Anda di halaman 1dari 53

MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

MEMILIH JODOH, DAN PELAKSANAAN


PERKAWINAN DALAM ISLAM
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

Oleh : H. Mas’oed Abidin

َ‫ض لِلعِمَارَات و‬ ِ ‫الحَمْدُ ل الذِي جَ َعلَ لَنَا مَا فيِ الر‬


َ‫ل ال َوحْدَهُ ل‬ ّ ِ‫ل ِإلَ َه إ‬َ ْ‫ أَشْ َهدُ َأن‬.ِ‫ع الحَسَنَات‬ِ ْ‫زَر‬
ّ‫شهَ ُد أَن‬ْ َ‫ و أ‬،‫ك لَ ُه خَالِقُ الرْض وَ السّمَاوَات‬ َ ‫شَرِ ْي‬
ِ‫ُمحَمّدًا عَبْدُه وَ َرسُوْله الدّاعِي إِلىَ دِ ْينِهِ ِبأَ ْوضَح‬
ِ‫علَى سَيّد‬ َ ‫سلّمْ وَ بَارِك‬ َ َ‫صلّ و‬ َ ّ‫ اللهُم‬.‫البَيّنَات‬
َ‫صحَابِهِ و‬ ْ َ‫ى آلِهِ َو أ‬ َ ‫ نَبِيّنَا ُمحَمّد وَ عَل‬،‫الكَائِنَات‬
.‫التّابِعِ ْينَ ال ُمجْتَهِدِين لِ َنصْرَ ِة الدّين َو إِزَالةِ المُنْكَرَات‬
.‫ن‬ َ ْ‫أُ ْوصِيْكُمْ َو إِيّاىَ بِ َتقْوَى ال َفقَ ْد فَازَ المُ ّتقُو‬

MUKADDIMAH
Pernikahan adalah ibadah yang sakral.
Mempunyai risiko hukum yang
memungkinkan terjadi pengharaman pada
waktu yang tidak disadari. Maka, harus
diperhatikan dalam mengaplikasikan hadits
berikut, "Empat hal yang dibolehkan jika
keempat hal itu diucapkan, yaitu : "Thalaq,
Memerdekakan (hamba sahaya), Nikah dan
Nadzar."

H.Mas’oed Abidin 1
52

PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

Seperti diriwayatkan dari Umar RA.,


bahwa Ali bin Abi Thalib Karamallhu
wajhahu, berkata; "Tidak ada gurauan dalam
keempat hal itu." Yang dimaksud dengan
gurauan di sini adalah bermain-main
dengan menyebut suatu ungkapan yang
bukan pada tempatnya, seperti seorang
berkata, "Aku nikahkan kamu dengan putriku",
sementara ia sendiri tidak bermaksud
menikahkan putrinya itu, dengan lawan
bicaranya yang laki-laki tersebut. Demikian
Ali bin Abi Thalib RA berpendapat dalam
riwayat Umar dimaksud.
Hal yang terpenting dalam kehidupan
di dunia ini adalah kebahagiaan, melalui
"proses penyempurnaan" ke arah
pencapaiannya. Di akhirat tidak lagi
penyempurnaan, seperti yang dialami di
dunia ini.
Proses penyempurnaan hanya ada di
dunia, dengan makna bahwa di akhirat kita
akan menerima sesuai dengan apa yang
diperbuat di dunia ini. Maka, kehidupan di
dunia ini seperti ungkapan, "Dunia tempat
beramal, dan akhirat adalah tempat menerima
ganjarannya", sesuai dengan apa yang kita
usahakan di dunia, kita renungkan hadits
ini,

ُ‫ وَالْمَس ْسكَن‬،ُ‫حة‬
َ ِ‫ َالْمَ ْرأَةُ الصسّال‬:ِ‫أَ ْربَعٌس مِن َس السّسعَا َدة‬
2 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

‫حنِيْ ُء‬
َ ْ‫س ال‬
ُ‫ وَالْمَرْكَبس‬،ُ‫سّالِح‬ ‫ وَالْجَارُ الْصس‬،ُ‫سِع‬ ‫الْوَاسس‬
،ُ‫س ْوء‬
ّ ‫ وَالْمَ ْرأَ ُة ال‬،ُ‫ الْجَا ُر الْ سُوء‬:ِ‫ن الشّقَاء‬َ ِ‫ َوأَ ْربَ ٌع م‬.
.ُ‫ضيّق‬
ّ ‫ن ال‬ُ َ‫ وَالْمَسْك‬،ُ‫س ْوء‬
ّ ْ‫ب ال‬
ُ ‫وَالْمَرْ َك‬
.)ٌ‫( َروَاهُ َأ ْح َمدٌ وَ إِبْنُ حِبّان‬
"Empat hal yang merupakan kebahagiaan, yaitu:
perempuan shalehah, rumah yang luas, tetangga
yang baik, kendaraan yang nyaman. Empat hal yang
merupakan penderitaan, yaitu: tetangga yang
jahat, istri yang jahat, kendaraan yang buruk dan
tempat tinggal yang sempit." (HR. Ahmad dan Ibnu
Hibban).

Hadist ini menjelaskan bahwa perempuan


yang shalehah itu adalah perempuan yang
patuh pada ajaran agama, suami, pandai
menjaga hati suaminya, pandai menjaga
kehormatan dan martabat serta
keluarganya.
Rumah yang luas adalah tempat tinggal
yang sarat dengan nilai-nilai religius, saling
amanah (mempercayai), terhindar dari rona
keduniaan, yang dapat melupakan perintah
Allâh.
Dalam kehidupan di dunia ini, perlu ada
keyakinan bahwa hanya Allâh satu-satunya
pembimbing keluarganya mereka (QS. Al-
Munâfiqûn/63: 9).
Keluarga sedemikian akan berkata,
“rumahku adalah sorgaku”.
H.Mas’oed Abidin 3
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

Maka menikah itu separoh dari agama,


sebagaimana sabda Rasul Allâh SAW,

َ‫ق ال‬
ِ ّ‫ن َفاْليَت‬
ُ ْ‫ف اْلدّي‬
ُ ْ‫ج اْلعَبْدُ َفقَ ِداْستَعْ َملَ نِ ص‬ َ ّ‫اِذَا تَ َزو‬
.‫ َروَا ُه ال َب ْيهَقِى‬. ‫ف الْبَاقِي‬
ِ ْ‫فِي اْل ّنص‬
“Apabila telah nikah seseorang, maka ia benar-
benar telah menyempurnakan seruan agama. Maka
hendaklah ia takut kepada Allâh pada separoh yang
tinggal” (HR. Baihaqiy).

DORONGAN UNTUK MELANGSUNGKAN PERNIKAHAN


Mengenai pernikahan ini Rasul Allâh,
Muhammad SAW (570-632 H)1, memberi
dorongan kepada para Pemuda yang telah
mampu, pesan itu diungkapkan dalam hadits
berikut ini,

‫صلّى‬ َ ِ‫ل ال‬ ُ ‫ل لَنَارَسُو‬ َ ‫ قَا‬:َ‫عَنْ عَبْ ِد الِ ْبنِ َمسْ ُعوْ ٍد قَال‬
ُ‫ يَا مَعْشَرَ الشّبَا بِ مَ نِ ا سْ َتطَاعَ مِنْ ُك م‬:َ‫سلّم‬ َ ‫علَ ْي هِ َو‬َ ُ‫ال‬
‫ْجس‬
ِ ‫ن ِل ْلفَر‬ ُ ‫ْصس‬
َ ‫َصسرِ َوَأح‬ َ ‫ّهس أَغَضّ ِللْب‬ ُ ‫ّجس َفإِن‬ ْ ‫الْبَا َئةَ َفلْيَتَزَو‬
ّ‫ ( َروَا ُه مَُتفَق‬.ٌ‫وجَاء‬ِ ‫ن لَ مْ َي سْتَطِ ْع فَ َعلَيْ هِ بِال صّوْمِ َفإِنّ ُه لَ ُه‬
ْ َ‫وَم‬
2
)ِ‫َعلَيْه‬
"Rasul Allâh SAW bersabda : "Wahai para pemuda,
siapa saja di antara kamu sudah mampu (lahir dan

1
Muhammad SAW, adalah orang nomor satu dunia dalam sejarah
peradaban manusia, beliau seorang pemimpin yang tangguh, tulen,
dan efektif. Lihat Michail H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling
Berpengaruh dalam Sejarah, (Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya, 1988),
Cet. Ke-8. judul asli: The 100`s, a Ranking of The Most Influential
Persons in History.
2
Al-Bukhâriy, Shahih al-Bukhâri, (Bairut : Dâr al-Ihyâ' al-Turâts al-
`Arabiy, [tth]), Juz 7, h. 3
4 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

bathin) untuk berkeluarga, maka kawinlah.


Sesungguhnya hal yang demikian lebih memelihara
pandangan mata, memelihara kehormatan, dan
siapa yang belum mampu untuk berkeluarga,
dianjurkan baginya untuk berpuasa, karena hal itu
akan menjadi pelindung dari segala perbuatan
memperturutkan syahwat." (HR. Mutafaqq `alaihi).3
Dan Allâh meridhai akan hal ini, serta
memberikan statemen yang patut diyakini yaitu;
َ‫ إِ نْ يّكُونُوْا ُفقَرَاء‬... :‫ لقوله تعالى‬,‫تزو يج الع سر‬
.ٌ‫علِيْم‬
َ ٌ‫ضلِهِ وال وَاسِع‬
ْ ‫ن َف‬
ْ ِ‫يُغْنِهِ ُم الُ م‬
“Kesulitan dalam pelaksanaan nikah, sebagaimana
firman Allâh: Yakinlah, jika kamu miskin Allâh akan
memampukan kamu dengan karunia (rezki-Nya),
dan Allâh Maha luas (pemberian-Nya).” (Bukhâriy,
Jilid 3, Juz 7, halaman 8).4
Kandungan hadits ini berisi ;
a) Dorongan bagi generasi muda yang
telah mampu lahir bathin untuk
segera melangsungkan pernikahan
dan berkeluarga.
b) Pernikahan itu lebih mampu
memelihara kehormatan diri.
c) Dorongan untuk melakukan puasa,
sunat bagi pemuda yang belum
mampu kawin, untuk maksud
membentengi diri dari syahwat.

3
Hadits ini tercantum dalam Shahih Bukhari pada kitab al-Nikah, Jilid
tiga, juz tujuh halaman tiga dan Shahih Muslim pada kitab al-Nikah,
Juz 2, halaman 118-119.
4
(7:8 ٌ‫ ُج ْزء‬,3 ْ‫ ِجلِد‬-ِ‫كِتَابُ الّنكَاح‬-‫) ( َروَاهُ الْبُخَارِى‬24:32/ِ‫) ُسوْ َرةُالّنوْر‬

H.Mas’oed Abidin 5
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

Demikian pentingnya melangsungkan sebuah


pernikahan yang akan melanggengkan
kehidupan, sesuai ajaran Islam.
Ketika manusia dalam keadaan berduka, atau
dalam kemiskinan, bukanlah penghalang untuk
melangsungkan pernikahan, karena Allâh
menjamin rizkinya.

