFFERENSIAL Juga disebut sebagai psikologi khusus. Dari psikologi khusus
berkembang Psychotechnik yang kemudian berkembang menjadi Psikometri yaitu yang
mempelajari dan mengukur gejala-gejala psikis yang khas dari seseorang. Cabang psikologi ini
menekankan keunikan dari seseorang dan menekankan adanya perbedaan antara manusia.
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI DI INDONESIA. Psikologi ilmu terapan.
PENGERTIAN PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI Pengertian industri mencakup juga
pengertian business (perusahaan). Psikologi industri dan organisasi merupakan hasil
perkembangan dari psikologi umum, psikologi eksperimen dan psikologi khusus. Sekarang,
perilaku manusia dalam kaitan dengan kegiatan industri dan organisasi dipelajari untuk
perkembangan teori, aturan dan prinsip psikologi baru yang berlaku umum dalam lingkup industri
dan organisasi. Alat untuk mengukur perbedaan manusia juga tetap dikembangkan untuk
meningkatkan kecermatan dalam melaksanakan pemeriksaan psikologi untuk tujuan seleksi,
penempatan, pengenalan diri, penyuluhan kejuruan dan perkembangan kariere. Segi terapan dari
psikologi industri dan organisasi menimbulkan tafsiran bahwa psikologi bermanfaat bagi
manajemen, bagi pimpinan dan pemilik perusahaan dan merugikan para tenaga kerja dan
konsumen. Psikologi industri dan organisasi merupakan suatu keseluruhan pengetahuan (A Body
Of Knowledge) yang berisi fakta, aturan-aturan dan prinsip-prinsip tentang perilaku manusia pada
pekerjaan. Pengetahuan ini dapat disalah gunakan sehingga dapat membahayakan dan
merugikan pihak-pihak yang terlibat. Penggunaan pengetahuan psikologi industri dan organisasi
harus ditunjukan untuk kepentingan dan kemanfaatan pihak-pihak yang terlibat, bik perusahaan
sebagai organisasi maupun karyawannya. Psikologi industri dan organisasi adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia: a. Dalam perannya sebagai tenaga kerja dan sebagai konsumen
63

b. Baik secara perorangan maupun secara kelompok, dengan maksud agar temuannya dapat
diterapkan dalam industri dan organisasi untuk kepentingan dan kemanfaatan manusianya dan
organisasinya.
A. PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI SEBAGAI ILMU Masih menerapkan temuan-
temuan dari psikologi pada umumnya, psikologi dan industri pada khususnya kedalam industri
dan organisasi.
B. PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI MEMPELAJARI PERILAKU MANUSIA. Yang
dimaksud dengan perilaku manusia ialah segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia, baik
yang secara langsung dapat diamati berjalan, melompat, menulis, duduk, berbicara, dan
sebagainya maupun yang tidak dapat diamati secara langsung seperti berfikir, perasaan, motivasi
dan sebagainya. Ilmu hanya menangani hingga menganalisis fakta-fakta yang dapat diamati,
yang dapat dilihat, didengar, diraba, diukur dan dilaporkan, yang semuanya merupakan perilaku
yang terbuka. Melalui observasi dari perilaku terbuka kita kita menafsirkan tentang perilaku yang
tertutup.
C. PERILAKU MANUSIA DIPELAJARI DALAM PERANNYA SEBAGAI TENAGA KERJA DAN
SEBAGAI KONSUMEN. Manusia dipelajari dalam interaksi dengan pekerjaannya, dengan
lingkungan fisik dan lingkungan psiko-sosialnya di pekerjakaannya. Sebagai tenaga kerja
manusia menjadi anggota organisasi industri dan sebagai konsumen ia menjadi pengguna dari
produk atau jasa dari organisasi perusahaan.
