Anda di halaman 1dari 7

PEMBAHASAN

A. Tafsir Surat al-Araf Ayat 31












1
)31 : )







Terjemahnya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di
setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.2
Ayat ini merupakan bantahan terhadap tindakan orang-orang
musyrik, yang sengaja thawaf dalam keadaan telanjang di baitullah.
Karena ayat tersebut diatas dan juga beberapa pengertian yang
menunjukkan hal itu didalam sunnah, yaitu disunnahkan untuk
menghiasi diri ketika hendak mengerjakan shalat, lebih-lebih pada
hari jumat dan hari raya.3
Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim dari Hisyam dari Urwah
dari ayahnya, "orang-orang Arab biasa melakukan thawaf di Baitullah
dengan telanjang kecuali golongan Humus, dan Humus adalah
golongan Quraisy dan keturunannya. Mereka biasa melakukan thawaf
dengan telanjang kecuali orang yang diberi pakaian oleh golongan
Humus. Yaitu, orang laki-laki memberi kepada orang laki-laki dan
orang wanita memberi kepada orang wanita. Golongan Humus tidak
keluar dari Muzdalifah, sedang orang-orang lain sampai ke Arafah.4
Mereka (golongan Humus) berkata, 'Kami adalah warga tanah
haram, maka tidak seorang pun dari bangsa Arab yang berhak
melakukan thawaf kecuali dengan mengenakan pakaian kami, dan
tidak boleh memakan suatu makanan apabila memasuki negeri kami
kecuali makanan kami. Barangsiapa yang tidak memiliki sahabat di
Mekah dari bangsa Arab yang dapat meminjaminya pakaian, maka

tidak mudah baginya untuk menyewanya. Oleh karena itu, ia


menghadapi dua alternatif, melakukan thawaf di Baitullah dengan
telanjang atau melakukan thawaf dengan mengenakan pakaian itu.
Apabila sudah selesai thawaf, maka ia harus membuang pakaian itu
dan tidak seorang pun boleh menyentuhnya, dan pakaian itu disebut
al-lugaa."
Disebutkan dalam tafsir Ahkamul Qur an karya al-Qurthubi, "Ada
yang mengatakan bahwa bangsa Arab pada zaman jahiliah tidak mau
memakan lemak (daging yang berlemak) pada musim haji. Mereka
cukup memakan makanan sedikit, dan mereka melakukan thawaf
dengan telanjang. Kemudian dikatakan kepada mereka, Pakailah
pakaianmu yang indah setiap kali hendak melakukan ibadah, makan
dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Yakni, jangan berlebihlebihan dengan mengharamkan apa yang tidak diharamkan atas
dirimu. Israf itu adalah tindakan melampaui batas, termasuk juga
mengharamkan yang halal. Keduanya adalah tindakan melampaui
batas, dengan ungkapan yang berbeda.
Al-Qur'an tidak hanya menyeru mereka untuk mengenakan
pakaian yang indah ketika akan melakukan ibadah, dan menikmati
makan dan minuman yang baik-baik. Lebih dari itu ia menganggap
mungkar tindakan mengharamkan perhiasan yang dikeluarkan Allah
untuk hamba-hamba-Nya dan mengharamkan rezeki yang baik-baik.
Maka, merupakan tindakan mungkar apabila seseorang
mengharamkan berdasarkan pemikirannya sendiri apa-apa yang baik
yang dikeluarkan Allah untuk hamba-hamba-Nya.5
Imam al-Bukhari meriwayatkan, Ibnu Abbas berkata: Makan
dan berpakaianlah sesuka kalian, asalkan engkau terhindar dari dua
sifat; berlebih-lebihan dan sombong.
Imam Ahmad meriwayatkan, Yahya bin Jabir ath-Thaai
menceritakan kepada kami, aku pernah mendengar al-Miqdam bin
Ma'di Yakrib al-Kindi, ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah
bersabda:



.
"Tidaklah anak Adam mengisi bejana yang lebih buruk daripada
perutnya sendiri. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan
untuk menegakkan tulang punggungnya. Kalau ia memang harus
melakukannya, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk
minumnya dan sepertiga lagi untuk nafasnya."
B. Tafsir Surat al-Furqan Ayat 67











( : )

