Anda di halaman 1dari 22

Bismillahirrahmanirrahim

Saya membuka penulisan buku ini dengan mengucap nama Allah Swt,
semoga buku ini bisa diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya. Semoga Allah memberikan kebaikan dan ridhonya dalam
setiap huruf yang tertuang dalam tulisan ini. Semoga buku ini bisa
menjadi jariah atau amal yang terus mengalir kelak ketika orang tua
saya, saya sendiri, istri saya, baby L, kerabat dan semua pihak yang
membantu buku ini, bisa sampai ke seluruh pembaca di dunia ini,
bahkan saya doakan kepada yang menyebarkan buku ini,
meminjamkan, merekomendasikan dan lain sebagainya, semoga amal
jariah mengalir untuk anda semua. Aamiin.

Buku ini sejatinya ingin penulis buat sejak lama, selalu gagal, karena
begitu banyak alasan, ingat, bahwa akan selalu ada alasan untuk gagal
dalam mencapai tujuan. Termasuk gagal menulis secepatnya, maksud
saya, buku ini tidak ditulis dari dulu karena ada saja alasannya. Nah
semoga pada penulisan buku yang sekarang ini, bisa tuntas. Aamiin.

Teringat seminar yang dibawakan oleh Guru yang luar biasa hebatnya,
begitu terbuka kepada semua orang yang ingin maju berjuang
bersamanya, tidak sungkan untuk membagikan ilmunya, yaitu mass
Ipho Santosa. Bahkan, saya, yang tidak punya apa-apa, untuk
diperlihatkan kepada Mass Ipho, tidak ada yang bisa saya tawarkan
kepadanya, sebagai ganti atas ilmu-ilmu yang senantiasa ia berikan,
rela menjadikan saya rekan sepanggungnya dalam memberikan
seminar motivasi, bahkan rela menjadikan saya rekan dalam
berbisnisnya. Aamiin.
Baiklah, cukup bagi saya untuk melamunkannya. Kembali ke
kenyataan,

Buku ini saya tulis dalam keadaan yang tidak baik, dalam keadaan
tertekan dan serbasalah, kini, saat huruf demi huruf anda baca, adalah
moment dimana saya menuliskannya dalam keadaan tidak bisa tidur,
jam yang saya lihat adalah 02.28 pagi. Saya bukan terbangun dari
tidur untuk melaksanakan tahajud. Saya tidak bisa menutup mata
sedari malam, mencoba menutup mata hanya membuat saya pusing,
meskipun sebenarnya saya mengetik huruf demi huruf dalam keadaan
yang pusing juga, tapi percayalah bahwa mencoba menidurkan diri,
menutup mata dan seolah tidak terjadi apa-apa hanya membuat saya
semakin pusing. Jadi dengan terpaksa saya membuka tablet saya,
laptop kecil yang lebih kecil daripada notebook, fungsinya hanya bisa
digunakan untuk mengetik dan menonton saja, jangan bayangkan saya
bisa mengedit foto atau video memakai tablet ini.

Kembali ke tablet, bukan laptop ya, tapi tablet.n saya menuliskan ini
semua dengan terus berdoa kepada Allah, semoga hal baik akan
mendatangi saya.

Meskipun saya sadar bahwa nanti pagi, adalah waktu saya untuk
beraktivitas dengan normal, bekerja sebagai freelancer di Duta
Transformasi Insani (DTI) sebagai fasilitator. Saya harus menyiapkan
performa luar biasa untuk mengikuti event tersebut, empat hari, tiga
malam, meninggalkan anak istri untuk menimba ilmu.
Saya mencoba dan terus berusaha untuk meyakinkan diri bahwa saya
menjadi freelancer di DTI hanyalah untuk menimba ilmu sebanyak-
banyaknya, adapun upah yang saya dapatkan hanyalah sebagai hadiah
dari Allah.

Buku ini berjudul Kitab Suci Kesuksesan. satu dari tiga buku “Trilogi
Kitab Suci dari Nabi For Milenial, Taqy Motiva”. Buku yang saya
harapkan mampu mengobati luka batin saya, terhadap kegagalan saya
meraih kesuksesan dengan cepat, setidaknya saya telah membuang
lebih dari 10 tahun untuk meraih kesuksesan, saya menunda
kesuksesan datang ke dalam kehidupan saya lebih dari apa sih nama
lain dari 10 tahun? Nanti cari di google.

Kalau saja saya tidak memencet tombol kehancuran saya pada waktu
itu, mungkin impian saya untuk kuliah di salah satu perguruan terbaik
di Indonesia bisa tercapai.

