Seri 2
Muhammad Atim
Waqaf Ilmu
Semoga kumpulan status-status pencerahan sederhana ini dapat membuka
cakrawala kita terhadap tingginya nilai-nilai keislaman yang kita hayati
petunjuk-petunjuknya dalam merajut benang-benang untuk sebuah jubah
Peradaban Islam.
Muhammad Atim,
Cipatat, 06 September 2017
(20-Juni-2016)
(27-Juni-2016)
(28-Juni-2016)
(29-Juni-2016)
Ilmu barat hanya memandang remaja balig dari sisi fisiknya saja, bahwa
telah tumbuh gejolak hawa nafsu seksualitasnya. Hingga kenakalan pun
dianggap wajar.
Tak maukah kita segera meyakini bahwa anak-anak muda itu "kekuatan
pengubah dunia"
(30-Juni-2016)
"Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka bangkit lalu
mereka berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi, kami
sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau
demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran"
(Al-Kahfi : 14)
(1-Juli-2016)
Wahai perempuan dunia, yang melihat ini, jangan kalian merasa iri,
mereka telah memutuskan untuk meminang bidadari-bidadari surga.
Di tengah gelora muda mereka, hati mereka telah tenang. Tak ada
keresahan apalagi kegilaan terhadap asmara cinta palsu, yang terus
didramatisasikan di tengah ke-"watado"-an zaman ini.
(2-Juli-2016)
Tak ada kemuliaan di dunia ini kecuali dengan jihad. Dari jihad paling
awal, menuntut ilmu Islam, hingga jihad paling tinggi, berperang di
jalan Allah.
(3-Juli-2016)
Setelah kita meneguhkan hati menjadi tamu Allah, jauh dari hiruk-pikuk
duniawi, dalam I'tikaf yang penuh makna. Telah banyak pelajaran yang
kita gali dari cahaya petunjuk-Nya, agar menerangi hari-hari kita
sepanjang nya. Kenangan ini semoga menjadi panduan.
(3-Juli-2016)
Karena telah merata, kemungkaran yang sudah jelas pun dianggap biasa.
Dari mulai penyimpangan antar lawan jenis seperti kholwat, ikhtilat,
bersentuhan, pacaran, praktek riba, korupsi, sogok, kezhaliman, hingga
kekafiran dan kemusyrikan.
Menyaksikan itu semua, apakah kita diam saja? Pura-pura tidak tahu,
acuh, bahkan ikut terlibat, bahkan menikmati?
Jika tak ada keinginan untuk bangkit, selamanya kita akan tetap dalam
keterpurukan.
(5-Juli-2016)
Maka tak perlu sedih saat terasa sendiri memegang prinsip keimanan,
karena akan ada yang hatinya serasi dengan kita.
(6-Juli-2016)
إًَا انعيد نًٍ طاعاجّ جزيد# نيش انعيد نًٍ نثش انجديد
"Hari raya itu bukanlah bagi yang memakai pakaian baru # tetapi 'Id itu
bagi yang ketaatannya bertambah"
إًَا انعيد نًٍ غفزت نّ انذَىب# نيش انعيد نًٍ ججًم تانهثاس وانزكىب
"Hari raya itu bukanlah bagi yang berhias dengan pakaian dan
kendaraan # tetapi 'Id itu bagi yang diampuni dosa-dosanya"
(9-Juli-2016)
Tak terasa, kini dunia telah banyak berubah. Asam garam telah banyak
bercampur dengan bumbu-bumbu kehidupan. Dari masa yang telah
terlampaui itu kita bisa banyak belajar, karena di depan ada sisa-sisa
hidup yang menunggu ukiran-ukiran amal kita.
Mudik ke kampung halaman tak sebatas tradisi tanpa arti, tetapi ada
pelajaran menapaki tilas-tilas hidup kita.
Kita jawab dengan penuh arti, "Di halaman pertama kisah hidup kita"
Tiga perempuan ini tidak asing bagi saya. Terngiang dahulu saat mereka
kecil, bermain-main bersama dengan kepolosannya yang masih kanak-
kanak.
Kini mereka telah menginjak dewasa. Bahkan sudah ada yang siap
menjadi pendamping hidup mereka.
Ka Fiah, Eli sareng Mariah, putri bibi sareng amang, nasehat aa mah
kade sing getol ibadah sareng kedah tiasa ngajaga diri. Tong hilap oge
mun bade nikah wawartos nya.
*Di atas tanah kelahiran, Kampung Bojong sari kec. Tirta Mulya
Karawang.
Muhammad Atim bin Sarlemon bin Sulaiman bin Mansyur bin Gutul
(9-Juli-2016)
(11-Juli-2016)
Wajar jika masjid menjadi simbol bagi umat Islam, karena ia tempat
suci yang dihormati. Di sanalah tempat penghambaan puncak seorang
hamba. Dari sana pula bermula cahaya terang yang akan menerangi ke
setiap pelosok negeri.
Padahal, bukankah masjid itu tempat yang ramah anak, bahkan ketika
Rosul bermain kuda-kudaan bersama cucunya, bahkan saat shalat pun
sujud beliau lama karena membiarkan cucunya hingga puas menaiki
kudanya, bahkan sikap ramah beliau saat cucunya kencing di badan
beliau ketika beliau tiduran di masjid?
Masjid Agung yang ada di setiap daerah, menyimpan sejarah besar yang
menjadi saksi bagi da'wah para ulama dan da'i leluhur kita, yang mesti
kita teruskan perjuangannya.