D. PERILAKU MABNUYSIA DIPELAJARI SECARA PERORANGAN DAN SECARA
KELOMPOK. Dalam organisasi ada unit kerja. Unit kerja yang besar terdiri dari unit-unit kerja
yang lebih kecil dan masing-masing terdiri dari unit kerja yang lebih kecil lagi. Dalam hubungan
ini dipelajari bagaimana dampak satu kelompok atau unit kerja terhadap perilaku seorang tenaga
kerja dan sebaliknya. Juga dipelajari sejauh mana struktur, pola dan jenis organisasi
mempengaruhi tenaga kerjanya, terhadap kelompok tenaga kerja dan terhadap seorang tenaga
kerja. Tentang konsumen dapat berbentuk, sejauh mana ada reaksi yang sma dari kelompok
konsumen dengan ciri-ciri tertentu terhadap iklan suatu produk. Berdasarkan temuan
dikembangkan teori aturan-aturan atau hukum dan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kembali
kedalam kegiatan-kegiatan industri dan organisasi untuk kepentingan tenaga kerja, konsumen
dan organisasinya dan untuk menguji ketepatannya. Contohnya ditemukannya data tentang
perbadaan manager yang berhasil dan yang tidak.
WAWASAN PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Psikologi industri dan organisasi berhubungan dengan industri dan organisasi. Semua ilmu ini
dinamakan psikologi industri yang fungsi utamanya menerapkan ilmu psikologi di industri.
Dengan berkembangya psikologi industri menjadi ilmu yang mandiri maka namanya menjadi
psikologi industri dan (psikologi) organisasi. Dengan organisasi dimaksudkan organisasi formal
yang mencakup organisasi yang mencari keuntungan, memproduksi barang atau jasa, dan
organisasi yang tujuan utamanya bukan mencari keuntungan. Organisasi dapat dipandang
sebagai suatu sistim yang terbuka. Kast dan Rosenzweig mengartikan sistim sebagai suatu
kesatuan keseluruhan yang terorganisasi, yang terdiri dari dua atau lebih bagian, komponen atau
subsistem, yang saling tergantung, yang dipisahkan dari suprasistim sebagai lingkungannya oleh
batas-batas yang dapat ditemu kenali. Sistim berinteraksi dengan sistim lainnya dan membentuk
suatu suprasistim. Sistim juga terdiri dari dua atau lebih subsistim yang saling beriteraksi, dan
masing-masing subsistim terdiri dari sistim yang lebih kecil lagi yang saling berinteraksi dan
64

seterusnya. Dengan demikian dapat ditemukan suatu tata tingkat dari sistim. Organisasi sebagai
suatu sistim terdiri dari subsistim, yaitu satuan kerja yang besar seperti devisi atau urusan. Satuan
kerja yang besar ini terdiri dari satuan-satuan kerja yang lebih kecil (Sub-subsistim) seperti
bagian. Setiap bagian terdiri dari satuan kerja yang lebih kecil lagi, misalnya seksi dan satuan
kerja yang terkecil ialah tenaga kerja. Organisasi industri berinteraksi dengan sistim lain dan
masing-masing unit memberi dampak yang tersendiri pada lingkungannya. Dengan demikian
setiap sistim membuat organisasi industri sebagai sistim berada dalam proses pertukaran yang
sambung menyambung dengan lingkungannya, yaitu sistim terbuka. Sistim juga mempunyai
batas yang dapat berupa fisik maupun nonfisik. Batas sistim mempunyai fungsi seleksi dan
pengendalian terhadap macam dan banyaknya arus dari masukan dan keluaran. Obyek yang
dipelajari oleh psikolog industri dan organisasi adalah perilaku manusia sebagai tenaga kerja dan
sebagai konsumen dalam kaitan: a. Fungsi batas sistim Yaitu secara perorangan atau secara
kelompok seperti - Pelamar/calon tenaga kerja - Tenaga kerja yang terlibat dalam proses
pengadaan dan seleksi tenaga kerja - Tenaga kerja yang terlibat dalam proses pengendalian
mutu, pemasaran dan penjualan - Konsumen, perorangan maupun perusahaan b. Proses
produksi dalam sistim seperti: - Tenaga kerja pelaksana yang dikelola - Tenaga kerja pengelola
(Manager). Seleksi pelatihan dan pengembangan sasarannya agar tenaga kerja disesuaikan
dengan tuntutan lingkungan kerjanya. Kondisi kerja dan psikologi kerekayasaan berusaha untuk
menyesuaikan lingkungan kerja fisik, mesinmesin, peralatan dan lingkungan kerja psikologis
dengan keterbatasan kemampuan para tenaga kerjanya, agar mereka dapat bekerja efesien.
