Anda di halaman 1dari 14

KAIDAH-KAIDAH KEBAHASAAN SEBAGAI LANGKAH DAN

PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI HADITS AHKAM

Wildan Maolana
NIM. 2170050026
Pasca UIN Sunan Gunung Djati Bandung Prodi Hukum Keluarga

PENDAHULUAN

Al-Quran dan al-Sunnah sebagai sumber hukum Islam diturunkan oleh


Allah Swt dengan berbahasa Arab, sehingga untuk dapat memahami dan
menghayati isi kandungan dari wahyu tersebut diharuskan memiliki kemampuan
bahasa arab. Kaitannya dengan istinbath hukum, para ulama ushul fiqh
menetapkan kaidah-kaidah kebahasaan yang selanjutnya mereka jadikan pedoman
dalam mengambil petunjuk hukum yang tercakup kedalamnya. kaidah tersebut
dikenal sebagai qawaid ushuliyyah disebut juga qawaid istinbathiyyah atau
qawaid lughowiyyah.

Qawaid Ushuliyyah berfungsi sebagai alat untuk menggali ketentuan


hukum yang terdapat dalam bahasa (wahyu), sehingga menguasai kaidah-kaidah
ushul menjadi sesuatu yang wajib bagi para mujtahid. Namun, masih ada orang
yang tidak memahami dan bahkan tidak mengenal apa saja kaidah-kaidah
ushuliyyah yang telah ditetapkan oleh para ulama. Oleh karena itu, penulis
menyusun makalah tentang kaidah-kaidah ushuliyyah sebagai langkah dan
pendekatan dalam memahami hadits ahkam, dan disetiap kaidah penulis berikan
contoh-contoh nash hadits yang menurut penulis sesuai dengan kaidah yang
sedang dibahas.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kaidah-kaidah Ushuliyyah


Qawaid Ushuliyah adalah suatu ketetapan umum (hukum kulli) yang
dapat dijadikan standar bagi hukum juzi yang diambil dari dasar yang kulli, yakni
al-Quran dan as-Sunnah. Qawaid ushuliyyah juga disebu dengan Qawaid
istinbathiyyah atau Qawaid Lughowiyah. Kaidah-kaidah tersebut berkaitan
dengan cara penggalian hukum, yakni pemaknaan terhadap dalil-dalil hukum,
baik ayat al-Quran maupun hadits. hal ini berkaitan dengan tarkib (susunan
kalimat) dan uslub (gaya bahasa).1

1
Mujiyo Nurkholis, 2003, Metodologi Syarah Hadis, Bandung, Fasygil Group, h 131
Maka dari itu, kaidah-kaidah ini banyak berkaitan dengan problematika
pemahaman lafal perintah, larangan, umum, khusus, pengecualian, serta mutlaq
dan muqoyyad.
B. Amr (Kalimat Perintah)

Kalimat al-amr/ amar adalah:

2

Kalimat al-amr/ amar adalah ucapan yang menuntut suatu perbuatan dari
pihak orang yang posisinya lebih rendah. Amar ada dua macam, yaitu amar haqiqi
dan amar majazi. Kalimat yang memenuhi kriteria dalam definisi di atas disebut
sebagai amar haqiqi. Apabila tuntutan yang sama tidak terungkap dengan bahasa
lisan, atau tidak dimaksudkan sebagai tuntutan secara haqiqi, atau tuntutan
tersebut ditunjukkan kepada orang yang posisinya sejajar, maka disebut sebagai
amar secara majazi. Adapun tuntutan yang ditunjukkan kepada pihak yang lebih
tinggi, maka kalimatnya disebut dengan doa bukan amar3.

Kalimat-kalimat yang menunjukkan amr adalah sebagai berikut: fiil amr,


fiil mudhori yang disertai lam amr, isim fiil al-amr, mashdar pengganti fiil
amr, khabar bermakna amr, kata yang bermakna memerintah, berita tentang
kewajiban, dan jawab syarat-syarat yang mengisyaratkan ketentuan denda dan
hukuman4.

Kalimat amr digunakan dalam beberapa hal5:

1. Al-Tahdid (peringatan)6
2. Ikrom (memuliakan)7
3. Taziz (melemahkan)8
4. Tafwidh9
5. Talhif (membuat sedih atau merana)10
Kaidah-kadiah Amr
1.

,
Asal kalimat perintah menunjukkan wajib.11

2
Abdul Hamid Hakim, 2007, Al-Sulam, Jakarta, Sadiyah Putra, hlm 12.
3
Mujiyo Nurkholis, Op cit, h 132
4
ibid
5
Op, cit: 12-13
6
Qs al-Fushilat: 40
7
Qs al-Hijr: 46
8
Qs al-Baqarah: 23
9
Qs Thoha: 72
10
Qs Ali Imron: 119
2.

Perintah terhadap sesuatu pada dasarnya tidak menunjukkan pengulangan12.
3.

Perintah pada dasarnya tidak mengharuskan dilaksanakan segera13
4.

Perintah melaksanakan sesuatu menunjukkan perintah untuk melaksanakan
setiap hal yang menjadi perantara kepada perintah tersebut. Contoh haditsnya
adalah hadits pada no 3, perintah melaksanakan pernikahan termasuk juga
perintah untuk memenuhi hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan, baik dari
rukun, syarat dan lainnya.
5.

perintah terhadap sesuatu menunjukkan larangan meninggalkan perintah
tersebut.14
6.

perintah mengqoda berlaku pada sesuatu yang baru15
7.

Perintah setelah datangnya larangan menunjukkan hukum mubah, kaidah ini
menunjukkan bahwa suatu perintah terhadap sesuatu yang pada awalnya

: 11
:




:
()1117 ,
: 12
:


- : - -
13
, , , !


; .

: : 14



:

" : " ( )4066 ,

:



15
. : :

. :
:

()335 ,

sesuatu tersebut dilarang oleh syariat, maka hukum perintah (amr) tersebut
dihukumi mubah, bukan wajib.16
)C. Al-Nahy (Kalimat Larangan

yang artinya cegahan, adapun secara Al-Nahy secara bahasa adalah


istilah

yakni, suatu perintah untuk meninggalkan
sesuatu dari orang yang berposisi tinggi kepada yang berposisi rendah17.

Kalimat Al-Nahy digunakan dalam beberapa hal, yakni:

1. Al-Dua18
2. Irsyad19
3. Tayis20
4. Itinas21
5. Tahdid22

Kaidah-kaidah yang berkaitan dengan al-Nahy:

1.
asal suatu larangan menunjukkan keharaman23
2.

larangan terhadap sesuatu merupakan perintah untuk tidak melakukannya24

16 :
" : :















"

( )996 ,
17
Abdul Hamid Hakim, hlm 15
18
Qs al-Baqarah: 286
19
Qs al-Maidah: 101
20
Qs Tahrim: 7
21
Qs Taubat: 40
22
Seperti ucapan, artinya janganlah kamu mengikuti urusanku.

23
:

:
( 23)1408 ,

: 24
: :


3.

larangan secara mutlak berlaku selamanya disemua zaman25
4.



larangan terhadap sesuatu menunjukkan bahwa sesuatu itu dapat merusak
ibadah.26
5.


larangan terhadap sesuatu menunjukkan bahwa sesuatu itu dapat merusak
akad27




25


:

()5523 ,




:
26
" :

:
: :
: " ()415 , :

:
27
:

:
:



( )1880 ,
)D. Al-Am (Umum

Kalimat am adalah kalimat yang menunjukkan sesutu dengan mencakup


seluruh satuannya tanpa batas28. Adapun lafal-lafal yang menunjukkan kalimat
am ada 829, yaitu:

,30 , , 1. Lafal
, dalam kalimat majaz31 , , 2. Lafal
, dalam kalimat istifham32 , , 3. Lafal

28
Mujio Nurkholis: 135
29
Abdul Hamid Hakim: 18-19
: 30
:


:
( )1400.
:
:
()252. - -
:
" :

:
"
()523.


