17102074
AS-B-17-IP
1) Terjemahkan dan apa maksud dari ayat dan hadit berikut ini:
Jawab:
ُالصالِ َحة
َ ُالم ْرأَة
ِ
َ ال ُد ْنيَا َمتَاعٌ َو َخ ْي ُر َمتَع َها
“Dunia ini adalah perhiasan. Dan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita
shalihah.” (HR. Muslim no. 1467)
2) Mengapa ada syariat khitbah apa hikmahnya dan apa konsekwensi hukumnya,
bagaimana pendapat anda tentang berapa lama jeda antara khitbah dengan
nikah?
Jawab:
Ada banyak hikmah yang terkandung dalam prosesi khitbah. Di antara hikmah
khitbah adalah:
a. Perkenalan dengan Semua Pihak
Sesungguhnya perkenalan antara laki-laki dan perempuan sebelum
terjadinya pernikahan amat diperlukan dalam rangka menjaga kebaikan
rumah tangga yang akan dibentuk nantinya. Islam tidak menghendaki
sebuah keluarga yang dibentuk atas dasar ketidaktahuan, justru karena Islam
meletakkan pemahaman atau ilmu sebagai salah satu pilar amal yang amat
urgen. Pernikahan semestinya tidak terjadi seperti membeli kucing dalam
karung, dimana tidak ada komunikasi dan interaksi antara kedua belah pihak
sebelumnya. Dengan khitbah, maka kedua belah pihak akan saling bisa
menjajagi kepribadian masing-masing dengan mencoba melakukan
pengenalan secara lebih mendalam.
Tentu saja cara pengenalan ini tetap berada dalam koridor syariat, yaitu
memperhatikan batasan-batasan dalam berinteraksi dengan lawan jenis yang
belum terikat oleh pernikahan. Dengan adanya proses khitbah, membuat
keluarga besar dari kedua belah pihak bisa saling mengenal agar bisa
menjadi awal yang baik dalam mengikat hubungan persaudaraan dengan
pernikahan yang akan mereka lakukan. Perkenalan dua keluarga ini adalah
bagian penting untuk terwujudnya kebahagiaan yang lebih sempurna dalam
hidup berumah tangga. Karena kebahagiaan hidup berumah tangga tidak
hanya ditentukan oleh kebaikan suami dan istri, namun juga ditentukan oleh
kebaikan hubungan dua keluarga besar.
b. Menguatkan Tekad untuk Menikah
Pada awalnya mungkin laki-laki atau perempuan berada dalam
keadaan bimbang untuk memutuskan melaksanakan pernikahan. Mereka
masih memikirkan dan mempertimbangkan banyak hal sebelum
melaksanakan keputusan besar untuk menikah. Dengan khitbah, artinya
proses menuju jenjang pernikahan telah dimulai. Mereka sudah berada pada
suatu jalan yang akan menghantarkan mereka menuju gerbang kehidupan
berumah tangga.
Sebelum melaksanakan khitbah, mereka belum memiliki ikatan moral
apapun berkaitan dengan calon pasangan hidupnya. Masing-masing dari
laki-laki dan perempuan yang masih lajang hidup "bebas", belum memiliki
suatu beban moral dan langkah pasti menuju pernikahan. Dengan adanya
khitbah, mau tidak mau kedua belah pihak akan merasa ada perasaan
bertanggung jawab dalam dirinya untuk segera menguatkan tekad dan
keinginan menuju pernikahan. Berbagai keraguan hendaknya harus sudah
dihilangkan pada masa setelah khitbah.
