Anda di halaman 1dari 31

MANAJEMEN EVALUASI PROGRAM

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU


(Studi Kasus di MI Darul Furqon Kec. Lembang Kab. Bandung Barat)

PROGRAM EVALUATION MANAGEMENT

TEACHER PROFESSIONALISM DEVELOPMENT

(Study Case at Lembang Sub-District, West Bandung Regency)

PROPOSAL TESIS

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam

Pada Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam

Oleh:

Much. Tsulutsallaily Sy

2180060066

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2019
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan tesis ini


berpedoman pada Surat Keputusan Bersama antara Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

1. Konsonan

Huruf Nama Huruf Latin Nama


Arab
‫ا‬ Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
‫ب‬ Ba B Be
‫ت‬ Ta T Te
‫ث‬ Sa Ṡ es (dengan titik di atas)
Jim J Je
Ha Ḥ ha (dengan titik di bawah)
Kha Kh ka dan ha
‫د‬ Dal D De
‫ذ‬ Zal Ż zet (dengan titik di atas)
Ra R Er
Zai Z Zet
‫س‬ Sin S Es
‫ش‬ Syim Sy es dan ye
‫ﺺ‬ Sad Ṣ es (dengan titik di bawah)
‫ﺾ‬ Dad D de (dengan titik di bawah)
Ta Ṭ te (dengan titik di bawah)
Za Ẓ zet (dengan titik di bawah)
‘ain ‘ koma terbalik di atas
Gain G Ge
‫ف‬ Fa F Ef
Qaf Q Qi
‫ك‬ Kaf K Ka
‫ل‬ Lam L El
Mim m Em
Nun N En
‫و‬ Waw w We
‫ه‬ Ha H Ha
Hamzah ′ Apostrop
‫ﻲ‬ Ya Y Ye

iv
2. Vokal
Vokal bahasa Arab adalah seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri
dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal dalam bahasa Arab yang lambangnya berup atanda atau
harkat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

fatḥah A A

Kasrah I I

ḍammah U U

b.Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harkat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan Nama Gabungan Nama


Huruf Huruf
fathah dan ya ai a dan i
‫و‬ fathah dan waw au a dan u

v
KATA PENGANTAR DAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Swt, Shawalat dan salam
untuk Rasulullah Saw. Yang telah membimbing umat manusia dari zaman
kegelapan menuju zaman penuh terang benderang.

Alhamdulillah, penulisan rencana penelitian yang berjudul “Manajemen


Evalusi Program Pengembangan Profesionalisme Guru di MI Darul Furqon
Lembang Kab. Bandung Barat” telah terselelsaikan sesuai dengan pedoman
yang telah ditetapkan oleh Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung. Semoga kehadiran perencaan ini mampu membantu
kelancaran penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Lahirnya karya ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak sehingga
melengkapi proses pembuatan perencanaan penelitian ini. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si., Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

2. Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., MT., Direktur Pascasarjana UIN
Sunan Gunung Djati Bandung.

3. Dr. H. Jaja Jahari, M.Pd., Ketua Prodi MPI Pascasarjana UIN Sunan Gunung
Djati Bandung.

4. Dr. H. A. Rusdiana, M.M., Pembimbing yang telah memberikan bimbingan,


arahan, dan bantuan dalam menyelesaikan rancangan rencana penelitian ini.

5. Segenap dosen dan staff Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

6. Hj. Eros Rosita, S.Pd, Kepala MI Darul Furqon Lembang Kab. Bandung Barat.

7. Rekan seperjuangan Sahmudin, Wawan Hermawan dan M. Matin Sofwan yang


senantiasa mensupport penyusunan rancangan rencana penelitian ini.

vi
8. Teman-teman MPI K B tahun 2018, terimakasih atas dukungan dan
kerjasamanya.

Semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu peneliti dalam
menyusun perencanaan penelitian ini mendapat imbalan pahala yang berlipat dari
Allah Swt. Aamin.

Peneliti manyadari bahwa perencanaan tesis ini masih jauh dari


kesempurnaan baik dari segi isi maupun tata tulis dan penggunaan bahasa. Oleh
karena itu, dengan senang hati peneliti mengharap kritik dan saran dari semua
pihak demi kesempurnaan perencanaan tesis ini.

Bandung, 20 Desember 2019

Peneliti

Much. Tsulutsallaily Sy.

vii
DAFTAR ISI

Bagian Awal:
Halaman Judul Sampul.............................................................................................i
Halaman Judul.........................................................................................................ii
Lembar Pengesahan................................................................................................iii
Pedoman Transliterasi.............................................................................................iv
Kata Pengantar dan Ucapan Terimakasih...............................................................vi
Daftar Isi...............................................................................................................viii
Daftar Gambar........................................................................................................ix

Bagian Isi:
A. Latar Belakang Masalah................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian........................................................................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian...................................................................................................................... 7
E. Hasil Penelitian Terdahulu............................................................................................................. 8
F. Kerangka Berpikir........................................................................................................................ 11
G. Langkah-Langkah Penelitian....................................................................................................... 20
Daftar Pustaka...................................................................................................................................23

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Penelitian.................................................................19