(17-Juli-2016)
Seringkali di zaman ini
orang tua menganggap,
memperlakukan dan
memposisikan anak muda
sebagai anak kecil. Ini kesalahan
besar. Anggapan itu sangat
berpengaruh terhadap kenyataan. Ketika anak sudah mencapai usia
balig, itu adalah usia tanggung jawab, usia taklif. Posisinya sejajar
dengan orang dewasa dan tua, karena telah sama-sama
mempertanggung-jawabkan pahala dan dosa di hadapan Alloh SWT.
Ketika anak muda tidak diberi porsi tanggung jawab, segalanya
dilakukan oleh yang tua, akan diarahkan kemanakah potensi yang besar
dalam diri mereka itu? Kita pun sudah bisa menyaksikan sendiri
jawabannya. Banyak energi mereka disalurkan kepada yang sia-sia. Dan
banyak yang selalu berdalih, "biarkan mereka masih kanak-kanak". Dan
betullah, mereka tetap menjadi kanak-kanak.
Sebagai orang tua tak perlu khawatir akan berebut amal dengan
anak muda. Semua memiliki peran masing-masing. Bukankah suatu
generasi itu akan berganti? Dan memang harus diakui, anak muda lebih
kreatif, "lebih mudah menerima kebenaran dan mengikuti petunjuk"
seperti kata Ibnu Katsir.
Lihatlah bagaimana sikap orang tua yang memberi kepercayaan dan
mendorong anak muda kepada tanggung jawab serta anak muda yang
penuh hormat kepada orang tua diperankan keteladanannya oleh Abu
Bakar Ash-Shiddiq kepada Usamah bin Zaid. Abu Bakar ketika menjadi
kholifah yang usianya sekitar 60 tahun mengangkat Usamah yang
usianya sekitar 18 tahun menjadi panglima perang melawan Romawi.
Abu Bakar berjalan pasti menuju Jurf mengantar pasukan Usamah
dan memerintahkan Usamah untuk berangkat. Saat itu Abu Bakar
berjalan kaki bersama pasukan karena tunggangannya dikendarai oleh
Abdurrahman bin Auf sedangkan Usamah menaiki kendaraannya.
Usamah berkata dengan penuh hormat, "Wahai Kholifah Rosululloh,
(18-Juli-2016)
Namun anehnya, ketika anak beranjak remaja (balig), orang tua malah
over perhatian, oper protektif. Ingin selalu bersamanya, tak rela untuk
berpisah dengannya.
Ini pola sikap yang terbalik. Dan inilah yang menjadikan generasi ini
menjadi tidak berkualitas. Harusnya kasih sayang dan perhatian
dicurahkan sepenuhnya oleh orang tua ketika masa bayi dan kanak-
kanak. Itu usia milik orang tua. Makanya dalam Islam, anak boleh
menerima hadits, yang artinya mulai belajar dari guru sejak usia lima
tahun. (Lihat Shohih Bukhori dengan judul "kapan dibenarkan anak
kecil mendengar hadits"). Sebelum itu, sepenuhnya hak orang tua. Jika
orang tua kehilangan usia itu, tak akan ada lagi gantinya. Maka jangan
heran jika kemudian orang tua tidak hadir dalam kehidupan sang anak.
Sejak usia lima tahun, sang anak perlahan belajar dari orang lain dan
intensitas bersama orang tua perlahan berkurang. Puncaknya di usia
balig, ketika sang anak sudah siap secara tangguh mengemban
hidupnya. Saat itu orang tua harus sudah siap melepasnya untuk
berkelana mencari ilmu sebagai bekalnya mengukir karya-karya dalam
hidupnya. Biarkanlah sang anak bertarung dengan kerasnya tantangan
kehidupan, agar ia menjadi kuat dan dewasa.
Jadilah seperti ibu Imam Malik bin Anas yang menyiapkan dan
berpesan kepada imam Malik ketika hendak pergi menuntut ilmu. Imam
Malik mengisahkan: "Ibuku menyiapkan sorbanku waktu aku kecil
sebelum aku pergi ke halaqoh-halaqoh ilmu, lalu berpesan: "Wahai
Malik, ambillah dari syaikhmu adab sebelum ilmu".
(4-September-2016)
Harapan untuk mengembalikan
umat agar cinta ilmu mesti terus
disuburkan. Karena umat Islam ini
akarnya adalah ilmu, jika akarnya
telah hilang maka menjadi kian
rapuh pribadinya. Dan iman yang
menancap kokoh di dalam jiwa, tak dapat diraih tanpa ilmu.
Para ulama telah menghabiskan sepanjang usia mereka dengan
ilmu. Bahkan Ibnu Rusyd Al-Qurthubi penulis kitab Bidayatul Mujtahid
(secara intensif saya mengkajinya, lihat muhaatim.blogspot.com) tidak
pernah meninggalkan aktifitas bergelut dengan ilmu dari sejak kecilnya
baik dengan membaca, menelaah, mengajar, menulis, dll, kecuali hanya
Maka, kesibukan yang terbaik itu adalah bergelut dengan ilmu. Dan
gudang ilmu-ilmu Islam yang kaya itu kuncinya adalah memahami
bahasa Arab dan mampu membaca kitab, tak cukup sekedar terjemahan.
(18-Oktober-2016)
Bagi orang beriman, wahyu itu menjadi komandan dalam hidupnya. Al-
Qur'an merangkaikan konsep, Rosul mencontohkan dan menjabarkan.
Jadilah ia petunjuk yang sempurna dan lengkap, yang siap dijalankan
oleh orang yang beriman.
