Anda di halaman 1dari 20

1

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Hak Asuh Orang Tua Kepada Anak Pasca Penceraian

1. Pengertian Hak Asuh Anak dan Dasar Hukumnya

Hak asuh anak dalam bahasa arabnya adalah Hadanah berasal dari

kata Hidan yang berarti lambung. Seperti dalam kalimat hadanan

atthairu baidahu burung itu mengempit telur dibawah sayapnya, begitu

juga seorang ibu yang merawat anaknya dalam pelukan atau lebih

tepatnya hadanah ini diartikan dengan pemeliharaan dan pendidikan. Dan

hadanah dapat juga diartikan sebagai hak asuh anak dengan jalan

mendidik dan melindunginya.1

Dalam hukum Islam hak asuh anak disebut juga dengan hadanah.

Secara etimologis, hadanah ini berarti di samping atau di bawah ketiak.

Sedangkan secara terminologisnya, hadanah merawat dan mendidik

seseorang yang belum mumayyiz atau yang kehilangan kecerdasannya,

karena mereka tidak bisa memenuhi keperluanya sendiri.2

Para ulama’ Fiqih mendefinisikan hadanah yaitu melakukan

pemeliharaan anak-anak yang masih kecil, baik laki-laki maupun

perempuan atau yang sudah besar tetapi belum mumayyiz, menyediakan

sesuatu yang menjadikan kebaikanya, menjaganya dari sesuatu yang

menyakiti dan merusaknya, mendidik jasmani, rohani dan akalnya agar

1
Sayyid Ahmad Musayyar, Islam Bicara Soal Seks, Percintaan, dan Rumah Tangga, (PT Gelora
Aksara Pratama, 2008), 277
2
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoepe, 1999), 415. 21
2

mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan memikul tanggung

jawabnya.3 Maka dari itu hadanah harus diserahkan langsung kepada

orang tuanya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

Mengasuh anak-anak yang masih kecil hukumnya wajib, sebab

mengabaikanya berarti menghadapkan anak-anak yang masih kecil

kepada bahaya kebinasaan. Hadanah merupakan hak bagi anak-anak

yang masih kecil, karena ia membutuhkan pengawasan, penjagaan,

pelaksanaan urusan dan orang yang mendidiknya. Dalam kaitan ini,

terutama ibu yang berkewajiban melakukan hadanah. Rasulullah saw

Bersabda :

Artinya: “Engkaulah (ibu) yang berhak terhadap anakanya.”

Hak sepenuhnya dalam pengertian diatas adalah hak sebagai ibu yang

bisa menjaga anaknya dengan sebaik-baiknya, agar dia bisa terhindar dari

bahaya kebinasaan

Dan menurut Wahbat Al-Zuhayly berpendapat bahwa hadanah adalah

hak bersyarikat antara ibu, ayah dan anak. Jika terjadi pertengkaran maka

yang didahulukan adalah hak atau kepentingan si anak. Akan tetapi

Ulama’ Madzhab Hanafi dan Maliki berpendapat bahwa hadanah itu

menjadi hak ibu sehingga ia dapat saja menggugurkan haknya.

Dasar hukum mengenai hadanah adalah firman Allah SWT dalam

surat

a. Al-Baqarah ayat 233 yang berbunyi:

