Anda di halaman 1dari 17

ABDUl LATIF

17102074
AS-B-17-IP

1) Terjemahkan dan apa maksud dari ayat dan hadit berikut ini:
Jawab:
ُ‫الصالِ َحة‬
َ ُ‫الم ْرأَة‬
ِ
َ ‫ال ُد ْنيَا َمتَاعٌ َو َخ ْي ُر َمتَع َها‬ 
“Dunia ini adalah perhiasan. Dan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita
shalihah.” (HR. Muslim no. 1467)

Demikianlah sabda  Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wa sallam


menyebutkan bahwa sebaik baik perhiasan adalah wanita shalihah. Perhiasan
adalah barang berharga yang selayaknya dijaga. Namun, sungguh disayangkan ,
beberapa media yang ada saat ini justru telah membolak - balikkan fakta. Keindahan
wanita dianggap sempurna ketika ia memamerkannya. Keelokan parasnya menjadi
barang dagangan yang dinikmati bebas dengan pandangan murahan.
Wanita diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dengan keindahannya.
Setiap apa yang ada pada dirinya begitu menarik, mulai dari wajahnya, suaranya,
hingga gerak geriknya. Semua yang ada pada wanita mulai dari ujung kaki hingga
ujung rambut memiliki daya tarik. Dia seperti mutiara yang menarik bagi orang untuk
melihatnya. Makin banyak tangan - tangan yang menjamahnya, maka semakin
kusamlah ia dan rendah harganya.
Ini suatu penegasan dari Rasûlullâh saw. bahwa kehadiran seorang wanita
sholehah dalam sebuah keluarga senantiasa membawa kesenangan terhadap
suami, anak-anak dan semua keluarga. Ini menunjukkan betapa posisi wanita sangat
signifikan atau sangat menentukan baik-buruknya sebuah keluarga. Bahkan, dalam
suatu riwayat dikatakan bahwa Rasûlullâh saw. berkata :
َّ ‫ فِي ال‬ َ ‫ َف ْل َي َّت ِق هَّللا‬, ‫ش ْط ِر ِد ْينِ ِه‬
‫ش ْط ِرال َّثانِي‬ َ ‫ َف َقدْ أَ َعا َن ُه َعلَى‬, ‫صال َِح ًة‬ ْ ُ ‫مَنْ َر َّز َق ُه هَّللا‬
َ ‫ام َرأَ ًة‬
Artinya :
“Barang-siapa yang di beri Allâh rezeki berupa isteri yang sholehah, maka sungguh
Allâh telah menolongnya mendapat separoh dari agamanya. Maka hendaklah ia
bertaqwa kepada Allâh untuk memperoleh yang separohnya”.
(H.R. Ath-Thabrânî dan Al-Hâkim. Lihat Al-Ahâdîtsush-Shahîhah oleh Syaikh Al-
Albânî jilid II hal. 200)
 
Ada 2(dua) hal yang perlu diperhatikan dari hadits ini; Pertama: Isteri
sholehah adalah rezeki Allâh.Kedua: Betapa beruntungnya seorang laki-laki yang
diberi rezeki berupa isteri sholehah, karena dengan keberadaan isteri sholehah
berarti ia dibantu Allâh untuk memperoleh separoh dari kesempurnaan agama.
Dengan kata-lain, ia telah mendekati ketaatan atau keimanan yang sempurna. Ia
tinggal melanjutkan proses penyempurnaannya dengan meningkatkan ketaqwaan
kepada Allâh. Inilah kontribusi terbesar yang hanya dapat diberikan oleh isteri
sholehah. Jadi, wajar kalau Rasûlullâh saw. memerintahkan kaum laki-laki dari
umatnya untuk berusaha memperisteri wanita sholehah sebagaimana sabda Beliau:
 
‫ ألَ ْم ِرآخ َِر ِت ِه‬  ‫ َو َز ْو َج ًة م ُْؤ ِم َن ًتا ُت ِعيْنُ أَ َحدَ ُك ْم‬, ‫ َو لِ َسا ًنا َذاكِرً ا‬, ‫لِ َي َّتخ ِْذ أَ َح ُد ُك ْم َق ْلبًا َشاكِرً ا‬
Artinya :
“Hendaklah kalian berusaha memiliki hati yang senantiasa bersyukur, memiliki lisan
yang senantiasa berdzikir dan memperoleh isteri yang sholehah, yang selalu
membantu kalian dalam perkara akhirat”.
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP

ِ ُّ ‫َواَل تُ ْس ِرفُوا إِنَّهُ اَل يُ ِح‬


َ ‫ب ال ُْم ْس ِرف‬
‫ين‬ 
“… dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan.” (Al- A’raf:31)

Maksudnya adalah Islam menganjurkan umatnya untuk tidak


berlebih-lebihan atau melampaui batas (ghuluw) dalam setiap tindakannya.
Berlebih-lebihan merupakan sikap tercela karena tidak akan mendatangkan
kebaikan bagi pelakunya, juga buruk di mata orang lain.
Allah melarang orang berlebih-lebihan, baik dalam hal ibadah maupun
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari misalnya makan dan minum. Apapun
yang berlebihan umumnya tidak mendatangkan hal positif, malah bisa
merugikan. Pendeknya, larangan berlebihan ini tidak hanya dalam konteks
duniawi, tetapi juga akhirat.
Hidup sehat lahir batin adalah hidup yang mau ditata oleh Allah
pemilik alam semesta dan isinya, yakni ditata melalui firmannya. Siapapun
yang mengikutinya akan menemukan kenyamanan dan kedamaian dalam
hidup. Maka ikutilah segala perintahNya dan jauhilah segala laranganNya.
Dari shahih bin Yahya bin Al-Miqdam bin Ma’di Kariba dari Ayahnya
dari Kakeknya Miqdam berkata: saya mendengar Rasulullah SAW.
Bersabda:” tidaklah anak adam mengisi penuh suatu wadah yang lebih jelek
dari perutnya, cukuplah bagi mereka itu beberapa suap makan yang yang
dapat menegakkan punggungnya, maka seharusnya bagimu sepertiga untuk
makan, sepertiga untuk minum,sepertiga untuk dirinya atau udara.” (HR. Al-
Baihaqi)
Hadist ini menjelaskan bahwa cukuplah memakan bagi kita beberapa
suap saja setidaknya sudah menutupi rasa lapar, karena sesungguhnya allah
menyukai umatnya yang selalu merasa cukup.
Umar Bin Khattab berpesan “hati-hati kamu dengan kenyang berlebih-
lebihan dalam makan dan minum. Sesungguhnya hal demikian bisa merusak
diri, mewariskan penyakit dan membuat malas untuk mengerjakan shalat.
Hendaklah kalian bersikap tengah-tengah, sederhana dalam makan dan
minum, karena hal itu akan membuat sehat tubuh dan jauh dari berlebihan.
Allah SWT sangat membenci pemimpin yang gemuk-kenyang.
Sesungguhnya seseorang tidak akan binasa sampai dia mendahulukan
ajakan syahwatnya dari pada ajakan agamanya.”
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP

2) Mengapa ada syariat khitbah apa hikmahnya dan apa konsekwensi hukumnya,
bagaimana pendapat anda tentang berapa lama jeda antara khitbah dengan
nikah?
Jawab:
Ada banyak hikmah yang terkandung dalam prosesi khitbah. Di antara hikmah
khitbah adalah:
a. Perkenalan dengan Semua Pihak
Sesungguhnya perkenalan antara laki-laki dan perempuan sebelum
terjadinya pernikahan amat diperlukan dalam rangka menjaga kebaikan
rumah tangga yang akan dibentuk nantinya. Islam tidak menghendaki
sebuah keluarga yang dibentuk atas dasar ketidaktahuan, justru karena Islam
meletakkan pemahaman atau ilmu sebagai salah satu pilar amal yang amat
urgen. Pernikahan semestinya tidak terjadi seperti membeli kucing dalam
karung, dimana tidak ada komunikasi dan interaksi antara kedua belah pihak
sebelumnya. Dengan khitbah, maka kedua belah pihak akan saling bisa
menjajagi kepribadian masing-masing dengan mencoba melakukan
pengenalan secara lebih mendalam.
Tentu saja cara pengenalan ini tetap berada dalam koridor syariat, yaitu
memperhatikan batasan-batasan dalam berinteraksi dengan lawan jenis yang
belum terikat oleh pernikahan. Dengan adanya proses khitbah, membuat
keluarga besar dari kedua belah pihak bisa saling mengenal agar bisa
menjadi awal yang baik dalam mengikat hubungan persaudaraan dengan
pernikahan yang akan mereka lakukan. Perkenalan dua keluarga ini adalah
bagian penting untuk terwujudnya kebahagiaan yang lebih sempurna dalam
hidup berumah tangga. Karena kebahagiaan hidup berumah tangga tidak
hanya ditentukan oleh kebaikan suami dan istri, namun juga ditentukan oleh
kebaikan hubungan dua keluarga besar.
b. Menguatkan Tekad untuk Menikah
Pada awalnya mungkin laki-laki atau perempuan berada dalam
keadaan bimbang untuk memutuskan melaksanakan pernikahan. Mereka
masih memikirkan dan mempertimbangkan banyak hal sebelum
melaksanakan keputusan besar untuk menikah. Dengan khitbah, artinya
proses menuju jenjang pernikahan telah dimulai. Mereka sudah berada pada
suatu jalan yang akan menghantarkan mereka menuju gerbang kehidupan
berumah tangga.
Sebelum melaksanakan khitbah, mereka belum memiliki ikatan moral
apapun berkaitan dengan calon pasangan hidupnya. Masing-masing dari
laki-laki dan perempuan yang masih lajang hidup "bebas", belum memiliki
suatu beban moral dan langkah pasti menuju pernikahan. Dengan adanya
khitbah, mau tidak mau kedua belah pihak akan merasa ada perasaan
bertanggung jawab dalam dirinya untuk segera menguatkan tekad dan
keinginan menuju pernikahan. Berbagai keraguan hendaknya harus sudah
dihilangkan pada masa setelah khitbah.
Ibarat orang yang merasa bimbang untuk menempuh sebuah perjalanan
tugas, namun dengan mengawali langkah membeli tiket pesawat, ada
dorongan dan motivasi yang lebih kuat untuk berangkat. Kalau belum
membeli tiket, keputusan untuk berangkat atau tidak berangkat bisa terjadi
kapan saja dengan mudah dan tanpa banyak beban. Akan tetapi dengan telah
memiliki tiket pesawat di tangan, berpikir untuk membatalkan memiliki
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP

beban moral yang lebih tinggi. Dengan demikian ia didorong untuk berpikir
berangkat sehingga mempersiapkan segala keperluan dalam perjalanan.
c. Menumbuhkan Ketenteraman
Bagi perempuan lajang, apalagi yang usianya telah menjelang
tigapuluh tahun, atau bahkan lebih dari itu, biasa mengalami kegelisahan
jiwa apabila belum ada tanda-tanda kedatangan jodoh. Tradisi masyarakat
pada umumnya, perempuan tidak proaktif dan agresif dalam mencari jodoh.
Rata-rata bersifat pasif menunggu "kiriman Tuhan" berupa calon
pendamping hidup.
Bisa jadi selama ini pihak perempuan telah berinteraksi dengan
lelaki baik di kampus saat kuliah, di tempat kerja, organisasi, atau di
masyarakat tempat tinggalnya, akan tetapi belum ada di antara mereka yang
datang meminang. Banyak yang merasa malu untuk memulai karena kultur
masyarakat menganggap hal itu sebagai tindakan yang tidak patut
dilakukan perempuan. Dampaknya mereka dilanda kekhawatiran dan
kecemasan, apabila usia semakin bertambah tetapi jodoh tak kunjung tiba.
Dengan khitbah, apalagi jika telah ada jawaban penerimaan, akan
menimbulkan perasaan tenang dan tenteram pada kedua belah pihak. Pihak
perempuan merasa tenteram karena telah terkirim padanya calon pasangan
hidup yang sesuai harapan. Kekhawatiran bahwa dirinya tidak mendapat
jodoh terjawab sudah. Sedangkan bagi laki-laki yang meminang, ia merasa
tenteram karena perempuan ideal yang diinginkan telah bersedia menerima
pinangannya. Keduanya tidak merasa khawatir akan ditinggalkan oleh
calon pasangan hidupnya, karena telah memulai langkah dengan khitbah.
Biasanya, seorang lelaki merasa tidak nyaman menyaksikan
perempuan yang menjadi pilihan hatinya ternyata menjadi pilihan banyak
lelaki. Ia khawatir dan gelisah kalau-kalau ternyata muncul lelaki lain di
hati perempuan tersebut sehingga menggeser nama dirinya. Ia khawatir
kalau perempuan tersebut tiba-tiba menikah dengan lelaki lain. Dengan
khitbah, ia mendapatkan ketenangan bahwa perempuan yang dikehendaki
telah lebih dekat menjadi isterinya.
d. Saling Menjaga Kesucian Diri Menjelang Pernikahan
Ada banyak kalangan masyarakat yang terbiasa berinteraksi dengan
pasangan jenis tanpa menjaga adab. Mereka berinteraksi bebas seakan-akan
tidak merasa ada sesuatu yang membatasi. Bisa jadi hal itu mereka lakukan
karena merasa belum ada ikatan moral apapun dengan pihak manapun
dalam kaitan dengan pernikahan.
Mungkin mereka berpikir tidak akan ada orang yang cemburu dengan
perilaku mereka. Padahal permasalahannya bukan ada atau tidaknya pihak
yang cemburu, akan tetapi Islam telah memberikan sejumlah batasan dalam
berinteraksi dengan pasangan jenis. Dengan adanya khitbah, masing-masing
pihak akan lebih bisa menjaga kesucian diri. Mereka merasa tengah
memulai menapaki perjalanan menuju kehidupan kerumahtanggaan, oleh
karena itu mencoba senantiasa menjaga diri agar terjauhkan dari hal-hal
yang merusakkan kebahagiaan pernikahan nantinya. Kedua belah pihak dari
yang meminang maupun yang dipinang harus berusaha menjaga
kepercayaan pihak lainnya. Selain itu, khitbah juga akan menjauhkan kedua
belah pihak dari gangguan orang.
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP

e. Melengkapi Persiapan Diri


Khitbah juga mengandung hikmah bahwa kedua belah pihak dituntut
untuk melengkapi persiapan diri guna menuju pernikahan. Masih ada waktu
yang bisa digunakan seoptimal mungkin oleh kedua belah pihak untuk
menyempurnakan persiapan dalam berbagai sisinya. Seorang laki-laki bisa
mengevaluasi kekurangan dirinya dalam proses pernikahan, mungkin ia
belum menguasai beberapa hukum yang berkaitan dengan keluarga, untuk
itu ia bisa mempelajari terlebih dahulu sebelum terjadinya akad nikah.
Dengan silaturahmi dan banyak mendapat nasihat tersebut diharapkan akan
bisa menyelesaikan kegamangan dirinya dalam menghadapi pernikahan.

Notes:
Khitbah atau pertunangan adalah tanda kesepakatan dari kedua belah
pihak mempelai mengenai pernikahan yang akan dilangsungkan kemudian.
Mengenai batas waktu dari khitbah sampai akad nikah tergantung isi
kesepakatan kedua belah pihak, bisa setengah tahun, setahun atau dua tahun
dll. yang masing-masing tentu punya alasan termasuk alasan studi. Dalam
masa khitbah ini juga merupakan masa khiyar (memilih). Jika selama masa
khitbah salah satu pihak atau bahkan masing-masing pihak mendapatkan
suatu kekuragan pada pihak yang lainnya yang kira-kira memberatkan untuk
diteruskan sampai dilangsungkaannya pernikahan, maka pertunangan
tersebut bisa dibatalkan. Inilah antara lain gunanya ada masa khitbah dalam
Islam.
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP

3) Menikah adalah mendapatkan separuh agama, tuliskan teks hadits yang


berkaitan dengan hal tersebut serta jelaskan apa makna mendapatkan setengah
agama, Tuliskan teks do’a untuk mempelai dan do’a untuk wali mempelai
Jawab:
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
‫من رزقه هللا امرأة صالحة فقد أعانه على شطر دينه فليتق هللا في الشطر الباقي‬
Siapa yang diberi karnia oleh Allah seorang istri yang solihah, berarti Allah
telah menolongnya untuk menyempurnakan setengah agamanya. Karena itu,
bertaqwalah kepada Allah setengah sisanya.
(HR. Baihaqi 1916).

Imam Al Qurthubi mengatakan bahwa menikah adalah menjaga


kesucian diri dari perbuatan zina sedangkan seorang yang ‘affaf (menjaga
kesucian diri) adalah salah satu dari dua orang yang dijamin Rasulullah saw
dengan surga, sebagaimana sabdanya saw,”Barangsiapa yang Allah lindungi
dirinya dari dua tempat kejahatan maka dia akan dimasukkan ke surga yaitu
antara dua rahangnya dan antara dua kakinya.” (al Jami’ Li Ahkamil Qur’an)
Dengan pernikahan maka seseorang dapat menjaga kemaluannya
dari hal-hal yang diharamkan oleh agama, yaitu zina. Hal itu dikarenakan
bahwa naluri seseorang yang paling kuat dan keras adalah naluri seks dan
naluri ini menuntut adanya solusi, dan islam memberikan solusinya dengan
cara yang mulia yaitu, pernikahan.
Allah menjadikan ketaqwaan dalam dua bagian : bagian pertama
adalah menikah sedangkan yang kedua adalah yang lainnya. Abu Hatim
mengatakan bahwa yang menegakkan agama seseorang umumnya ada pada
kemaluan dan perutnya dan salah satunya tercukupkan dengan cara menikah,
dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah untuk yang keduanya.” (Faidhul
Qodir juz VI hal 134)
Oleh karena itu, menikah akan mendapatkan seoaruh agama karena
akan menghidari hal zina dan Allah akan menjadikan ketaqwaan bagi dirinya.

Doa untuk mempelai:


ٍ ‫ح ٍد ِم ْن ُكمَا فِيْ صَ اح ِِب ِه وَ جَ مَعَ بَ ْينَ ُكمَا فِيْ خَ ي‬
‫ْر‬ ِّ ‫هللا ِل ُك‬
ِ ‫ل وَ ا‬ ُ ٍ ‫هللا لَكَ وَ جَ مَعَ بَ ْينَ ُكمَا فِيْ خَ ي‬
َ‫ بَارَ ك‬.‫ْر‬ ُ َ‫بَارَ ك‬
“Berkah Allah (semoga tercurahkan) bagimu. Dan (semoga) Allah
mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan. Berkah Allah (semoga
tercurahkan) bagi masing-masing kalian berdua atas pasangannya, dan
(semoga) Allah mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.”

Doa untuk Wali mempelai:


Diantara sunnah yang sering terlupakan ialah mendoakan orang yang mengundang
setelah selesai makan. Diantara doa yang disunnahkan untuk dibaca ialah,
ْ ‫ َو‬،‫اَللَّ ُه َّم ا ْغفِ ْر لَ ُه ْم‬
‫ َوبَا ِ ِركْ لَ ُه ْم فِ ْي َما َر َز ْقتَ ُه ْم‬،‫ار َح ْم ُه ْم‬
“Ya Allah, ampunilah mereka, sayangilah mereka dan berkahilah mereka pada apa-
apa yang Engkau karuniakan kepada mereka” (HR. Ahmad IV/187-188).

‫سقَانِي‬
َ ْ‫ق َمن‬ ْ ‫ َوا‬،‫اَللَّ ُه َّم أَ ْط ِع ْم َمنْ أَ ْط َع َمنِي‬
ِ ‫س‬
“Ya Allah, berikanlah makan kepada orang yang telah memberi makan kepadaku, dan
berkahilah minum kepada orang yang telah memberi minum kepadaku” (HR. Muslim
no. 2055).
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP

4) Apakah nasihat Nabi terhadap para pemuda pemudi tentang pernikahan,


bagaimana konsep anak soleh yang akan memberikan kebanggan kepada orang
tuanya nanti di akhirat.
Jawab:
Bersegera menikah merupakan sebuah kewajiban. Seorang pemuda
dan pemudi tidak boleh menunda-nunda menikah karena alasan kuliah.
Menikah tidak dibatasi hal tersebut, bahkan dimungkinkan seorang pemuda
menikah untuk menjaga dirinya, agamanya, akhlaknya serta menundukkan
pandangannya sementara ia terus melanjutkan kuliahnya. Begitu pula dengan
pemudi yang diberikan kecukupan dan kemudahan kepada Allah, wajib bagi
dirinya untuk bersegera menikah meskipun ia masih sekolah –baik ia berada
dijenjang SMA atau perguruan tinggi- karena hal tersebut bukanlah
penghalang.
Merupakan sebuah kewajiban untuk bersegera menikah bagi siapapun
yang telah memiliki kemampuan dan kuliah bukanlah penghalang terjadinya
sebuah pernikahan. Meskipun engkau memutuskan kuliahmu, maka hal
tersebut tidaklah mengapa, karena yang terpenting adalah engkau belajar ilmu-
ilmu yang bermanfaat bagi agamamu dan selebihnya merupakan tambahan
semata.
Di dalam pernikahan terdapat mashlahat yang besar, terlebih lagi di
zaman ini dan mengakhirkannya akan menimbulkan banyak madharat kepada
para pemuda dan pemudi.
Oleh karena itu, semua pemuda dan pemudi wajib menyegerakan diri
untuk menikah bila si pelamar telah mampu mencukupi kebutuhan yang akan
dilamar. Jika seorang yang dilamar dirasa cocok, maka bersegeralah menikah
dalam rangka mengamalkan perkataan Nabi Shalallahu’alaihi wa Sallam
dalam hadits shahih,

‫ ومن لم يستطع‬،‫يامعشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج؛ فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج‬
‫فعليه بالصوم؛ فإن له وجاء‬
“Wahai sekalian pemuda, apabila kalian mampu (lahir dan batin) untuk
menikah, maka menikahlah. Hal tersebut akan menjaga pandangan dan
kemaluan. Namun, bila kalian belum mampu berpuasalah. Karena di dalam
puasa tersebut terdapat pengekang”
(Muttafaqun ‘Alaihi).

-----------------------------------------------------------------------------

Telah kita ketahui bahwa anak yang shalih bisa mengangkat derajat
orang tua di akhirat nanti, baik dengan doa maupun amal jariyah dari sang
anak. Sebagaimana hadits yang sering kita dengar, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ‫ح يَ ْدعُو لَه‬ َ ‫ص َدقَ ٍة َجا ِريَ ٍة َو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه َو َولَ ٍد‬


ٍ ِ‫صال‬ َ ‫إِ َذا َماتَ اإْل ِ ْن‬
َ ْ‫سانُ ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ إِاَّل ِمنْ ثَاَل ثَ ٍة ِمن‬

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga


perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau doa anak
yang shalih”
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP

Ciri ciri anak yang sholeh dan sholehah


1. Taat kepada Allah SWT dan Rasulnya, yaitu:
o Mematuhi segala perintahnya (beribadah tepat waktu, beramal, dll)
o Menjauhi segala larangannya (tidak mabuk-mabukan, dll).
2. Berbakti kepada Orang tua, yaitu:
o Membantu orang tua tanpa diperintah
o Tidak berbicara “ah” untuk menolaknya
o Tulus dan ikhlas dalam membatu orang tua
o Merawat dengan penuh kasih kala orang tua berusia senja dan sakit
sebagaimana orang tua merawat kita diwaktu kecil.
o Santun berbicara dengan orang tua
o Mendoakan orang tua
3. Hormat terhadap yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, yaitu tidak
membenci atau menghina sesama teman walau berbeda suku, agama, dan warna
kulit, berbicara dengan santun, dll
4. Bersyukur atas segala kasih sayang yang diberikan orang tua, tidak
menggerutu atau menuntut sama dengan orang lain
5. Saling memaafkan ketika berbuat salah, pokoknya jangan mengingat
kesalahan orang lain tetapi ingatlah segala kebaikannya.
6. Memberikan hadiah pada orang tua tidak hanya dengan sebuah barang,
perhatian, cinta, dan prestasi adalah hadiah terindah.
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP

5) Bagaimana karekteristik calon suami dan calon istri idaman,Tiga keberkahan


wanita jelaskan tiga indikatornya dalam hadits Nabi ,Apa saja konsekwensi
khitbah dalam ajaran Islam
Jawab:
Setiap muslim yang ingin beruntung dunia akhirat hendaknya mengidam-
idamkan sosok suami dan istri dengan kriteria sebagai berikut:
1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya
Ini adalah kriteria yang paling utama dari kriteria yang lain. Maka dalam
memilih calon pasangan hidup, minimal harus terdapat satu syarat ini. Karena
Allah Ta’ala berfirman,
‫إِنَّ أَ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم‬
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling
bertaqwa.”
(QS. Al Hujurat: 13)

Sedangkan taqwa adalah menjaga diri dari adzab Allah Ta’ala dengan
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka hendaknya
seorang muslim berjuang untuk mendapatkan calon pasangan yang paling mulia
di sisi Allah, yaitu seorang yang taat kepada aturan agama. Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam pun menganjurkan memilih istri yang baik
agamanya,

‫ فاظفر بذات الدين تربت يداك‬،‫ لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها‬:‫تنكح المرأة ألربع‬

“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena


kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu
pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian,
niscaya kamu akan merugi.”
(HR. Bukhari-Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

‫إذا جاءكم من ترضون دينه وخلقه فزوجوه إال تفعلوه تكن فتنة في األرض وفساد كبير‬
“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan
akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka
bumi dan kerusakan yang besar.”
(HR. Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh Dho’ifah bahwa hadits ini hasan
lighoirihi)

Jika demikian, maka ilmu agama adalah poin penting yang menjadi
perhatian dalam memilih pasangan. Karena bagaimana mungkin seseorang
dapat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, padahal dia
tidak tahu apa saja yang diperintahkan oleh Allah dan apa saja yang dilarang
oleh-Nya? Dan disinilah diperlukan ilmu agama untuk mengetahuinya.
Maka pilihlah calon pasangan hidup yang memiliki pemahaman yang
baik tentang agama. Karena salah satu tanda orang yang diberi kebaikan oleh
Allah adalah memiliki pemahaman agama yang baik. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP

‫من يرد هللا به خيرا يفقهه في الدين‬


“Orang yang dikehendaki oleh Allah untuk mendapat kebaikan akan
dipahamkan terhadap ilmu agama.” (HR. Bukhari-Muslim)

2. Al Kafa’ah (Sekufu)
Yang dimaksud dengan sekufu atau al kafa’ah -secara bahasa- adalah
sebanding dalam hal kedudukan, agama, nasab, rumah dan selainnya (Lisaanul
Arab, Ibnu Manzhur). Al Kafa’ah secara syariat menurut mayoritas ulama
adalah sebanding dalam agama, nasab (keturunan), kemerdekaan dan
pekerjaan. (Dinukil dari Panduan Lengkap Nikah, hal. 175). Atau dengan kata
lain kesetaraan dalam agama dan status sosial. Banyak dalil yang
menunjukkan anjuran ini. Di antaranya firman Allah Ta’ala,

ِ ‫ا ْل َخبِيثَاتُ لِ ْل َخبِيثِينَ َوا ْل َخبِيثُونَ لِ ْل َخبِيثَا‬


ِ ‫ت َوالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ َوالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَا‬
‫ت‬

“Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji
untuk wanita-wanita yang keji pula. Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki
yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik pula.”
(QS. An Nur: 26)

Al Bukhari pun dalam kitab shahihnya membuat Bab Al Akfaa fid Diin (Sekufu
dalam agama) kemudian di dalamnya terdapat hadits,

‫ فاظفر بذات الدين تربت يداك‬،‫ لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها‬:‫تنكح المرأة ألربع‬

“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena


kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu
pilih karena agamanya (keislamannya), sebab kalau tidak demikian, niscaya
kamu akan merugi.”
(HR. Bukhari-Muslim)

Salah satu hikmah dari anjuran ini adalah kesetaraan dalam agama dan
kedudukan sosial dapat menjadi faktor kelanggengan rumah tangga. Hal ini
diisyaratkan oleh kisah Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat
yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dinikahkan
dengan Zainab binti Jahsy radhiyallahu ‘anha. Zainab adalah wanita terpandang
dan cantik, sedangkan Zaid adalah lelaki biasa yang tidak tampan. Walhasil,
pernikahan mereka pun tidak berlangsung lama. Jika kasus seperti ini terjadi
pada sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apalagi kita?
3. Menyenangkan jika dipandang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang telah disebutkan,
membolehkan kita untuk menjadikan faktor fisik sebagai salah satu kriteria
memilih calon pasangan. Karena paras yang cantik atau tampan, juga keadaan
fisik yang menarik lainnya dari calon pasangan hidup kita adalah salah satu
faktor penunjang keharmonisan rumah tangga. Maka mempertimbangkan hal
tersebut sejalan dengan tujuan dari pernikahan, yaitu untuk menciptakan
ketentraman dalam hati.

Allah Ta’ala berfirman,


ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP

ْ َ‫س ُك ْم أَ ْز َواجا ً لِّت‬


‫س ُكنُوا إِلَ ْي َها‬ ِ ُ‫ق لَ ُكم ِّمنْ أَنف‬
َ َ‫َو ِمنْ آيَاتِ ِه أَنْ َخل‬

“Dan di antara tanda kekuasaan Allah ialah Ia menciptakan bagimu istri-istri


dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenteram denganya.”
(QS. Ar Ruum: 21)

Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan


4 ciri wanita sholihah yang salah satunya,
‫وان نظر إليها سرته‬
“Jika memandangnya, membuat suami senang.”
(HR. Abu Dawud. Al Hakim berkata bahwa sanad hadits ini shahih)

Oleh karena itu, Islam menetapkan adanya nazhor, yaitu melihat wanita yang
yang hendak dilamar. Sehingga sang lelaki dapat mempertimbangkan wanita
yang yang hendak dilamarnya dari segi fisik. Sebagaimana ketika ada seorang
sahabat mengabarkan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ia
akan melamar seorang wanita Anshar. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫أنظرت إليها قال ال قال فاذهب فانظر إليها فإن في أعين األنصار شيئا‬
“Sudahkah engkau melihatnya?” Sahabat tersebut berkata, “Belum.” Beliau lalu
bersabda, “Pergilah kepadanya dan lihatlah ia, sebab pada mata orang-orang
Anshar terdapat sesuatu.”
(HR. Muslim)

4. Subur (mampu menghasilkan keturunan)


Di antara hikmah dari pernikahan adalah untuk meneruskan keturunan dan
memperbanyak jumlah kaum muslimin dan memperkuat izzah (kemuliaan)
kaum muslimin. Karena dari pernikahan diharapkan lahirlah anak-anak kaum
muslimin yang nantinya menjadi orang-orang yang shalih yang mendakwahkan
Islam. Oleh karena itulah, Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menganjurkan untuk memilih calon istri yang subur,

‫تزوجوا الودود الولود فاني مكاثر بكم األمم‬

“Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku berbangga dengan
banyaknya ummatku.”
(HR. An Nasa’I, Abu Dawud. Dihasankan oleh Al Albani dalam Misykatul
Mashabih)

Karena alasan ini juga sebagian fuqoha (para pakar fiqih) berpendapat bolehnya
fas-khu an nikah (membatalkan pernikahan) karena diketahui suami memiliki
impotensi yang parah. As Sa’di berkata: “Jika seorang istri setelah pernikahan
mendapati suaminya ternyata impoten, maka diberi waktu selama 1 tahun, jika
masih dalam keadaan demikian, maka pernikahan dibatalkan (oleh penguasa)”
(Lihat Manhajus Salikin, Bab ‘Uyub fin Nikah hal. 202)

Kriteria Khusus untuk Memilih Calon Suami


ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP

Khusus bagi seorang muslimah yang hendak memilih calon pendamping, ada
satu kriteria yang penting untuk diperhatikan. Yaitu calon suami memiliki
kemampuan untuk memberi nafkah. Karena memberi nafkah merupakan
kewajiban seorang suami. Islam telah menjadikan sikap menyia-nyiakan hak
istri, anak-anak serta kedua orang tua dalam nafkah termasuk dalam kategori
dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫كفى بالمرء إثما أن يضيع من يقوت‬

“Cukuplah seseorang itu berdosa bila ia menyia-nyiakan orang yang menjadi


tanggungannya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud. Al Hakim berkata bahwa sanad
hadits ini shahih).

Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun membolehkan


bahkan menganjurkan menimbang faktor kemampuan memberi nafkah dalam
memilih suami. Seperti kisah pelamaran Fathimah binti Qais radhiyallahu
‘anha:

‫ة‬bb‫ا الجهم ومعاوي‬bb‫ إن أب‬:‫ فقلت‬،‫لم‬bb‫ أتيت النبي صلى هللا عليه وس‬:‫عن فاطمة بنت قيس رضي هللا عنها قالت‬
‫ فال يضع‬،‫ وأما أبوالجهم‬، ‫ فصعلوك ال مال له‬،‫”أما معاوية‬:‫خطباني؟ فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫العصا عن عاتقه‬

“Dari Fathimah binti Qais radhiyallahu ‘anha, ia berkata: ‘Aku mendatangi Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku berkata, “Sesungguhnya Abul Jahm dan
Mu’awiyah telah melamarku”. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata, “Adapun Mu’awiyah adalah orang fakir, ia tidak mempunyai harta.
Adapun Abul Jahm, ia tidak pernah meletakkan tongkat dari pundaknya”.” (HR.
Bukhari-Muslim)

Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak


merekomendasikan Muawiyah radhiyallahu ‘anhu karena miskin. Maka ini
menunjukkan bahwa masalah kemampuan memberi nafkah perlu diperhatikan.

Namun kebutuhan akan nafkah ini jangan sampai dijadikan kriteria dan tujuan
utama. Jika sang calon suami dapat memberi nafkah yang dapat menegakkan
tulang punggungnya dan keluarganya kelak itu sudah mencukupi. Karena Allah
dan Rasul-Nya mengajarkan akhlak zuhud (sederhana) dan qana’ah (menyukuri
apa yang dikarunai Allah) serta mencela penghamba dan pengumpul harta.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ وإن لم يعط لم يرض‬،‫ إن أعطي رضي‬،‫ والخميصة‬،‫ والقطيفة‬،‫ والدرهم‬،‫تعس عبد الدينار‬

“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah


dan celakalah hamba khamilah. Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia
marah.” (HR. Bukhari).

Selain itu, bukan juga berarti calon suami harus kaya raya. Karena Allah pun
menjanjikan kepada para lelaki yang miskin yang ingin menjaga kehormatannya
dengan menikah untuk diberi rizki.
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP

‫َوأَن ِكحُوا اأْل َيَا َمى ِمن ُك ْم َوالصَّالِ ِحينَ ِم ْن ِعبَا ِد ُك ْم َوإِ َمائِ ُك ْم إِن يَ ُكونُوا فُقَ َراء يُ ْغنِ ِه ُم هَّللا ُ ِمن فَضْ لِ ِه‬

“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kalian. Jika


mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan
karunia-Nya.” (QS. An Nur: 32)

Kriteria Khusus untuk Memilih Istri


Salah satu bukti bahwa wanita memiliki kedudukan yang mulia dalam Islam
adalah bahwa terdapat anjuran untuk memilih calon istri dengan lebih selektif.
Yaitu dengan adanya beberapa kriteria khusus untuk memilih calon istri. Di
antara kriteria tersebut adalah:

1. Bersedia taat kepada suami

Seorang suami adalah pemimpin dalam rumah tangga. Sebagaimana firman


Allah Ta’ala,

‫الرِّ َجا ُل قَوَّا ُمونَ َعلَى النِّ َساء‬

“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (QS. An Nisa: 34)

Sudah sepatutnya seorang pemimpin untuk ditaati. Ketika ketaatan ditinggalkan


maka hancurlah ‘organisasi’ rumah tangga yang dijalankan. Oleh karena itulah,
Allah dan Rasul-Nya dalam banyak dalil memerintahkan seorang istri untuk taat
kepada suaminya, kecuali dalam perkara yang diharamkan. Meninggalkan
ketaatan kepada suami merupakan dosa besar, sebaliknya ketaatan kepadanya
diganjar dengan pahala yang sangat besar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ب ْال َجنَّ ِة‬


ِ ‫ َوا‬b‫ت ِم ْن أَيِّ أَ ْب‬ ْ ‫اع‬bbَ‫ َوأَط‬،‫َت فَرْ َجهَا‬
ْ َ‫ َد َخل‬،‫ا‬bbَ‫َت بَ ْعلَه‬ ْ ‫صن‬ َ ‫ َو‬،‫ت ْال َمرْ أَةُ َخ ْم َسهَا‬
ْ ‫صا َم‬
َ ‫ َو َح‬،‫ت َشه َْرهَا‬ ِ َ‫صل‬
َ ‫إِ َذا‬
‫ت‬ ْ ‫َشا َء‬

“Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktunya, mengerjakan puasa


di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, maka ia akan
masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.” (HR. Ibnu Hibban.
Dishahihkan oleh Al Albani)

Maka seorang muslim hendaknya memilih wanita calon pasangan hidupnya


yang telah menyadari akan kewajiban ini.

2. Menjaga auratnya dan tidak memamerkan kecantikannya kecuali kepada


suaminya

Berbusana muslimah yang benar dan syar’i adalah kewajiban setiap muslimah.
Seorang muslimah yang shalihah tentunya tidak akan melanggar ketentuan ini.
Allah Ta’ala berfirman,
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP

‫ َر ْفنَ فَاَل‬b‫كَ أَ ْدنَى أَن يُ ْع‬bbِ‫ين َعلَ ْي ِه َّن ِمن َجاَل بِيبِ ِه َّن َذل‬ ْ b‫اء ْال ُم‬b‫ك َونِ َس‬
bَ ِ‫ ْدن‬bُ‫ؤ ِمنِينَ ي‬b َ b‫ل أِّل َ ْز َوا ِج‬bbُ‫ا النَّبِ ُّي ق‬bbَ‫يَا أَيُّه‬
َ bِ‫ك َوبَنَات‬
‫هَّللا‬
ً ‫ي ُْؤ َذ ْينَ َو َكانَ ُ َغفُوراً َّر ِحيما‬

“Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan


istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka.'” (QS. Al Ahzab: 59)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengabarkan dua kaum yang


kepedihan siksaannya belum pernah beliau lihat, salah satunya adalah wanita
yang memamerkan auratnya dan tidak berbusana yang syar’i. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ا وإن‬bb‫نساء كاسيات عاريات مميالت مائالت رؤسهن كأسنة البخت المائلة ال يدخلن الجنة وال يجدن ريحه‬
‫ريحها ليوجد من مسيرة كذا وكذا‬

“Wanita yang berpakaian namun (pada hakikatnya) telanjang yang berjalan


melenggang, kepala mereka bergoyang bak punuk unta. Mereka tidak akan
masuk surga dan bahkan mencium wanginya pun tidak. Padahal wanginya surga
dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)

Berdasarkan dalil-dalil yang ada, para ulama merumuskan syarat-syarat busana


muslimah yang syar’i di antaranya: menutup aurat dengan sempurna, tidak
ketat, tidak transparan, bukan untuk memamerkan kecantikan di depan lelaki
non-mahram, tidak meniru ciri khas busana non-muslim, tidak meniru ciri khas
busana laki-laki, dll.

Maka pilihlah calon istri yang menyadari dan memahami hal ini, yaitu para
muslimah yang berbusana muslimah yang syar’i.

3. Gadis lebih diutamakan dari janda

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan agar menikahi wanita


yang masih gadis. Karena secara umum wanita yang masih gadis memiliki
kelebihan dalam hal kemesraan dan dalam hal pemenuhan kebutuhan biologis.
Sehingga sejalan dengan salah satu tujuan menikah, yaitu menjaga dari
penyaluran syahawat kepada yang haram. Wanita yang masih gadis juga
biasanya lebih nrimo jika sang suami berpenghasilan sedikit. Hal ini semua
dapat menambah kebahagiaan dalam pernikahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

‫ فإنهن أعذب أفواها و أنتق أرحاما و أرضى باليسير‬، ‫عليكم باألبكار‬

“Menikahlah dengan gadis, sebab mulut mereka lebih jernih, rahimnya lebih
cepat hamil, dan lebih rela pada pemberian yang sedikit.” (HR. Ibnu Majah.
Dishahihkan oleh Al Albani)

Namun tidak mengapa menikah dengan seorang janda jika melihat maslahat
yang besar. Seperti sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu yang menikah
dengan janda karena ia memiliki 8 orang adik yang masih kecil sehingga
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP

membutuhkan istri yang pandai merawat anak kecil, kemudian Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyetujuinya (HR. Bukhari-Muslim)

4. Nasab-nya baik

Dianjurkan kepada seseorang yang hendak meminang seorang wanita untuk


mencari tahu tentang nasab (silsilah keturunan)-nya.

Alasan pertama, keluarga memiliki peran besar dalam mempengaruhi ilmu,


akhlak dan keimanan seseorang. Seorang wanita yang tumbuh dalam keluarga
yang baik lagi Islami biasanya menjadi seorang wanita yang shalihah.

Alasan kedua, di masyarakat kita yang masih awam terdapat permasalahan pelik
berkaitan dengan status anak zina. Mereka menganggap bahwa jika dua orang
berzina, cukup dengan menikahkan keduanya maka selesailah permasalahan.
Padahal tidak demikian. Karena dalam ketentuan Islam, anak yang dilahirkan
dari hasil zina tidak di-nasab-kan kepada si lelaki pezina, namun di-nasab-kan
kepada ibunya. Berdasarkan hadits,

‫ َولِ ْل َعا ِه ِر ْال َحجْ ُر‬، ‫اش‬


ِ ‫ال َولَ ُد لِ ْلفِ َر‬

“Anak yang lahir adalah milik pemilik kasur (suami) dan pezinanya dihukum.”
(HR. Bukhari)

Dalam hadits yang mulia ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya
menetapkan anak tersebut di-nasab-kan kepada orang yang berstatus suami dari
si wanita. Me-nasab-kan anak zina tersebut kepada lelaki pezina menyelisihi
tuntutan hadits ini.

Konsekuensinya, anak yang lahir dari hasil zina, apabila ia perempuan maka
suami dari ibunya tidak boleh menjadi wali dalam pernikahannya. Jika ia
menjadi wali maka pernikahannya tidak sah, jika pernikahan tidak sah lalu
berhubungan intim, maka sama dengan perzinaan. Iyyadzan billah, kita
berlindung kepada Allah dari kejadian ini.

Oleh karena itulah, seorang lelaki yang hendak meminang wanita terkadang
perlu untuk mengecek nasab dari calon pasangan.

Demikian beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan oleh seorang muslim


yang hendak menapaki tangga pernikahan. Nasehat kami, selain melakukan
usaha untuk memilih pasangan, jangan lupa bahwa hasil akhir dari segala usaha
ada di tangan Allah ‘Azza Wa Jalla. Maka sepatutnya jangan meninggalkan doa
kepada Allah Ta’ala agar dipilihkan calon pasangan yang baik. Salah satu doa
yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan shalat Istikharah. Sebagaimana
hadits dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata,

‫ ” اللهم إني أستخيرك بعلمك‬: ‫”…إذا هم أحدكم بأمر فليص ِّل ركعتين ثم ليقل‬
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP

“Jika kalian merasa gelisah terhadap suatu perkara, maka shalatlah dua raka’at
kemudian berdoalah: ‘Ya Allah, aku beristikharah kepadamu dengan ilmu-
Mu’… (dst)” (HR. Bukhari)

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shaalihat. Wa shallallahu ‘ala


Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.

Sumber:
Al Wajiz Fil Fiqhi As Sunnah Wal Kitab Al Aziz Bab An Nikah, Syaikh Abdul
Azhim Badawi Al Khalafi, Cetakan ke-3 tahun 2001M, Dar Ibnu Rajab, Mesir
Panduan Lengkap Nikah dari A sampai Z, terjemahan dari kitab Isyratun Nisaa
Minal Alif ilal Ya, Usamah Bin Kamal bin Abdir Razzaq, Cetakan ke-7 tahun
2007, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor
Bekal-Bekal Menuju Pelaminan Mengikuti Sunnah, terjemahan dari kitab Al
Insyirah Fi Adabin Nikah, Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini, Cetakan ke-4 tahun
2002, Pustaka At Tibyan, Solo
Manhajus Salikin Wa Taudhihul Fiqhi fid Diin, Syaikh Abdurrahman Bin
Nashir As Sa’di, Cetakan pertama tahun 1421H, Darul Wathan, Riyadh
Az Zawaj (e-book), Syaikh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin,
http://attasmeem.com
Artikel “Status Anak Zina“, Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. ,
http://ustadzkholid.com/fiqih/status-anak-zina/

Tiga keberkahan wanita jelaskan tiga indikatornya dalam hadits Nabi

Syaikh Muhammad Mukhtar as-Syinqithi mengatakan,

‫أن بعض النساء المباركة …بعض النساء المباركة إذا تزوج االنسان بورك له في ماله وبورك له في‬
‫رزقه وبورك له في كسبه‬

“Sebagian wanita itu berkah.. wanita yang berkah, ketika dinikahi lelaki, maka
hartanya diberkahi, rizkinya diberkahi, dan pekerjaannya diberkahi.” (Rekaman
Liqa’ Maftuh)
Kemudian beliau membawakan atsar dari A’isyah radhiyallahu ‘anha yang
mengatakan,

‫تزوجوا النساء يأتينكم باألموال‬

“Nikahilah wanita, karena akan mendatangkan harta bagi kalian”. (HR. Hakim
2679 dan dinilai ad-Dzahabi sesuai syarat Bukhari dan Muslim).

Tentu saja ini tidak berlaku untuk semua wanita. Sebagaimana ada wanita yang
mendatangkan kemudahan dan keberkahan bagi suami, ada juga wanita yang
kondisinya sebaliknya, dia justru mendatangkan masalah bagi suaminya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan 3 sumber kebahagiaan


manusia dan 3 sumber masalah bagi manusia.
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP

Dari Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

: ‫ المرأة الصالحة والمسكن الواسع والجار الصالح والمركب الهنيء وأربع من الشقاوة‬: ‫أربع من السعادة‬
‫الجار السوء والمرأة السوء والمسكن الضيق والمركب السوء‬

“Ada 4 yang mendatangkan kebahagiaan: istri shalihah, tempat tinggal yang


luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dan ada 4 yang
mendatangkan kesusahan: tetangga yang jahat, istri yang jahat, rumah yang
sempit, dan kendaraan yan tidak nyaman dipakai.” (HR. Ibnu Hibban 4032 dan
sanad dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

Sumber:
https://muslimah.or.id/8246-wanita-yang-berkah-kamukah-itu.html

Apa saja konsekuensi khitbah dalam ajaran Islam


Wanita islami tersebut sudah dilamar oleh pria lain dan telah menerima
lamarannya, maka tidak dibenarkan pria lain datang untuk melamarnya, sampai pria
yang pertama membatalkan lamarannya atau mengijinkan orang lain untuk
melamarnya sebab dapat mendapat balasan menyakiti hati orang lain dalam islam,
sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam Nawawi di dalam Syarh Shohih
Muslim,Kairo, Dar al Bayan, 1407/1987, jilid 3, juz 9 : 197, begitu juga oleh Ibnu
Qudamah, di dalam Al-Mughni, 10/ 567.
Dalilnya adalah hadist Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw
bersabda : “Janganlah meminang wanita islami yang telah dipinang saudaranya, dan
janganlah menawar barang yang telah ditawar saudaranya “ ( HR Muslim, no : 2519 )
Di dalam riwayat Ibnu Umar ra, bahwasanya ia berkata : “ Nabi Muhammad
saw telah melarang sebagian kalian untuk berjual beli atas jual beli saudaranya. Dan
janganlah seseorang meminang atas pinangan yang lain hingga peminang sebelumnya
meninggalkannya, atau ia telah diijinkan peminang sebelumnya.” ( HR Bukhari, no :
4746 )

Anda mungkin juga menyukai