Musibah terbesar pada saat ini, yang menjauhkan kita, yang merusak kita,
yang merusak akhlak dan keimanan kita serta hubungan kita bersama Allah ﷻ, adalah
Media Social. Bagi yang tidak bisa menggunakannya dengan benar. Karena 24 jam,
yang namanya handphone ini selalu kita bawa kemana-mana atau berada dalam saku
kantong kita. Setiap kali ada waktu luang, maka tangan mulai bergerak secara
otomatis ke dalam kantong dan kita keluarkan handpohone ini sehingga kita
tersibukkan bersama selain Allah ﷻ, dan akhirnya kita tinggalkan Allah ﷻ.
Sifat seperti ini akan membuat orang yang memainkan Gadget menjadi
ketagihan seperti menonton foto-foto, video, pertandingan bola dan yang lain
sebagianya. Sehingga setiap melihat sebuah video, ia akan terpanggil untuk melihat
video lainnya. Dan telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad ﷺketika dikatakan,
“keburukan akan memanggil: Saudaraku, saudaraku!”. Maksudnya keburukan akan
memanggil keburukan lainnya. Dia melihat video kemudian melihatnya lagi, dia
melakukan keburukan kemudian berbuatnya lagi, berbuat maksiat kemudian berbuat
maksiat lagi dan seterusnya. Kecuali Allah ﷻmenolongnya dengan rahmat-Nya.
Sekarang banyak pemuda dan pemudi dari kita yang masih lalai. kalau kamu
duduk bersama mereka dan kamu katakan kepada mereka, “Dahulu beberapa tahun
yang lalu kami selalu berada di kajian masjid”. Mereka akan merasa aneh. Saudaraku,
ini aneh aku tidak tahu. Karena kita sudah tersibukkan dengan handphone yang
membuka dunia baru untuk kita. Sehingga tidak ada waktu lagi untuk ayah kita, kakek
kita, dan orang yang lebih tua dari kita. Contoh lain, dahulu di setiap masjid ada
halaqoh Tahfidz Qur’an. Tapi sekarang tidak ada karena mereka sibuk dengan
dunianya sendiri-sendiri. Anak-anak diajak untuk ikut halaqoh tidak mau dengan
berbagai alasannya. Dahulu setiap orang tua terkhusus ayah, bahkan seorang ayah
yang terjatuh dalam dosa dan kesalahan sekalipun seperti minum khamr ingin
anaknya menjadi baik. Tidak mengherankan banyak kita jumpai setelah ashar seorang
ayah datang dengan anaknya dan memberikannya kepada seorang Ustadz, “Aku telah
melakukan kesalahan, jangan sampai anakku juga melakukan kesalahan yang sama
denganku. Jaga anakku dan ajari ia al-Qur’an”. Bahkan seorang ayah yang belum baik
pun ingin sesuatu yang terbaik untuk anaknya.
Sekarang, seorang anak bahkan tidak ada waktu untuk al-Qur’an. Ayahnya
sibuk dengan handphone dan anaknya sibuk juga dengan handphonenya masing-
masing, maka hilanglah kehidupan dan terputuslah tali persaudaraan. Maka dari itu
mereka akan namakan apa hal seperti ini? “Social Media”. Namun kita namakan,
“Media Memutus Silaturrahmi”. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Ibnu
`Athâ’illah al-Sakandary dalam kitabnya al-Hikam al-`Athâ’illah, “Andil nafsu dalam
perbuatan maksiat tampak jelas, sedangkan andilnya dalam perbuatan taat samar
tersembunyi. Mengobati yang tersembunyi itu amatlah sulit”. (al-Hikam al-
`Athâ’illah :161). Nafsu dalam berbuat maksiat dalam media social ini tidak akan
menjadikan hubungan kita menjadi erat, namun yang ada hubungan kita menjadi
terputus. Yang ada kita akan saling membenci dan terjadi permusuhan. Kita lihat diri
kita di whatshapp kita dapati dia chat dengan kawannya, “kenapa engkau tidak
menjawab aku? Kenapa tidak berbicara dengan ku?” Bahkan sekarang takziah hanya
cukup dengan Whatsapp dengan mengatakan, “Semoga Allah ﷻmembahagiakan dan
merahmatimu”. Namun ia tidak mendatangi kuburannya, tidak ikut menguburkan dan
tidak ikut bersedih atas kematiannya. Hal seperti ini apakah dinamakan putus
hubungan atau menyambung hubungan?. Tentu kita katakan telah memutus hubungan.
Maka ini termasuk keburukan terbesar yang kita ditimpa dengan hal tersebut.
Dahulu, orang kalau ingin mencari keburukan mereka pergi ke tempat yang
jauh. Mereka melakukan safar dan pergi dari satu negara ke negara lain untuk melihat
yang haram. Sekarang di mana? Cukup di kantong! Tidak butuh safar, tiket,
menyiapkan harta, naik mobil, paspor dan lainnya. Jadi kita berada dalam bahaya
yang besar. Wallahu `A’lam bis Shawâb.