Anda di halaman 1dari 5

Nama : Bintang Thaleeta Keisya Aditya

NIM : 215060507111055
Mata Kuliah : Agama Islam 1FU
Dosen Pembimbing : M. Agus Budianto, S.Th.I., M.Ag.

Paradigma Qur’an Dalam Perkembangan Sains Dan Teknologi

A. Definisi IPTEK
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui panca indera, intuisi,
dan firasat. Dan secara etimologis kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang
terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Sedangkan teknologi adalah produk
dari ilmu pengetahuan atau dari sudut pandang budaya, teknologi adalah hasil penerapan
praksis dari ilmu pengetahuan. Pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik objektif
dan netral, tetapi terkadang teknologi tidak netral karena memiliki potensi untuk merusak.
Itulah perbedaan antara ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Paradigma dan Pendekatan Hubungan Agama dan IPTEK
Dalam Al Qur‟an surat Ali Imron ayat 190 – 191 Allah SWT Berfirman :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”
C. Jenis-Jenis Paradigma
 Paradigma Sekuler
Paradigma sekuler ini memandang agama dan iptek terpisah satu sama lain. Karena
dalam ideologi sekulerisme Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan dan tidak
ditolak eksistensinya, tetapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan antara
manusia dengan tuhannya.
 Paradigma Sosialis
Paradigma ini menolak eksistensi agama sama sekali. Yang artinya agama tidak
berkaitan dengan IPTEK. Seluruh ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis
didasarkan pada ide materialisme.
 Paradigma Islam
Paradigma Islam yang memandang agama sebagai dasar dan pengatur kehidupan.
Yang menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan adalah Aqidah Islam. Aqidah Islam
yang terwujud pada apa yang ada dalam al-Qur`an dan al-Hadits menjadi qaidah
fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh
bangunan
pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia.

D. Tokoh-Tokoh IPTEK yang Berprestasi Dalam Paradigma Islam


 Jabir bin Hayyan (w. 721)
Sebagai ahli kimia termasyhur
 Al-Khawarizmi (w. 780)
Sebagai ahli matematika dan astronomi
 Al-Battani (w. 858)
Sebagai ahli astronomi dan matematika
 Al-Razi (w. 884)
sebagai pakar kedokteran, ophtalmologi, dan kimia
 Tsabit bin Qurrah (w. 908)
sebagai ahli kedokteran dan teknik

