Anda di halaman 1dari 10

Nama

: Ishmah Khairunnisa
Much. Tsulusallaili Syahmuntaqy

Kelas

: BKI 7B

Tugas

: Statistika terapan (Quis 1)

Bimbingan Karakter untuk Meningkatkan Prestasi Belajar


Remaja di Panti Yatimat Darussalam Garut

A. Bimbingan karakter
Bimbingan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai -nilai karakter kepada warga
yayasan yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran ataukemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai -nilai tersebut, baik terhadap TuhanYang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan
karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponenkomponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,kual
itas hubungan, pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan yayasan, pelaksanaan aktivitas atau
kegiatan ko -kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan,dan ethos kerja seluruh
warga dan lingkungan yayasan.
Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa siswa ke
pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke
pengamalan nilai secara nyata.
ERIC Resource Center (www.eric.ed.gov ) menjelaskan bahwa jika pendidikan
karakter diselenggarakan di sekolah, maka konselor sekolah akan menjadi pioner dan
sekaligus koordinator program tersebut.
Semakin

meningkatnya

urgensi

Bimbingan

karakter,

maka

konselor perlu memahami tentang cara menggabungkan pendidikan karakter dalam program
Bimbingan dan Konseling. Jenis materi yang disarankan menurut Wangid 2010 antara lain
sebagai berikut:

1. Tanggung Jawab (Responsibility). Maksudnya mampu mempertanggung jawab


kan. Memiliki perasaan untuk memenuhi tugas dengan dapat

dipercaya,

mandiri dan berkomitmen.


2. Ketekunan (Perseverance) Kemampuan mencapai sesuatu dengan menentukan.
3. Nilai-nilai obyektif disertai kesabaran dan keberanian di saat
menghadapikegagalan.
4. Kepedulian (Caring). Kemampuan menunjukkan pemahaman terhadap orang
laindengan memperlakukannya secara baik, dengan belas kasih, bersikap
dermawan, dan dengan semangat memaafkan.
5. Disiplin (Sef-Discipline) Kemampuan menunjukkan hal yang terbaik
dalamsegala situasi melalui pengontrolan emosi, kata -kata, dorongan,
keinginan, dantindakan.
6. Kewarganegaraan (Citizenship) Kemampuan untuk mematuhi hukum dan
terlibat dalam pelayanan kepada sekolah, masyarakat dan negara.
7. Kejujuran (Honesty) Kemampuan menyampaikan kebenaran, mengakui
kesalahan, dapat dipercaya, dan bertindak secara terhormat.
8. Keberanian (Courage) Bertindak secara benar pada saat menghadapi
kesulitandan mengikuti hati nurani dari pada pendapat orang banyak.
9. Keadilan (Fairness) Melaksanakan keadilan sosial, ke-wajaran dan persamaan.
10. Bekerja sama dengan orang lain. Memahami keunikan dan nilai-nilai dari
setiap Individu di dalam masyarakat.
11. Rasa Hormat (Respect) Menunjukkan rasa hormat yang tinggi atas
kewibawaan orang lain, diri sendiri, dan negara. Ancaman kepada orang lain
diterima sebagaiancaman juga kepada diri sendiri. Memahami bahwa semua
orang memiliki nilai - nilai kemanusiaan yang sama.
12. Integritas (Integrity) Suatu ketegasan di dalam mentaati suatu nilai-nilai
moral,sehingga menjadi jujur, dapat dipercaya, dan penuh kehormatan.
Indikator Bimbingan Karakter
No
1.

Jenis
Tanggung jawab
(Responsibility)

2.

Ketekunan

(Perseverance)
Nilai Objektive

4.

Kepedulian (Caring)

Indiktor
Dapat di percaya
Mandiri
Berkomitmen
Kemampuan mencapai sesuatu
menentukan
Kesabaran
Keberanian
Memahami
Belas kasih
Sikap dermawan

Item

dengan

5.

Disiplin (Sef
Discipline)

6.

Kewarganegaraan
(Citizenship)

7.

Kejujuran (Honesty)

8.

Keberanian

Semangat
Pengontrolan emosi
Kata kata
Dorongan
Keinginan
Tindakan
Mematuhi hukum
Terlibat dalam pelayanan kepada sekolah,
masyarakat, dan negara
Menyampaikan kebenaran
Mengakui kesalahan
Dapat di percaya
Bertindak secara terhormat
Bertindak secara tepat pada saat menghadapi
kesulitan
Mengikuti hati nurani daripada pendapat

9.