3
Slamet Abidin, Aminuddin, Fiqh Munakahat, (Bandung: CV Pustaka Ceria, 1999), 171.
3

‫َواْلَواِلٰد ُت ُيْرِض ْع َن َاْواَل َدُه َّن َحْو َلِنْي َك اِم َلِنْي ِلَمْن َاَراَد َاْن ُّيِتَّم الَّرَض اَعَة َو َعَلى اْلَمْو ُلْو ِد َله‬
‫ِرْزُقُه َّن َوِكْسَوُتُه َّن ِباْلَم ْع ُرْو ِف اَل ُتَك َّلُف َنْف ٌس ِااَّل ُوْسَعَه ا اَل ُتَض ۤاَّر َواِلَد ٌة ِبَوَلِد َه ا َواَل‬
‫َمْو ُلْو ٌد َّله ِب َلِد ه َعَلى اْل اِرِث ِم ْث ٰذ ِلَك َفِاْن َا اَدا ِفَص ااًل َعْن َت اٍض ِّم ْنُه ا َتَش ا ٍر‬
‫َم َو ُو‬ ‫َر‬ ‫َر‬ ‫ُل‬ ‫َو‬ ‫َو َو‬
‫ِا‬ ‫ِض‬ ‫ِه ِا‬
‫َفاَل ُج َناَح َعَلْي َم ا َو ْن َاَرْدْمُّت َاْن َتْس َتْر ُعْوا َاْواَل َدُك ْم َفاَل ُج َناَح َعَلْيُك ْم َذا َس َّلْم ُتْم‬
]٢٣٣[ ‫َّم اٰاَتْيُتْم ِباْلَم ْع ُرْو ِفَواَّتُق وا الّٰل َه َواْع َلُمْوا َاَّن الّٰل َه َمِبا َتْع َم ُلْو َن َبِص ْيٌر‬

Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua


tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang
ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah
karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas
keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.4
Para Fuqaha’ berpendapat bahwa ayat tersebut diatas maksudnya

adalah mewajibkan atas ayah untuk memberi nafkah kepada istri yang

ditalaq dalam menyusui disebabkan adanya anak. Maka nafkah tersebut

wajib atas ayahnya, selagi anak itu masih kecil dan belum mencapai umur

taqlif.5

b. Surat Al-Tahrim ayat 6 juga menjelaskan:

‫ٰيَاُّيَه ا اَّلِذ ْيَن ٰاَم ُنْوا ُقْو ا َاْنُف َس ُك ْم َوَاْه ِلْيُك ْم َناًرا َّو ُقْو ُدَه ا الَّناُس َواِحْلَج اَرُة َعَلْيَه ا َم ٰۤلِٕىَك ٌة ِغاَل ٌظ‬
]٦[ ‫ِش َد اٌد اَّل َيْعُصْو َن الّٰل َه َم ا َاَم َرُه ْم َو َيْف َعُلْو َن َم ا ُيْؤ َم ُرْو َن‬

4
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahanya, (Semarang: CV.Asy-Syifa’, 1971), 80
5
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ayat-Ayat Hukum, Jilid II, (Semarang: CV Asy-Syifa’,
1993), 96 23
4

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.6

Yang dimaksud memelihara keluarga dalam ayat diatas adalah

mengasuh dan mendidik mereka sehingga menjadi orang muslim

yang taat pada Allah. Ayat ini memerintahkan semua kaum muslimin

agar berusaha mengasuh dan mendidik keluarganya. Menurut Abdur

Rozak anak mempunyai hak-hak, yaitu:

1) Hak anak sebelum dan sesudah dilahirkan

2) Hak anak dalam kesucian keturunanya

3) Hak anak dalam menerima pemberian nama yang baik

4) Hak anak dalam menerima sususan

5) Hak anak dalam mendapatkan asuhan, perawatan dan

pemeliharaan

6) Hak anak dalam bidang pendidikan dan pengajaran.7

Dengan terpenuhinya hak-hak anak dengan layak seperti yang

sudah di paparkan di atas maka akan cukup untuk

keberlangsungan hidupnya.

2. Hak hadanah

Ulama’ Fiqih berpendapat dalam menentukan siapa yang memiliki

hak hadanah tersebut, apakah hak ini milik wanita ibu atau yang

6
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahanya..., 1273-1274
7
Abdul Rozaq Husain, Hak Anak dalam Islam, (Jakarta: Fikahasti Aneska, 1992), 22 24 2
5

mewakilinya atau hak anak yang diasuh tersebut. Imam Ahmad Ibn

Hanbal berpendapat bahwa orang yang paling berhak atas had}a>nah

adalah ibu, kemudian ibunya ibu dan seterusnya menurut garis lurus ke

atas, setelah itu ayah dan seterusnya menurut garis lurus ke atas, lalu

kakek, ibunya kakek, saudara perempuan seayah dan seibu.8

Dan jika dari pihak ayah atau ibu itu tidak ada maka yang menjadi

hak asuh anak bagi mereka adalah dari pihak pemerintah. Akibat dari

perbedaan pendapat tentang hak had}a>nah tersebut, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut

a. Apabila kedudukan ibu bapak enggan untuk mengasuh anaknya,

maka mereka bisa dipaksa selama tidak ada yang mewakili mereka

mengasuh anak tersebut. Hal ini disepakati oleh seluruh ulama’

b. Apabila ada wanita lain yang berhak mengasuh anak tersebut, maka

ibu tidak boleh dipaksa. Hal ini juga disepakati oleh seluruh ulama’

karena seseorang tidak boleh dipaksa untuk mempergunakan

kewajibanya.

c. Menurut Ulama’ Madzhab Hanafi apabila istri menuntut khuluk pada

suaminya dengan syarat anak itu dipelihara oleh suaminya, maka

khuluknya sah tetapi syaratnya batal karena pengasuhan anak

merupakan kewajiban dari ibu. Jumhur ulama’ tidak sependapat

dengan Madzhab Hanafi karena menurut mereka hak pengasuhan

anak adalah hak berserikat yang tidak bisa digugurkan. Apabila

8
M. Jawad mughniyah, Fiqh Lima Madzab, (Jakarta: Bassrie Press, 1994), 416
6

terjadi perpisahan antara suami istri itu, boleh saja anak berada pada

asuhan ibu, tetapi biaya pengasuhan harus ditanggung ayah. Menurut

mereka dalam kasus seperti ini anak lebih berhak tinggal pada

ibunya sampai ia cerdas dan bisa memilih apakah akan tinggal

dengan ayah atau ibunya

d. Ulama’ fiqih juga sepakat menyatakan bahwa ayah tidak bisa

mengambil anak dari ibunya apabila mereka bercerai, kecuali ada

alasan syara’ yang membolehkanya, seperti ibu itu dipenjara atau

gila. Anak merupakan anugerah dari Allah yang sangat tinggi, maka

dari itu anak mempunyai hak dan kewajiban sendiri untuk hidup

lebih baik. Namun dalam kehidupanya anak harus berbakti kepada

orang tuanya terutama kepada ibunya yang telah melahirkan mereka

dan menyusui mereka sampai tumbuh dewasa. Akan tetapi anak

mempunyai kewajiban untuk menolak apa yang diperintahkan orang

tuanya kepada mereka jika perbuatan tersebut merupakan hal yang

tidak dianjurkan oleh agama. Sebagaimana Allah berfirman dalam

Surat Al-Luqman Ayat 14 – 15 yang berbunyi:

‫َوَو َّص يَنا اِاْل ْنٰس َن ِبَواِلَد يِه َمَحَلتُه ُاُّم ُه َوْه ًنا َعٰل ى َوْه ٍن َّو ِفٰصُلُه ىِف َعاَم ِنْي َاِن اْش ُك ْر ِل َو ِلَوا‬
‫] َوِاْن َج اَه ٰد َك َعٰل ى َاْن ُتْش ِرَك ْيِب َم ا َلْيَس َلَك ِبه ِعْلٌم َفاَل‬١٤[ ‫ِلَد يَك ِاَّىَل ا ِص رْي‬
‫َمل‬
‫ِج‬ ‫ِا‬ ‫ِا‬ ‫ِب‬ ‫ِب‬ ‫ىِف‬ ‫ِح‬ ‫ِط‬
‫ُت ْع ُه َم ا َو َص ا ْبُه َم ا الُّد ْنَيا َم ْع ُرْو ًفا َّواَّت ْع َس ْيَل َمْن َاَناَب َّيَل َّمُث َّيَل َمْر ُعُك ْم‬
]١٥[ ‫َفُاَنِّبُئُك ْم َمِبا ُك ْنُتْم َتْع َم ُلْو َن‬

Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)


kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
7

tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.


bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan. 9

3. Syarat-syarat hadanah

Orang yang akan mengasuh anak disyaratkan mempunyai kafa’ah

atau martabat yang sepadan dengan kedudukan si anak, mampu

melaksanakan tugas sebagai pengasuh anak. Maka adanya kemampuan

dan kafa’ah mencakup beberapa syarat tersebut tidak ada maka gugurlah

haknya untuk mengasuh anak. Syarat tersebut adalah:

a. Islam

b. Baligh

c. Sehat akalnya

d. Dapat dipercaya

e. Tidak kawin

f. Mampu mendidik anak

g. Hendaklah mempunyai kemampuan melakukan hadanah.10

9
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahanya, (Semarang: CV.Asy-
Syifa’, 1971), 911
10
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Cetakan
Ke-2, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2010), 221
8

Bagi orang yang kurang akal dan gila tidak bisa diberikan memegang

hadanah karena mereka ini tidak bisa mengurus dirinya sendiri, begitu

pula anak kecil.

Berbeda dengan pendapat Abdul Fatah dan Ahmadi. mereka

mengemukakan terdapat 7 syarat dalam memelihara anak yaitu:

a. Berakal

b. Dewasa

c. Merdeka

d. Beragama

e. Jujur

f. Kasih saying

g. Bertempat tinggal

Para ulama’ madzhab sepakat bahwa dalam hal pengasuhan anak

adalah sebagai berikut:

a. Berakal sehat

b. Bisa di percaya

c. Suci sendiri

d. Bukan pelaku maksiat

e. Dan bukan peminum khamr yang mengakibatkan melalaikan anak

yang di asuhnya.

4. Urutan pemegang hadanah

Dalam urutan hadanah ulama’ fiqih mendahulukan atau memberikan

urutan pengasuh anak kepada kaum wanita daripada kaum laki-laki.


9

Ulama’ memberikan urutan hak mengasuh anak bagi wanita, sesuai

dengan kemaslahatan anak tersebut. Menurut mereka kaum wanita

lebih sesuai sebagai pengasuh anak karena kasih sayang, naluri

kewanitaan dan kesabaran mereka dalam mengasuh dan mendidik anak

lebih tinggi dibanding kaum pria. Dengan berdasarkan bahwa hak

hadanah diutamakan pada ibu. Para ulama’ berbeda pendapat mengenai

urutan pemegang hadanah adalah sebagai berikut:

a. Ibu ibunya dan seterusnya keatas karena mereka menduduki

kedudukan ibu.

b. Ayah ibunya ayah dan seterusnya ke atas karena mereka menduduki

tempat ayah.

c. Ibunya kakek melalui ibu, kemudian ibunya dan seterusnya ke atas.

d. Ibunya kakek melalui ayah dan seterusnya ke atas.

e. Saudara-saudara perempuan ibu.

f. Saudara-saudara perempuan ayah

Lain dari urutan yang disebutkan diatas ulama’ tidak sepakat dalam

keutamaan haknya, bila ibu yang berhak dan memenuhi syarat

melepaskan haknya, kepada siapa hak hadanah itu beralih? Menjadi

pembicaraan dikalangan ulama’. sebagian ulama’ berpendapat bahwa hak

hadanah pindah ke ayahnya karena ibunya merupakan cabang, sedangkan

ayah dimanapun bukan merupakan cabang daripada haknya. Pendapat

kedua yang dianggap lebih kuat mengatakan bahwa bila ibu melepaskan.
10

haknya maka hak tersebut pindah kepada ibunya ibu, karena kedudukan

ayah dalam hal ini lebih jauh urutanya.11

B. Kewajiban-Kewajiban Orang Tua Kepada Anak Setelah Bercerai

Orang tua adalah ayah dan atau ibu kandung. 12 Dan menurut kamus

besar bahasa indonesia menterjemahkan pengertian orang tua ialah ayah

dan atau ibu kandung yang dianggap sebagai tua, orang-orang yang

dihormati (disegani) dilingkungannya13. Orang tua juga memiliki

kewajiban-kewajiban yang harus di penuhi terhadap anak di antaranya

adalah kewajiban dalam memelihara dan mendidik anaknya sampai

mandiri berikut ulasan lebih lengkapnya.

a. Kewajiban orang tua dalam pendidikan anak

Orang tua atau keluarga adalah sebuah lembaga pendidikan pertama

dan utama bagi anak-anak mereka.14 Pendidikan orang tua merupakan

sebuah pembentukan sikap moral dan sikap kepribadian anak sebelum

menguasai pendidikan pengetahuan. Dalam diri orang tua mengingikan

anaknya sesuai dengan yang mereka harapkan, ada yang mendidiknya

dengan menekankan pada kaidah-kaidah agama sehingga menekankan

pendidikan anak kepada ilmu agama guna menjadi anak yang shaleh dan

selalu bertaqwa kepada Allah SWT serta menjadi harapan orang banyak

terlebih orang tua sendiri seperti menjadi tokoh agama dan lain

sebagainya, ada pula orang tua yang menekankan anaknya pada sebuah
11
Amir syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Putra Grafika, 2006), 332
12
Penjelasan Pasal 1 ayat (3) a Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
13
Ibid, Hal.379.
14
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), h. 131.
11

pendidikan di bidang pengetahuan umum dalam kehidupan sosial guna

untuk membantu dan berguna di masyarakat nanti seperti menjadi pejabat

pemerintah.

Orang tua merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal,

yang pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang

bersifat kodrati, orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat,

melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan

baik.15

Bahwa perkembangan kehidupan seorang anak salah satunya

ditentukan oleh orang tua, maka tanggung jawab orang tua terhadap anak

sangatlah penting bagi masa depan anak, karena seorang anak pertama

tumbuh dan berkembang bersama orang tua dan sesuai tugas orang tua

dalam melaksanakan perannya sebagai penyelenggara pendidikan yang

bertanggung jawab mengutamakan pembentukan pribadi anak. 16 Dengan

demikian, faktor yang mempengaruhi perkembangan pribadi anak adalah

kehidupan keluarga atau orang tua beserta berbagai aspek, perkembangan

anak yang menyangkut perkembangan psikologi dipengaruhi oleh status

sosial ekonomi, filsafat hidup keluarga, pola hidup keluarga seperti

kedisiplinan, kepedulian terhadap keselamatan dan ketertiban menjalankan

ajaran agama, bahwa perkembangan kehidupan seorang anak ditentukan

pula oleh faktor keturunan dan lingkungan.17

15
1Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), h. 131.
16
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara , 1991), h. 177
17
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001) h. 88
12

Seorang anak dalam pangkuan keluarga berkedudukan sebagai anak

didik dan orang tualah yang menjadidik pendidiknya, ada beberapa macam

pola pendidikan orang tua kepada anak hal ini bisa di kelompokkan

menjadi tiga kelompok, pertama pendidikan demokratis, kedua pendidikan

otoriter, ketiga pendidikan liberal

Tanggung jawab orang tua bukan hanya dalam materil melaikan juga

moral, sikap dan prilaku yang baik dikarenakan orang tua akan menjadi

Uswatun Hasanah bagi anaknya dan pastinya anak akan mengikuti

prilaku yang mereka lihat setiap harinya, maka dalam hal ini orang tua

memiliki kewajiban dalam mengajarkan sikap dan prilaku yang baik

kepada anaknya, di antara pendidikan yang harus dilakukan kepada

anaknya adalah

a. Pendidikan keimanan

Pendidikan keimanan adalah pendidikan yang paling penting

yang harus dikenalkan oleh orang tua kepada anak karna akan

menjadi pengendali bagi prilakunya. Hal ini dapat dilakukan dengan

cara metode-metode sebagai berikut.

1) Mengajarkan dasar-dasar agama kepada anak yaitu memantapkan

penanaman iman di dalam hatinya, Mematangkan penanaman

iman kepada Allah dan Mencintai Allah serta Rasul-Nya di dalam

hati anak.
13

2) Membiasakan anak mengerjakan berbagai macam ibadah seperti

sholat, puasa, pergi ke masjid dan lain-lain.

b. Pembinaan akhlak

Ahlak (al-Khuluq) adalah perangai (as-sajiyyah) dan tabi’at (at-

tahab). Anak sangat membutuhkan pembinaan ahlak, hal ini dimaksud

agar gerakan kemasyarakatan anak benar-benar lurus. sebab dengan

proses perpindahan dari suatu keburukan menuju suatu kebaikan.18

Di masyarakat banyak terdapat sikap dan tingah laku yang buruk,

menyebar di kalangan anaka-anak, yang didalam Islam merupakan

tingkah laku yang buruk. Oleh karena itu kita harus mengawasi anak-

anak menjadi remaja yang sulit untuk di kendalikan. 19 Diantara akhlak

yang sulit untuk dikendalikan adalah:

1) Berdusta

Dusta adalah akhlak paling tercela mengapa demikian karna

dusta merupakan prilaku yang akan membuka prilaku-prilaku

tercela lainnya

2) Mencuri

18
Muhammad Nur Abdul hafizh Suwaid, Mendidik anak Bersama Nabi, (solo: PT Pustaka Arafa,
2004), 222.
19
Haya Binti Mubarok Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslim,(Bekasi:PT Darul Falah,2010), 253
14

Mencuri adalah sesuatu yang harus dihindari dari sejak dini

jika sudah terbiasa sejak dini maka mencuri akan di anggap

prilaku yang biasa saja ketika menjadi dewasa

3) Mencela

Ini adalah prilaku yang akan menghancurkan sebuah

persaudaraan karna dari prilaku inilah akan menimbulkan

kebencian kepada orang yang mencelanya dan dapat

menghancurkan ukhwah kita sesama umat beragama maka

sepatutnya hal ini harus dihindari oleh siapapun agar tidak adanya

permusuhan sesama saudara.

C. Kenakalan remaja

1. Pengertian Kenakalan Remaja

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kenakalan dengan kata dasar

nakal adalah suka berbuat tidak baik, suka mengganggu, dan suka tidak

menurut. Sedangkan kenakalan adalah perbuatan nakal, perbuatan tidak

baik dan bersifat mengganggu ketenangan orang lain, tingkah laku yang

melanggar norma kehidupan masyarakat.20

Istilah kenakalan remaja merupakan kata lain dari kenakalan anak

yang terjemahan dari “ juvenile delinquency”.21 Kata juvenile berasal dari

bahasa Latin “juvenilis” yang artinya anak-anak, anak muda, ciri

karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja.


20
Cahaya untuk keluarga.files.wordpress.com/ (diakses pada hari senin tanggal 07 januari 2013
jam 11.54)
21
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta; PT. Rineka Cipta, 1991), hal. 5
15

Sedangkan kata delinquent juga berasal dari bahasa Latin “delinquere”

yang artinya terabaikan, mengabaikan; yang kemudian diperluas artinya

menjadi jahat, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau,

penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana dan dursila.22

2. Jenis Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja sebagai suatu keadaan yang kurang menyenangkan

dalam kehidupan sosial disebabkan menyentuh beberapa hal. Ada masalah

kenakalan remaja yang menyentuh masalah material atau kebendaan dan

ada pula kenakalan remaja yang meyentuh dalam hal psikologi, seperti:

tercemarnya nama baik seseorang, harga diri, martabat sesorang dan ada

pula kenakalan dalam kehidupan sosial, melanggar norma-norma sosial

dan adat yang berlaku, kebiasaan masyarakat dan hukum yang berlaku 23,

ini menurut Drs. Hasan Bisri dalam bukunya Remaja Berkualitas.