Ibarat orang yang merasa bimbang untuk menempuh sebuah perjalanan
tugas, namun dengan mengawali langkah membeli tiket pesawat, ada
dorongan dan motivasi yang lebih kuat untuk berangkat. Kalau belum
membeli tiket, keputusan untuk berangkat atau tidak berangkat bisa terjadi
kapan saja dengan mudah dan tanpa banyak beban. Akan tetapi dengan telah
memiliki tiket pesawat di tangan, berpikir untuk membatalkan memiliki
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP
beban moral yang lebih tinggi. Dengan demikian ia didorong untuk berpikir
berangkat sehingga mempersiapkan segala keperluan dalam perjalanan.
c. Menumbuhkan Ketenteraman
Bagi perempuan lajang, apalagi yang usianya telah menjelang
tigapuluh tahun, atau bahkan lebih dari itu, biasa mengalami kegelisahan
jiwa apabila belum ada tanda-tanda kedatangan jodoh. Tradisi masyarakat
pada umumnya, perempuan tidak proaktif dan agresif dalam mencari jodoh.
Rata-rata bersifat pasif menunggu "kiriman Tuhan" berupa calon
pendamping hidup.
Bisa jadi selama ini pihak perempuan telah berinteraksi dengan
lelaki baik di kampus saat kuliah, di tempat kerja, organisasi, atau di
masyarakat tempat tinggalnya, akan tetapi belum ada di antara mereka yang
datang meminang. Banyak yang merasa malu untuk memulai karena kultur
masyarakat menganggap hal itu sebagai tindakan yang tidak patut
dilakukan perempuan. Dampaknya mereka dilanda kekhawatiran dan
kecemasan, apabila usia semakin bertambah tetapi jodoh tak kunjung tiba.
Dengan khitbah, apalagi jika telah ada jawaban penerimaan, akan
menimbulkan perasaan tenang dan tenteram pada kedua belah pihak. Pihak
perempuan merasa tenteram karena telah terkirim padanya calon pasangan
hidup yang sesuai harapan. Kekhawatiran bahwa dirinya tidak mendapat
jodoh terjawab sudah. Sedangkan bagi laki-laki yang meminang, ia merasa
tenteram karena perempuan ideal yang diinginkan telah bersedia menerima
pinangannya. Keduanya tidak merasa khawatir akan ditinggalkan oleh
calon pasangan hidupnya, karena telah memulai langkah dengan khitbah.
Biasanya, seorang lelaki merasa tidak nyaman menyaksikan
perempuan yang menjadi pilihan hatinya ternyata menjadi pilihan banyak
lelaki. Ia khawatir dan gelisah kalau-kalau ternyata muncul lelaki lain di
hati perempuan tersebut sehingga menggeser nama dirinya. Ia khawatir
kalau perempuan tersebut tiba-tiba menikah dengan lelaki lain. Dengan
khitbah, ia mendapatkan ketenangan bahwa perempuan yang dikehendaki
telah lebih dekat menjadi isterinya.
d. Saling Menjaga Kesucian Diri Menjelang Pernikahan
Ada banyak kalangan masyarakat yang terbiasa berinteraksi dengan
pasangan jenis tanpa menjaga adab. Mereka berinteraksi bebas seakan-akan
tidak merasa ada sesuatu yang membatasi. Bisa jadi hal itu mereka lakukan
karena merasa belum ada ikatan moral apapun dengan pihak manapun
dalam kaitan dengan pernikahan.
Mungkin mereka berpikir tidak akan ada orang yang cemburu dengan
perilaku mereka. Padahal permasalahannya bukan ada atau tidaknya pihak
yang cemburu, akan tetapi Islam telah memberikan sejumlah batasan dalam
berinteraksi dengan pasangan jenis. Dengan adanya khitbah, masing-masing
pihak akan lebih bisa menjaga kesucian diri. Mereka merasa tengah
memulai menapaki perjalanan menuju kehidupan kerumahtanggaan, oleh
karena itu mencoba senantiasa menjaga diri agar terjauhkan dari hal-hal
yang merusakkan kebahagiaan pernikahan nantinya. Kedua belah pihak dari
yang meminang maupun yang dipinang harus berusaha menjaga
kepercayaan pihak lainnya. Selain itu, khitbah juga akan menjauhkan kedua
belah pihak dari gangguan orang.