Keadilan (Fairness)

10.

Bekerjasama

11.

Rasa Hormat
(Respect)

orang banyak
Keadilan sosial
Kewajaran
Persamaan
Memahami keunikan
Memahami nilai nilai dari setiap individu
Menunjukan rasa hormat yang tinggi atas
kewibawaan orang lain diri sendiri dan negara
Ancaman kepada orang lain diterima sebagai
ancaman juga pada diri sendiri
Memahami bahwa semua orang memiliki

12.

Integritas (Integrity)

nilai nilai kemanusiaan yang sama


Jujur
Dapat dipercaya
Penuh kehormatan

B. Prestasi belajar
Dewasa ini banyak orang mengganggap belajar sudah menjadi kebutuhan penting,
entah karena memang membutuhkan ilmu untuk menghadapi tantangan hidup atau hanya
sekedar prestis semata. Tentunya hal itu bukan merupakan masalah dan yang terpenting
bahwa belajar harus menjadi kebutuhan masing-masing individu. Namun apakah kita tahu,
apa itu belajar? berikut akan dikupas sedikit mengenai belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya berdasarkan buku karya Slameto, 2003.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Ciri-Ciri Perubahan Tingkah Laku
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perubahan terjadi secara sadar


Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Jenis-Jenis Belajar

1.

Belajar bagian (part learning, fractioned learning)


Umumnya dilakukan oleh seseorang bila dihadapkan pada materi belajar yang bersifat
luas dan ekstensif. Dalam hal ini individu memecahkan seluruh materi pelajaran menjadi
bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Lawan belajar bagian adalah belajar
menyeluruh/belajar global.

2.

Belajar dengan wawasan (learning by insight)


Diperkenalkan oleh W. Kohler yang merupakan salah satu tokoh Psikologi Gestalt
pada permulaan tahun 1971. Wawasan merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi
belajar dan proses berpikir. W. Kohler menerangkan wawasan denganberorientasi pada data
yang bersifat tingkah laku namun tidak urung wawasan ini merupakan konsep yang secara
prinsipil ditentang oleh penganut aliran neo-behaviorisme.

3.

Belajar Diskriminatif (Discriminatif learning)


Yaitu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian
menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

4.

Belajar Global/keseluruhan (Global whole learning)


Ban ajar dipelajari secara keseluruhan berulang-ulang samapai pelajar menguasai.
Metode ini sering disebut metode Gestalt.

5.

Belajar Insidental (Incidental learning)


Konsep ini bertentangan dengn anggapan bahwa belajar itu selalu teraarah-bertujuan.
Belajar disebut incidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu
mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak. Lawan dari belajar incidental adalah
belajar intensional. Dari salah satu penelitian ditemukan bahwa belajar incidental, jumlah

frekuensi materi belajar yang diperlihatkan tidak memegang peranan penting, prestasi
individu menurun dengan meningkatnya motivasi.
6.

Belajar Instrumental (Instrumetal learning)


Pada belajar nstrumental, reaksi-reaksi seseorang peserta didik yang diperlihatkan
didikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah peserta didik tersebut akan mendapat
hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Salah satu bentuk belajar instrumental adalah
pembentukan tingkah laku.

7.

Belajar Intensional (Intentional learning)


Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar incidental.

8.

Belajar Laten (Latent learning)


Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi
secara segera, dan oleh karena itu disebut laten.

9.

Belajar Mental (Mental learning)


Perubahantingkah laku kemungkinan yang terjadi di sisni tidak nyata terlihat,
melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Ada
yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari
tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain dan lain-lain.

10. Belajar Produktif (Productive learning)


R. Berguis memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang
maksimum. Belajar disebut produktif bila individu mampu menstransfer prinsip
menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.
11. Belajar Verbal (Verbal learning)
Yaitu belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor Intern
1.
2.

Faktor Jasmaniah
a. Faktor kesehatan
b. Cacat tubuh
Faktor psikologi
a. Intelegensi
b. Perhatian
c. Minat
d. Bakat
e. Motif
f. Kematangan
g. Kesiapan

3.

Faktor kelelahan
Faktor ekstern

1.