Hubungan antar tenaga kerja dapat saja menimbulkan berbagai masalah dan konflik yang
memerlukan penyelesaian. Pengembangan organisasi dengan berbagai jenis teknik intervensi
dapat mengatasi berbagai masalah sehingga organisasi dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas
dan “kesehatannya”.
A. KAITAN DENGAN PERILAKU KEORGANISASIA (ORGANIZATIONAL BEHAVIOR). Psikologi
industri dan organisasi sangat erat hubungannya dengan perilaku keorganisasian. Kesamaan
dalam bidang kajian terletak pada mempelajari perilaku manusia: a. Dalam perannya sebagai
tenaga kerja dan sebagai konsumen b. Baik secara perorangan maupun secara kelompok. Untuk
kepentingan dan kemanfaatan manusianya dan organisasinya. Sebagai tenaga kerja perilaku
dipelajari untuk menemukenali kepribadian, kecakapan-kecakapan, keterampilan, sikap dan ciri-
ciri kepribadian: 1. Dengan tujuan khusus untuk diseleksi dan penempatan, untuk pelatihan dan
pengembangan 2. Dalam interaksi dengan lingkungan fisiknya 3. Dalam interaksi dengan
lingkungan sosialnya. Perilaku organisasi lebih berfokus pada no. 3
B. KAITANNYA DENGAN MANAGER SUMBER DAYA MANUSIA Di Indonesia kebanyakan
orang sukar dapat membedakan antara psikologi industri dan organisasi dan managemen
sumber daya manusia. Obyek studinya ialah sama yaitu manusia sebagai tenaga manusia.
Perbadaan utama terletak pada kondisi dimana manusia sebagai tenaga dipelajari kerja. Pada
managemen sumber daya manusia, perilaku manusia dipelajari dalam kaitannya dengan
managemen dan bagaimana manusia sebagai tenaga kerja dapat dimanagement secara efektif
menjadi pokok bahasan. Topik-topik yang sama ialah seleksi tenaga kerja, pelatihan, motivasi
dan kepemimpinan, tetapi masing-masing ditangani dengan cara berbeda. Managemen sumber
daya manusia bekerja berdasarkan effisiensi dan efektivitas kerja sedangkan psikologi industri
berdasarkan mencari ciri-ciri yang absah pada manusia.