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP
Notes:
Khitbah atau pertunangan adalah tanda kesepakatan dari kedua belah
pihak mempelai mengenai pernikahan yang akan dilangsungkan kemudian.
Mengenai batas waktu dari khitbah sampai akad nikah tergantung isi
kesepakatan kedua belah pihak, bisa setengah tahun, setahun atau dua tahun
dll. yang masing-masing tentu punya alasan termasuk alasan studi. Dalam
masa khitbah ini juga merupakan masa khiyar (memilih). Jika selama masa
khitbah salah satu pihak atau bahkan masing-masing pihak mendapatkan
suatu kekuragan pada pihak yang lainnya yang kira-kira memberatkan untuk
diteruskan sampai dilangsungkaannya pernikahan, maka pertunangan
tersebut bisa dibatalkan. Inilah antara lain gunanya ada masa khitbah dalam
Islam.
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP
سقَانِي
َ ْق َمن ْ َوا،اَللَّ ُه َّم أَ ْط ِع ْم َمنْ أَ ْط َع َمنِي
ِ س
“Ya Allah, berikanlah makan kepada orang yang telah memberi makan kepadaku, dan
berkahilah minum kepada orang yang telah memberi minum kepadaku” (HR. Muslim
no. 2055).
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP
ومن لم يستطع،يامعشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج؛ فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج
فعليه بالصوم؛ فإن له وجاء
“Wahai sekalian pemuda, apabila kalian mampu (lahir dan batin) untuk
menikah, maka menikahlah. Hal tersebut akan menjaga pandangan dan
kemaluan. Namun, bila kalian belum mampu berpuasalah. Karena di dalam
puasa tersebut terdapat pengekang”
(Muttafaqun ‘Alaihi).
-----------------------------------------------------------------------------
Telah kita ketahui bahwa anak yang shalih bisa mengangkat derajat
orang tua di akhirat nanti, baik dengan doa maupun amal jariyah dari sang
anak. Sebagaimana hadits yang sering kita dengar, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sedangkan taqwa adalah menjaga diri dari adzab Allah Ta’ala dengan
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka hendaknya
seorang muslim berjuang untuk mendapatkan calon pasangan yang paling mulia
di sisi Allah, yaitu seorang yang taat kepada aturan agama. Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam pun menganjurkan memilih istri yang baik
agamanya,
فاظفر بذات الدين تربت يداك، لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها:تنكح المرأة ألربع
إذا جاءكم من ترضون دينه وخلقه فزوجوه إال تفعلوه تكن فتنة في األرض وفساد كبير
“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan
akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka
bumi dan kerusakan yang besar.”
(HR. Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh Dho’ifah bahwa hadits ini hasan
lighoirihi)
Jika demikian, maka ilmu agama adalah poin penting yang menjadi
perhatian dalam memilih pasangan. Karena bagaimana mungkin seseorang
dapat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, padahal dia
tidak tahu apa saja yang diperintahkan oleh Allah dan apa saja yang dilarang
oleh-Nya? Dan disinilah diperlukan ilmu agama untuk mengetahuinya.
Maka pilihlah calon pasangan hidup yang memiliki pemahaman yang
baik tentang agama. Karena salah satu tanda orang yang diberi kebaikan oleh
Allah adalah memiliki pemahaman agama yang baik. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP
2. Al Kafa’ah (Sekufu)
Yang dimaksud dengan sekufu atau al kafa’ah -secara bahasa- adalah
sebanding dalam hal kedudukan, agama, nasab, rumah dan selainnya (Lisaanul
Arab, Ibnu Manzhur). Al Kafa’ah secara syariat menurut mayoritas ulama
adalah sebanding dalam agama, nasab (keturunan), kemerdekaan dan
pekerjaan. (Dinukil dari Panduan Lengkap Nikah, hal. 175). Atau dengan kata
lain kesetaraan dalam agama dan status sosial. Banyak dalil yang
menunjukkan anjuran ini. Di antaranya firman Allah Ta’ala,
“Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji
untuk wanita-wanita yang keji pula. Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki
yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik pula.”