ix
A. Latar Belakang Masalah

Sustainable Development Goals atau rancangan pembangunan


berkelanjutan yang ditetapkan oleh negara-negara dalam PBB untuk tahun 2030
meyatakan diantaranya bahwa seluruh anak di dunia pada usia 10 tahun sudah
mendapatkan pendidikan dasar bermutu.1 Untuk menjawab tantangan tersebut,
pemerintah harus lebih memperhatikan perkembangan sekolah dasar, terutama
madrasah ibtidaiyah. Pasalnya madrasah memiliki sejarah yang cukup dinamis
dan kompleks, madrasah masih mendapatkan sorotan negative dari masyarakat
karena dianggap tertinggal dari Pendidikan umum.2 Data lain memperlihatkan dari
sejumlah madrasah yang berdiri di Indonesia, 80% madrasah dikelola oleh sector
swasta. Hal ini terjadi karena di satu sisi, masyarakat membutuhkan kehadiran
madrasah untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan terdegradasinya moral
akhlak anak bangsa, namun, di sisi lain pemerintah belum mampu membangun
madrasah sesuai dengan jumlah yang diharapkan masyarakat.3
Menjamurnya madrasah swasta yang dikelola langsung oleh swasta dan
kurang disentuhnya madrasah swasta tersebut oleh pemerintah, nampaknya
menjadi penyebab mengapa peningkatan mutu madrasah berbanding terbalik
dengan peningkatan jumlah madrasah itu sendiri. hal ini merupakan fenomena
yang wajar, karena pemerintah kesulitan mengontrol mutu masing-masing
madrasah yang berakibat berdirinya madrasah-madrasah yang tidak dapat
bersaing dari segi mutu dengan sekolah umum lainnya. Untuk itu, perkembangan
madrasah secara kuantitas harus ditekan semaksimal mungkin agar perlahan
pemerintah dapat meningkatkan mutu madrasah yang sudah ada dengan lebih baik
lagi.

1
Zalfa Faruk, “Sustainable Development Goals dan Nasib Indonesia Tahun 2030”,
Kompasiana (Jakarta, 10 April 2019), 1.
2
Yuniar, “Mutu Madrasah dan Profesionalisme Guru: Tuntutan di Era Globalisasi”,
Ta’dib, 18: 2 (Juni: 2013), 136
3
Yuniar, “Mutu Madrasah”, 137

1
Tanpa mengenyampingkan aspek lainnya, dari berbagai hal yang
mempengaruhi mutu madrasah adalah kompetensi profesionalisme guru karena
langsung bersinggungan dengan peserta didik. Sesuai dengan Permendikanas
Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan Pendidikan dasar dan
menengah, bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru
diperlukan setidaknya kemampuan perenca naan, pelaksanaan, penilaian, dan
pengawasan.4 Ironisnya, menurut data yang dikeluarkan oleh UNISCO bahwa
kualitas guru Indonesia sebagai komponen kunci dalam Pendidikan berada di
urutan terakhir, yaitu urutan ke-14 dari 14 negara berkembang di dunia.5 Dilihat
pula dari data guru menurut kelayakan mengajar yang dikeluarkan oleh Balitbang
Depdiknas bahwa untuk tingkat SD/MI tercatat 49,3 % guru tidak layak
mengajar.6

Rendahnya mutu/kualitas guru di Indonesia pun dipengaruhi oleh


diangkatnya guru tidak tersertifikasi pendidik oleh madrasah-madrasah swasta,
bahkan diantaranya baru menyelesaikan Pendidikan sekolah menengah atas saja.
Hal diperparah dengan maraknya jual beli ijazah palsu atau pembuatan tugas akhir
masa pendidikan di perguruan tinggi oleh jasa pembuat skripsi ilegal yang ini
membuat kualitas pendidikan Indonesia tidak mengalami peningkatan. dari studi
awal ditemukan bahwa di MI Darul Furqon Lembang, dari jumlah 26 guru,
beberapa diantaranya merupakan lulusan dari sekolah menengah atas yang sedang
melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Artinya mereka belum memiliki
kompetensi tersertifikasi sebagai guru madrasah ibtidaiyah. Selain itu, belum
dilakukannya pelatihan menyusun RPP untuk guru yang menjadi sumber
informasi penelitian. Hal ini menarik minat peneliti untuk menggali lebih dalam
mengenai manajerial yang ada di sekolah.

4
Hanifah Kusumawati, “Peningkatan Kompetensi guru SD Dalam Menusun RPP dan
Melaksanakan Pembelajaran”, Satya Widya, 32: 2 (Desember, 2016), 93.
5
Yunus, “Guru atau kurikulum: TItik Urgen Kualitas Pendidikan Indoensia”, Kumparan
(Jakarta, 13 april 2019), 2.
6
Yuniar, “Mutu Madrasah ……, 137

2
Menurut George R. Terry dalam Imam dan Ara menyatakan bahwa
Manajemen adalah suatu proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggeraan dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.7 Mulyasa di
dalam Rukayah menyatakan bahwa manajemen merupakan komponen integral
dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena
tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara
optimal, efektif dan efisien.8

Manajemen Pendidikan menurut Usman adalah proses perencanaan,


pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian sumberdaya pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.9 Berdasarkan kajian Islam,
Manajemen pendidikan Islam merupakan aktifitas untuk memobilisasi dan
memadukan segala sumber daya pendidikan Islam dalam rangka untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam yang telah ditetapkan sebelumnya.10

Permasalahan yang terkait dengan pendidikan di Indonesia merupakan


ranah garapaan dari manajemen pendidikan dan pada hakikatnya kemajuan dan
perbaikan dalam pendidikan saat ini bergantung pada pengukuran hasil aktivitas
pendidikan dan evaluasi terhadap pengukuran itu berdasarkan kriteria atau standar
tertentu.11 Cronbach dan Stufflebeam menyatakan bahwa evaluasi program adalah
upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.12

7
Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Education Management (Jakarta:
Prenadamedia, 2016), 4.
8
Rukayah, “Evaluasi Manajemen Berbasis Sekola di Sekolah Dasar Negeri Kabupaten
Semarang”. Jurnal Manajemen Pendidikan, 3: 2 (Desember, 2016), 179.
9
Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook, 7
10
Amirudin, “Manajemen Pendidikan Islam Perspektif Filsafat Ilmu dal Al-Qur’an”,
Ijtimaiyya, 6: 2 (Agustus, 2013), 24.
11
Rusdiana, Manajemen Evaluasi Program Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2017),
23.
12
Rusdiana, Manajemen Evaluasi,, 22.

3
Dalam manajemen pendidikan Islam, melakukan evaluasi merupakan
sebuah sunnatullah yang dilakukan pula oleh Allah Swt dan para malaikat
sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surat Qaff ,50 :17-18;

Artinya: (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang
duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu
ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir. (Q.S Qaff [50] : 17-18)
Manajemen evaluasi program pendidikan merupakan prosedur, tahapan,
atau langkah harus ditempuh oleh evaluator dalam mengevaluasi program
pendidikan. Adapun langkah-langkahnya adalah perumusan tujuan evaluasi,
menyeleksi dan atau menyusun alat evaluasi, menerapkan alat evaluasi, mengolah
hasil evaluasi, menyimpulkan dan follow up hasil evaluasi.13

Guru adalah jabatan profesi sehingga seorang guru harus mampu


melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang dianggap profesional
apabila mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika
profesi, independen, produktif, efektif, efisien dan inovatif serta didasarkan pada
prinsip-prinsip pelayanan prima yang didasarkan pada unsur-unsur ilmu atau teori
yang sistematis, kewenangan profesional, pengakuan masyarakat, dan kode etik
yang regulative.14

Evalusi program pengembangan profesionalisme guru berguna untuk


menghasilkan guru yang berkualitas yang bermutu dan layak untuk dikatakan
sebagai tenaga pendidik, bukan hanya sekedar guru yang mengajar dan mengisi
daftar hadir di sekolah. Tapi sebagai pembimbing dan pendidik haruslah
menunjukkan perilaku positif terhadap peserta didiknya dan masyarakat luas.
Dalam prosesnya, pendidikan Islam menjadikan tujuan sebagai sasaran ideal yang

13
Rusdiana, Manajemen Evaluasi,30-31.
14
Amat Jaedun, “Evaluasi Kinerja Profesional Guru”, Makalah Pelatihan Profesi Guru
(Cilacap: Puslit Dikdasmen, 2009), 1.t.d.

4
hendak dicapai dalam program dan diproses dalam produk kependidikan Islam
atau output kependidikan Islam.15

Berdasarkan hasil pra penelitian (studi pendahuluan), kegiatann evaluasi


program pengembangan profesionalisme guru di MI Darul Furqon diantaranya
adalah belum dilakukannya evalusi program pengembangan profesionalisme guru
secara maksimal karena berbagai hambatan yang dihadapi kepala madrasah,
pembentukan panitian evaluasi kinerja guru hanya sekedar formalitas saja, belum
maksimalnya tim pengembang madrasah (TPM) dan kurangnya penegasan dari
pengawas sekolah terkait evaluasi pengembangan profesionalisme guru.

Melihat uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan pengkajian dan


penelitian yang lebih mendalam mengenai “Manajemen Evaluasi Program
Pengembangan Profesionalisme Guru pada MI Darul Furqon Lembang Bandung
Barat”. Kajian ini menjadi penting dilakukan guna memberikan solusi yang
selama ini menjadi kendala di Lembaga pendidikan khususnya di MI Darul
Furqon, umumnya lembaga pendidikan di Indonesia. Dengan terjawabnya
permasalahan tersebut, akan sangat membantu bagi pengembangan dan kualitas
pendidikan Indonesia pada umumnya, khususnya terkait dengan manajemen
evaluasi program pengembangan profesionalisme guru di MI Darun Furqon
Lembang Bandung Barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas maka yang menjadi


fokus dari penelitian ini adalah proses evaluasi program pengembangan
profesionalisme guru (Studi di MI Darul Furqon Kec. Lembang Kab. Bandung
Barat) dengan tahapan-tahapan (sub fokus) yaitu merumuskan tujuan evaluasi,
menyeleksi alat evaluasi, menyusun alat evaluasi, menerapkan alat evaluasi,

15
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tindajauan teoritis dan Pratis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), 162.

5
mengolah hasil-hasil evaluasi, menyimpulkan hasil evaluasi, dan follow up
evaluasi.16
Fokus dan sub fokus masalah bertujuan untuk mempertajam cakupan
penelitian dengan bentuk pertanyaan. Kegunaannya adalah untuk lebih membatasi
wilayah masalah yang diteliti.17 Adapun yang menjadi pertanyaan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perumuskan tujuan evaluasi program pengembangan
profesionalisme guru di MI Darul Furqon Kecamatan Lembang Kabupaten
Bandung Barat?
2. Apa saja langkah-langkah menyeleksi dan atau menyusun alat evaluasi
program pengembangan profesionalisme guru di MI Darul Furqon Kecamatan
Lembang Kabupaten Bandung Barat?
3. Bagaimana penerapan alat evaluasi program pengembangan profesionalisme
guru di MI Darul Furqon Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat?
4. Bagaimana cara mengolah hasil evaluasi program pengembangan
profesionalisme guru di MI Darul Furqon Kecamatan Lembang Kabupaten
Bandung Barat?
5. Bagaimana menyimpulkan dan mem-follow up hasil evaluasi program
pengembangan profesionalisme guru di MI Darul Furqon Kecamatan
Lembang Kabupaten Bandung Barat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah upaya untuk mengungkap maksud dan capaian


yang ingin dihasilkan dari penelitian ini serta berhubungan secara fungsional
dengan rumusan masalah yang telah disusun sebelumnya.18 Tujuan penelitian ini
secara rinci adalah sebagai berikut:

16
H.A. Rusdina, Manajemen Evaluasi, 31.
17
Keputusan Direktur Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Panduan
Penulisan Tesis dan Disertasi (Bandung: Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2018),
6.
18
Keputusan Direktur, Panduan Penulisan, 7

6
1. Mengetahui proses merumuskan tujuan evaluasi program pengembangan
profesionalisme guru di MI Darul Furqon Kecamatan Lembang Kabupaten
Bandung Barat.
2. Mendalami langkah-langkah menyeleksi dan atau menyusun alat evaluasi
program pengembangan profesionalisme guru di MI Darul Furqon Kecamatan
Lembang Kabupaten Bandung Barat.
3. Mengamati tahapan penerapkan alat evaluasi program pengembangan
profesionalisme guru di MI Darul Furqon Kecamatan Lembang Kabupaten
Bandung Barat.
4. Mengetahui tata cara mengolah hasil evaluasi program pengembangan
profesionalisme guru di MI Darul Furqon Kecamatan Lembang Kabupaten
Bandung Barat.
5. Mendalami proses menyimpulkan dan follow up hasil evaluasi program
pengembangan profesionalisme guru di MI Darul Furqon Kecamatan
Lembang Kabupaten Bandung Barat.

D. Kegunaan Penelitian

Harapan penulis dari penelitian ini dapat memberikan manfaat dan


berkontrbusi, baik secara ilmiah maupun praktis. Berikut adalah uraian singkat
mengenai dua kegunaan tersebut:
1. Kegunaan Ilmiah
Penulis berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan signifikansi
secara akademik. Artinya, penelitian ini dapat berkonstribusi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu manajemen pendidikan
Islam secara khusus. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
a. Berkontribusi dalam bentuk pemikiran sebagai upaya mengaktualisasikan
proses peningkatan kualitas atau kompetensi profesionalisme guru agar
mampu memberikan dampak optimal sebagai keberadaannya di lingkungan
sekolah, baik untuk meningkatkan mutu sekolah, lulusan peserta didik, atau

7
menciptakan proses belajar yang terencana, menyenangkan, juga
menghasilkan, serta kebermanfaatan lainnya.
b. Menjadi tambahan berliterasi untuk para pemerhati pendidikan, yang menjadi
bahan komparasi terhadap literatur-literatur yang sudah ada. Dimaksudkan
pula untuk menambah khazanah kepustakaan dunia pendidikan. Pun dapat
menjadi rujukan atau referensi terhadap penelitian berikutnya, yang dapat
dimaksimalkan oleh para peneliti selanjutnya.
2. Kegunaan Praktis
Penulis pun berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan signifikansi
secara praktis. Artinya, penelitian ini dapat berguna secara praktis di dalam
masyarakat secara langsung. Berguna secara praktis dalam pembangunan agama,
bangsa dan negara. Kegunaan tersebut akan lebih aktual apabila hasil penelitian
ini dapat didayagunakan oleh Kepala Sekolah, Guru dan Praktisi Pendidikan
dalam menjalankan aktivitasnya.

E. Hasil Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka ini berisi hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan


sebelumnya, yang relevan dengan fokus penelitian ini. Hasil studi terdahulu, bisa
dijadikan sebagai bahan eksplorasii teoritik, menghindari duplikasi dan plagiarism,
membekali peneliti untuk memilih Batasan wilayah kajian dan menentukan
kontribusi hasil penelitian.19. berikut adalah studi pendahuluan yang digunakan
oleh peneliti:
1. Rukayah, Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Dasar
Negeri Kabupaten Semarang, Jurnal Manajemen Pendidikan FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana, 2016, Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi manajemen berbasis sekolah di sekolah dasar negeri Kabupaten
Semarang. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa pada evaluasi konteks menunjukkan pelaksanaan
program Manajemen Berbasis Sekolah dibutuhkan oleh stakeholder sekolah

19
Keputusan Direktur, Panduan Penulisan, 8

8
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Dalam evaluasi input,
pelaksanaan program MBS dipengaruhi oleh SDM, kurikulum yang sesuai,
sarana prasarana yang memadai serta pembiayaan yang mencukupi untuk
terselenggaranya MBS. Dalam evaluasi proses, pengambilan keputusan harus
melibatkan masyarakat atau orang tua secara maksimal. Sedangkan untuk
proses mengajar, aspek yang dinilai adalah keaktifan, kreatifitas, efektifitas,
dan kebahagiaan peserta didik. Pada evaluasi output, hal yang menjadi
penilaian adalah prestasi akademik. Hubungan dengan penelitian ini adalah
sama-sama melakukan evaluasi yang berada di sekolah. Namun yang menjadi
pembeda adalah bahan yang dievaluasi mengingat penelitian yang dilakukan
adalah terkait pengembangan profesionalisme guru.
2. Ashepi Zulham, Manajemen Pengembangan Profesionalisme Guru di
SMP Islam Terpadu, Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas
Lampung, 2016, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan pengembangan
profesionalisme guru. Hasil Penelitian ini adalah bahwa manajemen
perencanaan profesionalisme guru berangkat dari hasil analisis program yang
telah dilakukan sebelumnya sebagai acuan, beban tugas seorang pendidik
dikatakan professional jika sesuai dengan latar belakang pendidikan guru
tersebut, manajemen pengawasan dilakukan sebagai bahan evaluasi program
yang harus dilakukan secara berkala. Hubungan dengan penelitian yang
sedang dilakukan adalah fokus dari penelitian tersebut.
3. Hidayatun Nikmah, Evaluasi Program Pengembangan
Profesionalisme guru di MI Ma’arif NU 1 Pageraji, IAIN Purwokerto, tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sekaligus mengevaluasi
program pengembangan profesionalisme guru di Ma’arif NU 1 Pageraji Kec.
Cilongok Kab. Banyumas. Model evaluasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah model evaluasi CIPP (Context, input, process, product). Model
Evaluasi ini dikembangkan oleh Daniel L Stufflebeam dkk. Jenis penelitian
ini adalah penelitian evaluatif. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian adalah sebagai

9
berikut: 1) Dari komponen context, perumusan visi, misi, dan tujuan program
pengembangan profesionalisme guru sudah kategori baik. Sedikit catatan
pada perumusan visi dimana perumusan misi masih kurang sempurna, karena
visi dari pelaksanaan program pengembangan profesionalisme guru
merupakan implementasi dari visi dan misi madrasah yang mengacu pada
program tahunan dan Renstra madrasah. 2) Dari komponen Input,
menunjukkan bahwa input tim, guru, kurikulum serta sarana dan prasarana
sudah kategori baik. Sedikit catatan pada input sarana dan prasarana masih
perlu adanya peninjauan terkait pengembangan profesionalisme guru. 3) Dari
komponen Process, penggunaan metode, media, materi, dan waktu
pembelajaran dalam pengembangan profesionalisme guru sudah kategori baik.
Sementara untuk waktu pengembangan profesionalisme guru perlu
dioptimalkan. 4) Komponen Product sudah kategori baik. Pencapaian
program pengembangan profesionalisme guru sudah sesuai target yang
ditetapkan oleh madrasah. Program yang dibuat oleh tim pengembangan
profesionalisme guru sangat efektif untuk memantau dan mengukur
keberhasilan program yang dibuat oleh tim pengembangan profesionalisme
guru. Perbedaan dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah pada jenis
penelitian, bahwa yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Jika penelitian yang digunakan oleh Hidayan adalah untuk
mengevaluasi program pengembangan profesionalisme guru, penelitian yang
sedang dilakukan adalah untuk mendeskripsikan bagaimana manajemen
evaluasi program pengembangan profesionalisme guru.
4. Moh. Syamsudin, Evaluasi Kinerja guru Sekolah Dasar di Kutai
Timur, IAIN Samarinda, Program evaluasi kinerja guru Sekolah Dasar di
Kecamatan Kaubun Kabupaten Kutai Timur adalah dengan merumuskan
tujuan evaluasi dengan menetapkan standar proses pembelajaran, menetapkan
format dan indicator evaluasi sesuai dengan standar kinerja guru, teknik dan
jadwal evaluasi dengan dilaksanakan secara serentak pada akhir tahun
pelajaran. Pelaksanaan evaluasi kinerja guru adalah ; a) Kepala sekolah
melakukan penilaian terhadap Rencana pelaksanaan pembelajaran yang

