Anda di halaman 1dari 3

PARADIGMA BARU FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

BEBERAPA ASPEK PENDIDIKAN ISLAM


A. HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan merupakan sebuah keharusan dalam sebuah kehidupan manusia,
education as a necessity of life,1 demikian menurut filsuf progresuvisme John Dewey,
ini berarti bahwa pendidikan merupakan kebutuhan hakiki manusia, karena manusia
tidak akan bisa dipisahkan atau bahkan tidak akan bisa hidup secara wajar tampa
adanya sebuah proses pendidikan.
Memang manusia dilahirkan dalam keadaan yang belum terspealisasi. Ia
dilahirkan dalam keadaan belum dapat menolong dirinya sendiri, juga dalam hal-hal
yang sangat vital bagi kelangsunggan hidupnya. Oleh karena itu, pada saat tersebut,
dan masih lama setelah itu hidup masih perlu dibantu. Dan bantuan harus datang dari
pihak lain, terutama orang tua atau orang dewasa lainnya. Keadaan perlu dibantu dari
si anak mengukuhkan kedudukan orang tua sebagai orang tua, dan sebaliknya
kesediaan dan ketulusan orang tua untuk membimbing dan memberikan bantuan
kepadanya berupa pendidikan dan perawatan itu memungkinkan anak hidup sebagai
anak yang sedang mempersiapkan diri untuk meraih kedewasaan kelak.2
Pendidikan dalam pengertiannya yang luas menurut Dewey adalah “social
continuity of life”,3 sedangkan yang lainnya memberikan batasan yang lebih sempit
bahwa pendidikan sebagai transmisi keterampilan, seni, dan ilmu pengetahuan dari
kepada yang lain. Menurut pengertian yang dikemukakan oleh Dewey, pendidikan
merupakan proses pembaruan keseluruhan struktur budaya, dan pengertian kedua
memberikan suatu kejelasan bahwa pendidikan adalah proses yang mana
keterampilan, seni, dan ilmu pengetahuan dipelihara dan dikembangkan. 4 Pada
umumnya, pendidikan diartikan sebagai pemberian bantuan orang dewasakepada
yang belum dewasa, melalui pergaulan, dengan tujuan agar yang dipengaruhi kelak
dapat melaksanakan hidup dan tugas hidupnya sebagai manusia secara mandiri dan
bertanggung jawab.5
Di atas telah diuraikan tentang pendidikan dari sudut pandang pemikir pada
umumnya, yang lebuh bercorakkan oksidentalistik, selanjutnya akan penulis paparkan

1
John Dewey, Democracy and Education, (New York: Mac Millan compan, 1964), hlm. 1.
2
M.I. soelaiman, suatu telaah tentang manusia Regillli dan pendidikan, (jakarta: depertemen Dikbud
Proyek pengembanggan LPTK, 1998), hlm. 33-32.
3
Dewey, Democracy..., hlm. 2.
4
Kingsley Price, Education and Philosophical Thought, (Boston:Allyn and Bacon, inc, 1965), hlm. 4.
5
Soelaiman, Suatu Telaah, hlm .45.
PARADIGMA BARU FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