Terjemahnya : Dan orang-orang yang apabila membelanjakan


(harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir,
dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara
yang demikian.
Ini adalah sifat Islam yang diwujudkan dalam kehidupan pribadi
dan masyarakat. Seorang muslim, tidaklah bebas mutlak dalam
menginfakkan harta pribadinya sekehendak hatinya seperti yang
terdapat dalam sistem kapitalis, dan pada bangsa-bangsa yang
hidupnya tak diatur oleh hukum Ilahi dalam semua bidang. Namun,
penggunaan uang itu terikat dengan aturan menyeimbangkan antara
dua perkara, yaitu antara sikap berlebihan dalam menginfakkan
dengan terlalu menahan. Karena sikap berlebihan akan merusak jiwa,
harta, dan masyarakat. Sementara sikap terlalu menahan harta juga
seperti itu. Karena, mereka berarti menahan harta sehingga tak dapat
dimanfaatkan oleh pemiliknya dan orang-orang di sekitarnya.6

Mereka tidak terlalu boros dalam mengeluarkan infaq, mereka


mengaturnya sesuai dengan kebutuhan, tidak membiarkan keluarga
mereka, menurunkan hak-hak keluarga mereka, mereka berlalu adil
dan baik, dan sebaik-baik perkara adalah pertengahan, tidak boros/
lebih dan tidak kikir/ kurang. Sebagaimana firman Allah:











"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu
dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya," (QS. Al-Israa': 29)
Al-Hasan al-Bashri berkata: "Tidak ada istilah berlebihan dalam
berinfaq di jalan Allah." Iyas bin Mu'awiyah berkata: "Apa yang
dibolehkan dalam (melaksanakan) perintah Allah Ta'ala adalah
berlebihan (dalam infaq)." Selainnya berkata: "Istilah berlebih-lebihan
dalam membelanjakan harta hanya untuk maksiat kepada Allah.7

C. Tafsir Surat al-Isra Ayat 29







( 29 : )





Terjemahnya : Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu


pada lehermu dan janganlah kamu terlalu
mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan
menyesal.8

Allah berfirman seraya memerintahkan untuk berlaku sederhana


dalam menjalani hidup, dan mencela sifat kikir sekaligus melarang
bersikap berlebih-lebihan.

Maksudnya, janganlah

kamu kikir dan bakhil, tidak pernah memberikan sesuatu pun kepada
seseorang. Sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi
"Tangan Allah itu terbelenggu." Yang mereka maksudkan dengan
kalimat itu adalah bahwa Allah itu kikir.
"Dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya. "Maksudnya,
janganlah kamu berlebihan dalam berinfak, di mana kamu memberi di
luar kemampuanmu dan mengeluarkan pengeluaran yang lebih
banyak daripada pemasukan. Karena itu kamu menjadi tercela dan
menyesal. Artinya, jika kamu kikir, niscaya kamu akan menjadi tercela
yang senantiasa mendapat celaan dan hinaan dari orang-orang serta
tidak akan dihargai dan mereka tidak memerlukanmu lagi.9
Sebagaimana yang dikatakan oleh Zuhair bin Abi Salma :
Barangsiapa yang mempunyai banyak harta lalu is kikir dengan
kekayaannya itu, niscaya is akan diabaikan kaumnya, dan mendapat
hinaan. Bila kamu mengulurkan tanganmu di luar kemampuanmu,
maka kamu akan hidup tanpa sesuatu apapun yang dapat kamu
nafkahkan, sehingga kamu menjadi seperti hasir, yaitu binatang yang
sudah tidak mampu berjalan, yang berhenti, lemah dan tiada daya.
Demikianlah yang dinamakan hasir. Ayat di atas ditafsirkan oleh Ibnu
`Abbas, al-Hasan, Qatadah, Ibnu Juraij, Ibnu Zaid dan lain-lain, bahwa

yang dimaksudkan di sini adalah sifat kikir dan sifat berlebihlebihan.10

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Katsir, Lubaabut Tafsiir min Ibnu Katsir, Terj. Muhammad Abdul
Ghaffar. (ttp: Puskata Imam Asy-Syafii, 2005)
Qutub, Sayyid, Tafsir fiDzhilal al-Quran. (Jakarta: Gema Insani,
2000)
Quran.com/7 diakses pada tanggal 16 Maret 2015
http://www.angelfire.com/psy/qalamullah/quran_translation_indonesia.
htm#7 diakses pada tanggal 16 Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai