PEMBAHASAN
1
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, (Bandung:
CV.Diponegoro, 1996) hlm. 49
1
islam adalah kenyataan bahwa islam itu sendiri yang mendasari adanya
kesamaan, bahkan kesamaan dalam banyak hal.
2 M. Sukardjo dan Ukim komarudin, landasan pendidikan, jakarta: Rajawali Pers, 2009) hlm.
20
3 Ibid.
2
tabiat atau watak dan kecenderungan untuk mengacu kepada pengaruh
lingkungan.4 Firman Allah dalam S. al-Alaq: 3-4 yang
Artinya:”Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam" Ayat tersebut
menunjukkan bahwa manusia tanpa melalui belajar niscaya tidak akan
mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi kelangsunga n
hidupnya di dunia dan akhirat. Pengetahuan manusia akan berkembang
jika diperoleh melalui proses belajar mengajar. 5
2. Aliran Nativisme
Paham ini menentang paham empirisme, menurut aliran
nativisme, dengan tokohnya seorang filsuf jerman schopenhauer (1788-
1860), dikatakan bahwa anak yang lahir didunia sudah memilik i
pembawaan atau bakat yang akan berkembang. oleh karena itu menurut
paham ini perkembangan anak tergantung dari pembawaannya sejak
lahir, singkatnya aliran nativisme menekankan kemampuan dalam dari
anak sehingga faktor lingkungan tersebut kurang berpengaruh.
pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik
tidak akan berguna untuk perkembangan anak itu sendiri. 6
3
dilihat dari empat segi yaitu harta, keturunan, kecantikan dan agama,
namun dalam garis baik (al shaffat:133)
3. Aliran konvergensi
4
berproses secara konvergensis, yang dapat membawa kepada paham
konvergensi dalam pendidikan Islam. 9
C. Aliran-Aliran dalam Pendidikan Islam
Aliran-aliran dalam pendidikan Islam dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Aliran Agamis Konservatif
Menurut Jawwad Ridla, aliran konservatif adalah aliran pendidikan
yang cenderung bersikap murni keagamaan. Mereka memaknai ilmu
dengan pengertian sempit, yakni hanya mencakup ilmu- ilmu yang
dibutuhkan saat sekarang yang jelas-jelas membawa manfaat kelak di
akhirat.10 Jadi, aliran konservtif adalah aliran pendidikan yang cenderung
memakni pendidikan sebagai sarana untuk membudidayakan nilai-nila i
keagamaan yang bersifatketuhanan dan mencakup ilmu- ilmu yang
dibutuhkan saat sekarang serta bermanfaat untuk kebahagiaan di akhirat.
Tokoh-tokoh aliran pendidikan ini adalah al-Ghazali, Nasirudin al-
Thusi, Ibnu Jama’ah, Sahnun, Ibnu Hajar al-Hitami, dan al-Qabisi. Menurut
aliran ini, ilmu diklasifikasikan menjadi 2 ragam, yaitu: Pertama, Ilmu yang
wajib dipelajari setiap individu, seperti ilmu keagamaan. Kedua, Ilmu yang
wajib kifayah untuk dipelajari, seperti ilmu kedokteran, dan lain-la in.
menurut aliran ini, keagamaan sangat penting dan dibutuhkan bagi mereka
dibandingkan jenis ilmu lain. Bagi mereka jenis ilmu lain hanya merupakan
pelengkap saja, karena jenis ilmu-ilmu ini apabila sebagian warga
mayarakat telah mempelajarinya, maka gugur kewajiban bagi warga yang
lain untuk mempelajarinya.
Selain dua jenis ilmu di atas, da juga ilmu yang mempelajar inya
termasuk fadhillah (keutamaan anjuran). Oleh Al-Ghozali jenis ilmu ini
dibagi menjadi empat, diantaranya: (1) Ilmu ukur dan ilmu hitung, (2) Ilmu
mantik (logika), (3) Ilmu ketuhanan (teologi), yaitu ilmu yang berisi tentang
Dzat Tuhan, (4) Ilmu Kealaman.