tentang hakikat pendidikan. Menurut Hasan Langgulung, pendidikan dapat dilihat dari
tiga sisi. Pertama, dari sudut individu, kedua, dari segi masyarakat, dan ketiga, dari
segi individu dan masyarakat sekaligus, atau sebagai interaksi antara individu dan
masyarakat.6
Pendidikan dari sudut pandang individu, beranggapan bahwa manusia di atas
dunia ini mempunyai sejumlah atau seberkas kemampuan (abilities) yang sifatnya
umum pada setiap manusia sama umumnya dengan kemampuan melihat dan
mendengar, tetapi berbeda dalam derajat menurut masing- masing seperti halnya
dengan pancaindra juga. Ada orang yang penglihatannya kuat, tetapi pendengarannya
lemah, begitu juga sebaliknya. Tetapi ada kedua-duanya kuat, indra lainnya lemah dan
begitulah seterusnya. Dalam pengertian ini, pendidikan didefinisikan sebagai proses
menemukan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan ini. Jadi, pendidikan
adalah proses menampakkan (manifest) yang tersembunyi (latent) pada anak-anak itu.
Aspek-aspek seperti kecerdasan,pribadi, dan kreativitas, termasuklah aspek-aspek
yang tersembunyi, yang pendidikan berusaha menampakkan dan mengangkatnya ke
permukaan.7
Dari segi pandangan masyarakat, diakui bahwa manusia itu memiliki
kemampuan-kemampuan asal, tetapi tidak dapat menerima bahwa kanak-kanak itu
memiliki benih-benih bagi segala yang telah tercapai dan dapat dicapai oleh manusia.
Ia menekan pada kemampuan manusia memperoleh kemampuan dengan
mencarinyapada alam diluar manusia. Di sini, mencari itu lebih merupakan proses
memasukkan yang wujud di luar seorang pelajar (learner) dan bukanlah proses
mengeluarkan apa yang wujud di dalam pelajar itu. Jadi dalam hal ini, dengan
sendirinya pendidikan merupakan proses pemindahan kesimpilan penyelidikan yang
seorang tidak dapat atau tidak perlu melakukannya sendiri.8
Pendekatan ketiga memandang, pendidikan merupakan suatu transaksi, yaitu
proses memberi dan mengambil, antara manusia dan lingkungannya.ia adalah proses
di mana dengan itu manusia mengembangkannya dan menciptakan keterampilan-
keterampilan yang di perluksn untuk mengubah dan memperbaiki kondisi-kondisi

6
Hasan Langgulung, Kreativitas dan Pendidikan Islam Analisis Psikologi dan Falsafah, (Jakarta:
Pustaka al-Husna, 1991), hlm. 358.
7
Langgulung, Kreativitas..., hlm. 359.
8
Langgulung, Kreativitas..., hlm. 359.
PARADIGMA BARU FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

kemanusiaan dan lingkungannya,begitu juga dengan pembentukan sikap yang


membimbing usaha dan membina kembali sifat-sifat kemanusiaan dan jasmaniahnya. 9
Dari kertiga pendekatan di atas, dapat dipahami bahwa pendekatan pertama
menganggap bahwa pendidikan sebagai pengembangan potensi, pendekatan kedua
cenderung melihatnya sebagai pewarisan budaya (heritage of culture), dan yang
ketiga menganggapnya sebagai interaksi antara potensi dan budaya.
Abdurrahman al-Banni dalam Madkhal ila al- Tarbiyah, dengan bertolak dari
tinjauan etimologis tarbiyah10 berpendapat bahwa: pendidikan terdiri dari empat unsur
yaitu pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh (dewasa); kedua,
mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam; ketiga,
mengarahkan seluruh fitrah dan potensi ini menuju pada kebaikan dan kesempurnaan yang
layak baginya; dan keempat, proses dilaksanakan secara bertahap.11 Abdurrahman al-Banni
agaknya lebih memberikan tekanan pada pegembanggan potensi yang dimiliki anak dan
fitrah manusia, dan kurang memperhatikan aspek pewarisan budaya, serta interaksi antara
budaya dan potensi (fitrah).

9
Langgulung, Kreativitas..., hlm. 359.
10
Syed Muhammad Naquib al-Attas tidak setuju dengan digunakannya istolah tarbiyah, menurutnya
istilah tarbiyah bukanlah istilah yang tepat dan bukan pula istilah yang benar untuk memaksudkan pendidikan
dalam pengertian islam. Karena istilah yang digunakan mesti membawa gagasan nyan benar tentang pendidikan
dan segala yang terlibat dalam proses pendidikan. Istilah tarbiyah untuk dimaksud pendidikan pada hakikatnya
mencerminkan konsep barat tentang pendidikan. Al-attas juga menjelaskan: Education is the instilling and
inculcationof adab in man -it is ta’dib, sehingga menurutnya ta’dib lebih bisa digunakan. Lebih jauh baca: Syed
Muhammad al-Nauqib al-Attas, konsep pendidikan islam, suatu rangka pikir pembinaan filsafat islam (The
Concept Of Education In Islam; A Framework For An Islamic Philosophy Of Education), alih bahasa: Haidar
Baqir, (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 35-95.
11
Abdurahman an-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam Dalam Keluarga Di
Sekolah Dan Di Masyarakat (Ushul al-Tarbiyah Islamiyah wa Asalibuha), ahli bahasa Heri Noer Ali, (Bandung:
Diponegoro, 1989), hlm. 32.

Anda mungkin juga menyukai