(QS. An Nur: 26)
Al Bukhari pun dalam kitab shahihnya membuat Bab Al Akfaa fid Diin (Sekufu
dalam agama) kemudian di dalamnya terdapat hadits,
فاظفر بذات الدين تربت يداك، لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها:تنكح المرأة ألربع
Salah satu hikmah dari anjuran ini adalah kesetaraan dalam agama dan
kedudukan sosial dapat menjadi faktor kelanggengan rumah tangga. Hal ini
diisyaratkan oleh kisah Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat
yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dinikahkan
dengan Zainab binti Jahsy radhiyallahu ‘anha. Zainab adalah wanita terpandang
dan cantik, sedangkan Zaid adalah lelaki biasa yang tidak tampan. Walhasil,
pernikahan mereka pun tidak berlangsung lama. Jika kasus seperti ini terjadi
pada sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apalagi kita?
3. Menyenangkan jika dipandang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang telah disebutkan,
membolehkan kita untuk menjadikan faktor fisik sebagai salah satu kriteria
memilih calon pasangan. Karena paras yang cantik atau tampan, juga keadaan
fisik yang menarik lainnya dari calon pasangan hidup kita adalah salah satu
faktor penunjang keharmonisan rumah tangga. Maka mempertimbangkan hal
tersebut sejalan dengan tujuan dari pernikahan, yaitu untuk menciptakan
ketentraman dalam hati.
Oleh karena itu, Islam menetapkan adanya nazhor, yaitu melihat wanita yang
yang hendak dilamar. Sehingga sang lelaki dapat mempertimbangkan wanita
yang yang hendak dilamarnya dari segi fisik. Sebagaimana ketika ada seorang
sahabat mengabarkan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ia
akan melamar seorang wanita Anshar. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
أنظرت إليها قال ال قال فاذهب فانظر إليها فإن في أعين األنصار شيئا
“Sudahkah engkau melihatnya?” Sahabat tersebut berkata, “Belum.” Beliau lalu
bersabda, “Pergilah kepadanya dan lihatlah ia, sebab pada mata orang-orang
Anshar terdapat sesuatu.”
(HR. Muslim)
“Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku berbangga dengan
banyaknya ummatku.”
(HR. An Nasa’I, Abu Dawud. Dihasankan oleh Al Albani dalam Misykatul
Mashabih)
Karena alasan ini juga sebagian fuqoha (para pakar fiqih) berpendapat bolehnya
fas-khu an nikah (membatalkan pernikahan) karena diketahui suami memiliki
impotensi yang parah. As Sa’di berkata: “Jika seorang istri setelah pernikahan
mendapati suaminya ternyata impoten, maka diberi waktu selama 1 tahun, jika
masih dalam keadaan demikian, maka pernikahan dibatalkan (oleh penguasa)”
(Lihat Manhajus Salikin, Bab ‘Uyub fin Nikah hal. 202)
Khusus bagi seorang muslimah yang hendak memilih calon pendamping, ada
satu kriteria yang penting untuk diperhatikan. Yaitu calon suami memiliki
kemampuan untuk memberi nafkah. Karena memberi nafkah merupakan
kewajiban seorang suami. Islam telah menjadikan sikap menyia-nyiakan hak
istri, anak-anak serta kedua orang tua dalam nafkah termasuk dalam kategori
dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ةbbا الجهم ومعاويbb إن أب: فقلت،لمbb أتيت النبي صلى هللا عليه وس:عن فاطمة بنت قيس رضي هللا عنها قالت
فال يضع، وأما أبوالجهم، فصعلوك ال مال له،”أما معاوية:خطباني؟ فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
العصا عن عاتقه
“Dari Fathimah binti Qais radhiyallahu ‘anha, ia berkata: ‘Aku mendatangi Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku berkata, “Sesungguhnya Abul Jahm dan
Mu’awiyah telah melamarku”. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata, “Adapun Mu’awiyah adalah orang fakir, ia tidak mempunyai harta.