10
dibuat oleh guru dan menandatangani RPP yang telah dinilai. b) Kepala
sekolah juga melaksanakan pengamatan proses pembelajaran guru dikelas
dalam rangka untuk melihat pembelajaran yang dilaksanakan guru apakah
sudah sesuai dengan RPP, penggunaan metose dan media pembelajaran. c)
Kepala Sekolah mengevaluasi terhadap laporan hasil pembelajaran.
Hubungan dengan penelitian ini dengan penelitian yang sedang dilakukan
adalah terdapat pada subjek yang dan objek yang dievaluasi, yaitu kepala
sekolah dan guru. Namun yang menjadi pembeda adalah evaluasi kinerja guru
adalah sebuah bentuk bagaimana memonitor kinerja guru, sedangkan pada
manajemen evaluasi program pengembangan profesionalisme guru adalah
untuk memaparkan sistem evaluasi terhadap program pengembangan
profesionalisme guru.

F. Kerangka Berpikir

Untuk menjelaskan penelitian ini, maka peneliti perlu memaparkan


definisi operasional dan menggunakan beberapa teori yang berkenaan langsung
dengan fokus penelitian:

1. Teori Manajemen Evaluasi Program

Manajemen adalah suatu proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan


perencanaan, pengorganisasian, penggeraan dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.20

Mulyasa di dalam Rukayah menyatakan bahwa manajemen merupakan


komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara
keseluruhan. Karena tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat
diwujudkan secara optimal, efektif dan efisien.21

20
Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Education Management (Jakarta:
Prenadamedia, 2016), 4.
21
Rukayah, “Evaluasi Manajemen Berbasis Sekola di Sekolah Dasar Negeri Kabupaten
Semarang”. Jurnal Manajemen Pendidikan, 3: 2 (Desember, 2016), 179.

11
Evaluasi adalah kegiatan untuk menelaah keberhasilan proses dan hasil
pelaksanaan supervisi. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif. Sasaran
evaluasi supervisi ditunjukan kepada semua orang yang terlibat dalam proses
pelaksanaan supervisi. Hasil evaluasi supervisi akan dijadikan pedoman untuk
menyusun program perencanaan berikutnya.22

Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran


(appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian (assesment), kata-kata yang
menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya.
Dalam arti yang spesifik evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai
nilai atau manfaat hasil kebijakan pada kenyataannya mempunyai nilai.23

Menurut pengertian secara umum, program dapat diartikan sebagai


rencana. Apabila program langsung dikaitkan dengan evaluasi program maka
program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan
realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan,berlangsung dalam proses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang.24

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan


dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena
melaksanakan suatu kebijakan.25 Program sekolah merupakan suatu pedoman,
petunjuk arah, dan penggerak yang menentukan semua aktivitas yang ada di
sekolah. Bermutu atau tidaknya suatu kegiatan sekolah sangat tergantung pada
program yang dibuat.

22
A. Rusdiana, Manajemen Evaluasi Program Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia,
2017), 20
23
Fattah Nanang, Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016),
234.
24
Arikutno Suharsimi dan Safrudin Cepi, Evaluasi Program PEndidikan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2014), 4.
25
Arikunto Suharsimi dan Safrudin Cepi, Evaluasi, 4.

12
Untuk mengetahui proses pendidikan telah berjalan sesuai program, serta
telah mencapai tujuan secara efisien dan efektif, atau proses pendidikan tersebut
tidak berjalan sesuai program dan tidak mencapai tujuan yang diharapkan, maka
untuk mengetahui hal tersebut diperlukan kegiatan yang disebut evaluasi. Dalam
pendidikan Islam evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan
Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk
mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pendidikan
Islam dan proses pembelajaran.26

Banyak tokoh yang mengungkapkan teori mengenai evaluasi program,


namun peneliti tertarik kepada satu teori evaluasi program yang diungkapkan oleh
Cronbach dan Stufflebeam bahwa evaluasi program merupakan upaya untuk
memberikan informasi kepada pengambil keputusan.27 pendapat lain namun
serupa bahwa Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program.28 Evaluasi program
pendidikan adalah pemberian estimasi terhadap pelaksanaan supervisi pendidikan
untuk menentukan keefektifan dan kemajuan dalam rangka mencapai tujuan
supervisi pendidikan yang telah ditetapkan.29

Dalam melakukan evaluasi program pendidikan, tentu memerlukan


tahapan-tahapan yang harus dilalui, ada begitu banyak tahapan yang dipaparkan
oleh para pakar manajemen, namun peneliti mengambil tahapan-tahapan evaluasi
yang dipaparkan oleh Diknas yaitu merumuskan tujuan evaluasi, menyeleksi alat
evaluasi, menyusun alat evaluasi, menerapkan alat evaluasi, mengolah hasil-hasil
evaluasi, menyimpulkan hasil evaluasi, dan follow up evaluasi.30

26
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2016), 220.
27
A. Rusdiana, Manajemen Evaluasi, 22.
28
Arikunto Suharsimi dan Safrudin Cepi, Evaluasi, 5.
29
A. Rusdiana, Manajemen Evaluasi, 22.
30
A. Rusdiana, Manajemen Evaluasi, 31.