Komando wahyu itu telah dijalankan oleh para sahabat dan orang yang
mengikuti setelahnya dalam setiap aktifitas hidup mereka. Baik itu
aktifitas ritual ibadah, akhlaq, keluarga, pendidikan, sosial, ekonomi,
budaya, militer, pemerintahan, politik, dan tak ada satu aspek kehidupan
pun yang tidak dikomandoi oleh wahyu.
Di zaman ini begitu miris ketika komando orang beriman itu dikurung
dalam ruang yang sangat sempit, kemana-mana kita dipaksa jangan
bawa-bawa agama, jangan bawa-bawa Al-Qur'an-Hadits. Jadilah hawa
nafsu menjadi komando, orang-orang kafir berduit menjadi komandan.
Teori-teori dan pemikiran manusia dijunjung tinggi, wahyu pun
dikesampingkan, alih-alih mentadaburinya, ia dilirik hanya kalau wahyu
itu dianggap membenarkan teori pemikiran manusia yang dijunjung
tinggi itu. Betapa tidak beradabnya kita kepada Alloh dan Rasul-Nya.
Jika kita tetap berpaling dari komando wahyu ini, berapa yang tersisa
dari makna keislaman kita?
(20-Oktober-2016)
Rasulullah saw lebih memilih tinggal di rumah yang sempit dan tidur
beralaskan tikar kasar yang membekas di punggung beliau. Umar
menangis melihatnya. "Para raja Romawi dan Persia hidup enak di
istana mereka, Engkau ini utusan Alloh lebih mulia dari mereka,
mengapa seperti ini?" Rasul menjawab, "Wahai Umar, tidakkah engkau
ridho, biarkan bagi mereka dunia dan bagi kita akhirat!"
Salah jika menganggap mereka itu haus pada dunia. Tak ada lagi tempat
dalam diri mereka untuk dunia kecuali sedikit, sebatas kebutuhan saja
yang tidak membuat mereka meminta-minta. Mereka telah menjual diri
dan harta mereka untuk surga. Bahkan salah satu prajurit Romawi yang
menjadi tahanan pun bersaksi, "Mereka adalah rahib (ahli ibadah) di
malam hari dan para ksatria di siang hari".
Para pejuang akhirat itu terus berusaha menegakkan agama Allah.
Menyuarakan keadilan. Mensosialisasikan sistem Islam yang bersumber
dari hukum Alloh. Al-Qur'an dan Hadits selalu jadi panduan bagi setiap
pemikiran dan pergerakan.
Hari ini banyak para pejuang dunia. Ada pejuang komunisme, pejuang
liberalisme, pejuang kapitalisme, pejuang hawa nafsu dunia, pejuang
kekafiran dan kesesatan, pejuang popularitas, pejuang yang penting
dapat untung (uang).
(24-Oktober-2016)
Ayat 51 jika kita lanjutkan bacanya hingga ayat 66, itu sebenarnya
kesatuan tema yang diberi judul oleh Sayyid Quthb dengan "Haramnya
ber-wala kepada orang kafir dan sifat orang-orang yang ber-wala kepada
mereka" (Fi Zhilalil Qur'an).
Jika kita telah akrab dengan ilmu tafsir, aqidah atau bahasa Arab, kita
akan paham makna al-wala yang berarti loyalitas atau kecintaan dan
pembelaan. Orangnya disebut "Wali" dan bentuk majemuknya "Auliya",
berarti orang yang terjadi timbal balik loyalitas antara kita dengan dia,
saling cinta, saling bela. Bentuknya bisa berupa teman setia, pemegang
suatu urusan, pemimpin, atau pelindung.
Tak ada loyalitas kepada orang kafir, apalagi yang telah jelas-jelas
memerangi Islam, begitu juga kepada para pengikutnya. Kepada orang
kafir yang tidak memerangi kita saja kita hanya diperintahkan untuk
bertoleransi, berbuat baik, bersikap adil dan membuat perjanjian untuk
saling menjaga keamanan. Tidak untuk loyalitas. Karena loyalitas
dengan toleransi dua hal yang sangat berbeda, hanya orang-orang
paham agama saja yang dapat membedakannya. Loyalitas kita hanya
kepada Alloh, Rasul-Nya dan orang beriman, seperti dalam Al-Maidah
55.
Jika kita menyadari hal ini, semoga memang benar-benar telah dekat
kemenangan itu. Karena memang orang yang ber-wala kepada Alloh,
Rasul-Nya dan orang beriman mereka itulah golongan Alloh
(Hizbullah) dan merekalah para pemenang (al-gholibun).
(4-November-2016) - 411
Tidak memilih orang kafir sebagai pemimpin adalah sesuatu yang qoth'i
dalam Islam. Artinya tidak bisa dirubah dan ditafsirkan lain. Dan ayat
Al-Qur'an ini suci tidak bisa dibiarkan para pelecehnya. Jutaan umat
Islam pun bertamu ke istana menuntut hukum dan adili Ahok yang tak
kunjung diproses serta terkesan dilindungi dan dijaga, namun sang
presiden enggan bertemu. Mengabaikan jutaan rakyatnya sendiri.
Bahkan para ulama dan umat Islam yang melakukan aksi damai dan
bermartabat ini harus dilukai oleh tembakan gas air mata dari polisi,
yang dipicu oleh para provokator yang menyusup. Namun
keganjilannya, mengapa justru tembakan diarahkan kepada ulama dan
peserta aksi bukan fokus melerai para perusuh? Hingga insiden ini
menimbulkan korban jiwa dari peserta aksi, semoga mereka syahid.