Adapun Abul Jahm, ia tidak pernah meletakkan tongkat dari pundaknya”.” (HR.
Bukhari-Muslim)
Namun kebutuhan akan nafkah ini jangan sampai dijadikan kriteria dan tujuan
utama. Jika sang calon suami dapat memberi nafkah yang dapat menegakkan
tulang punggungnya dan keluarganya kelak itu sudah mencukupi. Karena Allah
dan Rasul-Nya mengajarkan akhlak zuhud (sederhana) dan qana’ah (menyukuri
apa yang dikarunai Allah) serta mencela penghamba dan pengumpul harta.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وإن لم يعط لم يرض، إن أعطي رضي، والخميصة، والقطيفة، والدرهم،تعس عبد الدينار
Selain itu, bukan juga berarti calon suami harus kaya raya. Karena Allah pun
menjanjikan kepada para lelaki yang miskin yang ingin menjaga kehormatannya
dengan menikah untuk diberi rizki.
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP
َوأَن ِكحُوا اأْل َيَا َمى ِمن ُك ْم َوالصَّالِ ِحينَ ِم ْن ِعبَا ِد ُك ْم َوإِ َمائِ ُك ْم إِن يَ ُكونُوا فُقَ َراء يُ ْغنِ ِه ُم هَّللا ُ ِمن فَضْ لِ ِه
“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (QS. An Nisa: 34)
Berbusana muslimah yang benar dan syar’i adalah kewajiban setiap muslimah.
Seorang muslimah yang shalihah tentunya tidak akan melanggar ketentuan ini.
Allah Ta’ala berfirman,
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP
َر ْفنَ فَاَلbكَ أَ ْدنَى أَن يُ ْعbbِين َعلَ ْي ِه َّن ِمن َجاَل بِيبِ ِه َّن َذل ْ bاء ْال ُمbك َونِ َس
bَ ِ ْدنbُؤ ِمنِينَ يb َ bل أِّل َ ْز َوا ِجbbُا النَّبِ ُّي قbbَيَا أَيُّه
َ bِك َوبَنَات
هَّللا
ً ي ُْؤ َذ ْينَ َو َكانَ ُ َغفُوراً َّر ِحيما
ا وإنbbنساء كاسيات عاريات مميالت مائالت رؤسهن كأسنة البخت المائلة ال يدخلن الجنة وال يجدن ريحه
ريحها ليوجد من مسيرة كذا وكذا
Maka pilihlah calon istri yang menyadari dan memahami hal ini, yaitu para
muslimah yang berbusana muslimah yang syar’i.
“Menikahlah dengan gadis, sebab mulut mereka lebih jernih, rahimnya lebih
cepat hamil, dan lebih rela pada pemberian yang sedikit.” (HR. Ibnu Majah.
Dishahihkan oleh Al Albani)
Namun tidak mengapa menikah dengan seorang janda jika melihat maslahat
yang besar. Seperti sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu yang menikah
dengan janda karena ia memiliki 8 orang adik yang masih kecil sehingga
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP
4. Nasab-nya baik
Alasan kedua, di masyarakat kita yang masih awam terdapat permasalahan pelik
berkaitan dengan status anak zina. Mereka menganggap bahwa jika dua orang
berzina, cukup dengan menikahkan keduanya maka selesailah permasalahan.
Padahal tidak demikian. Karena dalam ketentuan Islam, anak yang dilahirkan
dari hasil zina tidak di-nasab-kan kepada si lelaki pezina, namun di-nasab-kan
kepada ibunya. Berdasarkan hadits,
“Anak yang lahir adalah milik pemilik kasur (suami) dan pezinanya dihukum.”