65

MATERI 14
PSIKOLOGI SOSIAL
Pengertian, Ruang Lingkup, dan Tujuan Psikologi Sosial

Pengertian Psikologi Sosial Psikologi merupakan kata yang diambil dari bahasa Belanda
“psycologie” atau dari bahasa Inggris “psychology”. Ditinjau dari sudut asal katanya, kata
psichologie atau psychology berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua buah kata, yaitu
“psyche” dan “logos” yang berarti jiwa dan ilmu. Berdasarkan kedua pengertian itu, maka orang
dengan mudah memberikan batasan atau pengertian psikologi sebagai ilmu pengetahuan
tentang jiwa atau sering disebut dengan “ilmu jiwa.” (Walgito, 2002: 1) Pada tahun 1930, di
Amerika Serikat telah dikembangkan psikologi yang secara khusus mempelajari hubungan antar
manusia. Akhirnya muncullah cabang ilmu baru dari ilmu jiwa ini yang kemudian dikenal dengan
istilah psikologi sosial. Masalah-masalah yang menjadi fokus bahasannya adalah kegiatan-
kegiatan manusia dalam hubungannya dengan kontek sosialnya. Diantara kegiatan-kegiatan
tersebut adalah kelompok-kelompok organisasi, kepemimpinannya, anggota atau pengikutnya,
perilkau moralnya, kekuasaannya, komunikasinya, dan kebudayaannya (Ahmadi, 2002). Dalam
kehidupan sehari-hari, hubungan diantara manusia tersebut ternyata tidak selamanya berjalan
lancar. Adakalanya muncul kesalahpahaman, perselisihan, pertengkaran, permusuhan, bahkan
peperangan. Lingkup kejadiannya tidak saja terjadi dalam skala yang kecil ditingkat keluarga dan
lingkungan kelurahan tetapi juga bisa terjadi dalam skala yang lebih besar ditingkat nasional dan
internasional. Dalam kajian psikologi sosial, hal ini terjadi karena tidak adanya kesamaan
pandang terhadap suatu pola perilaku pada suatu struktur kelompok sosial. Masing-masing pihak
merespon rangsangan sosial yang diterimanya dari lingkungan sosial, sehingga memunculkan
sikap memilih atau menghindari sesuatu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hubungan antar
manusia tersebut mendorong para ahli untuk memberikan definisi operasional pada psikologi
sosial karena dalam tatanan ilmu pengetahuan masih termasuk dalam ilmu yang baru terbentuk.
Berikut ini adalah kutipan beberapa pendapat tokoh tentang pengertian psikologi sosial (Ahmadi,
2002). 1. Kamus Paedagogik menyatakan bahwa : “Psikologi sosial ialah ilmu jiwa yang
mempelajari gejala-gejala psikis pada massa, bangsa, golongan, masyarakat dan sebagainya.
Lawannya : Psikologi individu (orang-orang).” 2. Hubert Bonner dalam bukunya “Social
Psychology“ menyatakan “ Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah
laku manusia. “Definisi ini menunjukkan bahwa Bonner lebih menitikberatkan pada tingkah laku
individu, bukan tingkah laku sosial. Tingkah laku inilah yang menjadi pokok atau sasaran utama
dalam mempelajari psikologi sosial. 3. A.M. Chorus dalam bukunya “Gronslagen der sociale
Psycologie“ merumuskan bahwa : “Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku individu manusia sebagai anggota suatu masyarakat.” Chorus memberikan definisi
tersebut dengan kesadaran bahwa setiap manusia yang normal akan hidup dan berhubungan
bersama dengan masyarakat. 4. Sherif & Sherif dalam bukunya “An Outline of Social Psychology
memberikan definisi sebagai berikut : “Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari pengalaman dan tingkah laku individu manusia dalam kaitannya dengan situasi-
situasi perangsang sosial“. Dalam definisi ini, tingkah laku telah dihubungkan dengan situasi-
situasi perangsang sosial. 5. Roueck and Warren dalam bukunya “Sociology“ memberikan
batasan bahwa : “Psikologi sosial ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari segisegi psychologis
daripada tingkah laku manusia, yang dipengaruhi oleh interaksi sosial.“ Dalam definisi ini telah
dinyatakan bahwa interaksi manusia telah nyata pengaruhnya pada tingkah laku manusia. 6.
Boring, Langveld, and Weld dalam bukunya “Foundations of Psychology “ berpendapat bahwa :
66

“Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari individu manusia dalam
kelompoknya dan hubungan antara manusia dengan manusia.“ 7. Kimball Young (1956)
menyatakan bahwa : “Psikologi sosial adalah studi tentang proses interaksi individu manusia.” 8.
Krech, Crutchfield, dan Ballachey (1962) menyatakan bahwa : “Psikologi sosial adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku individu di dalam masyarakat.“ 9. Joseph E. Mc. Grath (1965)
menyatakan bahwa : “Psikologi sosial adalah ilmu yang menyelidiki tingkah laku manusia
sebagaimana dipengaruhi oleh kehadiran, keyakinan, tindakan, dan lambing-lambang dari orang
lain. Gordon W. Allport (1968) menyatakan bahwa : “Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan
yang berusaha mengerti dan menerangkan bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku
individu dipengaruhi oleh kenyataan, imajinasi, atau kehadiran orang lain.“ 11. Secord dan
Backman (1974) menyatakan bahwa : “Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari individu
dalam kontek sosial.“ 12. W.A. Gerungan menyatakan bahwa : “Ilmu jiwa adalah suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari dan menyelidiki pengalaman dan tingkah laku individu manusia
seperti yang dipengaruhi atau ditimbulkan oleh situasi-situasi sosial.“ Pendapat para tokoh
tentang pengertian psikologi sosial diatas sangat beragam. Namun demikian tidaklah berarti
antara yang satu dengan yang lainnya saling bertentangan. Perpaduan diantara pendapat
tersebut akan dapat saling melengkapi dan menyempurnakan. Rangkuman pengertian dari
berbagai pendapat tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : “Psikologi sosial adalah suatu
studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu - individu dalam hubungannya dengan
situasi sosial.“ Dengan demikian membicarakan psikologi sosial tidak dapat dilepaskan dari
pembicaraan individu yang berhubungan dengan situasi-situasi sosial. Ruang Lingkup Psikologi
Sosial Psikologi sosial yang menjadi obyek studinya adalah segala gerak-gerik atau tingkah laku
yang timbul dalam konteks sosial atau lingkungan sosialnya. Oleh karenanya masalah pokok
yang dipelajari adalah pengaruh sosial atau perangsang sosial. Hal ini terjadi karena pengaruh
sosial inilah yang mempengaruhi tingkah laku individu. Berdasarkan inilah psikologi sosial
membatasi diri dengan mempelajari dan menyelidiki tingkah laku individu dalam hubungannya
dengan situasi perangsang sosial (Ahmadi, 2005). Obyek pembahasan dari psikologi sosial
tidaklah berbeda dengan psikologi secara umumnya. Hal ini bisa dipahami karena psikologi sosial
adalah salah satu cabang ilmu dari psikologi. Bila obyek pembahasan psikologi adalah manusia
dan kegiatannya, maka psikologi sosial adalah kegiatan-kegiatan sosialnya. Masalah yang
dikupas dalam psikologi umum adalah gejala-gejala jiwa seperti perasaan, kemauan, dan berfikir
yang terlepas dari alam sekitar. Sedangkan dalam psikologi sosial masalah yang dikupas adalah
manusia sebagai anggota masyarakat, seperti hubungan individu dengan individu yang lain
dalam kelompoknya.
Psikologi sosial dalam membicarakan obyek pembahasannya dapat pula bersamaan dengan
sosiologi. Masalah-masalah sosial yang dibicarakan dalam sosiologi adalah kelompok-kelompok
manusia dalam satu kesatuan seperti macam-macam kelompok, perubahan-perubahannya, dan
macammacam kepemimpinannya. Sedangkan dalam psikologi sosial adalah meninjau hubungan
individu yang satu dengan yang lainnya seperti bagaimana pengaruh terhadap pimpinan,
pengaruh terhadap anggota, pengaruh terhadap kelompok lainnya. Persamaan-persamaan
pembahasan sebagaimana penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup
pembahasan psikologi sosial berada pada ruang antara psikologi dan sosiologi. Titik
persinggungan inilah yang dalam sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan memunculkan ilmu
baru dalam lapangan psikologi, yakni psikologi sosial. Psikologi sosial merupakan bagian dari
psikologi yang secara khusus mempelajari tingkah laku manusia atau kegiatan-kegiatan manusia
dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosialnya. (Ahmadi, 2002) Tujuan Psikologi Sosial
67

Sama halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran Psikologi sosial
bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki, Tujuan Pendidikan Nasional pada tataran
operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya
pencapaian tujuan institusional ini, secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan
mata pelajaran. Akhirnya tujuan kurikuler ini, secara praktis operasional dijabarkan dalam tujuan
instruksional atau tujuan pembelajaran Dalam sub bahasan ini, dibatasi pada uraian tujuan
kurikuler bidang studi psikologi sosial. Tujuan kurikuler psikologi sosial yang harus dicapai
sekurang-kurangnya meliputi lima tujuan berikut. 1. Membekali peserta didik dengan
pengetahuan Psikologi sosial sehingga tidak terpengaruh, tersugesti, atau terpengaruh oleh
situasi sosial yang tidak selamanya bernilai baik. 2. Membekali peserta didik dengan kemampuan
mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah-masalah sosial
secara tepat dan sistematis mengenai proses kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan
bersama. 3. Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga
masyarakat sehingga memudahkan dalam melakukan pendekatan untuk mewujudkan
perubahan dan pengarahan kepada tujuan dengan sebaik-baiknya. Membekali peserta didik
dengan kesadaran terhadap lingkungan sosial sehingga mampu merubah sifat dan sikap
sosialnya. 5. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan
keilmuan Psikologi sosial sesuai dengan perkembagan kehidupan, perkembangan masyarakat,
perkembangan ilmu, dan perkembangan teknologi. Kelima tujuan di atas, menjadi tanggung
jawab yang harus dicapai dalam pelaksanaan kurikulum Psikologi sosial di berbagai lembaga
pendidikan. Tentu dengan keluasan, kedalaman dan bobot yang sesuai dengan jenis dan jenjang
pendidikan yang dilaksanakan.
Konsep Dasar Psikologi Sosial dan Implementasinya dalam Kehidupan Masyarakat
Konsep Dasar Psikologi Sosial Sebagaimana ilmu-ilmu sosial, obyek pembahasan psikologi
sosial adalah terpusat kepada kehidupan manusia. Manusia adalah salah satu ciptaan Tuhan
yang memiliki kecerdasan, kesadaran, dan kemauan yang tinggi dibandingkan dengan makhluk-
makhluk-Nya yang lain. Kelebihan inilah yang mendorong manusia mampu menguasai alam,
menaklukkan makhluk yang lebih kuat, dan menciptakan segala sesuatu yang dapat
menyempurnakan dirinya. Hal ini bisa tercapai karena dalam diri manusia terdapat potensi yang
selalu mengalami proses perkembangan setelah individu tersebut berinteraksi dengan
lingkungannya. Potensi-potensi yang dimiliki manusia sehingga membedakan dengan makhluk
ciptaan Tuhan yang lainnya adalah sebagai berikut (Ahmadi, 2002). 1. Kemampuan
menggunakan bahasa Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ini hanyalah