Aksi ini terjadi tanggal 4-11 yang jika digabungkan membentuk kata
"Lillah" dalam bahasa Arab yang berarti untuk Alloh. Ini menjadi
isyarat kuat bahwa aksi ini murni untuk membela agama Alloh bahkan
yang menggerakkan dan mendanai pun semata-mata datang dari Alloh.
Tidak ada bayaran dari partai politik atau siapapun untuk kepentingan
pribadi.
Perjuangan ini harus kita teruskan agar Islam bisa memberikan keadilan
dan kedamaian di negeri ini.
(15-November-2016)
Jalan para ulama ini bukanlah jalan yang telah terkubur oleh zaman lalu
tak bisa digali kembali. Jalan ini terus dilalui oleh orang-orang pilihan.
Ia tetap ada hingga akhir zaman. Karena tidak mungkin Alloh
membiarkan hamba-Nya tersesat. Bahkan sudah menjadi janji-Nya,
untuk tetap menjaga kemurnian agama-Nya dan orang-orang yang
senantiasa berada di jalan-Nya.
Waris mewarisi ilmu itu tetap berjalan hingga saat ini bahkan sampai
kapan pun. Karena ilmu dalam Islam jelas sumbernya dan terjaga sanad
ketersambungannya.
Hal itu karena dalam sistem ajaran Islam yang jelas ini, ada hal-hal yang
tsawabit (tetap) yang tidak akan pernah mengalami perubahan, yang
berupa dasar-dasar dari agama ini semisal rukun iman, dan ada pula hal-
hal yang mutagoyirot, yang menerima perubahan berupa cabang-cabang
dari agama ini semisal alat da'wah, yang memungkinkan untuk
diperbaharui.
Di zaman modern ini, jalan ini ditempuh oleh para orientalis yang
menyadari bahwa Islam tidak bisa dikalahkan dari luar, tetapi justru dari
dalam. Maka mulailah mereka melakukan study-study Islam, yang
tujuannya telah jelas, semata-mata mencari-cari celah untuk diserang
dan merusak tatanan ajaran Islam. Mereka belajar Islam bukan untuk
mengetahui hakikatnya, dan menyingkap kebenarannya untuk diikuti,
tetapi mereka bertindak menghakimi Islam.
(16-November-2016)
Bagi suatu bangsa yang mengaku bernegara hukum dan taat pada
hukum, seharusnya hukum itu diberlakukan bagi semua tanpa pandang
bulu. Semua lapisan masyarakat mesti tunduk pada hukum tersebut.
Tidak ada perbedaan antara si miskin dan si kaya, antara orang biasa
dan orang terpandang, antara rakyat dan pejabat, dan antara yang
dipimpin dengan yang memimpin. Agar tidak ada suatu kezhaliman dan
kesewenang-wenangan.
Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلصdan para khalifahnya adalah para penegak hukum Alloh
yang adil. Dengan keimanan yang telah tertanam, mereka
memberlakukan hukum tanpa pandang bulu, bahkan tanpa berpikir
resiko kerugian menimpa diri mereka.
(25-November-2016)
(30-November 2016)
Ini yang tidak bisa dipahami oleh logika politik, logika uang, logika
kekuasaan, logika pencitraan, atau logika apapun. Ini hanya soal hati.
Soal keimanan. Soal ghirah. Soal cinta pada Alloh. Soal komitmen
Seperti pula kagetnya kaum seperti mereka, bangsa Romawi dan Persia.
Ketika tiba-tiba saja dari gurun pasir yang tandus, bermunculan para
mujahid. Yang malamnya mereka ahli ibadah, dan siangnya ksatria tak
kenal gentar. Dikiranya mereka orang-orang yang lapar, bergerak demi
bayaran. Sekali-kali tidak! Tak ada yang menggerakkan mereka kecuali
Alloh, oleh sebab keimanan yang menentram dalam jiwa. Umat Islam
adalah umat yang satu, yang tak tersekat oleh tempat dan waktu. Mereka
mengemban misi mulia. Menebar kasih sayang bagi seluruh alam.
Kini, dengan izin dan skenario Allah, umat ini mulai bangkit dari
tidurnya. Digerakkan oleh perasaan yang sama, tujuan dan amanah yang
sama. Melupakan segala perbedaan yang sering dijadikan alat oleh
musuh-musuh Islam untuk memecah belah. Untuk bersatu padu,
melebur diri dalam ikatan persaudaraan iman, yang tak akan mampu
terputuskan jika telah kuat.
Dari sinilah diharapkan, umat Islam Indonesia yang berharga diri tinggi
menjunjung agamanya. Yang tidak hanya bangkit ketika Al-Qur'an
dihina, tetapi juga terus bangkit menegakkan kehidupan yang mulia
berlandaskan Al-Qur'an. Cahaya petunjuk yang senantiasa memberi
solusi bagi setiap permasalahan.
(14-Desember-2016)
Banyak luka yang terasa di perang Uhud. Paman Nabi saw yang
tercinta, Hamzah bin Abdul Muttalib ra, sang singa Allah, harus syahid
bahkan dengan sayatan pedang di tubuh untuk dikeluarkan hatinya.