      
          
      
     
“ Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian –
yakni, hendaklah laki-laki yang belum kawin atau
perempuan- perempuan yang tidak bersuami,
dibantu agar mereka dapat kawin --, di antara
kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari
hamba-hamba sahayamu yang lelaki, dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
miskin Allah akan memampukan mereka dengan
kurnia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya)
lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Nûr/24: 32).

Pernikahan menjamin keseimbangan dalam


kehidupan, dengan adaya pasangan suami-
isteri.
Memilih calon isteri/suami, dianjurkan yang
jauh dari hubungan keluarga. Umar bin
Khaththab RA. menganjurkan, "Aghribu wa lâ
tadhawwu" (carilah yang jauh/asing dan jangan
kamu menjadi lemah). Hal ini akan menjadi satu
perekat tali persaudaraan muslim semakin besar.
Maka, bila kemampuan sudah ada, tetapi tidak
6 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

mau melakukan pernikahan, keadaan itu akan


mengundang bahaya, sebagaimana dipaparkan
Rasul Allâh SAW,

‫ج‬
ُ ْ‫خلُ النّاسَ النّا َر الْفَمُ وَا ْلفَر‬
ِ ‫أَكْثَرُ مَا يُ ْد‬
)ِ‫حيْحِه‬
ِ َ‫حبّانٌ فِى ص‬
ِ ُ‫( َروَاهُ التّرْ مُذِىوَِإبْن‬
"Yang paling banyak menjerumuskan manusia
kedalam neraka adalah mulut dan kemaluannya."
(HR. Al-Tirmidziy dan dia berkata hadits ini shahih).
Sabda Rasul Allâh SAW mengingatkan, "Ada
tiga faktor yang membinasakan manusia yaitu
mengikuti hawa nafsu, kikir yang melampaui
batas dan mengagumi diri sendiri (‘ujub)." (HR.
al-Tirmidziy).

Sabda Nabi Muhammad SAW, menyebutkan,


"Rasa malu dan iman itu sebenarnya berpadu
menjadi satu, bilamana lenyap salah satunya
hilang pulalah yang lain." (Hadits Qudsi).5 Dapat
disimpulkan bahwa agama Islam sangat
mengecam pola hidup yang lebih menyukai
membujang (celibat), yaitu hidup tanpa ada
ikatan perkawinan yang sah. Agama Islam
melarang celibat tersebut terjadi dalam kondisi
ia mampu untuk nikah, kecuali ada alasan
biologis, seperti impoten6.
5
Menurut bahasa kata Qudsi adalah dinisbatkan pada lafazh "al-
Qudsu" atau "al-Qudusu". Artinya suci dan bersih. Disebut juga hadits
Ilahiy, dinisbatkan pada lafazh "al-Hilâhu". Atau disebut juga hadits
rabbaniy, dinisbatkan pada lafazh "al-Rabbu". Menurut istilah sesuatu
yang didasarkan dan di-isnadkan oleh Nabi SAW kepada Allâh, tapi
bukan al-Qur'ân.
6
Kecuali dalam ajaran Nasrani khususnya Rum Katolik, yang
menganggap celibate tersebut suatu hal yang mulia, bahkan
mencerminkan kesempurnaan agamanya (seperti yang dialami oleh
Yesus hingga di salib dan Maryam yang tetap perawan). Dasar mereka

H.Mas’oed Abidin 7
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

Hidup membujangkan (celibat) memberi


peluang untuk berbuat serong, menimbulkan
fitnah, tidak sesuai dengan fitrah manusia yang
sesungguhnya, mudah jatuh kelobang zina.
Imam Ahmad mengatakan, "Aku tidak tahu ada
dosa yang lebih besar setelah membunuh jiwa
daripada zina".
Di akhir zaman, manusia akan berjuang
untuk menghalalkan Zina sebagaimana telah
diprediksi oleh Rasul Allâh SAW berikut,

َ ‫ن ا ْلحِرَ وَالْحَرِيْر‬
َ ْ‫حلّو‬
ِ ‫لَيَكُوْنَنّ فِى أُمّتِى َأقْوَا مٌ َي سْ َت‬
َ ‫وَا ْلخَمْرَ وَالْمَعَازِف‬
"Pasti akan ada dari umatku suatu kaum yang
(berusaha) menghalalkan zina, sutra, khamar
(segala yang dapat merusak akal), dan alat-alat
musik !" (HR. Al-Bukhâriy).7

Peringatan Rasul Allâh SAW di atas, sekaligus


perintah agar umat Islam membatasi pergaulan
dengan lain jenis, agar terjauh dari pornoaksi ini.

adalah Injil Matius 19: 12, 27-29; Korintus 7: 32-33 dan Surat Paulus,
Rum 12: 1 yang isinya: “karena itu, saudara-saudara demi kemurahan
Allâh aku menasehati kamu, supaya kamu mempersembahkan
tubuhmu sebagai persembahan hidup yang kudus dan berkenan
kepada Allâh; itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Lembaga Al-Kitab
Indonesia, Al-Kitab, ( Jakarta: LAI, 1990), h. 203- PB, tapi sebagian
mereka membolehkan. Yang menentang sikap menyendiri atau tidak
berkawin mawin adalah Kristen Protestan, menganggap ini pernikahan
sebagai sunnah Allâh. (lihat Abu Jamin Rohan, Garam Dunia, (Jakarta :
Yayasan Garam Dunia, 2001), No. 180, Th. V, juga No. 181. Namun
ajaran islam tidak mengajarkan pola hidup yang egois ini.
7
5466 ِ/‫صَحِيْحُ الْجَمْع‬

8 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

‫محْرَ مٍ ( َروَا هُ الُْبخَارِى‬


َ ْ‫جلٌ بِامْ َرأَةٍ إِلّ مَ عَ ِذ ي‬
ُ ‫خلُوَنّ َر‬
ْ ‫لَ َي‬
)ْ‫سِلم‬
ْ ُ‫َوم‬
"Janganlah sekali-kali (di antara kalian) berduaan
dengan perempuan, kecuali dengan mahramnya."
(HR. Al-Bukhâriy dan Muslim).

Melaksanakan hadist Nabi SAW ini, akan


dapat diantisipasi timbulnya pelanggaran
hukum, menjauhi yang diharamkan, dan
sekaligus merupakan perlindungan hak-hak
dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan, baik
di kalangan pribadi muslim maupun antar
sesama manusia, dan terpeliharanya hubungan
dengan Sang Khaliq (hablun minallah). Hadist
Rasul Allâh SAW ini menjadi panduan hidup
muslim yang memberikan batasan-batasan
sebagai syari`at (ketentuan agama Islam).
POSISI KAUM PEREMPUAN
Islam sangat menghormati kedudukan
perempuan, "Sorga ditelapak kaki Ibu",
artinya bahwa "Keridhaan Allâh terletak pada
keridhaan kedua orang tua (ayah dan ibu).
Agama Islam degan hadist Nabi Muhammad
SAW telah meletakkan penghormatan
kepada posisi kaum perempuan (ibu)
dengan tiga banding satu dengan kaum lelaki
(ayah). Selain itu, « perempuan adalah tiang
negeri, rusak perempuan maka rusaklah
negeri ». Perempuan adalah ibu yang

H.Mas’oed Abidin 9
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

mendidik pertama dari generasi yang


dilahirkannya.
Kaum perempuan selayaknya kembali
kepada fitrah yang telah digariskan penciptanya.
Agama Islam telah mengembalikan fitrah kaum
perempuan dari rongrongan kebiasaan jahiliyah
yang telah mengingkari kebradaan kaum
perempuan, dan menganggap kedudukan
perempuan sangat rendah. Pandangan jahiliyah
ini adalah kelanjutan dari perdayaan syaithan
sepanjang masa.
Sejak awal kejadian manusia Adam dan
Hawa, iblis dan syaithan, selalu berusaha
menjerumuskan kaum lelaki atas rayuan sang
perempuan (isteri), yang telah dicatat dalam
sejarah kehidupan manusia. Di samping memang
sudah menjadi skenario sang Pencipta, agar
manusia dapat berkembang turun temurun di
atas bumi, namun satu hal telah terbukti di satu
sisi bahwa kaum perempuan mampu menjadi
penakluk kaum pria, selain diri mereka juga
dicipta untuk memberikan ketenangan terhadap
jiwa kaum pria (sang suami). Perempuan dapat
menghidupkan suasana hidup yang indah dan
bahagia, bila dibimbing oleh nilai-nilai ajaran
agama yang luhur (Dinul Islam).
Di zaman modern, di era globalisasi, karena
didorong paham kebebasan (liberalisme) dan
kebendaan (materialisme), dan

10 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

mengedepankan hak-hak kepentingan sendiri


(individualisme), tanpa disadari telah
memenjarakan kembali kaum perempuan
menjadi obyek pemuasan nafsu rendah, oleh
manusia yang tidak beretika religi (tidak
berakhlak agama). Perempuan kembali menjadi
mangsa dari porno aksi dan pornografi, yang
menganggap kaum perempuan adalah pemuas
nafsu dan bagian dari kreativitas seni semata.
Bahaya mengintai kaum perempuan karena
berkembangnya paham sekuler yang menitik
beratkan kepada kesenangan badani
(hedonistiik), yang semata hanya mengukur
kenikmatan sensual dan erotik, di mana
kesejahteraan hidup tidak lagi menjadi utama
dipikirkan, bahkan telah bertukar dengan hanya
mengedepankan nilai jual yang kadang kala
berakibat sangat merusak moral.
Di tengah pergeseran nilai ini, maka kita
dituntut sadar kembali kepada tuntunan Islam.
Kaum perempuan semestinya tidak berpaling
dari kodrat sebagai perempuan, yang
mempunyai kelebihan dan memiliki
keterbatasan-keterbatasan, sesuai kehendak
Maha Pencipta. Dengan mempedomani Al-Qur’ân
dan Sunnah, sebagai dinasehatkan oleh umm al-
Mukminîn, kaum perempuan wajib
mempersiapkan diri menjadi isteri shalehah,
sesuai sabda Rasul Allâh SAW,

H.Mas’oed Abidin 11
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

ْ‫حُبّ بَ ِإلَيّ ِم نْ دُنْيَاكُ مْ ثَلَ ثٌ الطّيّ بُ وَالنّ سَاءُ َوجُ ِعلَ ت‬


.ِ‫قُرّةُ عَيْنِى فِي الصّلَة‬
“Ada tiga hal yang sangat aku senangi di dunia ini,
yaitu: Wangi-wangian, Isteri shalehah, dan
ketenangan saat shalat.”(Imam Nawawi, 2005, hal.
75).

Kaum perempuan yang menjadi isteri dan


memiliki kelebihan dengan kekayaan materi
(harta benda), jika memiliki keikhlasan yang
besar, akan merasa senang hati menaruhkan
hartanya kepada suaminya atas dasar kasih
sayang dan amanah (seperti dilakukan oleh
Khadijah atas Muhammad SAW).

Maka suami yang tadinya miskin tapi amanah


dalam memelihara kekayaan istrinya, pasti akan
mendapatkan dua pahala, satu pahala ibadah
dan satu pahala sedekah, karena harta isteri
merupakan hak isteri.8 Shahabat Rasul Allâh
SAW, yakni Umar bin al-Khatthab RA, juga
pernah berkata,

‫ُمس‬
ْ ‫ْسس َنفَرٍ أَنّه‬
ِ ‫علَى خَم‬ َ ‫ْتس‬
ُ ‫ْبس لَشَهِد‬ ِ ‫ل اْدّعَاءُ الْغَي‬ َ ْ‫لَو‬
‫ب اْلعِيَالِ وَالْمَرْئَ ُة الرّاضِسى‬
ُ ِ‫اَ ْهلُ ا ْلجَنّ ِة الْ َفقِيْ ُر صسَاح‬
‫علَىزَ ْوجِهَا وَالْرّاضِى‬ َ ‫عَنْهَازَ ْوجُهَاوَالْمُتَ صَ ّدقَةُ بِمَهْرِهَا‬
.ِ‫ن الذّنْب‬
ْ ‫عَ ْنهُ اَ َبوَاهُ وَالْتّا ِئبُ ِم‬
“Sekiranya tidak takut dituduh mengetahui yang
ghaib, tentulah aku mau bersaksi bahwa kelima
8
Kandungan Hadits Riwayat Bukhâriy dan Muslim, lihat dalam SAHID,
No. 10/Tahun III/Februari 1991, hal. 41.
12 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

golongan manusia ini adalah termasuk ahli surga,


yaitu: a. Orang fakir yang menanggung nafkah
keluarganya; b. perempuan yang suaminya ridha
kepadanya; Isteri yang menshadaqahkan
mahar/maskawinnya kepada suaminya; Anak yang
kedua orang tuanya ridha kepada dirinya; dan
Orang yang bertobat dari kesalahannya.”
Agama Islam mengajar umatnya, untuk
selalu bersikap ridha dan syukur atas apa yang
telah ditakdirkan oleh Allâh atas mereka. Dengan
sikap ini dapat dirasakan betapa indahnya
kehidupan berkeluarga, sehinga dapat diraih
nikmat paling besar “rumahku adalah
surgaku”.
Konsep hidup seperti ini seharusnya
dimunculkan oleh kaum perempuan pada masa
ini, saling membutuhkan, saling memberi
kemudahan, saling menjaga keutuhan rumah
tangga, sebagai modal dalam menghadap
berbagai persoalan hidup, sesuai perkembangan
zaman.

PEREMPUAN PENDIDIK GENERASI BERAKHLAK


MULIA

H.Mas’oed Abidin 13
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

Perempuan muslim mesti memiliki SAHSIYAH


sebagai pendidik generasi, dalam rumah
tangganya. Kaum perempuan (ibu) adalah
murabbi yang punya kepribadian baik, serta
uswah hidup yang terpuji. Dengan modal akhlak
ini, kaum perempuan (ibu) akan mampu
melukiskan kesan positif dalam diri anak yang
dilahirkan dari rahimnya. Alat teknologi modern
walau bagaimanapun canggihnya, tidak akan
dapat mengambil alih peranan ibu sebagai
pendidik anak (generasi) yang dilahirkannya.
Faktor manusia tetap diperlukan dalam proses
pembentukan dan pematangan sikap pribadi
generasi demi generasi dalam menanamkan laku
perangai -- sahsiah – pada si anak. Tegasnya
sahsiah mencerminkan watak, sifat fisik,
kognitif, emosi, sosial dan rohani seseorang 9

9
Sahsiah mempunyai tiga ciri utama. Pertama ialah keunikan
dengan maksud tersendiri. Kedua kebolehan atau kemampuannya
untuk berubah dan diubah; sebagai hasil pembelajaran atau
pengalaman. Ketiga ialah organisasi. Dengan perkataan lain ia bukan
sekadar himpunan tingkahlaku sebaliknya ia melibatkan corak
tindakan dan operasi yang bersifat konsisten.
14 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

Ciri Utama dari sahsiah (‫ )شخصصصية‬bermakna


pribadi atau personality, yang menggambarkan
sifat individu yang merangkum padanya gaya
hidup, kepercayaan, harapan, nilai, motif,
pemikiran, perasaan, budi pekerti, persepsi,
tabiat, sikap dan watak seseorang.10 Banyak
kajian telah dibuat tentang sifat-sifat yang perlu
ada pada seorang ibu atau bapak yang berperan
sebagai murabbi atau pendidik yang akan
menghasilkan kesan mendalam pada proses
pembentukan watak anak dan generasi, sesuai
dengan yang mereka sampaikan.11
Dari beberapa penilitian terdapat senarai
panjang yang menerangkan sikap yang
diinginkan, dan seharusnya dimiliki para orang
tua, yang akan berperan menjadi murabbi
(pendidik dan pelindung) terhadap generasi yang
di bawah tanggung jawab mereka. Di antara
yang saangat utama, adalah :
 Berkelakuan baik (penyayang dan
penyabar), mampu menguraikan masalah
dengan jelas, berdisiplin, mampu menarik
perhatian anak (generasi), artinya jadi
panutan.

10
G.W Allport dalam bukunya ”Pattern and Growth in Personality”,
mendifinisikan sahsiah sebagai organisasi dinamik sesuatu sistem
psikofisikal di dalam diri seorang individu yang menentukan tingkah
laku dan fikirannya yang khusus. Sistem psikofisikal merangkumi
segala-gala unsur-unsur psikologi seperti tabiat, sikap, nilai,
kepercayaan dan emosi, bersama dengan unsur-unsur fisikal seperti
bentuk tubuh badan, urat saraf, kelenjar, wajah dan gerak gerik
seseorang ( Mok Soon Sang, 1994:1). Mental ini mempunyai definisi,
G.W. Allport menemukan lebih dari 100 definisi mental (attitude =
mental attitude) ini.
11
Menurut Prof Omar al-Toumi al-Syibani

H.Mas’oed Abidin 15
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

 Amanah dan menunaikan janji, mempunyai


sahsiah yang dihormati, mempunyai
arahan yang jelas dan spesifik,
berkemauan yang kuat, berbakat
pemimpin yang tinggi, artinya memberikan
contoh dalam akhlak dan ibadah.
 Mempunyai pengetahuan yang luas, tidak
menyimpang dari tajuk pendidikan watak
yang akan dibentuk, memiliki suara yang
baik, merangkul dan mendidik, mengenal
titik kuat dan lemah dari anak (generasi).
 Pandai memberi nasihat, simpati terhadap
kelemahan anak (generasi), pandai
memilih kata-kata, tanggap dengan
suasana anak (generasi) di rumah, artinya
menjadikan rumah menjadi benteng
pembentukan watak generasi.
 Mengujudkan sikap kerjasama dan
bersemangat riadah dan kedisiplinan
Karena beratnya tanggung jawab tersebut,
maka sifat dan ciri dari orang tua muslim dan
muslimah hendaklah merangkum :
A. Sifat Ruhaniah dan Akidah
1. Keimanan yang kental kepada Allah
yang Maha Sempurna
2. Keyakinan mendalam terhadap hari
akhirat, hari berbangkit dan hari
pembalasan
3. Kepercayaan kepada seluruh para Rasul
di iringi dengan sifat dan asas keimanan
(arkan al iman) yang lain.
B. Sifat-Sifat Akhlak
1. Benar dan jujur
16 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

2. Menepati janji dan Amanah


3. Ikhlas dalam perkataan dan perbuatan
4. Merendah diri – tawadhu’ --
5. Sabar, tabah dan cekatan
6. Lapang dada – hilm --, Pemaaf dan
toleransi
7. Menyayangi murid, mengutamakan
kepentingan orang banyak dengan
sikap pemurah, zuhud dan berani
bertindak.
C. Sifat Mental, Kejiwaan dan Jasmani
1. Sikap Mental, mencakup cerdas
(kepintaran teori, amali dan sosial),
menguasai sikap takhasus dari anak
turunannya, luas pengetahuan,
cenderung kepada berbagai bidang
ilmiah yang sehat serta mengenal ciri,
watak, kecenderungan dan keperluan
anak (generasi) yang diamanahkan
padanya, fasih, bijak dan cakap, dan
penuh kasih sayang.
2. Sifat Kejiwaan, tenang dengan emosi
mantap terkendali, optimistik dalam
hidup, penuh harap kepada Allah dan
tenang jiwa bila mengingatiNya,
percaya diri dan mempunyai kemauan
yang kuat, lemah lembut dan baik
dalam pergaulan, berfikiran luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan
masyarakat dan lingkungan.
3. Sifat Fisik, mencakup sehat tubuh dan
badan dari penyakit menular dan
berusahalah selalu berperawakan

H.Mas’oed Abidin 17
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

menarik, bersih, rapi (kemas) dan


menyejukkan.

Orang tua (ibu bapa) muslim adalah pendidik


generasi (murabbi) dengan sahsiah
mengamalkan etika Islam dengan sikap mental
terpuji dalam menyikapi tantangan hidup. Secara
teori human behavior, ditemui bahwa sikap
mental manusia dipengaruhi atau dibentuk oleh
nilai luhur agama, ideologi, pengalaman
sejarah, tradisi lingkungan, situasi,
keinginan dan norma. Inilah yang akan
memunculkan perilaku seseorang baik tingkah
individu maupun sosial, yang selalu terjaga oleh
nilai-nilai luhur berdasarkan nilai-nilai luhur
sosial, budaya dan agama.

Para Nabi dan Rasul yang telah diutus kepada


manusia dengan memberikan tuntunan akhlak
dalam setiap prilaku kehidupan.
Rujukan dari tuntunan akhlak dimaksud adalah
wahyu Allah, yang hanya terdapat pada Kitabsuci
Samawi. Tuntunan dimaksud tidak hanya sebatas
teori, tetapi dalam bentuk prilaku dalam semua
tingkat pelaksanaan hubungan kehidupan, dalam
bentuk prilaku, contoh dan uswah.
Firman Allah menyebutkan, “Sesungguhnya
telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah itu suri
teladan yang baik (uswah hasanah), yaitu bagi orang
yang mengharap[kan rahmat Allah dan kedatangan
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS.33,
al Ahzab : 21).

18 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

Rasulullah SAW menyebutkan satu tugas


risalahnya sebagai “Hanya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia” (al Hadist).
Kita dapat menyimak ada 20 Watak Terpuji
menurut ajaran Rasulullah SAW, di antaranya
adalah, 1. Berilmu (‘alim), 2. Adil, 3. Cakap
(fathanah), 4. Berani (shiddiq), 5. Berbudi pekerti
halus/luhur, 6. Dermawan (Pemurah), 7. Pemaaf,
8. Waspada (hati-hati), 9. Teguh janji dan Selalu
mencari kebenaran, 10. Menjaga rahasia
(amanah), 11. Selalu bersungguh-sungguh
(mujahadah), 12. Bijaksana (hikmah dan
berpikir cepat), 13. Rendah hati (Tawadhu'), 14.
Tidak iri (tidak hasad), 15. Sabar, 16. Pandai
berterima kasih (syakiriin), 17. Mampu
mengendalikan keinginan hawa nafsu
(istiqamah), 18. Diplomatis, taktis, dan tidak
mudah terpengaruh oleh desas-desus dan
fitnah, 19. Mampu mengatur dan
memperhatikan kelilingnya dengan cara
menasehati dan mengkritik secara terarah
(tabligh), 20. Tidak mengangkat orang yang
kufur dan durhaka sebagai pemimpin. Di sini kita
melihat pokok-pokok akhlak yang utama.
Pentingnya akhlak di ungkap banyak penyair
(ahli hikmah),

‫َتس‬
ْ ‫ َو انْهُمُوا ذَهَب‬،ْ‫َقس مَا َبقِيَتس‬
ُ ‫لخْل‬
َ ‫َمس ا‬
ُ ‫إِنّمَا الُم‬
‫َأخْلَقُهُمْ ذَهَبُوا‬
“tegak rumah karena sendi, sendi hancur
rumah binasa. Tegaknya bangsa karena
berbudi, budi hancur luluhlah bangsa”.

H.Mas’oed Abidin 19
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

Maka potensi masyarakat mestinya digerakkan


optimal dan terpadu untuk menghidupkan tata
masyarakat beradat itu.
Masyarakat Minangkabau yang memiliki
falsafah hidup “adat basabdi syarak, syarak
basasndi kitabullah”, banyak menampilkan
pepatah 12
tentang akhlak dalam membina anak
nagari, terutama di dalam perilaku beradat di
Ranah Bundo sampai kepelosok kampung, dusun
dan taratak, bahwa Rarak kalikih dek
mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek,
Kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga
pangabek.
Selanjutnya Anak urang Koto Hilalang,
nak lalu ka pakan Baso, malu jo sopan
kalau lah hilang, habihlah raso jo pareso.
Kedua ungkapan ini menjadi bukti terlaksana
aturan beradat di dalam tatanan masyarakat
Minangkabau dengan falsafah “adat basandi
syarak, syarak basandi kitabullah”, mengajarkan
pepatah tentang akhlak ini, di antaranya, “Nan
kuriak kundi, nan sirah sago, nan baiak
budi, nan indah baso” 13, atau “Bahasa
menunjukkan bangsa”. Baik buruk perangai
(akhlak), menunjukkan tinggi rendahnya asal

12
Pepatah adalah pribahasa yang mengandung ajaran, lihat Kamus
Bahasa Indonesia 1998, disusun Drs. John Surjadi Hartanto, Penerbit
INDAH, Surabaya, Januari 1998 hal 255.
13
Kuriak=rintik-rintik, kundi=biji saga. Arti peribahasa ini adalah
“tiada yang lebih baik dari budi bahasa”, Anas Nafis, Peribahasa
Minangkabau, Jakarta, Intermasa, 1996, kerjasama dengan YDIKM,
hal.47.
20 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

turunan. Budi Pekerti selalu hidup, walaupun


pelakunya sudah tiada. “Utang ameh buliah
dibaia, utang budi dibao mati”.
Dengan modal akhlak, keluarga akan terpacu
menuju kepada taraf melakukan selfless help,
memberikan bantuan atau menanamkan ruhul
infaq tanpa mengharapkan balasan jasa.
Pembinaan masyarakat, memulai dari akar
rumput, dari rumah tangga sebagai basis
masyarakat dan lingkungan, melalui menanmkan
saling menghormati sesama besar, terhadap
orang tua dan anak-anak, sayang menyayangi
mendidik masyarakat, mengutamakan
ukhuwah, mengedepankan kepentingan orang
banyak dengan sikap pemurah. Disini terletak
kekuatan utama.
ْ‫ َو لمْ يَ ْرحَم‬،َ‫جلّ كَبِيْرَنا‬
ِ ‫ن أُمّتِي مَنْ ل ْم ُي‬ْ ِ‫لَيـسَ م‬
)‫م َيعْرِفْ لِعَالِمِنَا (رواه أحمد‬ ْ ‫ وَ ل‬،‫صَغِيْرَنَا‬
Tidak terbilang kepada umatku – yakni umat
Muhammad SAW – barang siapa yang tidak
menghormati yang tua, dan tidak menyayangi yang
muda, dan juga yang tidak mau arif mengikuti
nasehat dari kalangan berilmu” (HR. Ahmad).
Ahmad).

TUNTUNAN MEMBENTUK KELUARGA


SAKINAH

H.Mas’oed Abidin 21
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

A. SEBELUM NIKAH
Sebelum melangsungkan akad pernikahan,
hendaklah seorang perempuan memperhatikan
calon suaminya, dan laki-laki memperhatikan
calon isterinya. Ulama telah memberikan kriteria
perempuan yang baik dan begitu juga dengan
laki-laki. Menurut Subki Junaedi, kriteria isteri
yang baik itu menurut Rasul Allâh SAW
menggaris bawahi dengan sabdanya;
.ُ‫خلِ ْيلِ ِه َفلْيَنْظُ ُرَأحَدُكُمْ مَنْ ُيخَاِلل‬
َ ‫ن‬
ِ ْ‫علَىِ دي‬
َ ُ‫َالْمَ ْرء‬
“Seseorang perempuan akan mengikuti pendirian
sahabat karibnya, karena itu hendaknya seseorang
itu memperhatikan, siapa yang harus dikawininya”.
Ungkapan itu disambut dengan sebuah sya`ir,
“Kawini perempuan yang kecil lalu kupenuhi,
kendaraan yang lebih kusukai adalah yang belum
dikendarai. Banyak biji permata yang berlubang,
lalu diuntai, tetapi ada juga yang belum berlubang.
Diteruskan, “Sungguh kendaraan yang dikendarai
tidak akan lezat, sebelum diikat dan diatur tali
penambat. Permata bagi pemiliknya belum berarti,
sehingga diuntai dengan rapi dan dilubangi.

PERHATIAN SEBELUM MELANGSUNGKAN


PERNIKAHAN
1. KRITERIA MEMILIH PASANGAN HIDUP PEREMPUAN:
a. Beragama Islam dan beramal shaleh
(QS. Al-Nisâ’/4: 34)
Rasul Allâh SAW bersabda, “Perempuan
dinikahi karena empat faktor: Pertama,
karena harta; Kedua, karena

22 H. Mas’oed Abidin
84

MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

kecantikan; Ketiga, kedudukan; dan


Keempat, karena agamanya. Maka
hendaklah engkau pilih yang taat
beragama, engkau pasti bahagia.” (HR.
Bukhâriy dan Muslim).
b. Berasal dari keturunan yang baik-
baik
Rasul Allâh SAW bersabda, “Jauhilah
oleh kamu sicantik yang beracun!, lalu
sahabat bertanya: “Wahai Rasul Allâh,
siapakah perempuan yang beracun itu?
jawab Rasul Allâh,”Perempuan yang
cantik tapi berada dalam lingkungan
yang jahat.” (HR. Dâr al-Quthniy).

c. Masih perawan
Diriwayatkan dari Jabir, Rasul Allâh SAW
bersabda, “Sesungguhnya Rasul Allâh
telah berkata kepadanya, kata Beliau:
“Hai Jabir, apakah engkau kawin
dengan perawan atau dengan janda?”
Jawab Jabir: “Saya kawin dengan janda”.
Kata beliau: “Alangkah baiknya jika
engkau kawin dengan perawan. Engkau
dapat menjadi hiburan baginya dan
diapun menjadi hiburan bagimu.” (HR.
Jama’ah).
d. Carilah perempuan yang Sehat atau
tidak Mandul
Rasul Allâh SAW bersabda, “Dari Mu’qil
bin Yasar, katanya telah datang seorang

H.Mas’oed Abidin 23
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

laki-laki kepada Nabi SAW. Kata laki-laki


itu, “Saya telah mendapat seorang
perempuan yang bangsawan dan cantik
tapi hanya dia tidak beranak (mandul).
Baikkah saya kawin dengan dia ?”.
Jawab Nabi SAW, “Jangan”, kemudian
laki-laki itu datang untuk kedua kalinya
dan Nabi tetap melarangnya. Kemudian
pada kali ketiga laki-laki itu datang lagi.
Nabi bersabda: “Kawinlah dengan yang
dikasihi dan berkembang menghasilkan
keturunan (subur)”. (HR. Abu Dâud dan
Al-Nasâ’i).
2. KRITERIA MEMILIH LAKI-LAKI YANG BAIK CALON
SUAMI :
a. Laki-laki yang beragama Islam dan
shaleh (QS. Al-Nûr/24: 3 dan 26).
b. Mempunyai kemampuan untuk
membiayai kehidupan Rumah
Tangga (sesuai dengan hadits
Mutafaqq `alaihi – “yâ ma`syar al-
syabâb”).
c. Cerdas dan Sehat (layak untuk
berumah tangga, baik jasmani dan
rohani). dan
d. Cakap Hukum (Baligh).
B. SESUDAH AKAD NIKAH

Setelah akad nikah dilaksanakan, suami


isteri mempunyai hak dan kewajiban

24 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

masing-masing, untuk mencapai tujuan


perkawinan, membentuk keluarga bahagia
dan kekal dalam aturan syari’at Islam. Semua
orang berkeinginan untuk hidup bahagia, kekal
dan langgeng, tapi sering tersua rumah tangga
menjadi rumah tanggal dan penjara di rumah
tinggal. Rumahku adalah syorgaku seringkali
hanya dalam mimpi belaka. Perlu ada berapa
resep untuk mewujudkan keluarga sakinah dan
bahagia14, yaitu:
1. Saling Mengerti antara Suami-isteri
Seorang suami atau isteri harus tahu latar
belakang pribadi masing-masing. Karena
pengetahuan terhadap latar belakang pribadi
masing-masing adalah sebagai dasar untuk
menjalin komunikasi masing-masing. Dan dari
sinilah seorang suami atau isteri tidak akan
memaksakan egonya. Banyak keluarga hancur,
disebabkan oleh sifat egoisme. Ini artinya
seorang suami tetap bertahan dengan
keinginannya dan begitu pula isteri. Seorang
suami atau isteri hendaklah mengetahui hal-hal
sebagai berikut :
a) Perjalanan hidup masing-masing,
b) Adat istiadat daerah masing-masing (jika
suami isteri berbeda suku dan atau
daerah),
c) Kebiasaan masing-masing,

14
Prof. Dr. Zakiah Darajat dalam bukunya “Ketenangan dan
Kebahagiaan Dalam Keluarga” memberikan 5 (lima) resep
mewujudkan keluarga tenang dan bahagia

H.Mas’oed Abidin 25
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

d) Selera, kesukaan atau hobi,


e) Pendidikan,
f) Karakter/sikap pribadi secara
proporsional (baik dari masing-masing,
maupun dari orang-orang terdekatnya,
seperti orang tua, teman ataupun
saudaranya, dan yang relevan dengan
ketentuan yang dibenarkan syari`at.
2. Saling Menerima
Suami isteri harus saling menerima satu
sama lain. Suami isteri itu ibarat satu tubuh dua
nyawa. Tidak salah kiranya suami suka warna
merah, si isteri suka warna putih, tidak perlu ada
penolakan. Dengan keredhaan dan saling
pengertian, jika warna merah dicampur dengan
warna putih, maka akan terlihat keindahannya.
3. Saling Menghargai
Seorang suami atau isteri hendaklah saling
menghargai:
a. Perkataan dan perasaan masing-masing
b. Bakat dan keinginan masing-masing
c. Menghargai keluarga masing-masing.
Sikap saling menghargai adalah sebuah
jembatan menuju terkaitnya perasaan
suami-isteri.
4. Saling Memercayai
Jika suami isteri saling mempercayai, maka
kemerdekaan dan kemajuan meningkat, serta
hal ini merupakan amanah Allâh.
5. Saling Mencintai

26 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

Suami isteri saling mencintai akan


memunculkan beberapa hal seperti, lemah
lembut dalam bicara, selalu menunjukkan
perhatian, bijaksana dalam pergaulan, tidak
mudah tersinggung, dan perasaan (batin)
masing-masing akan selalu tenteram
Dari uraian di atas dipahami bahwa
tetumbuhan yang dirawat dan diperhatikan akan
tumbuh dengan subur, pasti tidak sama dengan
tumbuhan yang tidak diperhatikan sama sekali.
Artinya suami atau isteri harus selalu merawat
dan memupuk lima saling di atas akan
mencapai keluarga bahagia dan kekal
beradasarkan Syari’at Islam. Tidak ada kata yang
lebih indah, serta lebih benar, mengenai
hubungan antara suami-isteri, kecuali yang telah
disebutkan,

         
 
"Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun
adalah pakaian bagi mereka." (QS. Al-Baqarah/2:
187).
Resep Nabi Muhammad SAW seperti yang
diriwayatkan oleh Abd Allâh bin Mas'ûd: "Wahai
generasi muda, siapa saja diantara kalian telah
mampu serta berkeinginan menikah, maka
nikahlah. Karena sesungguhnya pernikahan itu
dapat menundukkan pandangan mata dan
memelihara kemaluan. Dan siapa saja diantara
kalian belum mampu, maka hendaklah
berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi

H.Mas’oed Abidin 27
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

penghalang untuk melawan gejolak nafsu."(HR.


Bukhâriy, Muslim, Ibnu Majah, dan Tirmidziy).
Kepada generasi Muslim diingatkan agar
jangan suka mojok berduaan di tempat yang
sepi, karena akan ditemani oleh pihak yang
ketiga adalah syaitan, sesuai sabda Nabi,
"Janganlah seorang laki-laki dan perempuan
berkhalwat (berduaan di tempat sepi), sebab syetan
menemaninya, janganlah salah seorang dari kalian
berkhalwat dengan perempuan, kecuali disertai
dengan mahramnya." (HR. Bukhâriy dan Muslim).
Dan untuk para muslimah diingatkan pula
agar jangan lupa untuk menutup auratnya agar
tidak merangsang para lelaki.
     
 
   
     
  
       
        
       
    
        
      
           
      
    
       
        
    
“ Katakanlah kepada perempuan yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan

28 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan


perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya, dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-
putera mereka, atau putera-putera suami mereka,
atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-
putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau perempuan-
perempuan sesama Islam, atau budak- budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan),
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
perempuan, dan janganlah mereka memukulkan
kakinya (menghentakkan kaki dengan berlenggang
lenggok), agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Nûr/24: 31).
Dan Nabi SAW bersabda, "Hendaklah kita
benar-benar memejamkan mata dan memelihara
kemaluan, atau benar-benar Allâh akan menutup
rapat matamu."(HR. Thabraniy).

HUBUNGAN SUAMI ISTRI MENURUT ETIKA ISLAM


Jodoh adalah Qadha’ (ketentuan) Allâh, di
mana manusia tidak punya andil menentukan,
manusia hanya dapat berusaha mencari jodoh
yang baik menurut Islam. Untuk itu perlu
diperhatikan sungguh-sungguh watak dan ciri-ciri
dari pasangan hidup yang sewajarnya akan
menjadi pendamping (suami-isteri).
Tercantum dalam Al Qur'ân: "Laki-laki yang
berzina tidak mengawini kecuali dengan
perempuan yang berzina, atau perempuan
H.Mas’oed Abidin 29
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

yang musyrik; dan perempuan yang berzina


tidak dikawini kecuali oleh laki-laki yang
berzina atau laki-laki yang musyrik, dan yang
demikian itu diharamkan atas orang mukmin.
(QS. Al-Nûr/24: 3).
A. Sebelum Melakukan Hubungan Seks
(Coitus)
Pengantin atau suami isteri sebelum
melakukan hubungan biologis (coitus) penganten
atau suami-isteri mesti melaksanakan hal-hal
berikut ini:
1. Wajib memberikan mahar terlebih dulu (bagi
pengantin baru) jika maharnya di utang,
harus dibayarkan maharnya dulu, sabda Rasul
Allâh, SAW: Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa
Nabi SAW, melarang Ali menggauli Fatimah
sampai ia memberikan sesuatu (mahar)
kepadanya. Lalu jawab Ali: “Saya tidak punya
apa-apa.” Maka sabda Rasul Allâh, “Dimana baju
besi ‘Hutamiyahmu? Lalu berikanlah barang itu
kepadanya. (HR. Abu Dâud, Al-Nasâ’iy dan
Hakim)
2. Membersihkan badan (mandi) dari hadas dan
najis serta hal-hal berbau tak sedap.15
3. Setelah bersih, hendaklah berwudhu’, yang
termasuk padanya membersihkan mulut,
hidung, tangan, muka dan lainnya anggota
wudhu’.

15
Dr. H. Ali Akbar, menambahkan bahwa pada tahap mandi bersih-
bersih ini hendaklah dikosongkan kantong kencing, dan
membersihkan penis (alat kelamin laki-laki) dan vagina (alat kelamin
perempuan).
30 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

4. Pakailah cahaya remang-remang atau gelap,


karena dalam suasana demikian akan
meningkatkan konsentrasi, sehingga segala
kekurangan jasmaniah dapat diatasi.
5. Berdo’a kepada Allâh (semoga Allâh
melimpahkan nikmat-Nya), seperti do’a
diajarkan16
‫ن عَبّا سٍ يَ ْبلُ غُ ِب ِه النّبِيّ قَالَ لَ ْو أَنّكُ ْم إِذَا آتَى‬
ِ ْ‫عَ نِ ب‬
ِ‫جنّب‬
َ َ‫ن و‬ َ ‫شيْطَا‬ ّ ‫ج ّنبْنَا ال‬ َ ّ‫ اَلّلهُم‬،ِ‫ بِسْ ِم ال‬: ‫أَ ْهلَ ُه قَا َل‬
.ُ‫ َف ُقضِىَ بَيْ َنهُمَا َولَ ٌدلَمْ َيضُرُه‬،‫ن مَا رَزَ ْق َتنَا‬َ ‫شيْطَا‬ّ ‫ال‬
"Dari Ibnu Abbas r.a. ia menyampaikan apa yang
diterima dari Nabi SAW. Beliau bersabda,
"Andaikata seseorang diantara kamu semua
mendatangi (menggauli) isterinya, ucapkanlah,
"Bismi Allâhi, Allâhumma Jannibnâ Syaithânâ
wajannibi al-syaithânâ mâ razaqtanâ." (dengan
nama Allâh. Ya Allâh, hindarilah kami dari syetan
dan jagalah apa yang engkau rizkikan kepada kami
dari syetan." Maka apabila ditakdirkan bahwa
mereka berdua akan mempunyai anak, syetan tidak
akan pernah bisa membahayakannya.” (HR.
Bukhâriy dalam Kitab Shahihnya pada Kitab Wudhuk
Hadits ke-141).
6. Mulailah coitus dengan awal lembut dan
harmonis tanpa paksaan. Lakukan jima' pada
sepertiga malam (pukul 10 keatas), atau pada
tiga waktu yang nyaman yaitu, sebelum
shalat subuh, tengah hari, dan sesudah shalat
isya’, sebagaimana disebut dalam wahyu ;

16
141 -ٌ‫ حَدِْيث‬-ِ‫ض ْوء‬
ُ ‫كِتَابُ اْل ُو‬/ِ‫حه‬
ِ ْ‫َروَاهُ الْبُخَارِى فِى اْلكِتَابِ الصّحِي‬

H.Mas’oed Abidin 31
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

      
       
        
          
   
      
       
      
     
        
      
" Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-
budak (lelaki dan perempuan) yang kamu miliki, dan
orang-orang yang belum balig di antara kamu,
meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu
hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika
kamu menanggalkan pakaian (luar) mu di tengah
hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga
`aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak
(pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu.
Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada
keperluan) kepada sebahagian (yang lain).
Demikianlah Allâh menjelaskan ayat-ayat bagi
kamu. Dan Allâh Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana". (QS. Al-Nûr/24: 58).
Sabda Rasul Allâh SAW: “Siapa pun
diantara kamu, janganlah menyamai isterinya
seperti seekor hewan bersenggama, tapi
hendaklah ia dahului dengan perentaraan.
Selanjutnya, ada yang bertanya: Apakah
perantaraan itu ?
Rasul Allâh SAW bersabda, "yaitu ciuman dan
ucapan-ucapan romantis”. (HR. Bukhâriy dan
Muslim).

32 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

7. Dilakukan dalam kondisi yang sehat dan


menyenangkan bagi kedua pasangan. Dalam
keadaan begini insyâ Allâh akan sama
menikmati dan dilakukan dalam keadaan siap
fisik dan psychis kedua pasangan.17
8. Setelah selesai melakukan hubungan intim,
hendaknya membaca do`a,
‫َسسبًا‬
َ ‫َهس ن‬
ُ ‫ِنس الْمَاءِ َبشَرًا َفجَعَل‬
َ ‫َقس م‬
َ ‫خل‬ َ ‫ِيس‬
ْ ‫َالْحَمْ ُد ِلِ الّذ‬
.‫َوصِهْرًا وَكَانَ َرّبكَ قَدِيْرًا‬
“Segala puji bagi Allâh yang telah menjadikan
manusia dari air (mani), lalu menjadikan pertalian
darah, dan hubungan perkawinan. Dan Allâh adalah
Maha Berkuasa”.
9. Apabila ingin memulai yang kedua atau
seterusnya lebih afdhallah melakukan wudhu’,
sekurang-kurangnya membasuh faraj dengan
bersih.
B. Sesudah Melakukan Hubungan
Seks
Suami-isteri yang baru saja melakukan
hubungan seks (coitus, jima’) dalam fiqh
thaharah disebut dengan istilah junub

17
Selanjutnya dalam masalah ini Ali Akbar berpesan, “Bagi kita kaum
muslimin, adab seksual yang baik dan terpuji adalah adab
seksual Islam, yang ditauladankan oleh Nabi Muhammad SAW.
Kesenangan dari aktivitas seksual itu sebenarnya adalah tergantung
dari keadaan mental kedua belah pihak.

H.Mas’oed Abidin 33
116

PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

(berjunub), maka ia wajib mandi (QS. Al-


Mâidah/5: 6).
Agama Islam menetapkan ada beberapa
macam yang menyebabkan seseorang wajib
mandi dalam fiqh Islam sebagai ijtihad al-
thathbiqy (penerapan hukum):
1. Karena melakukan hubungan seksual
(coitus/jima’)
2. Keluarnya mani (sperma), (bermimpi,
senggama, sengaja atau tidak sengaja).
Rasul Allâh SAW bersabda, "Apabila air
(sperma) itu terpancar keras, maka mandilah."
(HR. Abu Dâud). Kalau tidak keluar mani,
maka Rasul Allâh SAW. menerangkan, dalam
hadits berikut,

َ‫ل الِ إِذَا جَامَ ع‬ َ ‫ يَارَ سُ ْو‬:َ‫ب أَنّ ُه قَال‬ ٍ ْ‫ى ابْ نِ كَع‬ ّ َ‫ن أُب‬
ْ َ‫ع‬
َ‫ل "يَغْتَسِسلُ مَا مَسّس الْمَ ْرأَة‬ َ ‫ قَا‬.ْ‫جلُ الْمَ ْرأَةَ َفلَم ْس يُنْ ِزل‬ُ ‫ال ّر‬
َ‫ الْغَسَسل‬:ِ‫ قَالَ أَبُوْ عَبْ ِد ال‬."‫سّى‬ ‫مِنْه َس ثُمّ يَتَ َوضّاءُ وَيُصَل‬
‫ ( َروَا هُ اْلُبخَارِى فِى‬.ْ‫لفِيْهِ م‬
َ ِ‫لخْت‬
ِ ِ ‫َاحْوَ طُ وَذَا كَ اْلخِرُ َوإِنّمَا بَيْنَا‬
) 290 -ٌ‫سلِ– َح ِديْث‬
ْ ُ‫ ِكتَابٌ اْلغ‬/ِ‫حه‬
ِ ِ‫صح‬
ّ ‫الْ ِكتَابِ اْل‬
"Dari Ubai bin Ka`ab bahwasanya ia berkata :
"Wahai Rasul Allâh, apabila ia seorang laki-laki
menyetubuhi isterinya, tetapi tidak mengeluarkan
mani, apakah yang diwajibkan olehnya? Beliau
bersabda, ”Hendaknya dia mencuci bagian-bagian
yang berhubungan dengan kemaluan perempuan,
berwudhu’ dan lalu shalat”. Abu `Abd Allâh berkata,
“mandi adalah lebih berhati-hati dan merupakan
peraturan hukum yang terakhir. Namun mengetahui
tidak wajibnya mandi kamu uraikan juga untuk
menerangkan adanya perselisihan pendapat antara

34 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

orang `alim.” (HR. Bukhâriy dalam Kitab


Shahihnya/Kitab Mandi, hadits ke-290)
3. Berhenti Haid dan Nifas
Rasul Allâh SAW, "Dari Fatimah binti Abi
Hubaisy, Rasul Allâh SAW bersabda, “Apabila
haidmu datang maka tinggalkanlah shalat
dan apabila haid tersebut telah selesai
maka mandilah kemudian shalat.”
4. Karena Meninggal Dunia.
Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi SAW bersabda,
“Mandikanlah olehmu dengan air dan
bidara …. (HR. Mutafaqq ‘alaih)

C. Hubungan Seks yang Dilarang


Islam
Banyak buku-buku Islam mengenai Rumah
Tangga, Kebahagiaan Rumah Tangga yang
membahas masalah senggama, dalam Bâb al-
Jima', ada beberapa yang mesti dihindari dan
dapat menjauh dari etika religi menurut agama
Islam. Hal yang melanggar adab Jima` dalam
Islam, antara lain ;
1. Berbugil (kecuali dalam selimut).
2. Oral sex.
3. Bersetubuh lewat dubur.

H.Mas’oed Abidin 35
118

PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

َ‫سلّم‬
َ ‫علَيْ هِ َو‬َ ُ‫صلّى ال‬ َ ِ‫ل ال‬ ُ ‫ن اَبِى هُ َريْرَ َة قال رَ سُ ْو‬ ْ َ‫ع‬
)‫ن دُبُوْرِهَا (رَوَا ُه اَُب ْودَا ُودْ وَ النّسَاءِى‬
ْ ِ‫ن اَتَى إِمْ َرأَةً م‬
ْ َ‫ َملْعُ ْونٌ م‬:
"Dari Abu Hurairah radhiy Allâhu `anhu, Rasul Allâh
SAW bersabda, "Terkutuklah siapa saja yang
menggauli isterinya melalui duburnya". (HR. Abu
Dâud dan al-Nasâ'iy)
4. Menyakiti/berlaku kasar terhadap pasangan
(QS. Al-Nisâ’/4 : 14).
5. Bersetubuh waktu perempuan haid, seperti
firman Allâh berikut;
‫ض ُقلْ ُه َوأَذًى فَاعْتَ ِزلُوا النّ سَا َء‬
ِ ‫ع نِ الْ َمحِي‬ َ َ‫سأَلُو َنك‬
ْ ‫وَ َي‬
َ‫ن َفإِذَا َتطَهّرْ ن‬َ ْ‫فِي الْ َمحِيْ ضِ وَلَ َتقْرَبُو ُهنّ حَتّى َيطْهُر‬
َ‫ث أَمَرَكُ ُم الُ إِنّ الَ ُيحِبّ التّوّابِ ْي ن‬ ُ ْ‫ن حَي‬ ْ ‫َفأْتُوهُنّ ِم‬
.َ‫حبّ الْمُتَطَهّرِ ْين‬ِ ‫وَ ُي‬
"Mereka bertanya kepadamu tentang haidh.
Katakanlah: "Haidh itu adalah kotoran". Oleh sebab
itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
perempuan di waktu haidh; dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di
tempat yang diperintahkan Allâh kepadamu.
Sesungguhnya Allâh menyukai orang-orang yang
taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan
diri." (QS. Al-Baqarah/2: 222)

36 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

Imam Al-Ghazali16 dalam Ihya’ `Ulumuddin


mengulas lengkap masalah ini berdasarkan Al-
Qur’ân, Hadis dan Ijtihadnya.
Beliau menyebutkan misalnya di mana saja
dari bagian tubuh perempuan itu yang sensitif
dan yang sangat sensitif, yang berbeda pada
setiap perempuan, maka sangat perlu ada
komunikasi intim.

TATA CARA MANDI WAJIB


1 6
Dalam kitab ini beliau membahas masalah hubungan suami-
isteri secara gamlang, sehingga jelas etika bagaimana berhubungan
intim yang sesuai syari`at Islam, paling tidak menggambarkan
keluesan Islam mengajarkan kepada kita untuk melakukannya dengan
nyaman. Walaupun Syaikh Shalih Al-Fauzhan mengkritisi banyak
hadits-hadits dha`if dalam kitab tersebut, dan sampai ada ungkapan,
“Ilmu Hadits yang dimiliki Imam Al-Ghazali seperti orang mencari
kayu bakar dimalam hari.” Namun kekurangan tersebut dapat diatasi
dengan mengedit beberapa hal yang perlu oleh penerusnya dengan
tidak merobah kandungan aslinya, mesti proposional. Masalah
tentang hubungan intim itu dibahas oleh Imam Ghazali dalam Ihya’
`Ulumuddin, penerjemah: Ahmad Rofi` Usmani, (Bandung: Pustaka,
2005), Cet. I. Jilid 4, hal. 130-181. Dalam keterangan lain Felyx Bryk
menyelidiki dengan kesimpulan bahwa “berkhitan dapat
memperlambat ejaculatio seminis (memperlambat/memperpanjang
persenggamaan).” Sejarah berkhitan ini, terdapat semenjak purba,
pada bangsa Semit, Mesir, berbagai bangsa Amerika, Afrika,
Melanesia, Polynesia, Australia dan Indonesia. Hanya pada bangsa
Indo-Jerman, Mongol dan Fin yang tiada kebiasaan ini (kecuali yang
dipengaruhi kebudayaan Islam).
Menurut Riwayat, yang mula berkhitan ialah Nabi Adam `alaihi salam,
dan mewariskan kepada keturunannya. Dan diteruskan oleh Nabi
Ibrahim `alaihi salam. Akan tetapi oleh Penganut Kristen, syari`at
berkhitan itu dibatalkan. Bacalah: 1 Korintus 7: 18-19 juncto Galitia 5:
2, Galitia 6: 15. Inilah yang menjadi syari`at Nabi sebelum Nabi
Muhammad yang disyari`atkan juga pada umatnya. Khitan, pada anak
laki-laki adalah sebelum akhir baligh dan perempuan secepatnya pada
umur tujuh hari sesudah kelahirannya dan biasanya paling lambat
selagi balita. (Panji Masyarakat No. 619, 1989, hal. 36-37).

H.Mas’oed Abidin 37
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

1. Berniat dalam hati, tidak perlu dilafazkan.


Contoh Niat, "Bismillâhi al-Rahmâni al-
Rahîm, sengaja aku mandi wajib
(membersihkan hadas dan najis) karena
Allâh subhânahu wata`âlâ.
2. Membasuh Seluruh Anggota Badan. Pada
saat membasuh anggota badan, ada
beberapa hal yang disunatkan:
a. Mulailah dengan mencuci kedua tangan
tiga kali.
b. Kemudian membasuh kemaluan.
c. Lalu berwudhu’ secara sempurna, seperti
halnya wudhu’ untuk shalat. Mulai dari
sebelah kanan.
d. Kemudian menuangkan air ke atas kepala
sebanyak tiga kali sambil menyelang-
menyelangi rambut agar air sampai
membasahi urat-uratnya. (ini khusus
membasahi kepala saja atau sama dengan
seseorang membersihkan rambutnya pakai
shampo).
e. Lalu mengalirkan air keseluruh badan
dengan memulai sebelah kanan lalu
sebelah kiri tanpa mengabaikan kedua
ketiak, bagian dalam telinga, pusar dan
jari-jari kaki serta menggosok anggota
tubuh yang dapat digosok. Mengalirkan air
sedikitnya tiga kali. Selesai.

38 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

f. Khusus untuk perempuan yang berambut


panjang tidak diwajibkan menguraikan
rambutnya seperti laki-laki. Sabda Rasul
Allâh SAW, “Bahwa seseorang perempuan
bertanya kepada Rasul Allâh SAW: “Jalinan
rambutku amat ketat, haruskah diuraikan
jika hendak mandi janabah? ”Rasul Allâh
SAW menjawab: “Cukuplah bila engkau
menuangkan ke atasnya air tiga kali,
kemudian engkau timbakan ke seluruh
tubuhmu. Dengan demikian engkau telah
suci.” (HR. Ahmad, Muslim, dan Tirmidziy).
Semua aturan ini berdasarkan pemahaman
prinsip-prinsip ajaran Islam, yang mengandung
hikmah dan kebaikan untuk semua manusia,
terutama sekali bagi umat islam, untuk menjaga
kepuasan bagi sesama pasangan berdasarkan
tujuan awal dari pernikahan yaitu ibadah kepada
Allâh, serta untuk menjaga kelestarian
keturunan, disamping suatu wadah penyaluran
hasrat sex yang dimiliki manusia kepada lawan
jenis secara sehat dan bermartabat lagi
terhormat. Maka bertakwalah kepada Allâh
dan ta`atlah.
Ketahuilah, pada hakekatnya maksud dari
syari`at adalah mentaati Allâh secara mutlak,
karena manusia hanya dapat mengkaji,
memahami dan mengamalkannya berdasarkan
kemampuan intelektual yang dianugerahkan-
Nya.

H.Mas’oed Abidin 39
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

Dalam berbagai literatur ditemukan banyak


fatwa-fatwa ulama tentang perempuan, berkisar
antara profesi dan status perempuan sebagai
mitra laki-laki dalam urusan mu`amalah, namun
dalam masalah ibadah, perempuan mendapat
tempat tersendiri. Contoh, perempuan yang haid
tidak diwajibkan melakukan shalat, sampai ia
suci, dari haid atau bahkan dalam keadaan nifas
juga termasuk dalam kategori ini. Contoh lain,
seorang isteri yang ingin berpuasa sunat dalam
keadaan yang sama ia harus menuhi hasrat
seksual suaminya, pada saat itu, bagi sang isteri
tidak ada pilihan lain, hanya memenuhi hasrat
suaminya, dengan ikhlas, akan menjadi ibadah
baginya, melebihi puasanya yang akan
dilakukan.
Lelaki (suami) yang bertaqwa, tentulah tidak
meminta istrinya membatalkan puasa, hanya
karena ingin memenuhi hajat libidonya. Hamba
yang mukmin dan muttaqin, tentulah mampu
mengendalikan hasratnya.
Demikian Islam menghormati kaum laki-laki
dan menghargai perempuan dengan pahala yang
seharusnya berada dalam keinginan yang tidak
terbayangkan. Dan banyak lagi peluang-peluang
terhormat lainnya terkadang diabaikan atau
bahkan meremehkannya. Nabi Muhammad SAW
pernah mengisyaratkan, “kalaulah tidak
dilarang makhluk menyembah makhluk,

40 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

maka akan aku perintahkan isteri


menyembah pada suaminya.”
Begitu berharganya penghormatan yang
diberikan kepda sang suami. Konsekwensi dari
penghormatan terhadap suami (lelaki) ini, maka
seorang suami bertanggungjawab terhadap
perlindungan dan kasih sayang tercurah
dengan tulus kepada istrinya.
Di mata sang isteri hanya suaminya menjadi
sanjungan, setelah kecintaan kepada Allâh dan
Rasul.
Maklumilah, bahwa Allah pula yang
mewasiatkan kepada setiap manusia agar
menghormati dan berterima kasih kepada kedua
orang tua (ayah dan bunda).
Di sini terletak pokok akhlak mulia itu.

KENAPA SITI KHADIJAH SANGAT DICINTAI RASUL


ALLÂH
Siti Khadijah adalah isteri pertama nabi
Muhammad SAW, dan beliau tidak menikah lagi
sampai Siti Khadijah meninggal dunia,
demikianlah hubungan kasih sayang di antara
beliau dan isterinya.
Karena hal tersebut menjadi skenario yang
bijak menurut kehendak Allâh, dan sesuai
dengan firman-Nya,

H.Mas’oed Abidin 41
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

‫سِ ُك ْم‬
‫س أَ ْنفُسس‬
ْ‫سْ مِنس‬‫س لَكُمس‬ َ‫س خَلَقس‬ ْ‫س أَنس‬ ِ‫س آيَاتِهس‬ ْ‫وَمِنس‬
ْ‫أَزْوَاجًالِتَ سْكُنُوْاِالَيْهَا َوجَعَلَ بَيْنَكُ مْ مَوَدّةً وَ َرحْ َم ًة إِنّ فِ ي‬
.َ‫ذَاِلكَ ل يَاتٍ ّلقَوْمٍ يَ َتفَكّرُ ْون‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.”. (QS. Al-Rûm/30: 21) .
Khadijah binti Khuwailid, memandang Nabi
SAW adalah orang yang sangat cerdas, jujur.
Khadijah telah mendapatkan barang yang mulai
hilang dari perilaku manusia ketika itu.
Di dalam berdagang, Nabi Muhammad SAW
sangat menjaga amanah dari perempuan yang
memberikan kepercayaan kepadanya, di mana
selama ini Khadijah hampir tidak pernah lagi
melihat watak mulia itu. Atas keterangan
pembantunya Maisarah, beliau menjadi tertarik
pada Nabi SAW dan akhirnya terjadilah pinang
meminang antara kedua keluarga.
Akad nikah dilaksanakan, dihadiri oleh Bani
Hasyim dan para Pemuka Bani Mudhar.
Maskawinnya dua puluh ekor onta.
Khadijah adalah orang yang pertama dinikahi
Nabi SAW. Beliau tak pernah nikah sampai
Khadijah meninggal dunia. Semua putera-puteri
beliau, selain Ibrahim yang dilahirkan dari Maria
Al-Qibthiyah, dilahirkan dari rahim Khadijah. Yang
pertama adalah Al-Qasim dan dengan nama ini
beliau dijuluki (Abu al-Qasim), kemudian Zainab,
42 H. Mas’oed Abidin
90

MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

Ruqayyah, Umm Kultsum, Fathimah dan


Abdullah.
Semua putra beliau meninggal dunia selagi
kecil. Sedangkan semua puteri beliau sempat
menemui Islam serta ikut hijrah. Hanya saja
mereka semua meninggal dunia selagi beliau
masih hidup, kecuali Fathimah. Dia meninggal
dunia enam bulan setelah Rasul Allâh SAW
wafat.
Tercatat dalam sejarah, bahwa Siti Khadijah
binti Khuwailid adalah isteri Nabi yang sangat ia
cintai dan menduduki tempat yang khusus di
dalam lubuk hati Rasul Allâh SAW, selalu
diceritakan dan disebut-sebut oleh beliau kepada
isteri-isterinya yang lain. Pernah satu kali Siti
Aisyah berkata kepada Nabi Muhammad kira-
kira, “Apakah yang harus diingat-ingat lagi
kepada perempuan tua itu …!”, Merah padam
muka Rasul Allâh pada waktu itu menahan
marahnya terhadap Siti `Aisyah.
Karena sangat cinta Nabi SAW. Apabila
Muhammad kebetulan memotong kambing,
maka Nabi selalu menyuruh supaya sebagian
dari daging kambing itu diberikan kepada orang-
orang yang sebaya dan teman-teman akrab Siti
Khadijah, yang mengembalikan ingatan beliau
kepada isteri yang terkesan di lubuk hatinya itu.
Begitulah cintanya Nabi Muhammad kepada Siti
Khadijah yang perlu dikaji bagi kaum ibu
khususnya sehingga bagi kaum bapak ia akan
berkata, “Rumahku adalah syorgaku”.

H.Mas’oed Abidin 43
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

Kenapa Nabi sangat cinta kepada Siti


Khadijah, ini pernah dikemukakan Nabi dengan
kata-kata ;
“Sesunguhnya demi Allâh! Tuhan tidak
menggantikan bagiku isteri yang lebih baik
dari pada Khadijah. Dia beriman bersama-
samaku di waktu manusia yang lain masih
engkar. Dia membenarkan aku dikala manusia
yang lain mendustakan, ia melapangkan aku
dengan mengorbankan harta bendanya di
waktu manusia yang lain tidak mau memberi.
Tuhan mengaruniakan kepada kami anak-anak
yang tidak kunikmati dari isteri-isteri yang
lain”.
Dari ungkapan Nabi di atas, dikatakan ada
empat sebab Siti Khadijah sehingga Nabi SAW
sangat cinta kepadanya, yaitu:
Pertama, Khadijah tetap beriman kepada
Nabi, di kala manusia yang lain masih engkar,
dengan tulus dan ikhlas. Suatu hal yang
memberi kesan pada diri Nabi di saat orang tak
mau beriman kepadanya lalu muncul seorang
yang tanpa ragu siap untuk beriman. Pada saat
itu sangat terangkat jiwanya, Khadijah beriman
kepada Muhammad bukan karena faktor
kekayaan tapi berdasarkan kejujuran yang
muncul dari diri Nabi Muhammad SAW. Iman
adalah suatu keyakinan yang melekat dalam hati
dinyatakan dengan lisan, diamalkan dengan
panca indera. Kalau kita kaitkan iman ini dengan
keyakinan seorang isteri kepada suaminya
adalah suatu prinsip dasar dan keyakinannya
bahwa suaminya sangat mencintainya.
Kepercayaan seorang isteri kepada suaminya itu
harus dipelihara dan ditunjukkan dalam ucapan,
44 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

tindakan, namun demikian kepercayaan yang


berlebih-lebihan tidak baik pula. Misalnya suami
terlambat pulang, tidak ditanya atau tidak
pulang semalaman tidak ada pertanyaan apapun
dan tentu akan menimbulkan efek lain misalnya
suami merasa tidak diperhatikan. Siti Khadijah
adalah orang yang sangat bijak dalam hal ini.
Kedua, Khadijah selalu membenarkan apa
saja yang disampaikan suaminya.
Khadijah adalah orang yang ta’at kepada
suaminya. Dalam hal ini timbul pertanyaan, ialah
kalau yang dikatakan itu benar bagaimana kalau
yang salah. Kalau suami berkata yang salah,
perkataan itu dengarkan dulu sampai dia selesai
bicara, hendaknya isteri menyanggah atau
meluruskan dengan intonasi keperempuanannya
dan mengemukakan bukti-bukti yang
memungkinkan. Kalau ia tak mau memahami,
tentu dituntut kesabaran si isteri, kan orang bijak
pernah berkata, "menghadapi suami sama
halnya dengan anak TK yang sudah besar". Inilah
yang selalu dipelihara oleh Siti Khadijah dalam
keluarganya.
Ketiga, Khadijah adalah isteri yang mau
berkorban untuk kepentingan suaminya. Siti
Khadijah adalah seorang isteri yang mau
mengorbankan hartanya untuk kepentingan
suaminya. Ia sangat merasakan miliknya adalah
milik suaminya, cita-cita suaminya adalah cita-
citanya, ke bukit sama mendaki ke lurah sama
menurun. Tidak jalan sendiri-sendiri.
Keempat, Memperoleh keturunan dari
Khadijah, anak-anak beliau tidak satupun yang

H.Mas’oed Abidin 45
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

mengingkari beliau, sama-sama beriman kepada


Nabi SAW.
Itulah empat keistimewaan Khadijah yang
menjadi sebab kenapa Nabi sangat cinta
kepadanya, yang patut ditauladani oleh para ibu
atau isteri-isteri orang yang beriman dan shaleh.
Karena tauladan yang paling baik bagi kaum
perempuan itu adalah umm al-mukminîn yakni
para isteri Nabi Muhammad SAW. Ketika canang
kebebasan mulai diguguh, korban manusia
berguguran karena hilang kendali yang
melahirkan balas dendam. Kaum perempuan
kembali jadi sasaran.
Bahaya besar mengancam generasi. Setiap
kita berkewajiban mencegah, dengan berdo’a
secara tulus ikhlas agar kemelut tidak terjadi.

ْ‫غفِ ْرلَنَا ذُنُوْبَنَا َو اِ سْرَافَنَا فِى أَمْرِنَا وَ ثَبّ ت‬


ْ ‫رَبّنَا ا‬
.‫علَى القَوْ ِم الكَافَرْيْن‬َ ‫َأقْدَامَنَا َو ا ْنصُرْنَا‬
“Ya Allah, Ampunilah dosa kami, ampunilah
keteledoran kami, dan tetapkanlah pendirian kami,
dan tolonglah kami menghadapi kaum kafir”.

‫علَيْنَسا‬
َ ْ‫طهُم‬ ْ ّ‫ُسسل‬
َ ‫لعْدَاءَ فِيْنَسا وَلَ ت‬
َ ‫ِنس ا‬ُ ‫اللّهُمّس لَ تُمْك‬
‫ل َيَخا ُفكَ وَلَ يَ ْرحَمُنَا‬
َ ْ‫علَيْنَا مَن‬
َ ْ‫سلّط‬
َ ‫بِذُنُوْ ِبنَا وَلَ ُت‬
“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau beri
kemungkinan musuh berkuasa terhadap kami
janganlah Engkau berikan kemungkinan mereka
memerintah kami, walaupun kami mempunyai dosa.

46 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

Janganlah Engkau jadikan yang memerintah kami,


orang yang tidak takut kepada-Mu, dan tidak
mempunyai kasih sayang terhadap kami”.