semata-mata terdapat pada manusia dalam pengertian bisa merubah, menambah, dan
mengembangkan bahasa yang digunakan. Sedangkan pada binatang memang ada tetapi masih
sangat sederhana sekali dan terbatas pada bunyi suara yang merupakan isyarat atau tanda-
tanda. 2. Adanya sikap etik Dalam setiap masyarakat pasti terdapat peraturan atau norma-norma
yang mengatur tingkah laku anggota-anggotanya baik itu masyarakat modern maupun
masyarakat yang masih terbelakang sekalipun norma tersebut merupakan ketentuan apakah
sesuatu perbuatan itu dipandang baik atau buruk. Norma tersebut tidak selalu sama antara
masyarakat yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan adat kebiasaan, agama, dan
perkembangan kebudayaan umumnya dimana dia hidup. Individu sebagai anggota masyarakat
berusaha untuk berbuat sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat karena adanya
sikap etik yang dimiliknya. Namun demikian sesuai dengan tuntutan kebudayaan manusia
berusaha untuk menyempurnakan norma yang telah ada. 3. Hidup dalam 3 dimensi waktu
Manusia memiliki kemampuan untuk hidup dalam 3 dimensi waktu. Manusia mampu
68

mendasarkan tingkah lakunya pada pengalaman masa lalunya, kebutahan-kebutuhan sekarang,


dan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Pengalaman-pengalaman masa lalu
merupakan pegangan bagi perbuatan-perbuatannya masa sekarang, sehingga kesalahan yang
sama tidak akan selalu terulang-ulang. Pengalamanpengalaman yang tidak baik diingat untuk
tidak diperbuat lagi sedangkan pengalaman-pengalaman yang baik dipegang untuk pedoman
dalam kegiatan-kegiatannya masa kini yang kemudian kegiatan tersebut diarahkan untuk
mencapai tujuan yang akan datang dengan sebaikbaiknya. Dengan perkataan lain bahwa
manusia dapat merencanakan apa yang akan diperbuat dan apa yang akan dicapai. Ketiga
potensi diatas oleh para ahli dijadikan sebagai syarat “ human minimum “. Oleh karenanya bila
tidak terdapat ketiga potensi ini maka akan sukar untuk dikelompokkan sebagai masyarakat
manusia. Pemahaman ini selanjutnya akan mendorong untuk meningkatkan kecakapan dan
potensi diri pribadinya. Dengan potensinya tersebut, manusia juga disebut sebagai makhluk
monopluralis. Disebut demikian karena manusia dapat dipandang sebagai makhluk individu,
sosial, dan ber-Tuhan.
1. Makhluk individu Manusia sebagai makhluk individual berarti manusia itu merupakan suatu
totalita. Individu berasal dari kata in-dividere, yang berarti tidak dapat dipecah-pecah. Dalam
aliran modern, ditegaskan bahwa jiwa manusia itu merupakan satu kesatuan jiwa raga yang
berkegiatan secara keseluruhan.
2. Makhluk sosial Manusia tidaklah mungkin hidup sendiri tanpa adanya komunikasi dengan
manusia yang lainnya. Sejak dilahirkan manusia membutuhkan bantuan orang lain, ia
memerlukan bantuan makan, minum, dan memenuhi kebutuhan biologisnya. Demikian pula
setelah tumbuh lebih besar, berbicara, belajar, berjalan, mengenal benda, mengenal norma, dan
sebagainya selalu membutuhkan bantuan orang lain di sekitarnya.
3. Makhluk ber –Tuhan Sebagai manusia yang beragama, dalam kehidupannya tidak bisa
dilepaskan dari pengakuan terhadap Tuhan. Hanya mereka yang tergolong atheis saja yang tidak
mengakui adanya Tuhan. Sebenarnnya mereka yang atheispun tanpa disadari telah menyatakan
kebutuhannya kepada Tuhan meskipun tidak sempurna. Hal ini terbukti dengan aktivitasnya yang
menyembah kepada dewa-dewa dan benda-benda lainnya. Implementasi Psikologi Sosial dalam
Kehidupan Masyarakat Dalam setiap masalah atau kasus yang terjadi di masyarakat pada
umumnya disebabkan adanya ketidakseimbangan perrhatian atau pembinaan terhadap kedua
aspek yang ada dalam diri manusia, yakni : aspek jasmani (raga) dan aspek rohani (jiwa).
Keseimbangan kedua aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap setiap perilaku individu
ketika menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam berinteraksi dengan masyarakatnya.