Belum lagi Mush'ab bin Umair ra, sang anak muda yang hijrah dari
necis ke zuhud, harus tertebas kedua tangannya yang memegang
bendera. Bahkan bendera pun masih ditelungkupkan di antara dada dan
lehernya tanpa kedua tangan. Hingga akhirnya terbunuh, dan kain
kapannya tak mampu menutupi seluruh tubuhnya. Jika kain itu
ditutupkan ke kakinya maka wajahnya terbuka, dan jika ditutupkan ke
wajahnya maka kakinya terbuka. Kain pun ditutupkan ke wajahnya,
sedangkan kakinya ditutup dengan rerumputan idkhir. Meski tidak
banyak kerugian secara materi, tetapi gugurnya para mujahid
menyisakan kesedihan yang mendalam, hingga tangis Rasul pun terisak-
isak. Shofiah tak kuasa melihat jasad saudaranya, Hamzah, dalam
kondisi seperti itu. Dan tercatat yang gugur di pihak muslimin sebanyak
Namun sifat orang beriman tidak boleh larut dalam kesedihan. Tetapi
segera bangkit kembali mengejar musuh untuk menunjukkan kekuatan.
Perang Uhud yang terjadi pada 7 Syawal 3 H, esok harinya 8 Syawal 3
H, beliau diperintah beserta muslimin untuk kembali mengejar musuh
yang dikhawatirkan masih belum puas menghabisi muslimin. Perang ini
dikenal dengan perang Hamraul Asad.
Ibrohnya :
Kita jangan merasa lemah untuk terus mengejar sang penista agama,
ahoax, sampai ia masuk penjara. Meski dari aksi ke aksi banyak
menyisakan luka, kita harus tetap bangkit untuk menampakkan
kekuatan. Karena mereka pun mendapat luka dari perjuangan kita.
(7-Januari-2017)
Dalam wahyu ini ada yang dilalah (pemberi petunjuk makna)nya qoth'i
(makna pasti), ada pula yang zhanni (membutuhkan curahan pikiran
untuk memahaminya/ijtihad). Dalam yang qoth'i itu seluruh kaum
muslimin tidak boleh ada perbedaan karena dia dasar Islam, dan tidak
boleh diklaim oleh madzhab tertentu, sedangkan dalam yang zhanni dari
sanalah muncul madzhab, yang memungkinkan adanya perbedaan.
Masing-masing madzhab itu tidak ada yang 100% benar, karena
tersimpulkan oleh pemikiran manusia, dan manusia tidak ma'shum. Ada
yang benarnya dan ada yang salahnya.
Benarnya dapat pahala dua dan salahnya satu pahala karena berangkat
dari ijtihad. Di sini masing-masing madzhab tidak boleh guluw
(melampaui batas) menganggap madzhabnya sendiri yang benar
sedangkan di luarnya sesat. Sekali lagi ini dalam masalah yang zhanni,
sedangkan dalam masalah qoth'i yang merupakan dasar agama, jika ada
yang menyelisihinya, tentu kita katakan sesat.
(11-Januari-2017)
Kaum liberal : terbuka menerima segala apa saja dari orang kafir,
hingga melunturkan identitas keislamannya pun dianggap tidak
masalah. Hingga tak ada lagi standar keilmuan yang telah dibangun
secara kuat oleh para ulama Islam. Kedudukan para orientalis dan
tokoh-tokoh kafir disejajarkan dengan para ulama Islam, bahkan lebih
dijunjung tinggi.
Dua-duanya adalah sikap melampaui batas.
Dan lucunya,
Padahal seharusnya,
(23-Januari-2017)
(31-Januari-2017)
Jika hari ini, hak-hak kita ditekan, aspirasi kita dibungkam, kejujuran
kita didustakan, kedustaan mereka dijujurkan, penistaan mereka yang
menyayat hati kita dianggap biasa, sedangkan kritik kita yang
proporsional dianggap penistaan yang dengan mudah mereka
Tak perlu risau kita dianggap berbuat makar oleh mereka, karena
sesungguhnya merekalah yang selalu berbuat makar. "Ingatlah -kata
Allah- ketika orang-orang kafir senantiasa berbuat MAKAR terhadapmu
(Rasulullah, termasuk juga umatnya), agar mereka
MEMENJARAKANMU, atau membunuhmu, atau mengusirmu.
Mereka berbuat makar, dan Allah membalas makar mereka. Allah
sebaik-baik pembalas makar." (QS. Al-Anfal : 30).
Maka, kita tak boleh berhenti berharap dengan terus menjalani petunjuk
Allah, agar kemenangan itu dapat kita raih. Boleh saja ada yang gugur
dalam perjuangan ini, karena sesungguhnya Allah berkehendak
mengambilnya sebagai syuhada. Kita mesti meyakini kaidah "gugur
satu tumbuh seribu", karena sejak awal risalah Islam ini diserukan,
bukankah jumlah pemeluknya terus bertambah? Allah berkuasa
mendatangkan para tentara-Nya silih berganti, sambung menyambung
dalam perjuangan. Karena perjuangan ini bukan tentang siapa di antara
makhluk-Nya, tetapi tentang kebenaran yang tak pernah bisa
dikaburkan. Sepayah apapun mereka mengaburkan kebenaran, tetaplah
kebenaran itu terang benderang, yang malamnya saja bagaikan siang, di
mata orang-orang beriman. Dan untuk Sang Maha Hidup, Pemberi
pertolongan dan Pelindung sejati, yang membuat perjuangan ini selalu
hidup, siapapun pelaku perjuangan tersebut dan kapanpun masanya.
Karena dengan mengenali kebenaran, kita akan mengenal para
pengembannya, bukan sebaliknya
(10-Februari-2017)
Ketika tak ada lagi tempat mendapat keadilan di negeri ini, maka mari
kita berlindung pada Allah Pemilik segala kekuatan, Sang Maha Adil.
Lalu kita bentuk kekuatan, gelorakan persatuan di seluruh pelosok
negeri. Dan yakinlah, semakin kita dicekik dan ditekkan, maka akan
muncul kekuatan baru. Seperti ketika Nabi saw dicekik dan dipukul oleh
Abu Jahal, maka datanglah kekuatan dengan masuk Islamnya Hamzah
sang singa Allah.