:

:
( )589 ,
: 31



:
()278.

:
. :
.
()1445.
: 32
: :
: :

()2589.
4. Lafal 33
5. Lafal nakiroh setelah nafi
6. Isim mausul34
7. Tarif Idhofat
8. ) yang masuk dalam kalimat jama35( Alif lam

)E. Khas dan Takhshish (Khusus dan Pengecualian

yakni suatu Kalimat khas adalah


lafal yang tidak mengandung arti dua atau lebih dan tidak ada pengecualian
, dan , adapun lafal yang menunjukkan arti dua seperti lafal seperti lafal
lafal yang menunjukkan makna banyak beserta pengecualian seperti lafal
.. adapun Takhshish adalah lafal yang mengeluarkan sebagian sesuatu yang
masuk kedalam lafal yang umum terhadap takdir tidak adanya mukhoshish36.

A.Djazuli dan I.Nurol Aen sebagaimana yang telah dikutip oleh Mujio
Nurkholis menyatakan bahwa Khas adalah lafal yang menunjukkan satu atau
beberapa satuan terbatas, sedangkan Takhshish adalah menetapkan keberlakukan
makna suatu kalimat pada sebagian satuan tertentu37.


:
" :


:

" ()1152.

: 33
: :
" : :

" ()28.
34
:
:


()1436.

35
:



:
36
Abdul Hamid hakim, h 22
37
Mujio Nurkholis, h 136
Mukhosis ada dua macam, yakni Mukhoshish muttashil dan Mukhoshish
munfashil, adapun maksud dari keduanya adalah sebagai berikut38:

1. Mukhoshish muttashil, yakni suatu lafal yang tidak dapat berdiri sendiri, namun
membutuhkan makna lafal lain yang berada pada sebelum lafal tersebut,
Mukhoshish muttashil ada 6 macam, yakni:
atau salah satu saudanya a. Istisna adalah mengeluarkan apa yang sesudah
dari yang sebelumnya. sarana untuk istisna adalah illa39, siwa40, khola41,
ada42, ghoiru43, layakunu44, laysa45, ma ada, ma khola, dan yang sejenis

38
Abdul Hamid hakim, h 22
:
39
:



()1412 ,


: 40


:


:
(,


)1156
: 41
: :
:

42
: :



" :

"

:



:


43

: :

(,
)5195
: : 44
:
:


:

()993 ,



45 :

()1480 , :
dengan itu. syarat sahnya istisna hendaknya bersambung dengan yang
dikecualikan (mustatsna minhu) dengan sebenarnya atau pada hukumnya,
tanpa ada penyela yang memisahkan diantara keduanya. maksud hukum
muttashil adalah apa yang dibicarakan berdasarkan urf tidak kembali
setelah selesainya pembicaraan pertama. jika ada penyela diantara
keduanya, keduanya akan terpisah karena terputusnya pembicaraan si
pembicara. oleh sebab itu apabila terjadi pemisahan antara keduanya, tidak
dikategorikan sebagai istisna .46
b. Syarat adalah apa yang mengharuskan tidak ada dengan tidak adanya
syarat, tetapi tidak mengharuskan adanya dengan adanya syarat. bentuk
. dan induk, 47, 48, 49, 50, 51, 52 syarat diantaranya adalah,

46
Dedi Supriyadi, Op Cit, h 322.

:
47


:

: : :

- : - :
:

()1115 ,
: 48
:




()141 ,



49
: :

()6018 ,

50
" :
" ( )1480 ,
51
:
: :
: " : : . :
" ()3425 , :

