Anda di halaman 1dari 12

BERAMAL SHOLEH DAN BERBAIK SANGKA

A. Beramal Sholeh
1. Pengertian
Amal saleh merupakan suatu kebaikan yang dilakukan seseorang kepada Allah. Tujuan
seseorang melakukan amal atau amalan saleh atau amalan baik adalan untuk mendapatkan
rahmat dan ridho dari Allah SWT menurut pandangan islam.Kata saleh atau sholih memiliki
arti kebaikan atau “tiadanya kerusakan”, “terhentinya kerusakan”. Saleh juga dapat berarti
bermanfaat dan sesuai. Syekh Muhammad Abduh mendefinisikan amal saleh sebagai “segala
perbuatan yang bermanfaat bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara
keseluruhan”. Ahli tafsir Az-Zamakhsyari mengartikan amal saleh sebagai “segala perbuatan
yang sesuai dengan dalil akal, Al-Quran, dan atau sunnah Nabi Muhammad Saw”. Sedangkan
menurut Quraish Shihab, (1997:480) amal saleh merupakan suatu pekerjaan yang bila
dilakukan, maka kerusakan akan terhenti atau akan menghilang atau bisa juga diartikan
sebagai suatu pekerjaan yang dengan melakukannya diperoleh manfaat dan kesesuaian.
Dalam Islam, amal saleh merupakan suatu perbuatan untuk menjauhkan diri dari amal atau
perbuatan yang haram atau yang dilarang oleh Allah SWT. Dalam Islam, amal saleh
merupakan modal dan bekal hidup untuk selamat dan bahagia baik di dunia maupun di
akhirat. Jadi, secara sederhana amal saleh dapat diartikan sebagai perbuatan baik yang
diwajibkan khususnya bagi umat Islam, dimana amal saleh akan menimbulkan banyak
manfaat dan kebaikan bagi pelakunya dan juga orang lain.
Kita sering mendengar kata amal shalih. “Kita di sini beramal shalih”. “Amal Shalih tana
gaji”, dan seterusnya.

Padahal, makna amal shalih sangat mulia, yaitu segala kegiatan, pekerjaan, atau aktivitas
dalam agama Islam yang dilakukan secara benar dan ikhlas karena Allah serta mengikuti
sunnah Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasalam.

Syaikh Abdurrahman As-Sa’diy menjelaskan, dinamakan amal shalih karena dengan


sebab amal shalih keadaan urusan dunia dan akhirat seorang hamba Allah akan menjadi baik
dan akan hilang seluruh keadaan- keadaannya yang rusak.
Dengan amalan yang baik tersebut seseorang akan termasuk golongan orang yang shalih
yang pantas bersanding di tempat terhormat di dalam surga Allah Yang Maha Pengasih.

Allah pun memberikan ‘gaji’ atau ‘upah’ bagi orang-orang yang beramal shalih dengan
“kehidupan yang baik” dan “pahala yang lebih”.

Bagaimana tidak disebut dengan gaji yang tinggi jika Allah sudah menyebut mereka yang
beramal shalih dengan “Kehiduoan yang baik” (hayaatan thayyibatan).

Allah menyebut di dalam firman-Nya:

‌ۖ‫ً۬ة‬
‫َم ۡن َع ِمَل َصٰـِلً۬ح ا ِّم ن َذ َڪ ٍر َأۡو ُأنَثٰى َو ُهَو ُم ۡؤ ِم ٌ۬ن َفَلُنۡح ِيَيَّنُه ۥ َحَيٰو ً۬ة َطِّيَب َو َلَنۡج ِزَيَّنُهۡم َأۡج َر ُهم ِبَأۡح َس ِن َم ا َڪ اُنوْا َيۡع َم ُلوَن‬
Artinya: “Barangsiapa yang beramal shalih, dari lelaki atau perempuan, sedang dia
beriman, maka sesungguhnya Kami akan menghidupkan dia dengan kehidupan yang baik dan
sesungguhnya Kami akan membalas mereka, dengan memberikan pahala yang lebih dari apa
yang mereka telah kerjakan”. (Q.S. An-Nahl [16]: 97).