Di usia antara 14 sampai 15 tahun, saat saya sedang dalam masa jaya,
sedang bahagia-bahagianya, masa paling menyenangkan dan
membanggakan, dimana pada masa itu, saya dengan mudah
mempengaruhi orang lain, dengan mudah membuat orang lain percaya
kepada saya, dengan mudah membuat orang lain tersenyum, dengan
mudah membuat guru di sekolah takjub kepada saya, dengan mudah
meminta uang kepada orang tua saya, dan berbagai kemudahan
lainnya. Namun semua kemudahan tersebut hancur berkeping-keping
ketika saya memencet tombol kehancuran saya.
Seolah sudah menjadi teori baku, bahwa setiap orang hebat, memiliki
latar belakang yang pahit. Kita sebut saja batman, superman,
spiderman, hulk, semua contoh superhero di film-film yang pernah
saya tonton, pasti berlatar belakang yang kurang menyenangkan.
Begitupun dengan dunia nyata, di abad ini, di Indonesia, semua orang
dewasa pasti mengenal si anak singkong, pemilik dari Trans TV, Bank
Mega, Transmart dan sederet bisnis lainnya, memiliki latar belakang
yang memprihatinkan, judul bukunya yang best seller, anak singkong,
menggambarkan bagaimana latar belakang beliau, hidup dalam
kesusahan, untuk lebih jelasnya saya perlu membaca ulang sejarahnya,
karena saya khawatir memberikan informasi yang salah.

Siapa yang tidak kenal Steve Jobs, raja apple, handphone paling laris
di dunia, mungkin ya, atau merk dengan brand terbergengsi di dunia,
sayapun perlu riset lagi mengenai data ini,

Tapi saya akan melakukan riset tersebut belakangan, saya hanya akan
terus menulis sesuai denga nisi batin saya.

Kembali ke kisah saya, intinya begini, saya ingin bermanfaat untuk


orang lain, kalimat tersebut saya ucapkan dari usia 9 tahun, ketika
ditanya oleh ibu guru, apa cita-cita kamu, saya jawab dengan bangga,
saya ingin bermanfaat untuk orang lain. Atau dalam Bahasa yang lebih
imajinatif, saya ingin jadi superhero. Dan sekarang, saya bersyukur,
saya sudah memenuhi syarat untuk menjadi superhero, yaitu memiliki
latar belakang yang pahit.
10 tahun saya berada dalam kehancuran, pada usia labil yang
gemilang, saya memencet tombol tersebut.

Kejadian ini bermula saat saya sedang senang-senangnya menjadi ahli


tukang bongkar, TV hamper rusak saya bongkar, alasannya sepela,
hanya karena tombol-tombol yang ada di TV tersebut sudah tidak
berfungsi dengan baik, penghuni bumi yang seusia saya (kelahiran
1993) pasti paham dengan TV tabung, TV yang di belakang layarnya
ada tabung yang begitu besar, tidak seperti sekarang, jarang sekali ada
TV tabung, di setiap rumah, hampir semuanya menggunakan TV LCD
berlayar tipis.

Selain TV, radio pun saya bongkar. PC atau personal Computer, CPU-
nya saya bongkar, CPU itu adalah mesinnya.

Itu lah hobi saya, senang bongkar, tapi tidak bisa pasang.

Pulang sekolah, ada saja barang elektronik baru yang saya otak-atik,
ada yang berhasil, ada yang belum berhasil. Ada yang kembali utuh,
ada yang berakhir di tempat sampah.

Dalam keseharian saya sebagai tukang bongkar itulah, pintu


kehancuran saya dibuka.

Saya mencoba untuk mengotak atik komputer, saya senang


melakukannya. Saya sering menyalakan komputer, hanya sekedar
mendengarkan lagu atau mengerjakan tugas.

Suatu ketika, saat komputer sedang menyala dan saya fokus ke layar
komputer, tiba-tiba terdengar suara dari sebelah kanan depan, suara
putaran DVD player yang mengalihkan perhatian saya, lalu saya
melirik sesaat, ternyata benar, lampu indikator menyala menandakan
ada kaset DVD di dalamnya, lalu saya membukanya, penasaran
dengan apa yang ada di dalamnya.

Jreng...jreng...jreng...jreng..

Cover DVD tersebut memperlihatkan gambar yang sangat menarik,


bagi anak usia belasan tahun, gambar wanita dengan busana
minimalis, hanya menggunakan pakaian dalam merupakan
pemandangan yang langka, terlebih lingkungan saya merupakan
lingkungan yang tabu dengan hal demikian. Setiap hari membaca Al-
Quran, setiap hari mengkaji kitab kuning bersama orang tua, setiap
hari menambah wawasan keislaman, dan tentu DVD tersebut
merupakan barang baru buat saya.

Setelah kejadian tersebut, dunia saya hancur.

Setiap hari, dengan diam-diam, tidak ada yang tahu, saya menonton
DVD tersebut, bahkan sering saya membeli ke pasar mencari DVD
serupa. Di zamannya, warnet begitu marak, hampir ada di setiap
daerah, saya pun senantiasa menonton adegan tak senonoh dan
menjijikan tersebut di tempat tersebut.

Ketika warnet mengalami kemunduran karena smartphone mulai


dimiliki semua orang, bisnis warnet bangkrut, banyak tempat tutup,
salah satu penyebabnya mungkin adalah hadirnya internet di
handphone sehingga memudahkan akses seseorang ke dunia maya,
namun ada alasan yang mengiringinya, yaitu karena warnet senantiasa
digunakan sebagai tempat yang tidak baik, banyak muda yang
memanfaatkan warnet sebagai tempat pacaran, banyak anak belia yang
menggunakan warnet untuk mengkses secara bebas, tanpa takut oleh
siapapun, video atau gambar-gambar menjijikan yang tidak senonoh.
Dan saya adalah salah satunya.

Sepuluh tahun saya mengalami candu pornografi, setiap hari saya


mengkonsumsinya, setiap hari saya mencari gambar baru yang lebih
enak dipandang, gambar atau video yang mampu memenuhi hasrat
seksual saya. Sayang, saya berasal dari keluarga yang agamis, hal-hal
seperti pornografi menjadi topik yang tabu untuk dibicarakan.

Setiap hari saya melakukan kesalahan, membuang benih peranakan


saya ke toilet, kamar, tisu, selimut, baju kotor, celana kotor, dll.
Hampir semua tempat yang pernah saya kunjungi menjadi saksi
kebiadaban saya. Setiap hari saya terangsang untuk menonton atau
sekedar meliha gambar pornografi yang baru, dan setiap hari pula
saya ingin bangkit, bertaubat, merasa hina karena telah melupakan
Allah ketika melakukan hal tercela tersebut.

Setidaknya saya jatuh ke lubang yang sama sebanyak tiga ribu kali
lebih karena hal tersebut berlangsung lebih dari sepuluh tahun
lamanya. Jika keledai saja dianggap bodoh karena satu-satunya
binatang yang jatuh ke lubang yang sama dua kali, lantas saya apa?
Lebih hina daripada keledai. Astagfirullah...
Maka dari itu, saya membuat tulisan ini, harapannya para orang tua
mengingatkan anaknya untuk tidak jatuh seperti saya, cukup berakhir
di saya. Karena pornografi benar-benar menyengsarakan saya.

Pernah suatu ketika saya menangis, ingin segera mengakhiri hidup


karena dtak bisa keluar dari jeratan pornografi. Begitu banyak
kesempatan yang Allah berikan kepada saya untuk memperbaiki diri,
namun esoknya saya melepaskan kesempatan tersebut karena terjerat
kembali ke lubang yang sama.

Bagi sebagian orang, mungkin pornografi biasa saja, tidak perlu


dibahas apalagi dibuatkan undang-undangnya. Sampai detik ini, ketika
saya mencoba mengakses konten pornografi di internet, masih sangat
mudahnya. Sudah banyak yang mensosialisasikan bahwa bahaya dari
candu pornografi kepada otak, lebih parah dari candu narkoba. Candu
pornografi mampu merusak otak 5 bagian sistem saraf, sementara
narkoba, merusak 3 bagian sistem saraf. Hal ini akan saya khususkan
di bagian awal nanti, khusus.

Baiklah, sekarang kita akan masuk ke bagian bagaiamana buku ini


bisa bekerja maksimal untuk kesuksesan anda semua.

Manusia menjadi berkualitas karena tidak melanggar aturan yang telah


ditetapkan. Contoh, seorang karyawan disebuah perusahaan, bisa naik
jabatan karena berprestasi, melakukan sebuah pencapaian dan jelas
karena tidak melekukan sebuah pelanggaran, tidak belok dari visi misi
yang ditetapkan perusahaan. Seorang mahasiswa, dapat meraih nilai
tinggi karena ia mengikuti ujian dengan baik, tidak melanggar kode
etik yang disampaikan dosen maupun kampusnya.

Begitupun anda, jika buku ini ingin merubah hidup anda untuk meraih
kesuksesan apapun yang anda inginkan, maka menjadi sebuah
kewajiban untuk anda mengikutinya.

Batasan-batasan agar sukses tak berbatas

1. Silahkan anda baca buku ini secara berurut, tidak akan ada
ganti rugi bagi anda yang merasa tidak sukses atau mengalami
perubahan dalam hidup jika anda membacanya secara acak.
Berbeda dengan buku lainnya, buku ini harus anda baca secara
urut, saya tidak menyarankan anda untuk membaca buku ini
dengan metode cepat, bacalah buku ini dari kata demi kata,
kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, halaman demi
halaman, bab demi bab.
2. Saya meyakini bahwa setiap orang memiliki kemampuan
membaca yang berbeda, kesibukan yang berbeda, maka waktu
untuk menyelesaikan buku yang tebalnya lebih dari 200
halaman ini berbeda-beda. Tidak masalah, berapa lamapun
anda membaca buku ini, satu hari ataupun satu bulan, bahkan
mungkin satu tahun, 30 hari ajaib anda meraih kesuksesan
akan dimulai setelah menyelesaikan buku ini.
3. Tutup buku ini jika terdengar panggilan adzan, segerakan anda
melaksanakan shalat, karena kesuksesan anda tidak mungkin
diraih dengan menyepelekan panggilan Allah. Tutup buku ini
jika saatnya anda mulai bekerja, ada saatnya anda berhenti,
tetapkan prioritas.
4. Jangan biarkan anda membaca tanpa memegang alat tulis,
apapun itu, alangkah lebih baiknya alat tulis yang berwarna,
agar semua panca indra berfungsi secara maksimal. Buku ini
tidak akan berguna sama sekali jika anda tak menuliskan
apapun di dalamnya.

Baiklah kita mulai petualangan ini....

Karena buku ini berjudul kitab suci, artinya ada ayat-ayat suci
di dalalmnya, namun, agar lebih fleksibel, bisa dibawa kemana saja,
dan tidak menjadi dosa ketika pembaca menyimpan buku ini di antara
tumpukan buku, saya hanya akan menuliskan nama surat dan ayatnya
saja, tanpa menuliskan lengkap dengan kalimatnya. Jadi ketika
pembaca menemukan kutipan ayat Al-Quran, contoh: tulisannya
hanyalah Q.S .....:...., seperti itu saja. Saat itu juga, pembaca
diharuskan untuk menutup buku, lalu membuka Al-Quran dan ayat
yang telah disebutkan. Mungkin diantara pembaca bertanya, “untuk
apa sih? Skip aja deh”. Jika pikiran ini muncul di benak pembaca,
segeralah beristigfar.

Kenapa?

Niat utama saya, menulis buku ini, menghadirkan buku ini ke


depan pembaca, adalah untuk mendekatkan pembaca dengan Sang
Khalik, membantu pembaca meraih kesuksesannya dengan cara-cara
yang diridhai Allah. Melatih pembaca, untuk senantiasa dekat denga
Al-Quran. Membuka wawasan bahwa semua hal yang berkaitan
dengan kesuksesan, sudah tertuang di dalam Al-Quran. Perintah agar
sukses, apa itu sukses, bagaimana mencapai kesuksesan, apa yang
harus dilakukakn setelah kesuksesan diraih. Semuanya sudah tertuang
di dalam Al-Quran.

Tugas saya di sini hanyalah memperjelas konsepnya,


menambahkannya dengan apa yang telah saya lakukan dan orang-
orang sukses di dunia, meyakinkan pembaca, bahwa anda tidak
sendirian, ada banyak orang yang saat ini ada di posisi anda semua.
Maka saya berharap, tulisan saya, bisa membuat saya dan anda
semakin dekat dengan Allah. Apa yang terbersit dalam hati, diridhai
Allah. Apa yang terucap oleh lisan, dicintai Allah. Apa yang
dilakukan badan, mengundang rahmat Allah.
Saya ingin meminta maaf kepada pembaca, bisa jadi pembaca
kecewa dengan tulisan saya, ini adalah tulisan pertama saya yang
berhasil cetak. Di tahun 2013-an saya pernah membuat naskah yang
begitu tebalnya, namun hilang filenya, tak bisa diselamatkan.

Tapi saya bersyukur dengan ketakutan saya, takut kalau saya


tidak bisa memuaskan pembaca dengan tulisan saya, takut kalau
pembaca kecewa dengan tulisan saya, takut pembaca tidak
menyebarkan tulisan ini kepada orang lain, bahkan takut jika pembaca
tidak mengamalkan tugas-tugas di buku ini.

Tapi ketakutan ini justru menjadi anugrah buat saya, betapa


saya harus senantiasa berpasrah kepada Allah. Saya tidak ada apa-
apanya tanpa Allah. Saya tidak bisa membuat anda sukses dengan
segala keinginan anda, jaminan yang saya tulis di depan, hanyalah
jaminan manusia. Tapi saya yakin seyakin-yakinnya akan ilmu yang
saya sebarkan ini, karena ini adalah ayat-ayat Allah, cara-cara Allah,
petunjuk dari yang memiliki segalanya. Saya tidak berjanji bahwa
dengan buku ini anda akan sukses, tapi jika anda mengikutinya 100 %,
menggunakan 3Ta saya, dijamin anda akan sukses dengan lebih cepat
atas izin dari Allah Swt.

3Ta tersebut adalah Tanpa Tapi, tanpa nanti, tanpa henti.

Begitu banyak orang gagal paham dengan apa yang saya


sampaikan, mereka tidak mempercayainya, mereka tahu bahwa ayat
al-Quran yang disampaikan, tapi tidak sampai ke tahap yakin. Tahu
bahwa setiap saat kita diikuti oleh dua malaikat yang senantiasa
mencatat segala hal yang kita lakukan, namun nyatanya kita sering
lupa, kita melakukan kemaksiatan tanpa berpikir ada yang
mencatatnya, kita melakukannya seolah kita tidak akan benar-benar
dihakimi, tidak akan dimasukan ke dalam neraka, tidak akan ada azab
yang benar-benar nyata.

Kenapa jadi belok begini ya.

Maaf, kembali ke tanpa tapi. Saya baru saja menyaksikan


video yang begitu mengena di hati. Suara dari salah satu tokoh di
Indonesia, hanya sekilat saja, sehingga saat ini saya lupa siapa dia
sebenarnya, mungkin lain waktu saya akan menyebutkannya.

Kurang lebih begini katanya.

“Sungguh sebuah kesia-siaan, memberikan fasilitas kepada


orang yang belum melakukan apa-apa”

“Seorang istri berkata kepada suaminya, pah, kalau dapur ini


luas, setiap hari mamah akan masak enak buat papah”

Atau

“seorang mahasiswa berkata kepada ayahnya, kalau pakai motor, aku


akan rajin masuk kuliah”

Lalu saya membatin di dalam hati bahwa saya sering


melakukannya. Begitu banyak pengandaian yang saya lakukan, dan
begitu banyak tapi yang saya keluarkan.
Saat ingin menulis buku ini, saya katakan kepada istri saya,
“bun, ayah mau nulis buku, tapi kalau di sini, baby L (anak saya) akan
terus menjadi gangguan, ayah selalu tidak kuat untuk bermain
bersamanya, ayah nge-kost ya?”

Saya pun tidak kunjung menulis, karena saya belum nge-kost,


padahal setiap hari saya bingung mau melakukan apa, pengabdian
saya sebagai guru tidak membuat hasrat saya puas, saya ingin lebih,
saya memutuskan untuk keluar dari sekolah yang dibesarkan oleh
orang tua saya sendiri, bukan berat mengajarnya, bahkan saya tidak
diberikan jadwal mengajar karena saya hanyalah guru BK, alasan dari
kepala sekolah saya, BK tidak masuk kelas, hanya menerima siswa
yang bermasalah saja, hanya menunggu siswa datang. Saya tidak bisa
begitu, menunggu adalah pekerjaan yang tidak produktif, harus ada
hal lain yang lebih produktif, akhirnya saya keluar.

Sampai saat ini, saya tidak tahu, apakah keputusan keluar


tersebut tepat atau tidak, yang jelas, ketika saya melihat video
tersebut, tanpa menunggu tinggal di kostan terlebih dahulu, saya
putuskan untuk mulai menulis, dimanapun itu. Dan alhamdulillah,
tulisan saya pun bisa sampai ke tangan pembaca sekarang. Kata tapi,
membuat seseorang berhenti melangkah. Kata tapi, membuat saya
menunda kesuksesan saya. Kata tapi, membuat alam raya meragukan
kita akan kesuksesan yang ingin diraih. Sehingga saya sarankan
kepada pembaca, buang jauh-jauh kata tapi. Cukup terima saja.

Saat saya sedang menulis halaman ini, ada chat masuk dari
agen travel umrah mengenai pendaftaran. Padahal posisinya saya tidak
punya uang, kok daftar ya? Nah ini namanya memantaskan. Berawal
dari status si agen travel, “siapa yang mau umrah, chat saya”, akhirnya
saya chat dan bilang kalau saya mau umrah. Saya memang tidak
punya uang, tapi untuk sekedar bertanya tidak perlu uang. Betul kan?

Lalu sang agen menyarankan saya untuk menyiapkan dana


sekitar 26 juta agar saya bisa mendapat full fasilitas. Apakah saya
punya uang? Tidak, saya hanya bertanya. Apakah saya benar-benar
ingin umrah? Nah ini betulan, saya tidak main-main. Meskipun saat
ini uang sejumlah tersebut hanya tertulis di rekening saya untuk
keberangkatan haji saja, namun saya percaya, jika Allah mengizinkan,
dan kita bersungguh-sungguh menginginkannya, dengan perpaduan
keduanya, kita akan berangkat secepatnya. Ingat, 3Ta, tanpa tapi.

Saya kembali ke masa lalu, saat saya melakukan perjalanan


jauh, dari Bandung ke Tuban, karena seorang kenalan membuat
seminar tentang properti selama 2 hari dengan biaya yang relatif
murah, tidak sampai lima ratus ribu rupiah. Biaya perjalanan dan
konsumsi memakan cash yang jauh lebih besar. Terlebih perjalanan
darat yang dilalui benar-benar memerlukan perjuangan. Menggunakan
bus selama 3 jam, bukan bus ber AC, tapi bus dengan jendela yang
terbuka, semua orang bebas berlalu lalang di lorong bus, duduk bukan
pilihan terbaik karena di sebelah kiri atas ada sebuah ketek basah
dengan aroma yang khas menggantung begitu saja karena muatan bus
yang begitu sesak.

Tapi sekali lagi, pada saat itu keinginan saya untuk terjun di
dunia properti tidak main-main, berawal dari belajar property rich
revolution bersama Pak Tung Desem Waringin, 3 hari mempelajari
properti, dari pagi sampai malam, jam 8 pagi sampai jam 9 malam, 10
malam, dan 11 malam. Mata benar-benar melek dengan dunia
properti, ketagihan, benar-benar ingin mencoba, dalam hati “enak
sekali ya berbisnis property”. Setelah seminar tersebut, saya
berkenalan dengan Pak Irfan, salah satu manajer marketing sebuah
perusahaan property yang memiliky aset lebih dari 1000 gedung.

Saya pikir itu adalah pencapaian yang luar biasa, mengingat


pada saat itu saya hanya seorang mahasiswa yang nge-kost di samping
kampus dengan biaya yang lumayan dibandingkan dengan kawan saya
yang lain, lumayan dalam artian lebih mahal sedikit demi
mendapatkan kenyamanan.

Setelah perjalanan yang benar-benar melelahkan, sampailah


saya pada sebuah masjid agung yang telah saya dan pak irfan sepakati,
beliau akan menjemput saya di masjid tersebut, katanya.

Sedikit khawatir, di negeri antah berantah, berjam-jam saya


menunggu tak ada juga batang hidungnya, pak irfan akhirnya datang
juga. Perasaan lega pun menghampiri. Kemudian saya check in ke
kantornya, buang jauh-jauh pikiran tentang menginap di hotel, tak ada
biayanya. Bahkan saya harus berpikir untuk menghemat pengeluaran
saya selama di Tuban agar bisa kembali pulang.

Di kantornya saya termenung, takjub dengan kesederhanaan


yang pak irfan dan staffnya perlihatkan, meskipun omsetnya sudah
milyaran, namun mereka tetap makan dengan cara lesehan, nasi
bungkus, dan pakai tangan. Bahkan malamnya, setelah selesai seminar
hari pertama, saya diajak sedikit jalan-jalan di Tuban, ketika makan,
bukan restoran yang dituju, tapi pedagang kaki lima dengan makanan
yang sederhana pula. Rasa kagum saya terus bertambah di setiap
harinya.

Dalam hati terpikir pelajaran dari Pak Tung Desem Waringin,


jika ingin meraih kesuksesan dengan lebih cepat, belajarlah dari yang
terbaik di bidangnya. Saya pun ingin sukses di dunia property, dan
saat itu orang-orang terbaik di bidangnya sedang makan dengan saya.

Saya pun menawarkan diri, “Mas Irfan, boleh tidak saya gabung ke
perusahaan mas?”

dia menjawab “ boleh banget mas, ayok gabung saja”.

Dalam hati saya senang sekali, saya sudah berpikir jauh


menjadi raja properti ketika kembali ke Bandung, menghadiahi orang
tua dengan satu unit rumah, sebagai hadiah dari kekhawatirannya,
sebagai bukti karena ketidak percayaan mereka pada langkah
putranya. Tapi lamunan saya seketika terhenti ketika Pak Irfan
meneruskan pembicaraannya.

“paling jadi Office boy. Mau?”

Pada saat itu, tawaran tersebut benar-benar menjatuhkan


mental saya, saya merasakan kehinaan, jauh-jauh dari Bandung hanya
untuk menjadi office boy, sunggu sebuah tawaran yang tidak logis.
Saya pun langsung menolak dan berkata “wah, enggak jadi deh mass”.
Setelah bertahun-tahun, dari kejadian tersebut, saya
menemukan buku yang benar-benar membuka pikiran saya, buku
Think and Grow Rich, karya Napoleon Hill, sebenarnya saya sudah
mendengan judul buku ini sedari dulu, tapi karena saya berpikir, ilmu
yang sudah saya dapatkan saja belum diamalkan, masa saya mau
menambah buku lagi, ilmu dari seminar-seminar sebelumnya saja
belum berdampak, masa saya mau menambah lagi ilmu baru.

Namun akhirnya saya membelinya, membacanya secara


perlahan. Di bab-bab awal, ada kisah tentang Edwin C Barnes, rekan
bisnis dari Thomas Alfa Edison, penemu hebat, semua orang pasti
mengenalnya, tertuang di buku sejarah anak sekolah dasar.

Kala itu Thomas Alfa Edison sudah menjadi tokoh yang


mendunia, semua orang ingin bekerja untuknya, tapi tidak dengan
Edwin C Barnes, ia berketetapan hati, ingin bekerja bersama Thomas
Edison, bukan bekerja untuk Thomas Edison, sunggu perbedaan yang
mencolok dan gila. Menjadi sesuatu yang gila karena Edwin C Barnes
merupakan seorang gelandangan.

Di Indonesia mungkin seperti ini, jika anda membaca kitab


suci kesuksesan ini di tahun 2019, anda tentu mengenal Baim Wong,
dia adalah gelandangan, tapi hanya di waktu-waktu tertentu saja, saat
melakukan prank (tipuan, jahil, pura-pura) saja. Kejadian Edwin C
barnes dan Thomas alfa Edison, seperti Baim Wong yang sedang
menjelma menjadi gelandangan, ingin bekerjasama dengan Pak
Habiby, penemu mesin pesawat terbang, tokoh nasional yang ber-IQ
200. Pada saat saya menulis ini, Pak Habibi telah meninggalkan dunia
ini pada tanggal ..... . Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah
Swt. Aamin. Mari sejenak membaca Al-Fatihah untuknya.

Sungguh sebuah kemustahilan seorang gelandangan bekerja


sama dengan penemu hebat yang telah mendunia, seorang
gelandangan, lazimnya hanya meminta nasi untuk ia makan di waktu
itu karena ia sudah tidak makan tiga hari lamanya.

Tapi Edwin C Barnes berbeda, ia mempunyai kesungguhan


hati, ia bersungguh-sungguh dengan tekadnya, bekerjasama dengan
Thomas Edison. Ada dua masalah pertama yang dihadapi oleh Edwin
C Barnes, pertama, Thomas Alfa Edison tidak mengenal dia, dan
Edwin C Barnes tidak mengetahui dimana ia harus menemui Thomas
Edison.

Ia hanya tahu bahwa laboratorium Thomas berada di kota


besar, West Orange, New Jersey, tempat yang jauh dari
keberadaannya saat itu.

Untuk sampai ke kota tersebut, ia harus menggunakan kereta


yang tiketnya tidak mungkin ia beli, jelas alasannya, karena dia tidak
mempunyai uang.

Hal semacam ini sudah berhasil saya lalui, saya tidak kenal
dengan Pak Irfan, saya pun tidak tahu dimana Tuban berada. Hanya
melihatnya di peta tentu bukanlah hal yang benar-benar baik, ingat
konsep the map is not the territory, peta bukanlah wilayah yang
sesunggungguhnya. Di peta kita hanya melihat jalan lurus, belok
kanan, belok kiri, pada kenyataannya, jalan tersebut bisa jadi
merupakan turunan atau tanjakan, jalan tersebut bisa jadi jelek,
berbatu, berlubang, berlumpur dan lain sebagainya.

Tapi saya berhasil mencari uang, saya menyisihkan uang jajan


saya setiap hari, tidak jajan dan tidak main. Saya pun berhasil
berangkat ke Tuban dan telah bertemu dengan Pak Irfan.

Kembali ke cerita Edwin C Barnes. Jarak yang jauh tidak


membuatnya gentar, tidak punya uang halang rintangan buatnya, dia
menaiki kereta-kereta barang secara acak, pokoknya numpang, entah
kemana, yang pasti ia ingin sampai ke New Jersey, setelah lama
berkereta tanpa tau mau dibawa kemana, akhirnya Edwin C Barnes
sampai di New Jersey, di sana ia terus bertanya kepada semua orang,
dimana laboratorium Thomas Edison.

Setelah perjalanan jauhnya, akhirnya ia bisa bertemu dengan


Thomas, berhadapan, benar-benar berhadapan, benar saja, Thomas
melihatnya sebagai gelandangan, penampilan Edwin meyakinkan itu,
tapi Thomas tetap menerimanya karean mendengar perjalanan Edwin
yang begitu haru.

Edwin menyampaikan kedatangannya untuk bekerjasama


dengan Edison, bukan bekerja untuk Edison. Namun penampilannya,
membuat Edwin harus mengawali perjalanannya bukan di kantor
Thomas, tapi di belakang, di gudang. Pekerjaan kasar, kotor, dengan
upah kecil.

Berbulan-bulan ia bekerja di tempat yang sama. Tidak ada


harapan bahwa Edison mau bekerjasama dengannya. Apakah ia
mundur? Atau setidaknya ia menjadi marketernya? Bekerja untuknya?
Ternyata tidak, ia tidak gentar, ia jalani pekerjaannya dengan setia.

Berbeda dengan Edwin, ketika saya ditawari untuk menjadi


Office boy oleh Pak Irfan, saya menolak, memilih pulang ke kampung
halaman, saya kalah pada waktu itu, saya mengakuinya.

3Ta yang kedua adalah tanpa nanti. Ini adalah penyakit semua
orang. Bukan hanya anda, tapi semua orang. Saya adalah raja dari
penundaan. Bahkan saya dengan bangganya mengatakan kepada
semua orang, selama bisa nanti kenapa harus sekarang. Dan itu saya
ucapkan di depan forum, di depan banyak orang, ketika saya masih
aktif di organisasi kampus yang membesarkan saya.

Kalimat nanti, keluar dari mulut seseorang, atau terbersit di


dalam diri, bisa disebabkan banyak faktor. Pertama, merasa bahwa
yang seharusnya dilakukan, tidak diburu waktu, atau bisa dilakukan
nanti.

Jika anda termasuk orang yang mampu menganalisa bahwa


waktu dengan baik, lalu anda berpikir waktu yang diperlukan untuk
melakukan hal tersebut tidaklah banyak, anda dapat menepati janji
bahwa anda bisa menyelesaikan hal tersebut sebelum jatuh tempo, itu
tidak jadi masalah.

Hal pertama yang saya harapkan dari pembaca sekalian untuk


dilakukan, jika ini adalah waktu pagi, segeralah berwudhu, laksanakan
lah shalat dhuha setidaknya empat rakaat. SEKARANG!!!
Jika sekarang bukan waktu pagi, tapi siang ataupun malam,
maka ikuti kalimat ini “saya berjanji, akan melaksanakan shalat
dhuha, minimal empat rakaat, setiap harinya”. Jika kalimat tersebut
dirasa masih biasa saja. Coba gali kembali ingatan anda, terkait
kesulitan yang pernah anda alami, atau KETIDAKBERKAHAN harta
yang pernah anda rasakan. Sekarang adalah milik anda, cobalah untuk
merenungkah itu. Jika anda sudah merasakan kesedihan yang pernah
anda alami tersebut, cobalah untuk mengulangi kalimat ini “Ya Allah,
ini berat untuk saya, kesulitan ini, kesengsaraan ini, keperihan ini.
Dengan dhuha ini, semoga engkau meridhai usaha hamba,
memberkahi rizki hamba. Atas izinmu, izinkan hamba melaksanakan
shalat dhuha, minimal empat rakaat, setiap harinya. Terima kasih ya
Allah” bagaimana rasanya? Mantap?

Anda mungkin juga menyukai