Terkait hal di atas dapat dicontohkan dalam kasus sebagai berikut : seorang remaja yang berusia
18 tahun yang sedang duduk di bangku SMA memiliki sifat introvert. Lingkungan yang keras dan
minimnya pengetahuan tentang keagamaan telah membesarkannya menjadi orang yang mudah
terpengaruh pada situasi dan kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain dari lingkungan sekitarnya,
kasus yang terjadi pada anak ini juga dilatar belakangi oleh keadaan keluarganya yang broken
home sehingga mengakibatkan pengaruh-pengaruh yang buruk dari lingkungan keluarga juga
dengan mudah memasuki kehidupannya. Hampir tiap malam anak ini bergaul dengan teman di
lingkungannya yang sering berjudi dan mabuk-mabukan sehingga proses pendidikannya
terganggu. Terkait dengan kasus kenakalan remaja di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengaruh lingkungan yang buruk dan kurangnya perhatian orang tua (broken home) sangat
berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan dan kerohanian pada diri anak. Dalam
hal ini yang paling utama adalah penanaman jiwa keagamaan anak sejak dini. Jadi, peranan
69

keagamaan pada diri anak sangat penting dalam kehidupannya, karena dengan pendidikan
agama diharapkan dapat menyaring segala sesuatu yang bersifat negatif dalam kehidupan
bermasyarakat (Arifin, 2004). Pendidikan agama dalam hal ini adalah pendidikan Islam yang tidak
dibatasi oleh institusi (kelembagaan) ataupun pada kalangan pendidikan tertentu. Pendidikan
Islam di sini diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab
terhadap pembinaan, bimbingan, pengembangan, serta pengarahan potensi yang dimiliki anak
agar mereka dapat berfungsi dan berperan sebagaimana hakikat kejadiannya. Studi pada kasus
diatas memberikan ilustrasi bahwa betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap perilaku
individu dalam kelompok sosial. Psikologi sosial dalam hal ini membantu memberikan
pemecahan persoalannya dengan upaya pendidikan keagamaan. Perangsang sosial yang
berupa pendidikan keagamaan dan lingkungan sosial yang penuh dengan kekeluargaan
diharapkan mampu merubah perilaku individu menjadi lebih baik, sehingga secara bertahap
persoalan mendasar dari pengaruh buruk lingkungan akan terkikis dan tergantikan dengan
pengaruh yang baik dari pendidikan keagamaan.

Latihan
1. Apa yang disebut dengan konsep psikologi sosial ?
2. Mengapa psikologi sosial berada ditengah-tengah antara psikologi dan sosiologi?
3. Bagaimana peranan pendidikan agama dalam psikologi sosial?

KESIMPULAN
1. Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang merupakan bagian dari psikologi pada
khususnya dan ilmu pengetahuan sosial pada umumnya. Peranan psikologi sosial adalah
membantu memberikan ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Peranan ini dilakukan oleh psikologi sosial karena yang menjadi obyek studinya adalah segala
gerak-gerik atau tingkah laku hidup kejiwaan manusia yang berkaitan dengan hubungan–
hubungan sosial, baik antara individu dan individu ataupun dengan kelompok sosialnya.
Sehingga hasil analisa atau studinya dapat digunakan sebagai pedoman dalam merubah perilaku
menjadi lebih baik sebagaimana yang diinginkan.
3. Tujuan psikologi sosial adalah membekali peserta didik dengan pengetahuan, kemampuan
mengidentifikasi, menganalisa, dan memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi, dan
keterampilan terhadap lingkungan hidup dengan kesadaran dan sikap mental yang positif sesuai
dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu, dan
teknologi.
4. Konsep dasar psikologi sosial berpusat pada manusia yang memiliki potensi untuk selalu
mengalami proses perkembangan setelah individu tersebut berinteraksi dengan lingkungannya.
5. Implementasi psikologi sosial dalam kehidupan masyarakat mengutamakan prinsip
keseimbangan pada dua aspek yang ada dalam diri manusia, yakni : aspek jasmani (raga) dan
aspek rohani (jiwa). Keseimbangan kedua aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap setiap
70

perilaku individu ketika menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam berinteraksi dengan
masyarakatnya.
71

REFERENSI
Bimo Walgito. 1980. Pengantar Psikologi Umum. Andi: Yogyakarta.

Wade,Carol. 2008. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai