Biografi
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz seorang ulama kontemporer
ahli sains hadits, aqidah, dan fiqih. Beliau dikenal dengan nama Syaikh bin
Baz lahir di kota Riyadh Arab Saudi pada tahun 1990 M/ 1330 H. Saat kecil
beliau menghafal al-Qur’an dan rutin bermurojaah kepada Syaikh Abdullah
bin Furaij. Pada awalnya beliau bisa melihat dengan normal, namun pada usia
remaja penglihatannya perlahan mulai memburuk sampai puncaknya pada
usia sekitar 20 tahun beliau pun mengalami kebutaan total pada tahun 1350
H. 1
Syaikh bin Baz pernah menjabat sebagai mufti kerajaan Arab Saudi,
kepala majelis pendiri Rabithah Lingkungan Kehidupan Islami (Liga Muslim
Dunia), rektor Universitas Madinah, anggota dewan sangat tinggi Hai’ah
Kibaril Ulama (semacam MUI di Arab Saudi), dan ketua dari Dewan Risen
Ilmu dan Fatwa (al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts al-Ilmiyah wal Ifta’).2
Sudah selayaknya orang yang berilmu memiliki akhlak yang mulia.
Akhlak yang terbimbing dari apa yang sudah diketahuinya. Ilmunya tidak ia
gunakan untuk mendebat orang yang berilmu dan para guru. Beliau adalah
seorang yang sangat rendah hati. Seorang yang tenang dan tidak tergesa-gesa
dalam bersikap dan mengambil keputusan. Beliau dikenal sebagai seorang
yang dermawan dalam harta, waktu, ilmu, kebaikan, dan pertolongan, di
antara ciri orang besar dan sukses adalah mereka memiliki semangat dan
ketekunan yang luar biasa. Sifat itu pula yang dimiliki Syaikh bin Baz.3
B. Pemikiran/ Aktivitas
Dalam hal fiqih, Syaikh bin Baz banyak menukil pendapat Imam
Ahmad bin Hanbal, namun beliau menegaskan bahwa hal ini bukan karena
taklid. Dalam menghadapi ikhtilaf fiqih dikalangan para Imam Madzhab dan
1
Nugraha Waluya, Biografi Syaikh bin Baz/ Syaikh ‘Abdul Aziz bin Muhammad as-Sadhan,
(Depok: Pustaka Khazanah, 2016), hal, 3.
2
Ibid, hal, 7.
3
Nurfitri Hadi, “Mengenal Syaikh Ibnu Baz Ulama dari Hijaz”, dalam
https://kisahmuslim.com/5046-mengenal-syaikh-ibnu-baz-ulama-dari-hijaz.html , diakses pada 12
maret 2022.
1
para Ulama, beliau menggunakan cara tarjih dan ijma’, yaitu yang mana di
sela pendapat ulama itu yang memiliki hujjah sangat kuat menurut sandaran
utamanya, dan ketika sudah dikenal mana yang kuat maka pendapat itulah
yang akan diambil dan diikuti.4
Aqidah dan manhaj dakwahnya bisa dilihat dan diteliti dari tulisan
maupun karya-karyanya. Misalnya dalam buku “al-Aqidah ash-Shahihah”
yang menjelaskan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, menegakkan Tauhid dan
menjauhkan sekaligus memerangi kesyirikan. Syaikh bin Baz benar-benar
menyandarkan tafsir al-Qur’an dan syarah hadits-hadits yang dibawakan
dalam kitab-kitabnya pada pemahaman Salafus Shalih serta ulama-ulama
ahlussunnah yang mengikuti mereka. Halaqah ini terus berlanjut meskipun
pada tahun-tahun penghabisan terbatas pada beberapa hari saja dalam
sepekan, karena banyaknya kesibukan beliau. Banyak para penuntut ilmu
yang menggunakan halaqah tersebut.5
Beliau memiliki majelis pengajian lima hari sepekan. Hanya hari selasa
dan jum’at saja tidak ada majelis beliau. Kemudia pindah ke Kota Riyadh
pada tahun 1372 H. Di ibu kota kerajaan ini beliau mengajar di Ma’had ar-
Riyadh al-Ilmi. Perhatian beliau terhadap perkembangan ilmu agama di
Riyadh sangatlah besar. Beliau mengembangkan halaqah belajar di al-Jami al-
Kabir di Riyadh. Pada tahun 1381 H, beliau diangkat menjadi wakil rektor
Universitas Islam Madinah. Kemudian menjadi rektor pada tahun 1390-1395
H. Dan Nabawi. Dengan keterbatasannya, beliau tetap menunaikan haji.6
Rukun Islam yang kelima itu beliau laksanakan sebanyak 42 kali dalam
hidupnya. Adapun Syaikh bin Baz, beliau pakar dalam banyak cabang ilmu
agama. Namun ternyata hal itu sama ketika beliau berbicara di cabang ilmu
yang lain. Ketika beliau berbicara tentang aqidah, maka orang menyangka
4
Pusat Ilmu Pengetahuan, “Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz”, dalam https://p2k.unkris.ac.id/id3/2-
3073-2962/Abdul-Aziz-Bin-Abdullah-Bin-Baz_109088_p2k-unkris.html , diakses pada 12 maret
2022.