Kenakalan (delinquent) seorang remaja ataupun siswa dapat dibagi

menjadi beberapa jenis. Menurut Wright yang kutip oleh Drs. Hasan Bisri

dalam bukunya Remaja Berkualitas, membagi jenis-jenis kenakalan

remaja ataupun siswa dalam beberapa keadaan:24

1). Neurotic delinquency

Neurotic delinquency merupakan kenakalan seorang remaja

ataupun siswa sifatnya pemalu, terlalu perasa, suka menyendiri,

gelisah dan mengalami perasaan rendah diri. Mereka mempunyai

dorongan yang kuat untuk berbuat suatu kenakalan, seperti: mencuri


22
Kartini Kartono, Patologi sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta ;CV. Rajawali, 1998), hal. 6
23
Hasan Basri, Remaja Berkualita, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar Offset, 1995), hal. 16
24
Ibid., hal. 16-17
16

sendirian dan melakukan tindakan agresif secara tiba-tiba tanpa alasan

karena dikuasai oleh khayalan dan fantasinya sendiri.

2). Unsocialized delinquent

Unsocialized delinquent merupakan suatu sikap kenakalan seorang

remaja ataupun siswa yang suka melawan kekuasaan seseorang, rasa

permusuhan dan pendendam.hukuman dan pujian tidak berguna bagi

mereka tidak pernah merasa bersalah dan tidak pula menyesali

perbuatan yang telah dilakukannya. Sering melempar kesalahan dan

tanggung jawab kepada orang lain. Untuk mendapatkan keseganan dan

ketakutan dari orang lain sering kali melakukan tindakan-tindakan

yang penuh keberanian, kehebatan dan diluar dugaan.

3). Pseudo social delinquent

Pseudo social delinquent merupakan kenakalan remaja atau

pemuda yang mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap kelompok

atau “geng” sehingga tampaknya patuh, setia dan kesetiakawanan yang

baik. Jika melakukan tindakan kenakalan bukan atas dasar kesadaran

diri sendiri yang baik tetapi karena didasari anggapan bahwa ia harus

melaksanakan sesuatu kewajiban kelompok yang telah digariskan.

Kelompok memberikan rasa aman kepada dirinya oleh karena itu ia

selalu siap sedia memenuhi kewajiban yang diletakkan atau ditugaskan

oleh kelompoknya, meskipun kelompoknya itu tidak dapat diterima

dengan baik oleh masyarakat karena tindakan dan kegiatannya sering

meresahkan masyarakat.
17

3. Ciri-ciri Kenakalan Remaja

Perilaku nakal atau yang dikenal dengan delinquent adalah perilaku

jahat, kriminal dan melanggar norma-norma sosial dan hukum. Perilaku

delinquent merupakan produk konstitusi mental serta emosi yang sangat

labil dan defektif, sebagai akibat dari proses pengkondisian lingkungan

buruk terhadap pribadi anak yang dilakukan oleh anak muda tanggung

usia, puber dan adolesense.25

Menurut beberapa ahli dalam psikologi dan kriminologi

bahwasannya ciri-ciri remaja yang dikatakan nakal adalah sebagai

berikut:

Menurut Adler (1952) ciri-ciri kenakalan remaja adalah sebagai

berikut:26

1) Perilaku ugal-ugalan, berandalan, urakan yang mengacaukan

ketentraman masyarakat sekitar.

2) Kebut-kebutan dijalanan yang mengganggu keamananlalu lintas dan

membahayakan diri sendiri serta orang lain.

3) Perkelahian antar gang, antar kelompok, antar sekolah, antar suku,

sehingga terkadang membawa korban jiwa.

4) Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan atau

bersembunyi ditempat-tempat terpencil.

5) Kriminalitas anak remaja dan adolesons seperti: memeras, mencuri,

mengancam dan intimidasi.