52

: [ ]146:
:
: : :
: :
()3366 ,
dari bentuk-bentuk ini semua adalah . Sebab itu adalah
huruf, sedangkan yang lain adalah sarana untuk syarat yang merupakan
isim, yang pokok pada pemberian makna untuk isim-isim syarat itu adalah
huruf, dan karena itu digunakan pada semua bentuk syarat, berbeda
dengan isim-isim syarat. syarat sahnya syarat pada bentuk-bentuk ini
adalah bersambung dengan yang disyaratkan secara hakiki tanpa adanya
kemungkinan pemisah antara keduanya dan diperbolehkan syarat tersebut
mendahului yang disyaratkan atau mengakhiri syarat atas yang disyaratkan,
asalakan tetap ada hubungan.53
c. Sifat, jika yang umum itu disertai sifat, yang umum tersebut dikhususkan
dengan sifat tersebut. adapun hal selain sifat tersebut, dikeluarkan dari
umum. syarat sahnya takhsis dengan sifat itu adalah hendaknya
bersambung dengan yang disifati atau pada hukum bersambung.54
d. Ghoyah, bentuk ghoyah (tujuan) itu terdiri dari dua lafal yaitu dan .
jika salah satu dari keduanya masuk pada pembicaraan yang sifatnya
umum, bentuk tujuan tersebut mengeluarkan hal-hal yang sesudahnya dari
keumuman. hal yang sesudahnya harus berbeda hukumnya dengan yang
sebelumnya.55
e. Badal Bad
2. Mukhoshish Munfashil, Takhsis dengan dalil yang terpisah itu terjadi dengan
dalil-dalil sami karena keumuman yang dikhususkan itu adalah lafal yang dalil
sami tersebut datang dengan lafal tersebut maka tidak di-takhsis, kecuali
dengan dalil sami. dalil sami adalah al-Quran, as-Sunnah, ijma sahabat, dan
qiyas yang illatnya diambil dari al-Qiran dan as-Sunnah. adapaun selain dalil
empat ini tidak dipandang bagian dari dalil-dalil takhsis. tidak boleh men-
takhsis (dalil) yang umum dengan dalil aqli. adapun macam-macam takhsis
munfashil adalah sebagai berikut:
a. Takhshish al-Quran dengan al-Quran56

53
ibid
54
ibid
55
ibid
56
QS Maidah ayat 5







Pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi
Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan Dihalalkan
mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-
wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al kitab sebelum kamu, bila
kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud
b. Takhshish al-Quran dengan hadits57
c. Takhshish hadits dengan al-Quran58

berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman
(tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat Termasuk
orang-orang merugi.
Ayat diatas mentakhsis QS al-Baqarah ayat 221.




Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan
janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia
menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan
dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia
supaya mereka mengambil pelajaran.

57
QS an-Nisa ayat 11








Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian
seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya
perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak
perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi
masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai
anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja),
Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka
ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat
yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu,
kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini
adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
ayat diatas ditakhsis dengan sabda Rosullah Saw:
:

:



)2645 , (
58
hadits tentang tidak diterimanya solat seseorang hingga melaksanakan wudu





:



)6954 ,(
hadits diatas ditakhsis dengan firman Allah surat an-Nisa ayat 43





d. Takhshish hadits dengan hadits59
e. Takhshis al-Quran dengan qiyas60
f. Takhshish dengan akal
g. Takhshish dengan hiss (panca indra)
h. Takhshish dengan hubungan
F. Muthlaq dan Muqoyyad

Lafal muthlaq dan muqoyyad adalah:







Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu
dalam Keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit
atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang
baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha
Pengampun.
59
hadits tentang larangan memberikan zakat kepada orang kaya
:


:



:
)1839 , (
ditakhsis dengan hadits berikut:
:

:
" : :


:



"
60
Hukuman zina bagi laki-laki budak diqiyaskan dengan hukuman budak wanita muhson yang
berzina, yakni setengah dari orang merdeka. surat an-Nisa ayat 25.












