1. Pengertian Hadanah
kekuasaan orang tua dalam perwalian terhadap anak. Namun ada istilah
khusus yang mengatur tentang pengasuhan anak yaitu dalam istilah fiqih,
biasa disebut dengan hadlanah.1 Hadhanah berasal dari kata “Hidhan” حضن
pemeliharaan anak sejak dari lahir sampai sanggup berdiri sendiri mengurus
1
Wasman & Wardah Nuroniyah, (Hukum Perkawinan Islam di Indonesia), hal 246.
2
Abdul Rahman Ghazaly, “Fikih Munakahat”.(Jakarta: Kencana ), Tahun 2006, hal 175. Dan
selanjutnya disebut Abdul Rahman Ghazaly. “Fikih Munakahat”., hal.
21
sesuatu yang menjadikan kebaikannya, menjaganya dari sesuatu yang
jawabnya3.
mumayyiz atau belum dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk,
perhatian khusus dalam ajaran Islam. Di atas pundak bapak dan ibunya
ibunya tidak dapat atau tidak layak untuk tugas itu disebabkan tidak
bisa mengakibatkan seorang anak tumbuh tidak terpelihara dan tidak terarah
3
Aminuddin & Slamet Abidin, ”Fikih Munakahat 2”, (Bandung: Cv. Pustaka Setia), Tahun
1999, Hal 171. Dan selanjutnya disebut Aminuddin& Slamet Abidin, (Fikih Munakahat), hal .
22
kerjasama antara ayah dan ibu dalam melakukan tugas ini. Jalinan kerjasama
antara keduanya hanya akan bisa diwujudkan selama kedua orang tua itu
masih tetap dalm hubungan suami istri. Dalam suasana demikian, kendati
pun tugas hadhanah sesuai dengan tabiatnya akan lebih banyak dilakukan
oleh pihak ibu, namun peranan ayah tidak bisa diabaikan, baik dalam
dalam menciptakan suasana damai dalam rumah tangga dimana anak diasuh
dan dibesarkan.
alasannya merupakan petaka bagi anak. Di saat itu anak tidak lagi dapt
4
Abi Sunan Sulaiman, (Beirut : Dâr Ibnu Khazm, t.t), jilid II, hal 225.
23
2. Status Hukum dan Dasar Hadanah Akibat Perceraian
5
“Departement Agama RI”, (Al-Qur`an dan Terjemahannya), hal 57.
24
Begitu juga dalam al-qur’an yang lain yaitu: Surat at-tahrim ayat 06:
Kewajiban membiayai anak yang masih kecil bukan hanya berlaku selama
ayah dan ibu masih terkait dalam tali perkawinan saja, akan tetapi juga
bersabda:
((من فرق بين والدة وولدهـا فرق هللا بي و و بين بته و م ا الاياا)) بخرجو ال رمذي و ابن ماجو
Pemeliharaan atau pengasuhan anak itu berlaku antara dua unsur yang
menjadi rukun dalam hukumnya, yaitu orang tua yang mengasuh yang disebut
6
“Departement Agama RI”, (Al-Qur`an dan Terjemahannya), hal 951.
7
Syarifiddin, Amir, ”Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqh Munakahat Dan
Undang-Undang Perkawinan”, (Jakarta: 2006), hal. 328. Dan selanjutnya disebut Syarifiddin
Amir, ( Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqih Munakahat dan Undang-Undang
Perkawinan), hal.
25
syarat yang ditentukan untuk wajib dan sahnya tugas mengasuh itu.Dalam
masa ikatan perkawinan ibu dan ayah secara bersama berkewajban untuk
Ayah dan ibu yang akan bertindak sebagai pengasuh disyaratkan hal-
a. Sudah dewasa. Orang yang belum dewasa tidak akan mampu melakukan
tugas yang berat itu, oleh karenanya belum diketahui kewajiban dan
b. Berpikir sehat. Orang yang kurang akalnya seperti idiot tidak mampu
berbuat untuk dirinya sendiri dan dengan keadaanya itu tentu tidak akan
c. Beragama islam. Ini adalah pendapat yang dianut oleh jumhur ulama,
mengarahkan agama anak yang diasuh. Kalau diasuh oleh orang yang bukan
d. Adil dalam arti menjalankan secara baik, dengan meninggalkan dosa besar
dan menjahui dosa kecil. Kebalikan dari adil dalam hal ini disebut fasiq
8
Amir Syarifudin, (Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqih Munakahat dan Undang-
Undang Perkawinan ), hal 328.