Faktor keluarga
a. Cara orang tua mendidik
b. Relasi antar anggota keluarga
c. Suasana rumah
d. Keadaan ekonomi keluarga
e. Pengertian orang tua
f. Latar belakang kebudayaan

2. Faktor sekolah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
3.

Metode mengajar
Kurikulum
Relasi guru dengan peserta didik
Relasi peserta didik dengan peserta didik lain
Disiplin sekolah
Alat pelajaran
Waktu sekolah
Standar pelajaran di atas ukuran
Keadaan gedung
Metode belajar
Tugas rumah
Faktor masyarakat

a. Kegiatan peserta didik dalam masyarakat


b. Mass media
c. Teman bergaul
d. Bentuk kahidupan masyarakat

Indikator prestasi belajar


No
1.

Jenis
Jasmaniah

2.

Psikologi

3.
4.

Kelelahan
Keluarga

Indikator
Kesehatan
Cacat tubuh
Intelegesi
Perhatian
Minat
Bakat
Motif
Kematangan
Kesiapan
Kelelahan
Cara orang tua mendidik

Item

5.

Sekolah

5.

Masyarakat

Quisioner

Relasi antar anggota keluarga


Suasana rumah
Keadaan ekonomi keluarga
Pengertian orang tua
Latar belakang kebudayaan
Metode mengajar
Kurikulum
Relasi guru dengan peserta didik
Relasi peserta didik dengan peserta didik lain
Disiplin sekolah
Alat pelajaran
Waktu sekolah
Standar pelajaran diatas ukuran
Keadaan gedung
Tugas rumah
Kegiatan peserta didik dalam masyarakat
Masa media
Teman bergaul
Bentuk kehidupan masyarakat

Berikan tanda dari pernyataan, pada jawaban yang sesuai dengan pilihanmu
SS

: Sangan Suka

: Suka

KS

: Kurang Suka

TP

: Tidak Pernah

No

Pertanyaan

1.

Mengembalikan

SS (1)

S (2)

KS
(3)

pulpen

pada

teman

yang

namanya tertera di pulpen ketika menemukan


2.
3.
4.

pulpen itu di jalan


Mengantar teman yang sakit ke Ruang sakit
Membantu teman yang jatuh di depan kita
Tidak memotong perkataan teman yang sedang

5.

berbicara
Menyampaikan amanat dari teman walaupun

6.

amanat itu menyakitkan untukmu


Antusias saat ada teman yang menyampaikan

7.

informasi di depan kelas


Membantu teman yang piket di kamar saat teman

8.

piketnya tidak ada


Memaafkan teman yang melakukan kesalahan

9.
10.
11.
12.

padamu
Tidak membedakan teman satu kamar
Berbagi makanan yang dimiliki
Berkata yang baik dan formal saat diskusi
Mendaftarkan diri saat di buka penaftaran untuk

13.
14.
15.

lomba
Melerai teman yang bertengkar
Tidak keluar panti tapa seizin pengasuh
Mengikuti kegiatan baksos yang di adakan pihak

16.
17.

panti untuk korban bencana alam


Mengayomi junior di panti
Jajan di kantin panti dan bukan dari pedagang

18.

kaki lima di luar panti


Mengucapkan salam

19.

pembina jika bertemu di jalan


Menjalankan hukuman dari pengurus setelah
melakukan kesalahan

pada

pengasuh

atau

TP (4)

20.

Tidak melanggar aturan disiplin panti asuhan

Daftar Pustaka
American School Counseling Association. 1998. American School Counseling

Associations Position Statement on Character Education.


http\-//www.schoolcounselor.org/content.cfm?L1=1000&L2=7
Depdiknas.(2008).

Peraturan

Menteri

Pendidikan

Nasional

Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan

Republik
Kompetensi

Konselor. Jakarta: Depdiknas.


Depdiknas.(2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Pendidikan Profesional Konselor.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
ERIC

Resource

Center

ED475389

2003

-06-00

Character

Education:

What

CounselorEducators Need To Know. ERIC/CASS Digest. www.eric.ed.gov.


Sofyan S. Willis. 2008.Guru BK tak Perlu Beri Solusi
.http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/042006/07/0702.htm, diakses pada 23 juni 2014
Wangid.2010. Peran Konselor Sekolah Dalam Pendidikan Karakter. UNY
Buku Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya karya Slameto

Anda mungkin juga menyukai