13
2. Pengembangan Profesionalisme Guru

Profesi menurut Suparlan adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang


menuntut keahlian tanggung jawab dan kesetiaan terhadap pekerjaan tersebut.31
Profesi sendiri berasal dari bahasa latin proffesio, yang mempunya dua pengertian,
yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Dalam pengertian yang lebih luas, profesi
mencakup kegiatan untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan keahlian
tertentu. Adapun dalam pengertian yang lebih semput, profesi berarti kegiatan
yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu sekaligus menuntut pelaksanaan
norma-norma sosial dengan baik.32

Profesional adalah orang yang menyandang jabatan atau pekerjaan yang


dilakukan dengan keahlian atau keterampilan tinggi. Mengutip Kamus Dewan
Bahasa dan Pustaka dalam Rusdiana menyatakan bahwa profesional adalah : (1)
Yang terkati dengan bidang profesi (2) Berbasis kemampuan atau keterampilan
yang khusus untuk melaksanakannya secara efisien dan memperlihatkan
keterampilan tertentu (3) Melibatkan pembayaran dilakukan sebagai mata
pencarian, atau dengan kata lain mendapatkan pembayaran dari kegiatannya (4)
orang yang mengamalkan suatu bidang profesi.33

Pengakuan atau pemberian gelar “profesional” ini telah mendapatkan


pengakuan secara tersurat maupun tersirat. Pengakuan tersurat adalah pengakuan
secara formal yang diberikan oleh lembaga atau badan yang mempunyai
kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan atau organisasi profesi. Dalm RUU
Guru (Pasal 1 ayat 4) dinyatakan bahwa, profesional adalah kemampuan
melakukan pekerjaan sesuai dengan keahlian dan pengabdian diri kepada pihak
lain.34

31
A. Rusdiana dan Yeti Heryati, Pendidikan Profesi Keguruan (Bandung: Pustaka Setia,
2015), 22.
32
A. Rusdiana dan Yeti Heryati, Pendidikan Profesi, 15
33
A. Ruddiana dan Yeti Heryati, Pendidikan, 18-19
34
A. Ruddiana dan Yeti Heryati, Pendidikan,19

14
Prodesionalisme merupakan sebutan yang mengacu pada sikap mental
dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa
mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Pada hakikatnya
profesinalisme menunjuk pada dua hal, yaitu: 1)Penampilan seseorang dalam
melakukan pekerjaan/jabatannya yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya; 2)
Orang yang menyandang suatu profesi.35

Guru merupakan sosok yang sangat dhihormati karena memiliki andil


yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru juga
sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan
tujuan hidupnya secara optimal. Tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga
mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian siswa yntuk
menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang mampu mengisi
lapangan pekerjaan dan siap berwirausaha.36

Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan


melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil belajar, melakukan bimbingan
dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Tenaga kependidikan yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar yang
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut guru.37

Profesi atau jabatan guru sebagai pendidik formal di sekolah tidak dapat
dipandang sebelahmata karena menyangkut berbagai aspek kehidupan serta
mnuntut pertanggungjawaban moral yang berat. Inilah pertimbangan adanya
berbagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh orang-orang yang terjun dan
mengabdikan diri dalam dunia pendidikan.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru


sebagaimana dikutip Ali Mudlofir, sebutan guru mencakup: 1) guru itu sendiri,
baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan dan konseling atau

35
A. Ruddiana dan Yeti Heryati, Pendidikan ,24
36
A. Ruddiana dan Yeti Heryati, Pendidikan ,43.
37
Moh. Syamsudin, “Evaluasi Kinerja Guru Sekolah Dasar di Kutai Timur”, Syamil, 3: 2
(2015), 281.

15
guru bimbingan karier; 2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah;
dan 3) guru dalam jabatan pengawas.38

Pengembangan profesionalisme guru dilakukan berdasarkan kebutuhan


institusi, kelompok guru, maupun individu guru sendiri. Pengembangan guru
dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kualitas staf
dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian. Selain itu juga,
pengembangan guru berdasarkan kebutuhan institusi itu penting, namun hal yang
lebih penting adalah bedasarkan kebutuhan individu guru untuk menjalani proses
profesionalisme.39

Profesionalisme guru perlu ditingkatkan secara berkelanjutan, untuk itu


perlu diperlukan pengembangan keprofesian berkelanjutan dalam rangka
peningkatan profesionalitas guru. Pengembangan keprofesian berkelanjutan
mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi yang didesain
untuk meningkatkan karakteristik, pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan.40

Pidarta sebagaimana dikutip Priansa Donni menyatakan ada beberapa


upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru antara
lain41 : 1) Meningkatkan kualitas dan kemampuan dalam pelaksanaan prosesc
pembelajaran; 2) Berdiskusi tentang rencana pembelajaran; 3) Berdiskusi tentang
substansi materi pembelajaran; 4) Berdiskusi tentang pelaksanaan proses belajar
mengajar termasuk evaluasi pengajaran; 5) Melaksanakan observasi aktivitas
rekan sejawat di kelas; 6) Mengembangkan kompetensi dan performansi; 7)
Mengkaji jurnal dan buku pendidikan; 8) Mengikuti studi lanjut dan
pengembangan pengetahuan melalui kegiatan ilmiah; 9) Melakukan penelitian; 10)
Menulis artikel; 11) Menyusun laporan penelitian; 12) Menyusun makalah;
13)Menyusun laporan atau reviuw buku.

38
Mudlofir Ali, Pendidik Profesional ;Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2018), 120.
39
Syaefudin Saud Udin, Pengembagangan Profesi Guru (Bandung: Alfabeta, 2016), 98.
40
Juni Priansa Donni, Kinerja dan Profesionalisme Guru (Bandung : Alfabeta,
2014), 117.
41
Juni Priansa Donni, Kinerja, 113-121.