َ‫سسبِ ْيِلكَ و‬
َ ‫َنس‬
ْ ‫نع‬
َ ْ‫َصسدّو‬
ُ ‫ِكس ال َكفَرَ َة الّذِي ي‬ ِ ‫اللهُم ّ أَ ْهل‬
َ‫سَلكَ وَ ُيقَاتِلُ ْونَ أَ ْولِيَا َئك‬
ُ َ‫يَكْذِبُ ْونَ ر‬
“Wahai Tuhan kami, hancurkanlah orang-orang
yang selalu menutup jalan Engkau, yang tidak
memberikan kebebasan kepada agama-Mu, dan
mereka-mereka yang mendustakan Rasul-Rasul
Engkau,dan mereka yang memerangi orang-orang
yang Engkau kasihi”.

‫ِمس‬
ْ ‫ُمس َو أَنْ ِزلْ بِه‬
ْ ‫ّتس شَ ْملَه‬
ْ ‫ُمس وَ شَت‬ ْ ‫ّقس جَمْعَه‬ْ ‫اللهُمّ فَر‬
.َ‫عنِ القَوْ ِم الُمجْرِمِْين‬
َ ُ‫ك الّذِي ل َتَ ُروْدَه‬
َ‫س‬َ ْ‫َبأ‬
“Wahai Tuhan kami, hancurkanlah kesatuan
mereka, dan pecah belah barisan mereka. Turunkan
kepada mereka ‘azab sengsara-Mu, yang selalu
Engkau timpakan kepada golongan-golongan yang
selalu berbuat dosa”.

َ‫ل ال َكفَرَةَ و‬
ِ ‫ُسسلِمِ ْينَ َو اخْ ُذ‬
ْ ‫ِسسلَمِ َو الم‬
ْ ‫اللهُم ّ أَعِ ّز ال‬
َ‫المُشْرِكِيْن‬
“Wahai Tuhan kami, berilah kemuliaan kepada
Islam dan kaum Muslimin, rendahkanlah orang-orang
yang kafir dan orang musyrik”.

‫رَبّنَا آتِنَا فِى الدّنْيَا حَ سَ َنةً َو فِى الخِرَ ِة حَ سَ َنةً َو قِنَا‬


َ‫ت ال سّمِيْ ُع ال َعلِيْ مِ و‬
َ ْ‫ك أَن‬
َ ّ‫ رَبّنَا َتقَ ّبلْ ِمنّا إِن‬.ِ‫عَذَا بَ النّار‬
H.Mas’oed Abidin 47
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

ّ‫ سُ ْبحَانَ رَبّ كَ َرب‬.ِ‫ب الرّحِيْ م‬ُ ‫ت التّوّا‬


َ ْ‫علَيْنَا إِنّ كَ أَن‬
َ ْ ُ‫ت ب‬
ُ‫سِيْنَ َو اْلحَمْد‬
‫علَى الْمُرْسَل‬
َ ُ‫العِزّةِ عَمّاس يَصِسفُوْنَ وَ سَسلَم‬
.َ‫لِ َربّ العَالَمِيْن‬
Semoga dengan pembahasan yang singkat
ini dapat bermanfaat, bagi semua umat islam,
khusus bagi penulis sendiri menajadi amal yang
shaleh. Amien. Wa Allâhu A`lam bi al-Shawâb.

Padang, 05 Zulhijjah 1428 H / 15 Desember


2007 M.

DAFTAR RUJUKAN

Abu Al-Su`ud Badr, Abdullah, Tafsir Umm Al-


Mu`minîn `Aisyah r.ha, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta, 2000), Cet. I, penerjemah: Gazi Saloom
dan Ahmad Syaikhu.
Al-Bukhâriy, Abu `Abd Allâh Muhammad Ibn
Ismâ`îl, al-Jâmi` al-Shâhîh al-Mukhtashar min
Umûr Rasûl Allâh `alaihi wa Sallam wa Sunanih
wa Ayyânih, (Bairut : Dâr al-Fikr, [t. th]).
Al-Ghazali, Ringkasan Ihya `Ulumuddin,
(Jakarta: Pustaka Amani, 1995), Cet. I,
Penerjemah: Zaid Husein Al Hamidi.

48 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

Al-Ghazali, Ihya’ `Ulumuddin, penerjemah:


Ahmad Rofi` Usmani, (Bandung: Pustaka, 2005),
Cet. I, Jilid 4.
Ali Akbar, Merawat Cinta Kasih, (Jakarta:
Pustaka Antara, 1995), Cet. XX.
Al-Khurasyi, Sulaiman bin Shalih, Pemikiran
Yusuf Al-Qaradhawi dalam Timbangan,
penerjemah: Abdul Ghoffar, E.M. (Bandung:
Pustaka Imam Al-Syafi`i, 2003), Cet. I.
Al-Maqdisy, Al-Imam al-Syaikh Ahmad bin
`Abdu al-Rahmân bin Qudamah, Minhâj al-
Qashidîn: Jalan Orang-Orang Yang Mendapat
Petunjuk, (Jakarta: Pustaka al-Kautsâr, 1997),
Cet. I, Penerjemah: Kathur Suhardi, judul asli,
“Mukhtasâr Minhâj al-Qashidin”.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Terjemahan
Tafsir al-Maraghi Juz II, (Semarang: CV Toha
Putra, 1993), Cet. II, Penerjemah: K. Anshori
Umar Sitanggal, dkk.
Al-Mubarakfuriy, Syaikh Shafiyy al-Rahman,
Sirah Nabawiy, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
1997), Cet. I, Penerjemah: Kathur Suhardi.
Al-Qaradhawi, Yusuf, Fatawa Qardhawi,
Permasalahan, Pemecahan dan Hikmah,
(Surabaya: Risalah Gusti, 1996), Cet. II.
Aminuddin dan Slamet Abidin, Fiqh
Munakahat 1, (Bandung: Pustaka Setia, 1999),
Cet. I.
Ash-Shiddieqy, Hasbi, Fiqh Ibadah Ditinjau
dari Segi Hukum dan Hikmah, Cet. VIII, (Jakarta,
1994), Cet. VIII.

H.Mas’oed Abidin 49
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL

Bahreisy, Salim, Al-Hikam; Pendekatan `Abdi


pada Khaliqnya, (Surabaya: Balai Pustaka, 1984),
Cet. V.
Bismar Siregar, Islam dan Hukum, (Jakarta:
PT. Pustakakarya Grafikatama, 1990), Cet. I.
Bukhari. M, Hubungan Seks Menurut Islam,
(Bumi Aksara: Jakarta, 2001), Cet. I.
Daud Ali, Muhammad, Hukum Islam;
Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum di
Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2004), Cet. Ke-11.
Didin Hafiduddin, Tafsir al-Hijri Surat al-Nisâ’,
(Ciputat: Logos, 2000), Cet. I.
Djamaan Nuh, Fiqh Munakahat, (Semarang:
Dina Utama, 1993), Cet. I.
Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta: PT Pustaka
Panjimas, 2001), Cet. 12.
Hasan, Ayyub, Etika Islam: Menuju Kehidupan
yang Hakiki, (Bandung: Triganda Karya, 1994),
alih bahasa: Tarmana Ahmad Qasim, dkk.
Husein Bahreisj, Shahih Bukhari-Muslim,
(Surabaya: CV Karya Utama).
Junaedi, Subki, Pedoman Mencari dan
Memilih Jodoh, Cet. I, (Bandung: Sinar Baru,
1992).
Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia
Tenggara: Studi Terhadap Perundang-undangan
Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia
dan Malaysia, (Jakarta: Leiden, 2002).

50 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

Mahmud, Abdul Halim, Menyingkap Rahasia


Ibadat, (Jakarta: Alayidrus, 1988), Cet. I.
Mizan Ansori, Penawar Kegundahan Hati,
(Bandung: Husaini, 1987), Cet. I di terjemahkan
dari karya (`Abd al-Majid `Ali al-`Adawy, al-Tufah
al-Mardhiyah fi al-Akhbari al-Qudsiyyah wa al-
Ahadits al-Nabawiyyah;Mesir: Musthafa al-Bâbi
al-Halabi, 1950 M/1369 H), Cet. II.
Nasir, Salihun, Tinjauan Akhlaq, (Surabaya:
Al-Ikhlas, 1991), Cet. I.
Nazar Nizar, Fiqh Munakahat (diktat),
(Padang: IAIN, 1989), Cet. I.
Nawawi, Nashaihul `Ibad, penerjemah: Fuat
Kauma, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005),
Cet. Ke-10.
Thalib, Muhammad, Nasehat Untuk
Pengantin, (Bandung: Irsyad Baitus Salam,
2001), Cet. I.
Umar As Seewed, Muhammad, Janganlah
Mendekati Zina, (Sukabumi: Yayasan Al-Imam)
Usman, Ali. dkk, Hadits Qudsi, (Bandung: CV
Diponegoro, 1997), Cet. XXII.
Ya`qub, Hamzah, Etika Islam, (Bandung: CV
Diponegoro, 1996), Cet. VII.
BIO DATA

H. MAS’OED ABIDIN

H.Mas’oed Abidin 51
PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG SAKRAL
Lahir tanggal : 11 Agustus 1935 di Kotogadang,
Bukittinggi,
Dari pasangan : H.Zainal Abidin bin Abdul Jabbar Imam
Mudo dan Khadijah binti Idriss.
Pendidikan Surau (madrasah) Rahmatun Niswan Koto
Gadang, Sumatra Thawalib Syeikh H. Abdul Mu’in
Lambah, Sumatra Thawalib Syaikh Ibrahim Moesa
Parabek, SR 6 tahun di Kotogadang, SMP Negeri II
di Bukittinggi (1954), SMA Negeri A/C di
Bukittinggi (1957), dan FKIP UNITA
Padangsidempuan, FKIP Medan (1963).
Jabatan sekarang : Wakil Ketua Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia Sumbar di Padang, Wakil Ketua Dewan
Penasehat MUI Sumbar, Ketua Umum BAZ
Provinsi. Sumbar.
Alamat sekarang : Jalan Pesisir Selatan V/496 Siteba Padang
(KP - 25146), Fax / Telepon 52898, Tel: 58401.
Buku yang sudah diterbitkan ;
1. Islam Dalam Pelukan Muhtadin MENTAWAI, DDII Pusat,
Percetakan ABADI, Jakarta - 1997.
2. Dakwah Awal Abad, Pustaka Mimbar Minang, Padang -
2000.
3. Problematika Dakwah Hari Ini dan Esok, Pustaka Mimbar
Minang, Padang – 2001.
4. Suluah Bendang di Minangkabau, Pustaka Mimbar Minang,
Padang.2002
5. Pernik Pernik Ramadhan, Pustaka Mimbar Minang, Padang
2003
6. Surau Kito, PPIM Sumbar, Padang – 2004.

7. Silabus Surau, PPIM Sumbar, Padang – 2004.

52 H. Mas’oed Abidin
MEMILIH JODOH DAN PERKAWINAN DALAM ISLAM

8. Adat jo Syarak di Minangkabau, PPIM Sumbar, Padang –


2004.
9. Implementasi ABS-SBK, PPIM Sumbar, Padang – 2004.
Web-site : http://www.masoedabidin@yahoogroups.com
mailto : masoedabidin@hotmail.com
masoedabidin@yahoo.com

H.Mas’oed Abidin 53

Anda mungkin juga menyukai