1
John Dewey, Democracy and Education, (New York: Mac Millan compan, 1964), hlm. 1.
2
M.I. soelaiman, suatu telaah tentang manusia Regillli dan pendidikan, (jakarta: depertemen Dikbud
Proyek pengembanggan LPTK, 1998), hlm. 33-32.
3
Dewey, Democracy..., hlm. 2.
4
Kingsley Price, Education and Philosophical Thought, (Boston:Allyn and Bacon, inc, 1965), hlm. 4.
5
Soelaiman, Suatu Telaah, hlm .45.
PARADIGMA BARU FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
tentang hakikat pendidikan. Menurut Hasan Langgulung, pendidikan dapat dilihat dari
tiga sisi. Pertama, dari sudut individu, kedua, dari segi masyarakat, dan ketiga, dari
segi individu dan masyarakat sekaligus, atau sebagai interaksi antara individu dan
masyarakat.6
Pendidikan dari sudut pandang individu, beranggapan bahwa manusia di atas
dunia ini mempunyai sejumlah atau seberkas kemampuan (abilities) yang sifatnya
umum pada setiap manusia sama umumnya dengan kemampuan melihat dan
mendengar, tetapi berbeda dalam derajat menurut masing- masing seperti halnya
dengan pancaindra juga. Ada orang yang penglihatannya kuat, tetapi pendengarannya
lemah, begitu juga sebaliknya. Tetapi ada kedua-duanya kuat, indra lainnya lemah dan
begitulah seterusnya. Dalam pengertian ini, pendidikan didefinisikan sebagai proses
menemukan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan ini. Jadi, pendidikan
adalah proses menampakkan (manifest) yang tersembunyi (latent) pada anak-anak itu.
Aspek-aspek seperti kecerdasan,pribadi, dan kreativitas, termasuklah aspek-aspek
yang tersembunyi, yang pendidikan berusaha menampakkan dan mengangkatnya ke
permukaan.7
Dari segi pandangan masyarakat, diakui bahwa manusia itu memiliki
kemampuan-kemampuan asal, tetapi tidak dapat menerima bahwa kanak-kanak itu
memiliki benih-benih bagi segala yang telah tercapai dan dapat dicapai oleh manusia.
Ia menekan pada kemampuan manusia memperoleh kemampuan dengan
mencarinyapada alam diluar manusia. Di sini, mencari itu lebih merupakan proses
memasukkan yang wujud di luar seorang pelajar (learner) dan bukanlah proses
mengeluarkan apa yang wujud di dalam pelajar itu. Jadi dalam hal ini, dengan
sendirinya pendidikan merupakan proses pemindahan kesimpilan penyelidikan yang
seorang tidak dapat atau tidak perlu melakukannya sendiri.8
Pendekatan ketiga memandang, pendidikan merupakan suatu transaksi, yaitu
proses memberi dan mengambil, antara manusia dan lingkungannya.ia adalah proses
di mana dengan itu manusia mengembangkannya dan menciptakan keterampilan-
keterampilan yang di perluksn untuk mengubah dan memperbaiki kondisi-kondisi
6
Hasan Langgulung, Kreativitas dan Pendidikan Islam Analisis Psikologi dan Falsafah, (Jakarta:
Pustaka al-Husna, 1991), hlm. 358.
7
Langgulung, Kreativitas..., hlm. 359.
8
Langgulung, Kreativitas..., hlm. 359.
PARADIGMA BARU FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
9
Langgulung, Kreativitas..., hlm. 359.
10
Syed Muhammad Naquib al-Attas tidak setuju dengan digunakannya istolah tarbiyah, menurutnya
istilah tarbiyah bukanlah istilah yang tepat dan bukan pula istilah yang benar untuk memaksudkan pendidikan
dalam pengertian islam. Karena istilah yang digunakan mesti membawa gagasan nyan benar tentang pendidikan
dan segala yang terlibat dalam proses pendidikan. Istilah tarbiyah untuk dimaksud pendidikan pada hakikatnya
mencerminkan konsep barat tentang pendidikan. Al-attas juga menjelaskan: Education is the instilling and
inculcationof adab in man -it is ta’dib, sehingga menurutnya ta’dib lebih bisa digunakan. Lebih jauh baca: Syed
Muhammad al-Nauqib al-Attas, konsep pendidikan islam, suatu rangka pikir pembinaan filsafat islam (The
Concept Of Education In Islam; A Framework For An Islamic Philosophy Of Education), alih bahasa: Haidar
Baqir, (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 35-95.
11
Abdurahman an-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam Dalam Keluarga Di
Sekolah Dan Di Masyarakat (Ushul al-Tarbiyah Islamiyah wa Asalibuha), ahli bahasa Heri Noer Ali, (Bandung:
Diponegoro, 1989), hlm. 32.