16
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional Tahun 2005 sebagaimana dikutip Udin syaefudin107
menyebutkan beberapa alternatif Program Pengembangan Profesionalisme Guru,
sebagai berikut : 1) Program peningkatan kualifikasi pendidikan guru, 2) Program
penyetaraan dan sertifikasi, 3) Program pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi,
4) Program supervisi pendidikan, 5) Program pemberdayaan MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran), 6) Simposium guru, 7) Program pelatihan
tradisional lainnya, 8) Membaca dan menulis jurnal atau karya ilmiah, 9)
Berpartisipasi dalam pertemuan ilmiah, 10) Melakukan penelitian (khususnya
Penelitian Tindakan Kelas), 11) Magang, 12) Mengikuti berita aktual dari media
pemberitaan, 13) Berpartisipasi dan aktif dalam organisasi profesi, 14)
Menggalang kerjasama dengan teman sejawat.

Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, unsur kegiatan


pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi : 1) Pengembangan Diri ; 2)
Publikasi Ilmiah; dan 3) Karya Inovatif.

Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan melalui diklat fungsional


dan/ atau kegiatan kolektif guru yang meningkatkan kompetensi dan/ atau
keprofesian guru. Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam
kegiatan pengembangan diri, antara lain: 1) Perencanaan pendidikan dan program
kerja; 2) Pengembangan kurikulum, penyusunan RPP dan bahan ajar
3)Pengembangan metodologi mengajar; 4) Penilaian proses dan hasil
pembelajaran peserta didik; 5) Penggunaan dan pengembangan teknologi
informatika dan komputer (TIK) dalam pembelajaran; 6) Inovasi proses
pembelajaran; 7) Peningkatan kompetensi profesional dalam menghadapi tuntutan
teori terkini; 8) Penulisan publikasi ilmiah; 9) Pengembangan karya inovatif; 10)
Kemampuan untuk mempresentasikan hasil karya; dan 11) peningkatan
kompetensi lain terkait pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang
relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.

Publikasi ilmiah mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu:

17
1) Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pemasaran
dan/atau narasumber pada seminar, lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi
ilmiah, baik yang diselenggarakan pada tingkat sekolah, KKG/MGMP/MGBK,
kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional.

2) Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan
formal. Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian, makalah tinjuan
ilmiah di bidang pendidikan formal dan pembelajaran, tulisan ilmiah populer,
dan artikel ilmiah dalam bidang pendidikan.

3) Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/ atau pedoman guru.

Karya inovatif dapat berupa penemuan teknologi tepat guna,


penemuan/penciptaan atau pengembangan karya seni, pembuatan /modifikasi alat
pelajaran/peraga/praktikum, atau penyusunan standar, pedoman, soal dan
sejenisnya pada tingkat nasional maupun provinsi.

Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang mencakup ketiga


unsur tersebut harus dilaksanakan secara berkelanjutan, agar guru dapat selalu
menjaga dan meningkatkan profesionalismenya, tidak sekedar untuk pemenuhan
angka kredit. Peningkatan profesionalisme guru harus dilakukan secara sistematis,
dalam arti direncanakan secara matang, dilaksanakan secara taat asas, dan
dievaluasi secara objektif.42

Dari teori dan konsep mengenai manajemen evaluasi program yang


dipaparkan oleh berbagai tokoh terutama Pendidikan Nasional (Diknas) tahun
2009 dan pengembangan profesionalisme menurut Permenneg PAN dan RB
Nomor 16 Tahun 2009, maka dapat disimpulkan dalam kerangka pemikiran
sebagai berikut:

42
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme guru Sekolah Dasar (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), 7.

18
Organizing
1. Peningkatan jumlah
madrasah
Pengembangan
berbanding terbalik
dengan peningkatan Profesionalisme Guru
mutu madrasah Planning Actuating
2. Kualitas guru di 1. 1. Pengembangan Diri
Indonesia berada di 2. 2. Pulikasi Karya Ilmiah
urutan 14 dari 14 3. 3. Karya Inovasi
Terbentuknya Guru madrasah
negara berkembang
yang profesional, berkualitas
di dunia.
Controlling dan mengambil peran dalam
3. 49,3 % guru masuk
kategori tidak layak peningkatan mutu madrasah.
mengajar.
4. Banyak madrasah
yang mengangkat Manajemen Evaluasi Program
guru tersertifikasi Pengembangan Profesionalisme Guru
pendidik. 1. Merumuskan tujuan evaluasi program
5. Guru di lokasi 2. Menyeleksi dan atau menyusun alat
penelitian evaluasi
merupakan lulusan 3. Menerapkan alat evaluasi program
SMA. 4. Mengolah hasil evaluasi program
5. Menyimpulkan dan mem-follow up
hasil evalusi program

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian


Dibuat dan diolah oleh Peneliti

19
Bagian di atas menjelaskan bagaimana Manajemen Evaluasi Program yang
tahapannya adalah merumuskan tujuan evaluasi, menyeleksi/menyusun alat
evaluasi, menerapkan alat evaluasi, mengolah hasil evaluasi, menyimpulkan dan
follow up Evaluasi menjadi sebuah alat untuk mengukur dan menilai bagaimana
sebuah program pengembnagnan profesionalisme guru berjalan dengan baik.
Adapun yang menjadi fokus dalam program pengembangan profesionalisme guru
adalah pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif. Ketiga hal
tersebut senantiasa dievaluasi secara sistematis dengan menggunakan manajemen
evaluasi yang telah disebutkan sebelumnya.

G. Langkah-Langkah Penelitian

Sebuah penelitian memerlukan metodologi penelitian agar fokus dan


tujuan dari penelitiantidak bias dan keluar jalur. Untuk itu perlu penegasan dalam
berbagai aspek metodologi penelitian, diantaranya adalah jenis dan pendekatan
penelitian, jenis dan sumber data, metode penelitian dan teknik pengumpulan data,
prosedur analis data, prosedur dan teknik pemeriksaan uji keabsahan data.

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Desain penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan


pendekatan teori fenomenologi, karena ingin mengetahui gambaran yang lengkap
tentang manajemen evaluasi program pengembangan Profesionalisme guru di MI
Darul Furqon Lembang Kab. Bandung Barat.

Pendekatan penelitian kualitatif dipilih karena dalam pendekatan kualitatif


diperlukan pengamatan yang mendalam dengan latar belakang yang alami
(natural setting). Penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik
karena penelitian dilakukan pada kondisi yang alami (natural setting). Penelitian
kualitatif memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks,
dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal).43

43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D (Bandung: Alfabeta, 2010),
15.

20
Data yang diungkap dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimatkalimat,
paragraf-paragraf, dokumen-dokumen dan bukan berupa angkaangka. Obyek
penelitian tidak diperlakukan khusus atau dimanipulasi sehingga data yang
diperoleh tetap berada pada kondisi alami sebagai salah satu karakteristik
penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif fenomenologis dengan rancangan studi kasus


menekankan bahwa penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai
keutuhan dan sesuai dengan konteks (holistik kontekstual) serta peneliti berusaha
untuk memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang biasa
dalam situasi tertentu.44

2. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah manusia dan bukan


manusia.Sumber data manusia berfungsi sebagai subyek atau informan kunci
sedangkan sumber data bukan manusia berupa dokumen yang relevan dengan
fokus penelitian seperti gambar, foto, catatan atau tulisan-tulisan yang ada
kaitannya dengan fokus penelitian.45

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik


sampling purposive, agar data yang diperoleh dari informan sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan penelitian (Relevansi Penelitian). Informan dalam penelitian
ini sebanyak 10 orang dengan rincian sebagai berikut: 1) Ketua Yayasan Al-Falah;
2) Kepala Sekolah MI Darul Furqon Lembang Kab. Bandung Barat; 3)
Perwakilan Tim Pengembang Madrasah (TPM); 4) Waka Bidang Kurikulum; 5)
Guru sebanyak 3 orang; 6) Orang Tua Siswa; 7) Komite; 8) Siswa.

44
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosadakarya,
2012), 15.
45
M.B Miles dan A.M. Huberman, Analisa Data Kualitatif (Jakarta: UI Press, 1992) , 2.

21
3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian kualitatif, terdapat empat macam teknik pengumpulan


data46, yaitu: 1) Pengamatan atau observasi; 2) Wawancara; 3) Dokumentasi; 4)
Gabungan/ Triangulasi. Berdasarkan teori yang diungkapkan Sugiyono tersebut,
maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data utama yang dipilih yaitu
teknik wawancara. Teknik ini dipilih dikarenakan data yang hendak diperoleh
bersumber dari penilaian dan pengalaman para pegawai terutama para pejabat
yang ditetapkan sebagai informan kunci. Dan untuk melengkapi data hasil
wawancara, peneliti menggunakan teknik studi dokumentasi yang merupakan
bukti fisik. Kemudian untuk data yang sifatnya umum peneliti gunakan teknik
observasi.

4. Prosedur Analisis Data

Pada penelitian kualitatif, analisis data merupakan proses pengaturan


data,data yang dimaksudkan di sini meliputi seluruh data yang tersedia
dariberbagai sumber, yaitu melalui wawancara, pengamatan (observasi)
yangdituliskan dalam catatan lapangan dan komentar pengamat dalam hal
iniadalah peneliti, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya.47

Teknik analisis data menggunakan beberapa alur kegiatan, yaitu : 1)


Reduksi data; 2) Penyajian data; 3) Verifikasi data, dan 4) Penarikan
kesimpulan,sebagai suatu langkah yang saling terkait pada saat sebelum, selama
dansesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan
umum.48

5. Prosedur dan Teknik Pemeriksaan Uji Keabsahan Data

Dalam penjaminan keterpercayaan data yang diperoleh dalam penelitian


memerlukan pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dengan didasarkanatas
kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah: 1) Derajat kepercayaan/kredibilitas; 2)

46
Sugiyono, Penelitian, 309.
47
Lexy J Moleong, Metodologi, 190.
48
M.B Miles dan A.M. Huberman, Analisa Data,19.

22
keteralihan/transferabilitas; 3) Kebergantungan/dependabilitas; 4) Kepastian /
konfirmabilitas.49

Dari beberapa kriteria di atas penelitian ini menggunakan teknik derajat


kepercayaan/kredibilitas dan Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini
dilakukan melalui pengecekan kredibilitas (derajat kepercayaan) dan auditabilitas
(audibility).

Daftar Pustaka

Sumber Buku

Ali, Mudlofir. Pendidik Profesional:;Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam


Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2018.
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam:Tindajauan teoritis dan Pratis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara, 2017.
Bafadal, Ibrahim. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta:
Bumi Aksara, 2013.
Donni, Juni Priansa. Kinerja dan Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta,
2014.
Jaedun, Amat. Evaluasi Kinerja Profesional Guru. Cilacap: Puslit Dikdasmen,
2009
Machali, Imam, dan Ara Hidayat. The Handbook of Education Management.
Jakarta: Paramedia, 2016.
Miles, M.B, dan A.M. Huberman. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI Press,
1992.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosadakarya, 2012.
Nanang, Fattah. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarta,
2016.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulis, 2016.
Rusdiana, A. Manajemen Evaluasi Program Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia,
2017.

49
Lexy J Moleong, Metodologi., 173.

23
Rusdiana, A, dan Yeti Heryati. Pendidikan Profesi Keguruan. Bandung: Pustaka
Setia, 2015.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta,
2010.
Suharsimi, Arikunto, dan Safrudin. Evaluali Program Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2014.
Udin, Syaefudin Saud. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta, 2016.
Yin, Robert K. Studi Kasus Design dan Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2001.
Sumber Jurnal
Rukayah.”Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Dasar Negeri
Kabupaten Semarang”, Jurnal Manajemen Pendidikan (Desember 2016):
175-187.
Syamsudin, Moh. “Evaluasi Kinerja Guru Sekolah Dasar di Kutai Timur”, Syamil
3, no. 2 (2015): 120-135.

24

Anda mungkin juga menyukai