Anda di halaman 1dari 4

Nama : Alya Fadilla

NIM : 200104030079
Kelas : 20C1
Mata Kuliah : Retorika/Khitobah

URGENSI BEKERJA SELAIN UNTUK MENDAPAT UANG JUGA


UNTUK BERIBADAH & MENJAUHI LARANGAN ALLAH

(Pendahuluan)

ُ‫السَّال ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هَّللا ِ َوبَ َر َكاتُه‬

'ِ ‫ َو الصَّالةُ َو ال َّسالَ ُم َعلَى َأصْ َر‬،‫ور ال ُد ْنيَا َوال ِّدي ِْن‬
‫ف‬ ِ ‫ ال َح ْم ُد هلِل ِ َربِّ ال َعالِم ْينَ َو بِ ِه نَ ْستَ ِعيْنُ َعلَى اُ ُم‬, ‫الحم ُد هلِل‬ َ
‫ أ َّما بَ ْع ُد‬، ُ‫اَأل ْنبِيَا ِء َو ال ُمرْ َسلِ ْينَ َ'و َعلَى ألِ ِه َوالصَّحْ بِ ِه َأجْ َم ِعيْن‬

Yang Terhormat, Bapak Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A. selaku Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.

Yang kami muliakan, Al Mukarram wal Mukarram Habib Husein Ja’far Al Hadar, S.Fil.I.,
M.Ag.

Dan yang kami hormati Bapak Muhammad Rifat, S.Ag, M.Ag

Marilah kita panjatkan puji syukur kita atas kehadirat Allah SWT yang mana segala nikmat
dan karunia-Nya yang diberikan kepada kita, sehingga kita dapat berjumpa pada hari ini
dalam keadaan sehat wal afiat.

Serta sholawat dan salam tetap selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad
Shallallahu’alaihi wasallam sang pembawa rahmat dan penerang dunia yang menjadi suri
tauladan kita.

Saya ucapkan terima kasih yang seluas-luasnya kepada pihak Penyelenggara “BUMN Startup
Day 2022” yang telah memberikan saya kesempatan untuk menyampaikan sedikit pengingat
tentang urgensi bekerja.

Dan terima kasih kepada Universitas Islam Antasari Banjarmasin yang telah memberikan
saya kehormatan sebagai perwakilan dari Universitas.
Terima kasih pula saya ucapkan kepada para hadirin yang telah meluangkan waktu untuk
menghadiri acara penting ini.

Sebelumnya mohon izinkan saya memperkenalkan diri. Saya Alya Fadilla, mahasiswi
Manajemen Dakwah dari Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin yang akan
menyampaikan pidato perihal Urgensi Bekerja Selain Untuk Menjemput Nafkah tetapi juga
Untuk Beribadah dan Menjauhi Larangan Allah.

Sehubungan dengan dibukanya secara resmi Kompetisi Startup Kaya Karya & Kreatif, saya
akan menyampaikan sedikit pengingat tentang Urgensi Bekerja.

(Isi)

Marilah kita beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dengan sebenar–benarnya taqwa
dalam arti Imtisalu‘awamirillah, berkomitmen menjalankan apa yang diperintahkan Allah
SWT dan Wajtina bunnawahyu, komitmen memproteksi diri dari aktivitas yang dilarang oleh
Allah SWT dan ajakan serta seruan untuk bermaksiyat kepada Allah SWT.

Ada sebuah fenomena sosial yang menarik untuk kita cermati terkait dengan banyaknya para
pengemis yang kita sudah sering melihat antriannya, baik yang datang kerumah-rumah, di
tengah jalan ataupun yang sudah punya jadwal rutin, yaitu pada hari Jum’at, tatkala para
jamaah selesai melaksanakan shalat Jum’at. Mereka berbondong-bondong mencegat setiap
orang untuk dimintai sedekah. Anehnya hal ini bukan suatu yang tabu lagi bagi kalangan
umat Islam, mungkin karena selalu mendapat santunan yang sudah dapat menutupi sebagian
kebutuhan hidup mereka ditambah mudahnya mendapatkan pekerjaan ini sehingga profesi
sebagai pengemis pun menjamur dimana-mana bahkan menjadi sumber mata pencaharian
hidup. Bahkan lebih mengejutkan lagi adanya berita di media massa tentang seseorang yang
kaya raya di desanya yang ternyata profesi sesungguhnya adalah menjadi pengemis di kota-
kota besar. Sesuatu yang paradoks seringkali terjadi dan menimbulkan salah paham terkait
dengan adanya pernyataan “Jangan memberi sedekah kepada peminta-minta”. Kenapa kita
dilarang memberikan sedekah kepada mereka, padahal agama selalu menganjurkan untuk
selalu memberi. Sedekah, bahkan Allah SWT telah menggambarkan betapa besarnya pahala
bagi orang yang suka bersedekah. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqarah ayat
261:

ٰ ‫َمثَ ُل الَّ ِذ ْينَ يُ ْنفِقُوْ نَ اَ ْم َوالَهُ ْم فِ ْي َسبِي ِْل هّٰللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة اَ ۢ ْنبَتَ ْت َس ْب َع َسنَابِ َل فِ ْي ُكلِّ ُس ۢ ْنبُلَ ٍة ِّماَئةُ َحبَّ ٍة ۗ َوهّٰللا ُ ي‬
‫ُض ِعفُ لِ َم ْن‬
‫يَّ َش ۤا ُء ۗ َوهّٰللا ُ َوا ِس ٌع َعلِ ْي ٌم‬
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-
tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS.Al-Baqarah:261)

Islam adalah agama yang bersifat universal dan komprehensif, tidak saja berbicara masalah
ritual dan spiritual tapi juga menyoroti segala permasalahan sosial yang selalu dihadapi umat
manusia, salah satunya adalah masalah pengangguran dan pengemis atau peminta-minta yang
sangat dicela oleh Islam dan hal ini merugikan masyarakat, sebab Islam mengajarkan pola
hidup aktif, kreatif, inovatif dan produktif.

Pertama, pengangguran dan pengemis menyebabkan tenaga manusia terbuang sia-sia,


konsumtif, tidak produktif akibatnya mereka menjadi beban masyarakat. Kedua,
pengangguran dan pengemis adalah sumber kemiskinan, sedangkan kemiskinan merupakan
wahana yang subur bagi tumbuh dan berjangkitnya berbagai macam kejahatan. Ketiga,
pengangguran dan pengemis menjadikan manusia terjangkiti penyakit malas yang dilarang
dalam Islam. Karena itulah Islam sangat menentang pengangguran dan mencela orang-orang
yang tidak mau bekerja padahal sebenarnya mereka mampu bekerja.

Islam mengajarkan kita untuk selalu bersedekah dan memberikan pertolongan kepada orang
yang memerlukan tetapi Islam tidak mengajarkan pengikutnya menjadi peminta-minta atau
pengemis, bahkan Rasulullah SAW sendiri pernah menjelaskan bahwa orang yang membawa
tambang pergi ke gunung mencari kayu lalu dijual untuk makan dan bersedekah lebih baik
dari pada meminta-minta kepada orang, sebagaimana sabdanya yang berbunyi:

ُ‫ِإ ْن ْال َم ْسَألَةَ َك ٌّد يَ ُك ُّد بِهَا ال َّر ُج ُل َوجْ هَهُ ِإاَّل َأ ْن يَ ْسَأ َل ال َّر ُج ُل س ُْلطَانًاَأوْ فِي َأ ْم ٍر اَل بُ َّد ِم ْنه‬

“Sesungguhnya, meminta-minta itu adalah topeng yang dikenakan seseorang pada dirinya
sendiri, kecuali bila seseorang meminta kepada penguasa atau karena keadaan yang sangat
memaksa” (HR. At-Tirmidzi no. 681, ia berkata: “hasan shahih”).

Oleh karena itu marilah kita perkuat Himmah atau cita-cita, dan azzam atau komitmen kita
untuk lebih aktif, kreatif, inovatif dan produktif dalam rangka untuk menjemput rezeki yang
dianugerahkan Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan kita. Hendaklah para dai atau
pendakwah Islam tidak hanya membatasi dakwahnya dalam masalah ritual dan spiritual
belaka, tapi Islam juga mengajarkan hubungan horizontal yaitu hubungan antaramanusia,
sehingga jika sistem keseimbangan yang diajarkan ini benar-benar diterapkan akan dapat
menciptakan masyarakat yang baik atau baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur.

Sama halnya dengan cinta, agar menjadi kaya juga harus berusaha, harus bekerja keras.
Apalah arti cinta kalau tidak didukung dengan biaya. Mau makan pakai apa kalau tidak
bekerja wahai hadirin sekalian? Apa cukup hidup hanya dengan cinta? Apa kenyang hanya
makan cinta? Cinta juga dibuktikan dengan upaya dan kerja keras untuk menyenangi dan
memberikan kecukupan kepada orang yang dicintai. Bagiamana ingin mencukupi orang lain
kalau diri sendiri saja masih kekurangan. Kurang usaha, kurang upaya, kurang kerja keras,
dan kurang kreatih sehingga hanya mengharapkan pemberian orang lain.

(Penutup)

Kesimpulannya adalah bahwa bekerja adalah bukan semata-mata untuk mendapatkan uang
tetapi di dalamnya terdapat aktivitas yang bernilai ibadah, upaya untuk menjauhi larangan
Allah, dan untuk berkarya, menimbulkan manfaat dari karya yang kita usahakan.

Dengan ini, tentu saja harapan kita semua adalah agar kita selalu menjadi orang yang rajin
dan giat bekerja. Tidak menjadi insan yang hanya mengharapkan belas kasih dari orang lain
apalagi dengan meminta-minta. Alangkah mulianya jiwa-jiwa yang bekerja keras, berkarya,
dan kreatif karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat. Dengan upaya
dan karya tentu saja akan menjadi manfaat bagi orang di sekitar kita.

Dengan sampainya kita di akhir perjumpaan, saya memohon maaf atas kesalahan kata dan
apabila ada perkataan saya yang menyakiti hati hadirin sekalian.

Disana gunung, di sini gunung, di tengah-tengahnya pulau Jawa.

Anda sekalian bingung, kita bingung, saya pidato sambil tertawa. Yang penting biss diambil
hikmahnya.

‫ض َاوا ْل ِع َنا َي ْة‬ ِّ ‫ َوال ِهدَا َي ْة َو‬.‫ِيق‬


َ ‫الر‬ ْ ‫َو ِباهللِ ال َّتوف‬

ُ‫سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َر ْح َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬


َّ ‫َوال‬

Anda mungkin juga menyukai