Anda di halaman 1dari 7

Nama : HASAN MANSUR, S.Ag.

NIP : 19650608 200501 1 007


Pangkat/ Gol/ TMT : Penata Tk.I/ III D/01-04-2015
Jabatan : Penyuluh Agama Muda
Tahun : 2022

Islam Mengentaskan Permasalahan Ekonomi

Dalam permasalahan ekonomi, manusia memiliki tujuan dan cara


yang berbeda-beda, tergantung tujuan masing-masing individu, bukan
tergantung pada kebenaran yang ingin mereka ikuti dan kemaslahatan
umum yang ingin mereka realisasikan. Akibatnya, mereka
menyimpang dari jalan yang bermanfaat bersama. Karena tidak mau
terikat dengan petunjuk-petunjuk agama Islam, sementara cara berfikir
manusia itu berbeda-beda, dan amalan pun sesuai dengan cara berfikir
itu, maka yang timbul adalah bencana yang merata dan fitnah
(perselisihan) sengit antara orang yang mengaku sebagai pembela
kaum miskin dan buruh dengan orang-orang yang memiliki harta dan
kekayaan. Masing-masing memiliki banyak argumen, akan tetapi
semua argumen mereka tidak benar bahkan cendrung menyesatkan.

Ini sangat berbeda dengan kaum Mukminin, alhamdulillah, Allah


‘Azza wa Jalla telah memberikan petunjuk jalan yang lurus kepada
mereka dalam segala urusan mereka secara umum, dan dalam
permasalahan ini secara khusus.

Allah ‘Azza wa Jalla menakdirkan bahwa manusia itu berbeda-


beda derajat dan status sosial mereka, diantara mereka ada yang kaya
ada juga yang miskin, ada yang mulia adapula yang rendahan. Itu
semua mengadung hikmah dan rahasia ilahi yang sangat agung yang
tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tatkala Allah ‘Azza wa
Jalla telah menakdirkan seperti itu, maka Allah ‘Azza wa Jalla
mengikat satu individu dengan individu yang lainnya dengan ikatan
kuat. Allah ‘Azza wa Jalla tundukkan sebagian mereka untuk sebagian
yang lain, sehingga masing-masing bisa memberikan manfaat kepada
yang lain dan merasa saling membutuhkan. Begitulah, alhamdulillah,
syariat Allah ‘Azza wa Jalla mendatangkan kebaikan bagi si kaya dan
si miskin.

Allah ‘Azza wa Jalla yang maha bijaksana mensyariatkan kepada


mereka agar bersaudara dan tidak saling mengeksploitasi. Allah ‘Azza
wa Jalla membimbing kaum Muslimin tatkala berintraksi dengan yang
lain agar memperhatikan apa yang menjadi kewajibannya terhadap
pihak lain sesuai syariat. Jika kewajiban-kewajiban itu terlaksana,
persatuan akan terwujud dan kehidupan akan nyaman.

Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan kepada semua pihak (si


kaya dan si miskin) untuk serius memperhatikan kemaslahatan umum
yang akan mendatangkan manfaat bagi kedua belah pihak.

Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla mewajibkan zakat pada harta


orang-orang kaya, sesuai dengan perincian yang telah ditentukan
syariat. Allah ‘Azza wa Jalla menetapkan bahwa diantara tujuan
penunaian zakat adalah menutupi hajat orang-orang yang
membutuhkan serta guna merealisasikan kemashlahatan agama yang
menjadi tonggak baiknya urusan-uruan dunia dan agama.
Allah ‘Azza wa Jalla juga memotivasi mereka untuk terus
berbuat baik disetiap waktu dan kesempatan. Allah ‘Azza wa Jalla
mewajibkan membatu orang yang tertimpa kesusahan, memberi
makan yang kelaparan dan memberikan pakain kepada orang yang
membutuhkannya.

Allah ‘Azza wa Jalla juga mewajibkan kepada orang-orang kaya


untuk memberikan nafkah secara khusus kepada anggota keluarga
mereka, melakukan semua kewajiban mereka ditengah-tengah
masyarakat. Diantara hal penting yang harus diperhatikan oleh orang
yang bergelimang kekayaan adalah dalam urusan mencari harta Allah
‘Azza wa Jalla memerintahkan mereka untuk tidak hanya bersandar
dan bentumpu pada kemampuan mereka saja serta tidak merasa
tenang dengan apa yang mereka miliki sekarang. Mereka harus selalu
menyadari dan ingat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, iangat akan
karunia yang Allah k berikan kepada mereka dan berbagai kemudahan
serta tidak lupa untuk senantiasa memohon pertolongan kepada Allah
‘Azza wa Jalla, bersyukur kepada-Nya atas limpahan karuni yang
telah diberikan.

Orang-orang kaya juga diwajibkan untuk memperhatikan dan


mentaati rambu-rambu syariat. Mereka tidak diperbolehkan tenggelam
dalam perbuatan berpoya-poya yang akan mencederai akhlak, harta
benda dan seluruh keadaan mereka, akan tetapi mereka hendaknya
menjadi seperti yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫ْرفُوا َولَ ْم يَ ْقتُرُوا َو َكانَ بَ ْينَ ٰ َذلِكَ قَ َوا ًما‬


ِ ‫َوالَّ ِذينَ ِإ َذا َأ ْنفَقُوا لَ ْم يُس‬
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka
tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu)
di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. al-Furqan/25:67).

Allah ‘Azza wa Jalla juga memerintahkan kepada mereka dalam


mencari kekayaan, hendaknya mencari dengan cara yang baik, bersih
dan jalan yang halal. Mereka tidak boleh mengotori usaha mereka
dengan cara haram , seperti riba, judi, bermain curang atau menipu.
Hendaklah mereka selalu mengikat diri-diri mereka dengan rambu-
rambu syariat dalam bermuamalah, sebagaimana mereka mengikat
diri-diri mereka dengan aturan syariat dalam beribadah.

Kekayaan sering membuat orang lupa diri lalu sombong dan


menganggap orang lain yang miskin hina dan rendah. Cara pandang
seperti ini sangat tidak dibenarkan dalam Islam. Orang-orang yang
diberikan kekayaan oleh Allah ‘Azza wa Jalla tidak diperbolehkan
memandang orang miskin dengan pandangan angkuh, sombong
karena menganggap diri lebih mulia. Sebaliknya, mereka mereka
memandang kepada fakir miskin dengan penuh kasih sayang dan
kebaikan.

Dengan semua petunjuk bijak ini kekayaan yang sejalan agama


akan menjadi kekayaan yang sangat agung dan sangat dihargai,
sementara orangnya menjadi terpuji dan terpandang di masyarakat.
Karena syariat telah mendiriknya dan menyucikan harta dan jiwanya.

Islam telah memberikan petunjuk kepada orang kaya agar


membantu, memperhatikan dan tidak menghina fakir miskin, lalu
bagaimana Islam mengarahkan fakir miskin, agar kehidupan ini
berjalan sesuai dengan harapan bersama? Kepada orang-orang miskin
dan kepada orang yang belum bisa mencapai keinginan pribadinya,
agama Islam memerintahkan mereka untuk bersabar dan ridha dengan
taqdir Allah ‘Azza wa Jalla yang telah ditetapkan, serta menyakini
bahwa Allah ‘Azza wa Jalla itu maha bijaksana. Allah k memiliki
banyak hikmah dalam itu semua dan banyak maslahat untuk mereka.

َ aُ‫ ْيًئا َوه‬a‫ ٰى َأ ْن تُ ِحبُّوا َش‬a‫َس‬


‫رٌّ لَ ُك ْم ۗ َوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم‬a‫و َش‬a َ ‫َو َع َس ٰى َأ ْن تَ ْك َرهُوا َش ْيًئا َوهُ َو َخ ْي ٌر لَ ُك ْم ۖ َوع‬
َ‫َوَأ ْنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُمون‬

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik


bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia
buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. al-Baqarah/2:216).

Cara pandang seperti ini minimalnya sudah menghilangkan


kesedihan yang ada dalam hati yang berpotensi menimbulkan rasa
malas dan menghilangkan kepercayaan diri.

Islam juga memerintahkan mereka saat berusaha mengangkat


kemiskinan mereka dan memenuhi kebutuhan mereka untuk tidak
melihat dan bergantung kepada para makhluk, tidak meminta-minta
kepada mereka kecuali dalam keadaan darurat.