9
Amir Syarifudin, (Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqih Munakahat dan Udang-
Undang Perkawinan), hal 329.
26
rendah tidak dapat diharapkan untuk mengasuh dan memelihara anak yang
masih kecil.
Adapun syarat untuk anak yang akan diasuh (mahdhun) itu adalah:10
1. Ia masih berada dalam usia anak-anak dan belum dapat berdiri sendiri
2. Ia berada dalam keadaan tidak sempurna akalnya dan oleh karena itu
idiot. Orang yang telah dewasa dan sehat sempurna akalnya tidak
Para fuqaha’ sepakat bahwa hak pemeliharaan anak (hadhanah) ada pada
ibu selama ia belum bersuami lagi. Apabila ia telah bersuami lagi dan sudah
para Imam Mazhab berbeda pendapat tentang suami istri yang bercerai, adapun
mereka mempunyai seorang anak atau lebih. Siapakah yang berhak memelihara
anaknya?12
Menurut pendapat Imam Hanafi dalam salah satu riwayatnya: Ibu lebih
berhak atas anaknya hingga anak itu besar dan dapat berdiri sendiri dalam
10
Amir Syarifudin, (Hukum perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqih Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan), hal 330.
11
Muhammad bin Abdurrahman, ”Fikih Empat Mazhab”. (Bandung: 2004), hal. 416., dan
selanjutnya disebut Muhammad bin Abdurahnan, ( Fiqih Empat Madzhab), hal.
12
Muhamad Jawad Mughniyah, “Fiqih Lima Madzhab”, (Jakarta : Lentera), Tahun 1996, hal
416., dan selanjutnya disebut Muhamad Jawad Mughniyah, (Fiqih Lima Madzhab), hal.
27
berwudhu. Setelah itu, bapaknya lebih berhak memeliharanya. Untuk anak
perempuan, ibu lebih berhak memeliharanya hingga ia dewasa, dan tidak diberi
pilihan.
hingga ia menikah dengan orang laki-laki dan disetubuhinya. Untuk anak laki-
laki juga seperti itu, menurut pendapat Maliki yang masyhur, adalah hingga anak
itu dewasa.
Imam Syafi’i berkata: Ibu lebih berhak memeliharanya, baik anak itu
tersebut telah mencapai usia tujuh tahun maka anak tersebut diberi hak pilih
Imam Hambali dalam hal ini mempunyai dua riwayat: Pertama, ibu lebih
berhak atas anak laki-laki sampai ia berumur tujuh tahun. Setelah itu, ia boleh
memilih ikut bapaknya atau masih tetap bersama ibunya. Sedangkan untuk anak
perempuan, setelah ia berumur tujuh tahun, ia terus tetap bersama ibunya, tidak
boleh diberi pilihan. Kedua, seperti pendapatnya Imam Hanafi, yaitu ibu lebih
berhak atas anaknya hingga anak itu besar dan berdiri sendiri dalam memenuhi
perempuan, ibu yang lebih berhak memeliharanya hingga ia dewasa dan tidak
diberi pilihan13.
13
Muhammad bin Abdurrahman, (Fiqih Empat Madzhab), hal 417.