Andaipun kita punya kesalahan dalam berjuang untuk Islam ini, karena
memang kita manusia, namun yakinlah kesalahan kita tak seberapa
dibanding mereka, dan kita punya cara yang elegan dalam mengatasi
kesalahan tersebut. Ketika pasukan Abdullah bin Jahsy di sariyah An-
Nakhlah melakukan keteledoran menyerang di bulan Rajab (bulan yang
diharamkan berperang), inlah yang dijadikan opini besar-besaran oleh
musuh Islam bahwa pihak Muhammad telah melakukan pelanggaran.
Rasulullah saw tidak menyetujui tindakan Abdullah bin Jahys, untuk itu
beliau membayar diyat seorang yang dibunuh dan membebaskan dua
tawanan. Namun Allah SWT mengingatkan, "...Membunuh di bulan
yang diharamkan memang dosa besar, tetapi menghalang-halangi dari
jalan Allah, kufur kepada-Nya, menghalang-halangi dari Masjidil
Haram, mengusir penduduknya, itu lebih besar lagi dosanya di sisi
Allah, dan fitnah (menimpakan penindasan terhadap muslimin) itu lebih
besar dari pembunuhan itu." (QS. 2:217). Dan Allah telah mengampuni
kesalahan Abdullah dan pasukannya itu.
Penyerangan opini media penipu begitu bising di telinga kita. Ini tidak
bisa dibiarkan. Ketika kita mengusir metro tv dan kompas jangan
dianggap sebagai tindakan yang tidak demokratis, justru merekalah
yang tidak demokratis dengan berita-berita dan opini-opini yang
menyerang, tendensius, tidak adil, menyudutkan dan mendiskreditkan
(25-Februari-2017)
Kalaulah bukan karena semangat ini, juga karena ancaman ayat Al-
Qur'an terhadap yang menyembunyikan ilmu, niscaya tangan ini tidak
akan tergerak untuk menulis, juga lisan tidak akan tergerak untuk
bertutur, menjalankan tugas da'wah dan menyampaikan amanah ilmu.
(14-Maret-2017)
Maka apalah lagi kita makhluk yang lemah, banyak kekurangan dan tak
luput dari dosa. Sudah pasti akan ada yang membenci bahkan menghina
dan menjatuhkan, disamping ada yang suka dan senang.
Bersyukurlah.
(24-Maret-2017)
َّ أ ُ ِحةُّ ان
َ صا ِن ِحيٍَْ َونَضْثُ ِي ُْ ُه ْى َوأ َ ْر ُجى أ َ ٌْ أَََا َل تِ ِه ُى ان َّشفَا
َعة
(25-Maret-2017)
(28-Maret-2017)
Maka agama ini tersimpul dalam tiga rukunnya, Islam, Iman dan Ihsan.
Islam khitobnya kepada jasad yang berkaitan dengan amal-amal
lahiriyah termasuk kategori ilmu syariat dan fiqih. Sedangkan iman
khitobnya kepada akal yang kemudian menjadi keyakinan-keyakinan
termasuk kategori ilmu akidah. Dan Ihsan khitobnya kepada ruh
termasuk kategori ilmu akhlaq atau dalam istilah lain ilmu tasawuf.
Akidah ternyata dasarnya simpel, hanya dalam enam rukun iman: iman
kepada Alloh, iman kepada para malaikat-Nya, iman kepada kitab-
kitab-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, iman kepada hari akhir, dan
iman kepada qodho dan qodar (takdir baik dan buruk).
(11-April-2017)
(19-April-2017)
Kemuliaan seseorang itu terletak pada ilmu Islam dan ketaqwaan yang
melekat pada dirinya, bukan pada harta kekayaan dan pencapaian
materi.
(20-April-2017)
Kita tidak boleh merasa puas dengan ilmu yang telah diraih, karena
kita diajarkan untuk terus menambahnya, “Dan berdoalah, Ya Tuhanku
tambahkanlah untukku ilmu.” (QS. Thaha : 114). Perintah untuk belajar
itu bukanlah dengan menghasilkan pemahaman yang ala kadarnya,
tetapi mesti dengan pemahaman yang mendalam sebagaimana termuat
dalam kata tafaquh. Karena memang, ilmu yang mendalam itu akan
berkaitan dengan setiap amal yang kita lakukan dengan teliti, karena
sedikitpun tidak ada yang lengah dari pengetahuan dan penglihatan
Allah SWT, dan Allah maha teliti dalam menghisab setiap amal kita.
Oleh karena itu, kita mesti teliti dan mendalam dalam mempelajari ilmu,
agar pengamalannya pun bisa dipertanggungjawabkan secara teliti.
Belajar ilmu Islam ini, selain sebagai usaha yang sungguh-sungguh
untuk bisa selamat dari neraka, juga penentu bagi derajat kita di surga.
Semakin berkualitas ilmu yang kita pelajari, selanjutnya semakin
berkualitas iman dan amal kita, dan itulah yang menentukan tingginya
derajat kita di surga. Wallahu A’lam.
(21-April-2017)
"Tidaklah sama antara laki-laki dan perempuan" (QS. Ali Imran : 36)
(21-April-2017)
Sementara wajah pendidikan kita hari ini sedang carut marut diguyur
dengan materialisme yang menjadikan lembaga pendidikan sebagai alat
untuk menghasilkan uang, tujuan belajar adalah untuk kerja dan kerja,
mencari uang, bahkan menjadi buruh. Komersialisasi aktifitas
pendidikan. Dan tak terkecuali di lembaga pendidikan Islam, sudah
merambah ke dunia pesantren.