(HR. Bukhari)
Dalam hadits yang mulia ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya
menetapkan anak tersebut di-nasab-kan kepada orang yang berstatus suami dari
si wanita. Me-nasab-kan anak zina tersebut kepada lelaki pezina menyelisihi
tuntutan hadits ini.
Konsekuensinya, anak yang lahir dari hasil zina, apabila ia perempuan maka
suami dari ibunya tidak boleh menjadi wali dalam pernikahannya. Jika ia
menjadi wali maka pernikahannya tidak sah, jika pernikahan tidak sah lalu
berhubungan intim, maka sama dengan perzinaan. Iyyadzan billah, kita
berlindung kepada Allah dari kejadian ini.
Oleh karena itulah, seorang lelaki yang hendak meminang wanita terkadang
perlu untuk mengecek nasab dari calon pasangan.
” اللهم إني أستخيرك بعلمك: ”…إذا هم أحدكم بأمر فليص ِّل ركعتين ثم ليقل
ABDUl LATIF
17102074
AS-B-17-IP
“Jika kalian merasa gelisah terhadap suatu perkara, maka shalatlah dua raka’at
kemudian berdoalah: ‘Ya Allah, aku beristikharah kepadamu dengan ilmu-
Mu’… (dst)” (HR. Bukhari)
Sumber:
Al Wajiz Fil Fiqhi As Sunnah Wal Kitab Al Aziz Bab An Nikah, Syaikh Abdul
Azhim Badawi Al Khalafi, Cetakan ke-3 tahun 2001M, Dar Ibnu Rajab, Mesir
Panduan Lengkap Nikah dari A sampai Z, terjemahan dari kitab Isyratun Nisaa
Minal Alif ilal Ya, Usamah Bin Kamal bin Abdir Razzaq, Cetakan ke-7 tahun
2007, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor
Bekal-Bekal Menuju Pelaminan Mengikuti Sunnah, terjemahan dari kitab Al
Insyirah Fi Adabin Nikah, Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini, Cetakan ke-4 tahun
2002, Pustaka At Tibyan, Solo
Manhajus Salikin Wa Taudhihul Fiqhi fid Diin, Syaikh Abdurrahman Bin
Nashir As Sa’di, Cetakan pertama tahun 1421H, Darul Wathan, Riyadh
Az Zawaj (e-book), Syaikh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin,
http://attasmeem.com
Artikel “Status Anak Zina“, Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. ,
http://ustadzkholid.com/fiqih/status-anak-zina/
أن بعض النساء المباركة …بعض النساء المباركة إذا تزوج االنسان بورك له في ماله وبورك له في
رزقه وبورك له في كسبه
“Sebagian wanita itu berkah.. wanita yang berkah, ketika dinikahi lelaki, maka
hartanya diberkahi, rizkinya diberkahi, dan pekerjaannya diberkahi.” (Rekaman
Liqa’ Maftuh)
Kemudian beliau membawakan atsar dari A’isyah radhiyallahu ‘anha yang
mengatakan,
“Nikahilah wanita, karena akan mendatangkan harta bagi kalian”. (HR. Hakim
2679 dan dinilai ad-Dzahabi sesuai syarat Bukhari dan Muslim).
Tentu saja ini tidak berlaku untuk semua wanita. Sebagaimana ada wanita yang
mendatangkan kemudahan dan keberkahan bagi suami, ada juga wanita yang
kondisinya sebaliknya, dia justru mendatangkan masalah bagi suaminya.
Dari Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
: المرأة الصالحة والمسكن الواسع والجار الصالح والمركب الهنيء وأربع من الشقاوة: أربع من السعادة
الجار السوء والمرأة السوء والمسكن الضيق والمركب السوء
Sumber:
https://muslimah.or.id/8246-wanita-yang-berkah-kamukah-itu.html