Ibnu Katsir di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah Ta’ala memberikan janji bagi
orang-orang yang melakukan amal shalih, apakah dia laki-laki atau perempuan dari umat
manusia, dan dia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan amal yang diperintahkan di sini
adalah sesuatu yang memang disyariatkan dari sisi Allah. Maka Allah akan memberikan
kepadanya kehidupan yang baik di dunia dan akan membalasnya di akhirat dengan balasan
yang lebih baik dari apa yang telah dilakukannya.
2. Dalil Beramal Sholeh
Rasulullah Shallallahu Alayhi Wasallam bersabda;

‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم اِإْل يَم اُن ِبْض ٌع َو َس ْبُعوَن ُش ْع َبًة َأْفَض ُلَها اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َو َأْو َض ُع َها‬
‫ِإَم اَطُة اَأْلَذ ى َع ْن الَّطِر يِق َو اْلَحَياُء ُش ْع َبٌة ِم ْن اِإْل يَم اِن‬
“Keimanan itu memiliki tujuh puluh sekian cabang, sebaik-baiknya adalah ucapan La
ilaaha illallah, dan yang paling sederhana adalah mengyingkirkan bahaya dari jalan. Malu
merupakan salah satu cabang dari keimanan.” (HR. Muslim).

Pantas jika kemudian, Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengungkapkan bahwa, “Nilai diri
seseorang terletak pada kebaikan (amal sholeh) yang dilakukan.”

Dengan kata lain, amatlah banyak kebaikan (amal sholeh) yang bisa dilakukan. Misalnya,
seorang ayah yang berangkat pagi, pulang malam untuk menafkahi keluarga dengan cara
halal, itu amal sholeh.

Demikian pula, jika seorang ayah tadi dalam kesehariannya, ke kantor dan pulang ke
rumah menggunakan sepeda motor, lalu berhati-hati dan mengikuti rambu-rambu lintas yang
ada, sehingga dirinya tidak menjadi sebab terganggunya pengendara lain, maka sungguh dia
telah beramal sholeh.
Begitu pula jika, sang ayah tadi banyak memberikan kesempatan pengendara lain untuk
mendahului atau lewat di depannya kala ada persimpangan, sungguh ia telah memudahkan
orang lain, dan insha Allah itu juga amal sholeh.

Subhanallah, andaikata seorang Muslim tidak bisa kemana-mana, lalu ia tersenyum


kepada anggota keluarga, tetangga atau siapapun yang sempat ia lihat dalam waktu itu,
baginya juga pahala. Karena tersenyum kepada sesama adalah bagian dari iman dan itu adalah
amal sholeh.

Rasulullah bersabda;

‫ َال َتْح ِقَر َّن مَن المْعُروِف َش ْيئًا ولْو أْن َتْلَق َأَخ اَك ِبَو ْج ٍه‬: ‫ قاَل لي النبي صلى هللا عليه و سلم‬: ‫أبي ذّر رضي هللا عنه قال‬
‫))َطْلٍق‬.
“Dari Abi Dzar radhiallahu anhu, Rasulullah bersabda: “Janganlah kamu meremehkan
kebaikan sekecil apapun, sekalipun engkau bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri.”
(HR. Shohih Muslim: 6637.)
‫َقْو ٌل َم ْعُروٌف َو َم ْغ ِفَر ٌة َخْيٌر ِم ْن َص َد َقٍة َيْتَبُع َها َأًذ ىۗ َو ُهَّللا َغ ِنٌّي َح ِليٌم‬

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan
sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.”
[QS: Al-Baqarah; 263]

Dan, sungguh amal sholeh lainnya masih sangat banyak dengan beragam bentuk amalan.
Mulai dari sedekah, menuntut ilmu, mengajarkan ilmu, membantu urusan kaum Muslimin,
mendirikan masjid, memperbaiki jalan yang rusak, mendirikan rumah sakit, hingga
menegakkan hukum secara adil.

Dari sini dapat kita pahami bahwa jalan ke surga-Nya, itu mudah dan bisa kita lakukan
kapan saja dalam wujud kebaikan apapun. Dan, terpenting, amal sholeh itu akan menguatkan
keimanan di dalam hati.

‫ِإَّن اَّلِذ يَن آَم ُنوْا َو َع ِم ُلوْا الَّصاِلَح اِت َيْهِد يِهْم َر ُّبُهْم ِبِإيَم اِنِهْم َتْج ِر ي ِم ن َتْح ِتِهُم اَألْنَهاُر ِفي َج َّناِت الَّنِع يِم‬

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal sholeh, mereka


diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-
sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan.” (QS. Yunus [10]: 9).