28
Dari berbagai pemaparan di atas dapatlah penulis menarik kesimpulan
tentang makna hadanah, yaitu pemeliharaan atau pengasuhan, dalam arti lengkap
ataupun perempuan yan sudah besar tetapi belum tamyiz, tanpa perintah
jasmani rohani dan akalnya agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan
masih kecil kepada bahaya kebinasaan.Hal ini di bicarakan dalam fiqih karena
secara praktis antara suami dan istri telah terjadi perpisahan sedangkan anak-
4.Berhentinya Hadanah
Hadhanah berhenti (habis) bila anak kecil tersebut sudah tidak lagi
memerlukan pelayanan perempuan, telah dewasa, dan dapat berdiri sendiri, serta
sendiri, berpakaian sendiri, mandi sendiri.Dalam hal ini, tidak ada batasan
(habis) bilamana telah berumur tujuh tahun bagi laki-laki dan sebilan tahun kalau
14
Sayyid Sabiq, (Fiqih Sunnah), hal 160.
15
Sayyid Sabiq, ”Fikih Sunnah”,(Jakarta Pusat: Pena Pundi Aksara), Tahun 2004, hal., 246.
Dan selanjutnya disebut Sayyid Sabiq, (Fikih Sunnah), hal.
29
dia dapat menirukan kebiasaan-kebiasaan kewanitaannya dari hadhanah (ibu
pengsuhnya).
anak itu mumayyiz, yakni berumur lima dan enam tahun16. Begitu juga beberapa
Imam Mazhad berpendapat tentang hal ini, yaitu: Imam Syafi’i dan ishak
mengatakan bahwa lama masa mengasuh adalah sampai 7 tahun atau 8 tahun.
mengasuh anak laki-laki sampai ia pandai makan sendiri, dan berpakaian sendiri.
Sedangkan anak perempuan sampai ia haid. Sesudah itu baru bapaknya yang
a. Islam. Seorang ibu yang kafir atau murtad tidak boleh dan tidak berhak
b. Berakal. Orang gila tidak boleh menjadi pengasuh kecuali gilanya itu
16
Abd Rahman Ghazaly, “Fikih Munakahat”, hal 186.
17
Aminuddin & Slamet Abidin, (Fiqih Munakahat 2), Hal .184.
18
Ibnu Mas`ud & Zainal Abidin S, “Fiqih Madzhab Syafi`i”, hal 418.
30
c. Beramanah. Orang perempuan yang mempunyai sifat khianat tidak berhak
menjadi penjaga atau pengasuh, kerana dia tidak akan menjaga kanak-kanak
d. Baligh. Kanak-kanak kecil perlu kepada orang yang lebih dewasa, lebih-
pengasuh.
h. Jika pengasuh itu ibunya sendiri, disyaratkan dia belum lagi berkahwin
dengan lelaki lain. Jika dia berkahwin dengan seseorang daripada mahram
kanak-kanak tersebut, hak pengasuhan itu tidak gugur jika bekas suaminya
rela.
ibu atau pengasuh lain jika mereka tidak mempunyai tempat tinggal tetap,
berkenaan.
a. Islam.
31
b. Berakal yaitu tidak gila dan tidak ma’tuh.
c. Tidak fasik.
f. Tidak mengalami sakit sopak atau kusta. Hak penjagaan akan gugur
g. Penjaga tidak menikah dengan lelaki lain yang tiada mempunyai hubungan
kekeluargaan dengan anak itu. Jika penjaga itu menikah dengan saudara
terdekat kepada anak tersebut, maka ibu kepada anak itu berhak
memeliharanya 19.
berhak untuk memelihara anak itu. Akan tetapi sekiranya dia berkahwin
pendapat Mazhab Hanafi yang dikutip dari buku hukum-hukum fiqih Islam
1. Berakal. Penjaga yang gila tidak boleh menjadi penjaga walaupun dia
2. Berkuasa untuk melakukan kerja. Orang yang sudah tua atau lanjut umur,
orang buta, bisu, pekak dan orang yang sentiasa sakit tidak boleh menjadi
penjaga.
19
Sayyid Sabiq, (Fiqih Sunnah), hal 241.
20
Tengku Muhamad Hasbi Ash Shidiqi, “Hukum-Hukum Fiqih Islam”, hal 264.