Maka perlu untuk menggali kembali akar pendidikan Islam, baik dari
para pendahulu kita di negeri ini, terlebih kepada sumber acuan
pendidikan kita yaitu sistem yang telah dijalankan oleh Rasulullah saw
kepada para sahabatnya, yang kemudian dilanjutkan secara sambung
menyambung oleh para ulama dan orang-orang sholeh berikutnya.
Merekalah tokoh-tokoh teladan kita dalam pendidikan.
(4-Mei-2017)
Kalau masih ada yang fhobia dengan syariat Islam, mestinya ia belajar
tentang hakikat syariat Islam yang sebenarnya jangan mengikuti opini-
opini yang memberikan citra buruk. Kalau orang sudah paham, maka ia
akan tahu bahwa syariat Islam itu aturan yang sangat indah dan yang
memberikan keadilan yang sesungguhnya. Aturan yang bisa ditegakkan
ditengah kemajemukan yang memberikan keadilan bagi seluruhnya,
yang memberi rahmat bukan hanya bagi muslim tapi juga bagi non-
muslim. Orang beriman tidak perlu lagi ragu dengan syariat Islam,
karena keraguan bukanlah keimanan, tinggal ia lebih mendalaminya
(7-Mei-2017)
*Musyker tahun ke-2 pemuda persis pc. Cipatat, kab. Bandung Barat,
30-4-2017
(7-Mei-2017)
Banyak sudah dan tak terasa yang menceraikan kita dari Al-Qur'an dan
kebanggaan padanya. Suguhan-suguhan teknologi yang melenakan,
cerita-cerita fiktif imajinatif yang membuat hidup dalam khayalan
sembari mengabaikan kisah-kisah menakjubkan pilihan Alloh, seabreg
tips dan buku-buku howto untuk bahagia hidup tanpa melirik petunjuk
jitu dari Al-Qur'an, aneka hiburan dan musik diayunkan tanpa mau
merasakan indahnya lantunan Al-Qur'an yang memberi ketenteraman,
hingga tumpukan kertas berisikan pemikiran yang dianggap brilian dari
komunisme, liberalisme, sekularisme, hellenisme, hedonisme,
humanisme, dan segudang ekstasi pemikiran yang membingungkan,
sambil melecehkan ayat-ayat yang penuh mu'jizat yang mengguguli
segala logika.
(29-Juni-2017)
(19-Juli-2017)
Abu Dawud meriwayat dalam sunannya, dalam bab kapan seorang anak
diperintahkan shalat, hadits no.495, dari Amr bin Syu‟aib, dari ayahnya,
dari kakeknya, ia berkata, Rasulullah saw bersabda : “Perintahkanlah
anak-anak kalian (mencakup laki-laki dan perempuan) untuk shalat (dan
apa-apa yang berkaitan dengan syarat-syaratnya) ketika mereka berusia
tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika meninggalkan shalat) ketika
mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkanlah di antara mereka dalam
tempat tidur.” Hal itu supaya mereka terbiasa dan akrab dengannya. Al-
Munawi berkata dalam Fathul Qadir syarah Al-Jami‟ Ash-Shagir :
“Pisahkanlah di antara anak-anak dalam tempat tidur mereka yang
mereka tidur padanya apabila mereka mencapai usia sepuluh tahun,
sebagai bentuk kewaspadaan dari kerusakan-kerusakan syahwat, jika
mereka (bersama) saudari-saudari perempuan.” (Lihat „Audul Ma‟bud
„ala Syarhi Sunan Abi Dawud, hal.264).
(20-Juli-2017)
Ilmu fiqih itu sangat mendalam, tidak bisa satu dua ayat atau hadits
dalam satu masalah langsung disimpulkan, tapi perlu mengumpulkan
berbagai dalil (jam'ul Adillah), kemudian diramu, lalu disimpulkan,
setelah itu pun perlu memahami realitas (waqi') untuk menerapkannya
terhadap peristiwa tertentu. Nah, para imam dan ulama madzhab itu
sangat banyak menguasai (menghapal dan memahami) hadits, terlebih
Al-Qur'an, mereka juga menguasai perangkat-perangkat untuk
memahaminya dan menerapkannya.
Jadi pertanyaan yang tepat, kamu memahami Al-Qur'an dan Hadits yang
zhonni dengan madzhab apa? Hanya saja di zaman ini ada orang yang
Jadi, bisa jadi kita mendengar atau membaca ada pendapat imam
Madzhab lalu tidak ada dalilnya, hanya karena kita tidak tahu saja,
bukan benar-benar tidak ada. Ketika kita mempelajari fiqih melalui
madzhab tertentu, karena memang madzhab itu adalah suatu madrasah
pembelajaran fiqih, kita misalnya mempelajari matan-matan yang berisi
pendapat tanpa dalilnya, maka jangan terburu-buru memvonis tidak ada
dalilnya. Karena matan itu sendiri bervariasi, ada yang menyebut satu
pendapat saja, ada yang menyebut perbedaan pendapat di satu madzhab
itu, ada yang menyebut dengan dalilnya, dan sebagainya. Lagi pula
pembelajaran fiqih dalam madzhab itu sangat sistematis, ada
tahapannya, tahap awal memang biasanya dengan matan yang berisi
kesimpulan-kesimpulannya agar mudah dihapal, dan biasanya guru
yang mumpuni akan menjelaskan dengan dalil-dalilnya, setelah itu
mempelajari syarahnya, lalu kemudian membandingkan dengan
madzhab lain, lalu mentarjih (mengambil yang lebih kuat). Seperti
dalam madzhab Syafi'i, kita pertama belajar matan Abu Syuja', lalu
syarahnya misalnya Kifayatul Akhyar, yang dijelaskan disana dalil-
dalilnya dan perbedaan pendapatnya, lalu belajar juga Al-Wajiz imam
Ghazali dan Al-Minhaj imam Nawawi yang permasalahannya lebih
meluas lagi, lalu Al-Majmu Syarah Muhadzdzab karya imam Nawawi
yang merupakan perbandingan (muqoronah) dengan madzhab lain serta
Wallohu A'lam.