5
Amrozi Muhammad Rais, terjemahan Aqidah Shohihah versus Aqidah Bathilah, (Jakarta: Kantor
Dakwah Sulay, 1993), hal 13.
6
Nurfitri Hadi, “Mengenal Syaikh Ibnu Baz Ulama dari Hijaz”, dalam
https://kisahmuslim.com/5046-mengenal-syaikh-ibnu-baz-ulama-dari-hijaz.html , diakses pada 12
maret 2022.
2
dialah pakarnya.7
7
Nugraha Waluya, Biografi Syaikh bin Baz/ Syaikh ‘Abdul Aziz bin Muhammad as-Sadhan,
(Depok: Pustaka Khazanah, 2016), hal, 5.
3
20. Wujubu Luzumis Sunnah wal Hadzr minal Bid’ah.8
b) Guru
1. Syaikh Muhammad bin Abdul Lathif bin Abdurrahman bin Hasan bin
Muhammad bin Abdul Wahhab
2. Syaikh Hamid bin Faris
3. Syaikh Sa’ad Waqqas al-Bukhari sebagai guru tajwidnya
4. Syaikh Muhammad bin Ibrahim alu asy-Syaikh. Syaikh bin Baz hadir di
majelisnya setiap pagi dan sore serta mempelajari banyak cabang ilmu
syariat sejak tahun 1347 H- 1357 H.
5. Syaikh Shaleh bin Abdul Wahhab.
6. Syaikh Saad bin Hamd bin Athiq.9
4
lain, bisa berzakat selama sudah memenuhi haul, bila uang yang terkumpul
padanya mencapai nishab. Tetapi, apabila ia mengeluarkan zakatnya sebelum
uang yang terkumpul padanya memenuhi haul, dengan niat membayarkan
zakatnya di muka, maka hal itu merupakan hal yang baik saja insyaAllah.11
Apabila zakat harta dari sumber yang berbeda-beda. Barangsiapa yang
memiliki uang mencapai nishab, kemudian memiliki tambahannya berupa
uang lain pada waktu yang berbeda-beda, dan uang tambahannya itu tidak
berasal dari sumber uang pertama dan tidak pula berkembang dari uang
pertama, tetapi merupakan uang dari penghasilan terpisah. Namun apabila ia
ingin menempuh jalan yang lapang diri untuk lebih mengutamakan pihak
fuqara dan golongan penerima zakat lainnya, ia keluarkan saja zakat dari
seluruh gabungan uang yang dimilikinya, ketika sudah mencapai haul
dihitung sejak nishab pertama yang dicapai dari uang miliknya. Sedangkan
jika uang yang dikeluarkan berlebih dari jumlah, uang yang sudah sempurna
haulnya, dihitung sebagai uang zakat yang dibayar di muka bagi uang yang
belum mencapai haul.12
Contoh pertanyaan mengenai harta uang yang sudah berlalu satu haul,
yaitu jika setiap bulan gaji empat ribu riyal. Dan pada bulan syawal
digunakan untuk pernikahan. Maka tabungan setahun kurang lebih sebesar
tujuh belas ribu riyal, apakah harus tetap dibayarkan zakatnya. Pandangan
Syaikh bin Baz mengenai zakat dari harta yang disiapkan untuk pernikahan
(suatu keperluan) adalah wajib mengeluarkan zakat dari uang tabungan
tersebut. Sebab telah berlalu satu haul. Sekalipun menyiapkan untuk biaya
nikah, membayar hutang ataupun untuk renovasi rumah dan keperluan
lainnya. Yaitu dua puluh lima riyal untuk setiap seribu riyal.13
Dasar hukum atas penolakan, pertama, Takhshish al am. Cakupan
makna lafaz terdapat dalam firman Allah Q.S. Al Baqarah (2): 267:
11
Fuad Riyadi, Kontroversi Zakat Profesi Perspektif Ulama Kontemporer, (T.tp: Ziswaf, Juni
2015), Jurnal Zakat dan Wakaf, Volume. 2, No. 1, hal, 122.
12
Ibid, hal, 124.
13
Muhazir, “Zakat Profesi Perspektif Hukum Islam” (Suatu Kajian Pendekatan Maqashid
Syari’ah), (IAIN Langsa: Juni 2021), Jurnal Islamic Circle, Volume. 2 No.1, hal, 10.