32
3. Sekiranya anak yang dipelihara itu perempuan, maka penjaganya mestilah
dan syahwat. Jika penjaga tidak sanggup untuk menghalang dan mencegah
anak itu daripada melakukan sifat-sifat buruk yang disebutkan, maka lebih
6. Penjaga mestilah seorang yang cerdik dalam pengurusan harta dan bukan
7. Jika penjaga itu wanita, maka disyartiatkan dia bukanlah seorang yang
sering didatangi lelaki asing, kecuali jika wanita berkahwin dengan mahram
anak itu. Jika penjaga sering didatangi oleh lelaki asing, maka haknya
seorang Islam dan ditakuti dia memberikan anak-anak itu makanan yang haram
seperti daging babi, maka pengasuh itu hendaklah diawasi oleh orang Islam
21
Muhamad Jawad Mughniyah, (Fiqih Lima Madzhab), hal 417.
33
seorang wanita yang turut sama mengasuh kanak-kanak itu seperti isterinya
atau amahnya (hambanya). Akan tetapi pengasuh itu hendaklah mahram yaitu
2. Upah Hadanah
Upah hadhanah seperti upah menyusuhi, ibu tidak berhak atas upah
hadhanah selama ia masih menjadi istri dari ayah anak kecil itu, atau selama
mempunyai hak nafkah sebagai istri atau nafkah masa iddah.22 Allah SWT.
Berfirman: (al-baqarah:233)
22
Aminuddin & Slamet Abidin, (Fiqih Munakahat 2), hal 181.
34
kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
melihat apa yang kamu kerjakan23”. (QS. Al-Baqarah : 233)
Maka ia berhak mendapatkan upah itu seperti haknya kepada upah
menyusui, apabila setelah habisnya masa iddah. Allah SWT. Berfirman: (at-
talak 06)
23
“Departement Agama RI”, (Al-Qur`an dan Terjemahannya), hal 57.
24
“Departement Agama RI”, (Al-Qur`an dan Terjemahannya), hal 946.
25
Sayyid Sabiq, (Fiqih Sunnah), hal 166.
35
bin Hanbali menambahkan agar yang melakukan hadhanah tidak
mengidap penyakit menular.
b. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk memelihara dan
mendidikmahdun (anak yang diasuh), dan tidak terikat dengan suatu
pekerjaan yang bisa mengakibatkan tugas hadhanah menjadi terlantar.
c. Sesorang yang melakukan hadhanah hendaklah dapat dipercaya
memegang amanah, sehingga dengan itu dapat lebih menjamin
pemeliharaan anak. Orang yang rusak akhlaknya tidak dapt memberikan
contoh yang baik kepada anak yang diasuh, oleh karena itu tidak layak
melakukan tugas ini.
d. Seseorang melakukan yang hadhanah harus beragam Islam. Seorang non
muslim tidak berhak dan tidak boleh ditunuk sebagai pengasuh. Tugas
mengasuh termasuk didalamnya usaha mendidik anak menjadi muslim
yang baik, dalam hal ini menjadi kewajiban mutlak atas kedua orang tua.
Para ahli fiqh menjadikan ayat tersebut yang mana mengajarkan agar
memelihara diri dan keluarga dari siksa api neraka sebagai dasar
disyaratkannya seorang hadhin (orang yang mengasuh) beragama Islam.
Karena salah satu tujuan dari hadhanah adalah menjadikan anak seorang
muslim yang hakiki dan tujuan itu sulit tercapai apabila yang mengasuhnya
bukan seorang muslim.
36
pengadilan agama adalah perkara-perkara tertentu antara orang-orang yang
tahun 1991 tentang kompilasi Hukum Islam dan berbagai peraturan dan
amat penting, diketahui dari banyaknya ayat dalam al-qur`an maupun hadist
dan penjelasan detail nya. Hal ini disebabkan hukum perkawinan mengatur
26
Anggota IKAPI, ”Pengadilan Islam di Indonesia”, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy), Tahun
2004, hal.73. dan selanjutnya disebut Anggota IKAPI, (Pengadilan Islam Di Indonesia), hal.