Islam mengajarkan mereka untuk meminta hajat mereka hanya


kepada Allah ‘Azza wa Jalla yang maha esa dengan melakukan usaha-
usaha yang bisa menghilangkan kemiskinan dan meraih kekayaan.
Caranya banyak dan masing-masing orang bisa menempuh usaha yang
sesuai dengan keadaannya. Dengan melakukan ini dia akan bisa
menghayati arti kebebasan dari perbudakan makhluk serta terus
memacu dan melatih dirinya agar tetap kuat dan semangat dalam
berusaha, tidak kenal malas dan putus asa. Dengan ini, hati juga akan
terhindarkan dari perasaan iri terhadap orang-orang kaya yang
dikarunia harta melimpah oleh Allah ‘Azza wa Jalla . Allah ‘Azza wa
Jalla berfirman:

‫ا ِء‬a‫ ۖ َولِلنِّ َس‬a‫بُوا‬a‫يبٌ ِم َّما ا ْكت ََس‬a‫َص‬ ِ ‫ال ن‬ ِ a‫ِّج‬ َ ‫ْض ۚ لِلر‬ٍ ‫ ُك ْم َعلَ ٰى بَع‬a‫ْض‬ َ ‫ض َل هَّللا ُ بِ ِه بَع‬
َّ َ‫َواَل تَتَ َمنَّوْ ا َما ف‬
‫ هَّللا َ ِم ْن فَضْ لِ ِه ۗ ِإ َّن هَّللا َ َكانَ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِي ًما‬a‫َصيبٌ ِم َّما ا ْكتَ َس ْبنَ ۚ َوا ْسَألُوا‬ِ ‫ن‬

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan


Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang
lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang
mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa
yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah ‘Azza wa Jalla
sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (QS. an-Nisa/4:32).

Islam juga memerintahkan mereka untuk ikhlas dalam beramal,


bekerja dan muamalah mereka. Mereka juga dilarang terburu-buru
dalam mengais rizki denga menekuni mata pencaharian yang hina
dina yang bisa mengikis habis agama dan mendatangkan celaka dalam
kehidupan dunia.

Islam memerintahkan kepada kaum fakir miskin dua perkara


yang bisa membantu mereka dalam menanggung beban kehidupan :
Pertama, sederhana dalam gaya hidup; Kedua, qana’ah (merasa
cukup) dengan nikmat yang Allah ‘Azza wa Jalla berikan. Rezeki
yang sedikit dibarengi dengan kesederhanaan akan terasa banyak,
sementara sifat qana’ah merupakan simpanan yang tidak akan pernah
habis dan kekayaan tanpa wujud materi.

Alangkah banyak orang miskin yang diberi taufik oleh Allah


‘Azza wa Jalla untuk sederhana dan qana’ah sehingga dia tidak
cemburu dengan orang-orang kaya yang berfoya-foya dan tidak
merasa sedih dengan harta sedikit yang dia miliki.

Ketika orang-orang miskin melakukan petunjuk-petunjuk agama


dalam menjalani kehidupan ini berupa: sabar, selalu bergantung
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , memelihara dan menjaga diri
agar tidak terjebak dalam perbudakan makhluk, bersungguh-sungguh
dalam bekerja serta qana’ah dengan apa yang Allah ‘Azza wa Jalla
berikan, niscaya akan terasa ringan kesusahan dan kesulitan akibat
kemiskinannya. Bersamaan dengan itu pula dia hendaknya terus
menerus berusaha dalam meraih harta yang bisa mencukupi
kebutuhannya dengan berharap kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan
menunggu janji Allah ‘Azza wa Jalla serta bertakwa kepada-Nya,
karena Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

ِ ‫بُ ۚ َو َم ْن يَت ََو َّكلْ َعلَى هَّللا‬a‫ْث اَل يَحْ ت َِس‬


ُ ‫هُ ِم ْن َحي‬a‫﴾ َويَرْ ُز ْق‬٢﴿ ‫ا‬aa‫ق هَّللا َ يَجْ َعلْ لَهُ َم ْخ َر ًج‬
ِ َّ‫َو َم ْن يَت‬
ُ‫فَه َُو َح ْسبُه‬

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla niscaya Dia


akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari
arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah ‘Azza wa Jalla niscaya Allah ‘Azza wa
Jalla akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. at-Thalaq/65:2-3).

Anda mungkin juga menyukai