5
Al-Ghazali menegaskan bahwa ilmu- ilmu keagamaan, yakni
pengetahuan tentang jalan menuju akhirat hanya dapat diperoleh dengan
kesempurnaan rasio dan kejernihan akal budi. Rasio adalah sifat manusia
yang paling utama, karena hanya dengan rasiolah manusia mampu
menerima amanat dari Allah dan dengannya pula mampu mendekat disisi-
Nya.11
Esensi pendidikan aliran konservatif menurut Jawwad Ridla adalah
pendidikan akhlak, yaitu pendidikan yang beriorientasi pada keluhura n
moral, dan tujuan terpenting dalam pendidikan islam adalah pembentukan
dan pembinaan akhlak. Sedangkan tujuan Pendidikan agama pada dasarnya
memiliki dua tujuan yang diharapkan dicapai oleh peserta didik, yaitu
meningkatkan keberagamaan peserta didik dan mengembangkan sikap
toleransi hidup umat beragama.12 Dari tujuan di atas dapat disimpulka n
bahwa tujuan-tujuan pendidikan menurut aliran konservatif adalam
pembentukan dan pembinaan akhlak individu.
2. Aliran Pragmatis
Tokoh aliran Pragmatis adalah Ibnu Khaldun. Sedangkan tokoh
Pragmatisme Barat yaitu John Dewey.13 Menurut Ibnu Khaldun, ilmu
pengetahuan dan pembelajaran adalah tabi’i (pembawaan) manusia karena
adanya kesanggupan berfikir. Pendidikan bukan hanya bertujuan untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan akan tetapi juga untuk mendapatkan
keahlian duniawi dan ukhrowi, keduanya harus memberikan keuntunga n,
karena baginya pendidikan adalah jalan untuk memperoleh rizki. Dia
menglasifikasikan ilmu pengetahuan berdasarkan tujuan fungsionalnya,
yaitu:
a. Ilmu-ilmu yang bernilai instrinsik. Misal: ilmu- ilmu keagamaan,
Ontologi dan Teologi.
b. Ilmu-ilmu yang bernilai ekstrinsik- instrumental bagi ilmu instrins ik.
Misal: kebahasa-Araban bagi ilmu syar’iy, dan logika bagi ilmu filsafat.
6
Berdasarkan sumbernya, ilmu dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Ilmu ‘aqliyah (intelektual) yaitu ilmu yang diperoleh manusia dari olah
pikir rasio, yakni ilmu Mantiq (logika), ilmu alam, Teologi dan ilmu
Matematik.
2. Ilmu naqliyah yaitu ilmu yang diperoleh manusia dari hasil transmis i
dari orang terdahulu, yakni ilmu Hadits, ilmu Fiqh, ilmu kebahasa-
Araban, dan lain-lain.
Menurut Ibnu Khaldun, daya pikir manusia merupakan “karya-cipta”
khusus yang telah didesain Tuhan. Manusia pada dasarnya adalah jahil
(tidak tahu), ia menjadi ‘alim (tahu) karena manusia belajar. Ibn Khaldun
menjadikan kealamiahan sebagai salah satu sumber pengetahuan rasional.
Ia membebaskan rasio dari dari kungkungan naql (dogma, tradisi) dan
menjadikannya sebagai sumber otonom pengetahuan. Ia menyatakan bahwa
ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-mata bersifat
pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di dalam
kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan merupakan gejala konklusif
yang lahir dari terbentuknya masyarakat dan perkembangannya dalam
tahapan kebudayaan. Menurutnya bahwa ilmu dan pendidikan tidak lain
merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis insani.
Dari pemikiran Ibnu Khaldun di atas, maka ide pokok pemikira n
aliran Pragmatis antara lain:
1. Manusia pada dasarnya tidak tahu, namun ia menjadi tahu karena proses
belajar.
2. Akal merupakan sumber otonom ilmu pengetahuan.
3. Keseimbangan antara pengetahuan duniawi dan ukhrawi.
3. Aliran Religius Rasional
Menurut aliran rasional, pendidikan dipahami sebagai usaha
mengaktualisasikan ragam daya/potensi yang dimiliki individu, sehingga
esensi pendidikan adalah kiat transformasi ragam potensi menjadi
kemampuan aktual. Keberhasilan usaha mentransformasikan ragam potensi
yang ada sangat ditentukan oleh seberapa besar optimalisasi fungsi rasio,
sebab rasio itulah yang bisa menjadikan seseorang mempunyai pengetahua n
7
realitas disekelilingnya dan dapat menuntunnya untuk sampai pada
pengetahuan atau pemahaman kebenaran (ma’rifah).14 Selain akal (rasio)
berfungsi untuk mengetahui sesuatu, juga berfungsi untuk memutuska n
terhadap salah-benar atau baik-buruknya sesuatu. Oleh karena itu, menurut
aliran ini, manusia dipandang memiliki kebebasan penuh sehingga bisa
bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. 15
Tokoh-tokoh aliran rasional adalah kelompok Al-Shafa, Al-Farabi,
Ibnu Shina, dan Ibnu Maskawaih. Ikhwan Al-Shafa merumuskan ilmu
sebagai gambaran tentang sesuatu yang diketahui pada benak (jiwa) orang
yang mengetahui. Lawan dari ilmu adalah kebodohan. Belajar dan mengajar
adalah mengaktualisasikan hal-hal potensial, melahirkan hal-hal yang
terpendam dalam jiwa. Aktivitas itu bagi guru dinamakan mengajar dan bagi
pelajar dinamakan belajar.16
Ikhwan Al-Shafa membagi ragam disiplin ilmu menjadi tiga. 17 diantaranya :
1. Ilmu-ilmu syari’iyah (keagamaan) diantaranya : Ilmu tanzil (ilmu
Qur’an hadits), Ilmu ta’wil (ilmu penafsiran), Ilmu penyampaia n
informasi keagamaan (akhbar), Ilmu pengkajian sunnah dan hukum,
Ilmu ceramah keagamaan, kezuhudan, dan ilmu ta’bir mimpi.
2. Ilmu-ilmu filsafat, diantaranya: Riyadliyyat (ilmu- ilmu eskak),
Mantiqiyyat (retorika-logika).
3. Ilmu Kealaman (Fisika). Oleh Ikhwan Al-Shafa dikelompokkan
menjadi tujuh, diantaranya: Ilmu tentang dasar-dasar fisik-biolo gis,
Ilmu tentang ruang dan benda angkasa, Ilmu tentang penciptaan alam
dan kerusakan, Iklimatologi, Ilmu pertambangan, Ilmu batomi, Ilmu
hewan.
4. Teologi. diantaranya: Pengetahuan tentang Allah, sifat keEsaaan-Nya,
Pengetahuan kejiwaan, Pengetahuan politik, Eksatologi.
5. Ilmu-ilmu Riyadliyah. diantaranya: Aritmatika (ilmu hitung), Al-
Handasah (ilmu ukur), Astronomi, Ilmu musik (seni).
8
Dalam aliran ini pendidikan harus dipandang sebagai fenomena sosial
yang tidak bisa dimengerti dengan baik tanpa dikaitkan dengan perilaku
manusia (masyarakat) dan hal- hal yang mempengaruhinya: cita-cita,
kepentingan dan distribusi potensi/kekuatan di masyarakat. Menurut
pandangan Ikhwan Al-Shafa, aktivitas pendidikan tidak cukup sekedar
berkutat pada lingkup pembinaan moral personal, tetapi juga harus
bertumpu pada pembinaan moral sosial. Dengan moral sosial, benih
tumbuhnya kesadaran bersama yang mendasari solidaritas soaial dan
pergerakan sangat mungkin untuk disemai- mekarkan.18
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa aliran konservatif dalam
hal pendidikan cenderung bersikap murni keagamaan Aliran pragmatis
menekankan bahwa ilmu pengetahuan dan pembelajaran adalah
tabi’i (pembawaan) manusia karena adanya kesanggupan berfikir,
Sedangkan aliran religius rasional lebih menekankan pada implementas i
potensi yang dimiliki oleh peserta didik yang semuanya itu dapat ditentukan
oleh bagaimana seorang peserta didik dapat menggunaka n akalnya dengan
baik.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
Aksara
Jawwad Ridla, Muhammad. 2002. Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam:
Pers.
Yudi Prahara, Erwin. Materi Pendidikan Agama Islam. Ponorogo: STAIN Po Press.
11