Dan Barangsiapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup perbelanjaannya untuk
mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-
budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari sebahagian
yang lain[285], karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan berilah maskawin
mereka menurut yang patut, sedang merekapun wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina
dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya; dan apabila mereka
telah menjaga diri dengan kawin, kemudian mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), Maka
atas mereka separo hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami. (Kebolehan
mengawini budak) itu, adalah bagi orang-orang yang takut kepada kemasyakatan menjaga diri
(dari perbuatan zina) di antara kamu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu. dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Lafal muthlaq adalah lafal yang menunjukkan arti yang sebenarnya tanpa
batas, sedangkan lafal muqoyyad adalah lafal yang menunjukkan arti yang
sebenarnya dengan batas tertentu.61

Muthlaq adalah lafazh yang menunjuk pada objek yang meliputi semua
jenisnya, sedangkan muqoyyad adalah lafazh yang menunjukkan pada objek
tertentu.62

Adapun sarana pembatasan (taqyid) atas lafal yang mutlak ada beberapa
macam, yaitu: sifat atau nat63, taukid dengan berbagai sarananya64, dengan athf
bayan, dengan athf nasaq65, dengan badal66, dengan dhamir al-fash (kaga ganti
pemisah antara subjek dan objek), dengan amil nawasikh (lafal-lafal yang masuk
ke dalam jumlah ismiyyah dan mengubah posisi mubtada menjadi ism-nya dan
khabar menjadi khabar-nya, dengan syarat dengan nafyi, dengan maful yang lima
(mafulbih, muthlaqlahu,fih,maah).

61
Mujio Nurkholis, op cit, h 139
62
Dedi Supriyadi, 2013, Ushul Fiqh Perbandingan, Pustaka Setia, Bandung. h 358
63

:


" ( )4203 , "
:

64
" : :

( . )23924( ,
65


" :


:


" :
( :
)1870 ,

: 66



" :

:
" ( ,



)3381
Petunjuk lafal yang muthlaq dan yang muqoyyad pada dasarnya harus
ditempatkan sesuai dengan posisi masing-masing, termasuk ketika khitabnya
berbeda-beda kemutlakannya dan kemuqoyyadannya, seperti kifarat dengan puasa
atas orang yang melakukan dzihar ditetapkan dua bulan terus menerus. Kifarat
atas orang yang haji tamattu ditetapkan sepuluh hari dibagi menjadi dua,tiga hari
ketikamelaksanakan haji dan tujh hari setelah pulang ke kampung halaman.
Adapun kifarat atas orang yang melanggar sumpah ditetapkan tiga hari secara
mutlak, tidak ditetapkan terus menerus atau terpisah-pisah. Namun, apabila suatu
lafal muqoyyad tidak bertentangan dengan lafal muqoyyad yang lain, maka yang
muthlaq dapat diposisikan sebagai muqoyyad, seperti dalamal-Quran
tentanghamba sahaya yang harus dimerdekakan sehubugnan dengan kifarat dzihar
dan pelanggaran sumpah ditetapkan secara mutlak, tidak ditentkam harus hamba
sahaya yang beriman, dan kifarat pembunuhan harus hamba sahaya yang beriman.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdul Hamid Hakim, 2007, Al-Sulam, Jakarta, Sadiyah Putra, hlm 12.Ibn Majjah,
Shohih Ibn Majjah.

Dedi Supriyadi, 2013, Ushul Fiqh Perbandingan, Bandung, Pustaka Setia

Mujiyo Nurkholis, 2003, Metodologi Syarah Hadis, Bandung, Fasygil Group

Makbatah al-Syamilah

Ahmad, Musnad Ahmad, tt

Bukhori, Shohih Bukhori, tt

ibn hibban, Shohih Ibn Hibban, tt

Muslim, Shohih Muslim, tt

Sad al-Anshori, tt

Thobroni, Musnad al-Syamiyyin li ath-Thobari, tt

Anda mungkin juga menyukai