5
يأُّيَه ا اّل ِذ يَن ءامُن و~ا أْنِف ُق وا ِم ن َطِّيبِت ما كس ْبُتم وّمِمآ أْخ رْج ن ا لُك م ِّم َن اأْل ْر ِض والتيّمُم وا
اخْل ٍبيَث ِم ْن ُه ُتْنِف ُق وَن َو َلْس ُتم ِبَئ ا ِخ ِذ ي ِه إآّل أْن ُتغِم ُض واِفيِه واْع َلُم وا أَّن اَهلل غٌّىِن ِمَح ي ٌد
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang telah kami keluarkan dari
14
bumi untuk kamu ”
Kata “apa saja yang kamu usahakan” dalam ayat di atas pada dasarnya
lafal ‘am, ulama kemudian memberikan takhshih/ taqyid (pembatasan)
pengertiannya terhadap beberapa jenis usaha atau harta perdagangan, emas
dan perak, hasil pertanian dan peternakan. Pengkhususan ini memiliki dasar
hukum hadits. Mengkhususkan ayat al-Qur’an yang bersifat umum. Dalam
hal ini hadits memperkhusus ayat yang bersifat umum, dalam ilmu hadits
disebut takhshish al ‘amm, yaitu sunnah yang mengkhususkan atau
mengecualikan ayat yang bermakna umum. Maka, kata “apa yang kamu
usahakan” dalam ayat tersebut pada dasarnya lafal ‘am, ulama kemudian
memberikan takhshish/ taqyid pengertiannya terhadap beberapa jenis usaha
atau harta yang wajib dizakatkan, yaitu harta perdagangan, emas dan perak,
hasil pertanian dan peternakan.15
Kedua, tidak ada haul, menurut para penyeru zakat, zakat profesi tidak
memerlukan haul yaitu bahwa zakat dikeluarkan apabila harta telah berlalu
kita miliki selama setahun. Mereka melemahkan semua hadits tentang haul
(Ibnu Rusyd, 1/278 Al-Amwal hlm. 566 oleh Abu ‘Ubaid), padahal hadits
tersebut memiliki beberapa jalan dan penguat sehingga bisa dijadikan hujjah,
apalagi didukung oleh atsar-atsar sahabat yang banyak sekali.16
14
Departemen Agama RI, “Al-Qur’an Tajwid”, (Maghfirah Pustaka 2006, 65.
15
Muhaimin et al., Studi Islam dalam Rangka Dimendi dan Pendekatan, (Jakarta: Kencana, 2012),
hal, 135.
16
M. Hasbi Umar dan Zahidin, Pendekatan Hukum Zakat Profesi Menurut Ulama Konservatif
dan Progresif, (Jambi: Januari- Juni 2020), Jurnal Literasiologi, Volume 3, No. 4, hal, 123.
6
Daftar Pustaka
Hadi, Nurfitri. 12 maret 2022. “Mengenal Syaikh Ibnu Baz Ulama dari Hijaz”. dalam
https://kisahmuslim.com/5046-mengenal-syaikh-ibnu-baz-ulama-dari-hijaz.html.
Muhammad Rais, Amrozi. 1993. terjemahan Aqidah Shohihah versus Aqidah Bathilah. Kantor
Dakwah Sulay. Jakarta.
Muhaimin et al., 2012. Studi Islam dalam Rangka Dimensi dan Pendekatan. Kencana. Jakarta.
Muhazir. Juni 2021. “Zakat Profesi Perspektif Hukum Islam” (Suatu Kajian Pendekatan Maqashid
Syari’ah).:. Jurnal Islamic Circle. Volume. 2 No.1. IAIN Langsa.
Pusat Ilmu Pengetahuan. 12 maret 2022. “Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz”. dalam
https://p2k.unkris.ac.id/id3/2-3073-2962/Abdul-Aziz-Bin-Abdullah-Bin-
Baz_109088_p2k-unkris.html.
Riyadi, Fuad. Juni 2015. Kontroversi Zakat Profesi Perspektif Ulama Kontemporer. T.tp: Ziswaf,.
Jurnal Zakat dan Wakaf. Volume. 2, No. 1.
Syaikhu, Ahmad et al., 2004. Fatwa-Fatwa Terkini jilid 3. Darul Haq. Jakarta.
Waluya, Nugraha. 2016. Biografi Syaikh bin Baz/ Syaikh ‘Abdul Aziz bin Muhammad as-Sadhan.
Pustaka Khazanah. Depok.
Zahidin, dan M. Hasbi Umar. Januari- Juni 2020. Pendekatan Hukum Zakat Profesi Menurut
Ulama Konservatif dan Progresif. Jurnal Literasiologi, Volume 3, No. 4. Jambi.