NIM : 215060507111055
Mata Kuliah : Agama Islam 1FU
Dosen Pembimbing : M. Agus Budianto, S.Th.I., M.Ag.
1. Uraikan sejarah tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad dalam Islam dan peringatan
Maulid Nabi Muhammad di Nusantara!
Jawab :
Maulid Nabi Muhammad SAW adalah peringatan hari lahir, yang di Indonesia perayaannya jatuh
pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Perayaan Maulid Nabi merupakan
tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara
subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.
Peringatan Maulid Nabi pertama kali dilakukan oleh Raja Irbil (wilayah Irak sekarang), bernama
Muzhaffaruddin al-Kukbiri, pada awal abad ke 7 Hijriyah. Dijelaskan oleh Sibth ibnu al-Jauzi bahwa
dalam peringatan tersebut, Sultan AlMuzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan ulama dari berbagai
disiplin ilmu, baik fikih, hadis, kalam, usul, tasawuf, dan lainnya. Sejak tiga hari sebelum hari pelaksanaan
Maulid Nabi, berbagai persiapan dilakukan. Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan para
hadirin yang hadir dalam perayaan Maulid Nabi tersebut. Segenap para ulama saat itu membenarkan
dan menyetujui apa yang dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut. Mereka semua berpandangan
dan menganggap baik perayaan Maulid Nabi yang digelar untuk pertama kalinya itu. Di Indonesia
sendiri, umat Islam merayakan Maulid Nabi dengan berbagai cara. Ragam perayaan itu pada umumnya
didasarkan pada kebiasaan dan adat istiadat daerah setempat.Tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad
SAW mulai berkemang sejak masa Wali Songo. Perayaan itu bertujuan untuk menarik minat masyarakat
dalam memeluk agama Islam. Hingga pada akhirnya, tradisi tersebut semakin berkembang sampai
sekarang Peringatan Malid Nabi di Nusantara bermacam-macam sesuai dengan daerah, sebagai contoh
masyarakat Jawa merayakan Maulid dengan membaca Manakib Nabi Muhammad dalam Kitab Maulid
Barzanji, Maulid Simtud Dhurar, Diba’, Saroful Anam, Burdah, dan lain-lain.
2. Jelaskan pandangan ulama mengenai tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad, baik yang
pro dan kontra !
JAWAB :
Berikut beberapa pandangan ulama mengenai tradisi peringatan maulid nabi :
"Perayaan Maulid Nabi SAW termasuk perkara bid'ah yang tidak ada contoh dari kalangan salaf generasi
sahabat, tabiin dan tabiit tabiin. Akan tetapi perayaan Maulid Nabi SAW perbuatan baik dan buruk.
Siapa saja yang merayakannya dan bisa melakukan perbuatan baik dan menghindari yang buruk maka ini
termasuk bid’ah hasanah."
Imam As-Suyuti
Perayaan maulid disebut Imam As-Suyuti sebagai bid'ah hasanah karena biasanya diisi dengan
perbuatan-perbuatan baik, seperti membaca Alquran, hadist dan berkumpul bersama saudara Muslim
lain.
"Menurutku bahwa perayaan Maulid Nabi SAW dengan cara berkumpulnya sekelompok manusia,
membaca Alquran, membaca hadits Nabi, kemudian dihidangkan makanan untuk para hadirin maka ini
termasuk perbuatan bidah hasanah yang pelakunya mendapatkan pahala. Sebab dalam perayaan
tersebut ada unsur mengagungkan Nabi SAW, menampakkan kebahagiaan dan senang dengan kelahiran
Nabi SAW."
Maulid Nabi dijelaskan Imam Ibnu Taimiyah sebagai bid'ah yang tidak dianjurkan untuk
dilakukan seorang Muslim. Hal ini karena perayaan ini tidak diajarkan dalam syariat baik di Alquran dan
hadist. "Melakukan sesuatu kebiasaan selain kebiasan syar’i seperti menghidupkan malam maulid Nabi
SAW, malam bulan Rajab, bulan Dzulhijjah, hari Jumat awal bulan Rajab adalah termasuk bidah yang
tidak dianjurkan ulama salaf untuk melakukannya."
Syekh bin Baaz menilai perayaan ini sebagai bid'ah yang tidak boleh dilakukan karena Nabi Muhammad
tidak pernah melakukannya. Generasi seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali juga tidak pernah
melakukannya."Perayaan Maulid Nabi SAW hukumnya bidah. Tidak boleh melakukannya menurut
pendapat shahih dari ulama. Sebab Nabi SAW dan para sahabat tidak pernah melakukannya. Begitu juga
generasi terbaik setelah mereka. Perayaan Maulid Nabi SAW baru muncul pada masa kejayaan syiah.
Maka tidak boleh taqlid Kepada perbuatan syiah."
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari sejumlah ahli, dikia perbuatan mengucapkan zikir
atau berzikir itu dalam dialek setempat lazim disebut Badikia, mereka mengutip kitab suci Quran
(al-Ahzab: 56). Badikia dilakukan sejak tengah malam sampai subuh, dan dilanjutkan dengan
acara basyarafal sampai waktu sholat ashar besok Kemudian ditutup dengan makan maulud
yakni makan bersama orang se nagari di masjid. Makanan diantar dari setiap rumah yang
dinamakan jamba. Sedangkan Malamang artinya memasak lemang. Lemang adalah penganan
yang berasal dari bahan ketan, kemudian dimasukkan kedalam bambu yang sudah berlapis daun
pisang muda.Lemang–lemang yang dibuat untuk kepentingan acara di atas, dihidangkan kepada
tamu (atau siapa saja) yang datang pada kegiatan itu.Lamang ini hanya sekedar kudapan.
Saya sendiri setuju dengan peringatan tradisi Maulid Nabi yang ada dilingkungan saya karena ini
merupakan wujud kesenangan atas hari kelahiran nabi dan kegiatan yang dilakukan memberi
pengaruh positif.
Karena dilingkungan saya sudah tidak ada lagi dilakukan tradisi seperti ini jadi saya mengambil
foto dokumentasi tradisi badikia dan malamang dari internet. Dapat terlihat pada gambar 2 tradisi
badikia akan dipimpin oleh beberapa ulama dan ulama akan menceritakan tentang sejarah Nabi
Muhammad. Setelah itu akan dilanjutkan dengan kegiatan berdzikir dan melafadzkan shalawat nabi
secara bersama-sama. Kegiatan badikia ini berlangsung dari isya hingga ashar keesokan harinya, ketika
akhir acara terdapat kegiatan makan bersama seperti yang terlihat pada gambar 2 terdapat banyak
makanan yang ditumpuk atau disebut makan bajamba. Setelah itu dilaksanakan acara balamang atau
memasak lamang bersama-sama yang ada pada gambar 1. Berikut link video dari tradisi badikia dan
malamang : https://youtu.be/SBRPAPPtGcU
https://youtu.be/VF9sxUblw4U