(16-Agustus-2017)
Ada pula yang terbelenggu oleh hawa nafsunya. Segala keinginan yang
dicampuri angan-angan selalu menjajah diri tanpa disadari, harta, tahta,
bahkan keluarga, yang semua itu terkumpul dalam cinta buta, seringkali
memperbudak manusia.
Ajakan itu bukanlah paksaan. Maka jelas dalam prinsipnya, “Tidak ada
paksaan untuk memeluk agama Islam”, “Siapa yang berkehendak
silahkan beriman, dan siapa yang berkehendak silahkan kafir”. Tapi
tentu setiap perbuatan itu ada balasan dan konsekwensinya. Kewajiban
sebagai muslim hanyalah beribadah, berda‟wah, dan juga secara khusus
menjadi khalifah. Tunduk dan taat kepada Allah, mengajak tanpa
memaksa, serta menjalankan peran di muka bumi ini dengan
menegakkan aturan Allah, mengadakan perbaikan dan memakmurkan
bumi. Untuk itu, dalam banyak ayat Allah mengingatkan kepada Rasul-
Nya bahwa kewajibannya adalah memberi peringatan dan
menyampaikan, bukan memaksa. Maka dalam mengajak pun kita
diperintahkan agar melakukannya dengan cara yang paling baik.
Inilah yang menjadi misi Islam, yang kemudian dilanjutkan oleh para
sahabat. Suatu ketika seorang sahabat, prajurit Islam, Rib‟i bin „Amir
ditanya oleh Rustum, panglima Persia tentang misi apa yang dibawanya.
Ia menjawab, “Allah mengutus kami untuk mengeluarkan manusia dari
penghambaan kepada makhluk menuju penghambaan kepada Sang
Khaliq, dari sempitnya dunia kepada keluasan dunia dan akhirat, dan
dari kezhaliman agama-agama kepada keadilan Islam.” Untuk misi
inilah, kaum muslimin terus berdakwah dan berjihad.
Dengan kesepakatan itu, tentu suatu hal yang wajar jika sebuah sanksi
diberlakukan kepada yang melanggar, dan itu bukanlah mengganggu
kebebasan orang lain, justeru untuk menjaga kebebasan bersama. Untuk
itulah Rasulullah saw mengusir orang-orang yahudi dari Madinah
karena melanggar perjanjian yang sudah disepakati bersama. Untuk
Jika ada orang yang mencuri, tentu kita semua sepakat itu sebuah tindak
kriminal yang mesti diberikan sanksi. Bagi orang Islam, sanksi untuk
pencuri itu sudah ditentukan oleh Allah SWT dalam syariat-Nya, tidak
bisa ditawar-tawar lagi, ia harus tunduk kepada aturan Allah yang
mengandung hikmah besar bahwa sanksi yang ditentukan itulah yang
dapat mengobati penyakit kriminal tersebut. Maka para pemimpin dan
pejabat muslim di suatu negara ia berkewajiban untuk menerapkan
hukum Allah dan memperjuangkannya. Dalam negara demokrasi, jika
mayoritas menyetujuinya, apa yang menghalanginya untuk diterapkan?
Tentu tidak masalah. Jika non-muslim punya hak untuk berjuang dalam
negara demokrasi, maka umat Islam pun punya hak untuk berjuang
menjalankan kewajibannya terhadap hukum Allah. Namun
permasalahannya, ketika hak-hak umat Islam itu dijegal dan terus-terus
dizhalimi, inilah yang menjadi alasan mengapa umat Islam harus
berjihad. Tentu dengan cara yang tidak menimbulkan kemungkaran
yang lebih besar.
(50) Belajar ilmu sosial (IPS) dari pencetus awalnya, Ibnu Khaldun.
(w.808 H/1406 M)
(18-Agustus-2017)
Beliau mengatakan, "Akan kami jelaskan dalam kitab ini hal-hal yang
dialami manusia akibat aktifitas sosial mereka, berupa unsur-unsur
peradaban dalam kerajaan, mata pencaharian, ilmu dan profesi. Hal itu
kami uraikan dengan argumen-argumen yang dapat menyingkap
kebenaran sehingga menjadi jelas bagi kalangan awam maupun khusus,
menepis kesalahpahaman dan menghilangkan keraguan" (Muqoddimah
Ibnu Khaldun, hal.65-66, Terjemahan Pustaka Al-Kautsar).
Dalam buku ini beliau telah membahas banyak ilmu sosial yang
berkembang saat ini, seperti geografi, pendidikan, ekonomi, politik, dan
tentu saja ilmu sejarah, dsb.
Dan tentu saja, beliau seorang ulama Islam banyak mendasarkan ilmu-
ilmu sosial yang dibahasnya dengan dalil-dalil dari Al-Qur'an dan
Hadits.
Inilah yang harus diketahui oleh generasi umat Islam sekarang, serta
dipelajari dan didalami agar kita tidak melupakan kebesaran para ulama
kita.