E. Pendekatan Agama dengan IPTEK


 Pendekatan Konflik
Agama sangat bertentangan dengan IPTEK atau IPTEK membatalkan agama.
 Pendekatan Kontras
Antara agama dan IPTEK sangat berbeda sehingga jika secara logis tidak mungkin ada
konflik antara mereka. Agama dan IPTEK sama validnya, tetapi harus hati-hati dalam
memisahkan yang satu dari lainnya.
 Pendekatan Kontak
Agama dan IPTEK berbeda. Tetapi IPTEK selalu mempunyai implikasi bagi agama, dan
begitu juga sebaliknya. Agama dan IPTEK saling berinteraksi satu sama lain.
 Pendekatan Konfirmasi
Agama berperan positif dalam mendukung pertualangan ilmiah. Ia mengupayakan
cara-cara yang ditempuh agama, tanpa sama sekali mencampuri sains, untuk dapat
meretas jalan bagi beberapa ide, dan bahkan merestui penyelidikan ilmiah akan
kebenaran.
F. Paradigma Al-Qur’an dalam memahami IPTEK
Paradigma al-Qur’an berarti suatu konstruksi pengetahuan. Konstruksi pengetahuan itu
dibangun dengan tujuan agar kita memiliki “hikmah” untuk membentuk perilaku yang sejalan
dengan sistem Islam, termasuk sistem ilmu pengetahuannya. Selain memberikan gambaran
aksiologis, paradigma al-Qur‟an juga dapat berfungsi untuk memberikan wawasan
epistemologis.
Cara mendapat ilmu pengetahuan Perspektif Abid Al-Jabiri :
 Epistimologi Bayani
Bayani artinya memahami teks sebagai pengetahuan jadi dan langsung
mengaplikasikanya tanpa perlu pemikiran; secara tidak langsung berarti memahami
teks sebagai pengetahuan mentah sehingga perlu tafsir dan penalaran. Dalam
bayani, rasio dianggap tidak mampu memberikan pengetahuan kecuali disandarkan
pada teks. Untuk mendapatkan pengetahuan, epistimologi bayani menempuh dua
jalan,yaitu:
 Berpegang pada redaksi (lafadz) teks yang menggunakan kaidah Bahasa arab.
Kecenderungan tekstualisme ini dimulai oleh al-Syafi‟I pendiri ilmu ushul
fiqih. Sebab ditangan Syafi‟I lah aturan-aturan Bahasa arab dijadikan acuan
untuk menafsirkan teks-teks suci terutama qiyas. Dan yang terakhir ini
dijadikan salah satu sumber dari empat sumber penalaran yang absah (Al-
Quran, hadis, ijma’, dan qiyas untuk menyelesaikan persoalan agama dan
masyarakat.
 Kecenderungan ini berakar pada tradisi setelah Ibnu Rusyd terutama pada
prakarsa al-Syatibi berpegang pada maksud (maqasaid al Syar’i). Teks ini baru
digunakan apabila teks zahir ternyata tidak mampu menjawab persoalan
yang relatif baru tradisi bayani yang bercorak induktif rasional dalam arti
berpijak pada maksud teks ini menjadi trend setelah Ibnu Rusyd. Dengan
cara yang kedua ini bahwa makna yang dikehendaki teks dapat diketahui
dengan:
a) Berpegang pada makna primer dengan mengacu kepada Maqasaid al-
Dharuriyat. Cara ini ditempuh dengan menggunakan metode induksi
tematis dan disinilah peran akal.
b) Berpegangpada illah. Untuk menemukan dan mengetahui illat diperlukan
jalan illah (masalik al-illah) dengan tiga cara, yaitu ditetapkan oleh
nash,ditetapkan oleh mujtahid, dan merangkum sifat-sifat baik untuk
dijadikan illah asal nash kemudian illat itu dikembalikan pada sifat-sifat
tersebut agar bisa dikatakan bahwa illat itu bersifat begini dan begitu.
Cara ini kemudian memunculkan metode qiyas dan ihtisan.
c) Berpegang pada makna sekunder. Menggunakan metode Istidlal, yaitu
mencari dalil diluar teks.
d) Berpegang pada diamnya syar’ Allah. Agar masalah yang tidak
disebutkan didalam teks, sehingga harus dikembalikan pada hukum asal.
 Epistimologi Irfani
Irfani adalah model metodologi berfikir yang didasarkan atas pendekatan dan
pengalaman langsung atas realitas spiritual keagamaan. Irfani dari kata dasar bahasa
arab, arafa yang berarti pengetahuan. Tetapi irfani berbeda dengan ilmu. Irfan
berkaitan dengan pengetahuan yang diperoleh secara langsung lewat pengalaman,
sedangkan ilmu menunjuk pada pengetahuan yang diperoleh lewat transformasi
atau rasionalitas. Metode irfani diperoleh melalui tiga tahap, yaitu:
 Tahap persiapan
Terdapat tujuh tahapan, yaitu:
- Taubat - Sabar
- Wara’ - Tawakkal
- Zuhud - Ridla
- Faqir
 Tahap Penerimaan
Seseorang akan mendapat realitas kesadaran diri yang mutlak, sehingga ia
mampu melihat realits dirinya sendiri sebagai objek yang terlihat.
 Tahap Pengungkapan
Pengalaman mistik yang diintrepretasikan kepada orang lain, lisan, maupun
tulisan.
 Epistimologi Burhani
Burhani adalah aktivitas nalar yang menetapkan kebenaran suatu premis. Metode
Burhani menggunakanaturan silogisme dan harus memenuhu beberapa syarat:
1. Mengetahui latar belakang dalam penyusunan premis
2. Terdapat konsistensi logis antara alasan dan kesimpulan
3. Kesimpulan harus bersifat pasti dan benar
G. Integrasi Iman dan IPTEK
Pengetahuan merupakan salah satu sarana mendekatkan diri kepada Allah. Agar
pengetahuan dapat membimbing orang menuju Allah, maka harus bersentuhan dengan
unsur fitri manusia. Dalam pandangan islam, antara islam, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem
yang disebut dinul islam. Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok yang terkandung pada Al-
Qur’an Surat Ibrahim ayat 24-25, yaitu akidah, syariah, dan akhlak, dengan kata lain iman,
ilmu, dan amal saleh.

Anda mungkin juga menyukai