25
Kartini Kartono, Patologi sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta ;CV. Rajawali, 1998), hal. 21
26
Aat Syafaat, Sohari Sahrani, Muslih, Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah
Kenakalan Remaja, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 79
18

4. Faktor-faktor peneyebab terjadinya kenakanlan remaja

Perilaku “nakal” yang dimiliki oleh anak remaja ataupun siswa bisa

disebabkan oleh faktor dari anak itu sendiri (internal) maupun faktor dari

luar (eksternal). Simanjutak menyebutkan sebab-sebab terjadinya

kenakalan remaja dari faktor internal sebagai berikut:

1) Faktor Internal

a) Cacat keturunan yang bersifat biologis- psikis

b) Pembawaan yang negatif yang mengarah ke perbuatan nakal

c) Ketidak seimbangan pemenuhan kebutuhan pokok dengan

keinginan. Hal ini menimbulkan frustasi dan ketegangan

d) Lemahnya kontrol diri serta persepsi social

e) Ketidak mampuan penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan

yang baik dan kreatif

f) Tidak ada kegemaran, tidak memiliki hobi yang sehat.

Masalah yang dipendam.27

2) Faktor Eksternal

Kemungkinan kenakalan remaja bukan karena murini dari dalam

diri remaja itu sendiri tetapi mungkin kenakalan itu merupakan efek

samping dari hal-hal yang tidak dapat ditanggulangi oleh remaja dalam

keluarganya. Bahkan orang tua sendiri pun tidak mampu

mengatasinya, akibatnya remaja menjadi korban dari keadaan keluarga

27
Ibid., hal. 76
19

tersebut. Faktor-faktor terjadinya kenakalan remaja, menurut Turner

dan Helms antara lain berikut ini:28

a) Masalah yang datang dari lingkungan keluarga yang berantakan

b) Masalah yang datang dari Lembaga Pendidikan Formal Secara

umum

c) Masalah yang datang dari Masyarakat

d) Dasar-dasar agama yang kurang

e) Tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya

f) Kebebasan yang berlebihan

5. Pencegahan kenakalan pada remaja

Dalam menghadapi seorang remaja ada beberapa hal yang harus

selalu diingat, yaitu bahwa jiwa seorang remaja adalah jiwa yang penuh

gejolak “strum und drang”. Lingkungan seorang remaja juga ditandai

dengan perubahan sosial yang cepat apalagi didaerah kota-kota besar dan

daerah yang sudah terjangkau oleh sarana dan prasarana komunikasi dan

perhubungan yang mengakibatkan kesimpang siuran norma (keadaan

anomie). Jika kondisi intern dan ekstern seorang remaja sama-sama

bergejolak, inilah yang menyebabkan masa remaja lebih rawan daripada

tahap-tahap lain dalam perkembangan manusia.29

Menurut Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya

Psikologi Remaja menjelaskan bahwa, untuk mengurangi benturan antar

gejolak itu dan untuk memberi kesempatan agar remaja dapat


28
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor Selatan; Ghalia Indah, 2004), hal. 110
29
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal.
228
20

mengembangkan diri secara optimal, maka perlu diciptakan kondisi

lingkungan terdekat yang sestabil mungkin, khususnya lingkungan

keluarga.30

Selain menstabilkan lingkungan keluarga, disamping itu juga

mengembangkan pribadi remaja secara optimal melalui pendidikan

khususnya sekolahan. Sekolahan selain berfungsi sebagai mencerdaskan

anak juga berfungsi pendidikan (transformasi norma). Peran dari

sekolahan tidak jauh dari peran keluarga yaitu sebagai rujukan dan tempat

perlindungan jika anak didik menghadapi masalah. Disekolahan ini juga

haruslah seorang guru bersama dengan seluruh korps guru disekolah

dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Selanjutnya, untuk mencegah kenakalan remaja atau siswa, bisa dengan

cara meningkatkan kemampuan remaja atau siswa dalam bidang-bidang

tertentu sesuai dengan kemampuan dan bakatnya masing-masing. Dengan

adanya kemampuan khusus yang dimiliki remaja atau siswa seperti dalam

bidang teater, musik, olahraga dan lain sebagainya ini bisa

mengembangkan kepercayaan diri remaja atau siswa dan menjadikannya

terpandang dengan adanya kemampuan itu dan ia tidak perlu bergantung

pada orang lain untuk mendapatkan perhatian dari lingkungannya.31

30
31
Ibid., hal. 230 24 Hasan Basri, Rem

Anda mungkin juga menyukai