27
Mardani, ”Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama dan Mahkamah Syari`ah”, (Jakarta:
Sinar Grafika), Tahun 2009), hal 54. Dan selanjutnya disebut Mardani, (Hukum Acara Perdata
Pengadilan Agama Dan Mahkamah Syari`ah, hal.
28
Ahmad Azhar Basyir, “Hukum Perkawinan Islam”, (Yogyakarta: UII Press), Tahun 1999),
Cetakan ke 9, hal 1. Dan selanjutnya disebut Ahmad Azhar Basyir, (Hukum Perkawinan Islam), hal.
37
sengketa perkawinan yang sampai saat di undangkannya Undang-Undang ini
perempuan pada umumnya dan pihak istri pada khususnya, namun dalam hal
rumah tangga, dan tidak tertutup kemungkinan tanggung jawab itu beralih
kerja sama dan saling membantu antara suami dan istri dalam memelihara
29
Amandeman Undang-Undang Peradilan Agama nomor 3 tahun 2006, (Jakarta: Sinar Grafika),
Tahun 2008, hal 77. Dan selanjutnya disebut Amandeman Undang-Undang Peradilan Agama
nomor 3 tahun 2006, hal.
30
Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: Pustaka Setia), Tahun 2000, hal . 167-
168. Dan selanjutnya disebut Rahmat hakim, (Hukum Perkawinan Islam), hal.
38
Anak sampai dewasa. Hal dimaksud pada prinsipnya adalah tanggung
a) Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21
tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau
tuanya meninggal.
31
Zainudin Ali, “Hukum Perdata Islam di Indonesia”, (Jakarta: Sinar Grafika), Tahun 2006,
cetakan-1, hal 64. Dan selanjutnya di sebut Zainudin Ali, (Hukum Perdata Islam Di Indonesia), hal.
32
Abdurrahman,”Kompilasi Hukum Islam di Indonesia”, (Jakarta: Cv Akademika Pressindo),
Tahun 2010, cetakan- 1, hal 137. Dan selanjutnya disebut Abdurrahman, (Kompilasi Hukum
Islam Di Indonesia), hal.
33
Subagyo, “Himpunan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan Kompilasi
Hukum Islam serta pengertian dalam pembahasanya”., (Jakarta: Mahkamah Agung RI), Tahun
2011), hal 88. Dan selanjutnya disebut Subagyo, (Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Yang
Berkaitan Dengan Kompilasi Hukum Islam Serta Pengertian Dan Pembahasannya), hal.
39
Apabila orang tua tidak mampu memikul tanggung jawab terhadap
(surah al-baqarah (2) ayat 233). Selain itu, hak anak terhadap orang tuanya
Pasal 45 Menyatakan :
sebaik-baiknya.
2) Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku
sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban man
Pasal 46 Menyatakan :
yang baik.
kemampuannya, oarng tua dan keluarga dakam garis lurus ke atas, bila
34
“Hak seorang Anak kepada orang tuanya adalah mendapat pendidikan menulis, renang,
memanah dan mendapat rezeki yang halal. (Riwayat Baihaqi).
35
Zainudin Ali, ( Hukum Perdata Islam Di Indonesia), hal 65.
40
Pasal 47 Menyatakan :
1) Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas tahun) atau belum
tanggung jawab orang tua, yaitu hak kebendaan. Pasal 106 KHI
dihidarkan lagi.
kesalahan dan kelalaian dari kewajiban tersebut pada ayat (1) 37.
36
Zainudin Ali, ( Hukum Perdata Islam Di Indonesia), hal 66.
37
Abdurrahman, (Kompilasi Hukum Islam Diindonesia), hal 138.
38
Subagyo, (Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Yang Berkaitan Dengan Kompilasi
Hukum Islam Serta Pengertian Dan Pembahasannya), hal 90.
41
tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18 (delapan belas
ditanggung oleh ayah bayi itu. Hal ini di atur oleh pasal 104 KHI
sebagai berikut.
anak yang belum mampu hidup mandiri yang meliputi pendidikan dan
39
Abdurrahman, (Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia), hal 138.
40
Subagyo,(Himpunan Peraturan Perundang-Undangan yang Berkaitan Dengan Kompilasi
Hukum Islam Serta Pengertiannya Dan Pembahasannya), hal 89.
42
segala sesuatu yang diperlukannya baik dalam bentuk melaksanakan
Pasal 41 UUmenyatakan :
1) Baik ibu atau ayah tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-
keputusannya;
istri.
digantikan oleh :
41
Zainudin Ali, (Hukum Perdata Islam Di Indonesia), hal 67.
43
a. Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu;
b. Ayah;
42
Subagyo, (Himpunan Peraturan Perundang-Undangan yang Berkaitan Dengan Kompilasi
Hukum Islam Serta Pengertian Dan Pembahasannya), hal 102.
44
Garis hukum yang terkandung dalam pasal 41 Undang-undang
pemeliharaanya;
dengan istrinya atau ia sudah kawin lagi. Dapat juga dipahami ketika
43
Abdurrahman, ( Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia), hal 138.
44
Suparno, “Himpunan Kaidah Hukum Putusan Perkara Dalam Buku Yurisprudensi Mahkamah
Agung RI tahun 1969-2004”, (Jakarta: Direktorat Hukum dan Peradilan Mahkamah agung RI),
Tahun 2005, hal 9. Dan selanjutnya di sebut Suparno, ( Himpunan Kaidah Hukum Putusan Perkara
Dalam Buku Yurespudensi Mahkamah Agung RI Tahun 1969-2004, hal.
45
Subagyo, (Jakarta: Mahkamah Agung RI), Tahun 2011, hal 89.
45
anak itu masih kecil (belum baligh) maka pemeliharaannya
itu, anak yang belum mummayiz maka ibu mendapat prioritas utama
sang anak berhak memilih di antara ayah atau ibunya yang ia ikuti.
bila orang tua lalai dalam melaksanakan tanggung jawab, baik dalam
terhadap sorang anak atau lebih untuk waktu yang tertentu atas
permintaan orang tua yang lain, keluarga anak dalam garis lurus
ke atas dan saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang
tersebut.
46
Hal ini diatur oleh pemerintah melalui surat edaran Kepala Badan
bersangkutan;
bekas istrinya.
dibagi dua, yaitu setengah untuk pegawai negeri sipil pria yang
bersangkutan;
46
Zainudin Ali, (Hukum Perdata Islam Di Indonesia), hal 68.
47
c. Sepertiga gaji untuk anaknya yang diterimakan kepada
1/3 (sepertiga) gaji yang menjadi hak anak itu dibagi menurut
bersangkutan;
48
dimaksud kawin lagi.Demikian juga, bekas istri yang
bekas istri tersebut, maka 1/3 (sepertiga) gaji tetap menjadi hak
mengikuti bekas istri dan bekas istri kawin lagi dan anak tetap
mengikutinya, maka baian gaji yang menjadi hak anak itu tetap
tuanya47.
3. Berhentinya Hadanah
Berakhirnya masa asuhan adalah pada waktu anak itu sudah bisa
ditanya kepada siapa dan akan terus ikut. Batas usia anak dalam
pengawasan orang tuanya adalah sampai usia anak 21 tahun selama belum
ibunya maka si ibu tetap berhak mengasuh anak itu, kalau anak itu memilih
47
Zainudin Ali, (Hukum Perdata Islam Di Indonesia), hal 69.
49
Erat kaitannya mengenai hadhanah yang menjadi tugas para
pemegang kewajiban tersebut sebagai wali dari seorang anak yang dalam
lain yang sudah dewasa, berpikiran sehat, adil, jujur, dan berkelakuan
48
Kompilasi Hukum Islam,( Surabaya: Kesindo Utama.) hal.
50
51