Menurut Ibn Katsir, ayat tersebut adalah kabar gembira bagi orang-orang yang bahagia,
yakni mereka yang beriman kepada Allah Ta’ala, membenarkan para Rasul, melaksanakan
apa yang diperintahkan, lalu mereka pun melakukan amal sholeh, bahwa sesungguhnya Allah
akan memberi petunjuk kepada mereka karena keimanan mereka.
3. Contoh Beramal Sholeh
a. Bertakwa Kepada Allah Swt.
Bertakwa adalah menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya. Hal ini seperti yang di jelaskan Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 197,
‫َو َتَز َّوُدوا َفِإَّن َخْيَر الَّز اِد الَّتْقَو ٰى ۚ َو اَّتُقوِن َيا ُأوِلي اَأْلْلَباِب‬
"Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." Berikut adalah ciri -ciri dari orang yang
bertakwa antara lain :
1.) Memulai sesuatau perbuatan baik dengan Basmalah dan mengahirinya dengan
Hamdalah.
2.) Berniatlah dengan ikhlas karena Allah setiap perbuatan baik yang hendak kita
lakukan
3.) Sabar dalam menghadapi segala cobaan dari Allah.
4.) Istiqomah di jalan-Nya.
5.) Memaafkan kesalahan orang lain.
6.) Memegang amanah dan Menempati janji.
7.) Menjalani hidup penuh dengan rasa optimis dan lain-lain.
b. Birrul Walidain (Patuh terhada orang tua)
Orang tua adalah orang yang telah berjasa kepada kita, terutama ibu, maka sudah
sewajarnya sebagai anak kita berbakti kepada kesua orang tua kita selama tidak
bertentangan dengan ajaran Islam. Keharusan berbakti kepada orng tua yang
diajarkan dalam Islam sangatlah rasional, mengingat sedemikian besar jasa ibu dan
bapak dalam merawt dan menjaga anak-anak sejak dari kandungan hingga
dewasa. Adapun wujud nyata dari berbakti kepada orang tua adalah :
1.) Tidak berkata kasar kepada kedua orang tua.
2.) Berlaku hormat dan santun terhadap orang tua.
3.) Tidak berkata " ah" saat di suruh orang tua.
4.) Berlaku rendah hati dan penuh kasih sayang.
5.) Mendo'akan orang tua. Sesuai dengan firman Allah :
‫َو َقَض ٰى َر ُّبَك َأاَّل َتْعُبُدوا ِإاَّل ِإَّياُه َو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِإْح َس اًناۚ ِإَّم ا َيْبُلَغَّن ِع ْنَدَك اْلِكَبَر َأَح ُدُهَم ا َأْو ِكاَل ُهَم ا َفاَل َتُقْل َلُهَم ا ُأٍّف‬
‫َو اَل َتْنَهْر ُهَم ا َو ُقْل َلُهَم ا َقْو اًل َك ِريًم ا‬
Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu. Maka, sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia” (QS. Al-Israa 23)
c. Berbuat Baik Kepada Sesama Manusia.
Berbuat baik yang di maksud adalah tidak meragukan orang lain, bersikap jujur,
tidak menyakiti, bersikap ramah, salin tolong menolog dalam kebaikan dan takwa
dan masih banyak yang lainnya.
d. Berbuat baik terhadap lingungan.
Adapun wujud dari berbuat baik kepada lingkungan antara lain :
1.) Memanfaatkan Sumber Daya Alam dengan Sebaik- baiknya.
2.) Menjaga keseimbangan alam sehingga alam tetap lestari.
3.) Tidak melakukan hal- hal yang dapat merusak ekosistem yang ada di alam baik
itu untuk jangka waktu dekat atau jangka waktu yang lama.
e. Amal shaleh terhadap diri sendiri misalnya :
1.) Beribadah dan beramal shaleh kepada Allah Swt.
2.) Tidak membiarkan diri jatuh kedalam dosa, kebinasaan, kehancuran seperti
judi, zina, mencuri, narkoba, merokok, merampok dan lain-lain.
3.) Saling membantu dan mengurangi penderitaan orang lain karena Allah
4.) Menjauhkan sikap tercela seperti : buruk sangka, iri, dengki, kikir, boros, adu
domba dalam bergaul sesama manusia.
5.) Menjauhkan sikap malas belajar, malas bekerja, pesimis, penakut, tergesa-gesa
dan sikap atau sifat yang jelek lainnya.

B. BERBAIK SANGKA/HUSNUDZON
1. Pengertian
Manusia dalam menjalani kehidupannya pasti bersinggungan dengan manusia
lainnya. Hampir tidak ada satu pun dari manusia yang bisa hidup sendiri. Dia tetap
akan membutuhkan manusia lain dalam berbagai kesempatan. Islam mengajarkan
umatnya untuk menjaga hubungan baik dengan sesame. Istilahnya, ini biasa disebut
hablumminannas. Salah satu sikap yang diajarkan dalam hubungan dengan sesame ini
adalah sikap berbaik sangka atau husnudzon.
Secara bahasa Husnudzon berasal dari akar bahasa Arab "husnun" yang berarti
baik dan az.-zan yang berarti prasangka. Dari kedua makna tersebut, maka arti
Husnudzon adalah baik sangka atau berprasangka baik. Baik sangka adalah sebuah
sikap yang menunjukkan ketiadaan curiga terhadap hal lain, disertai sikap memandang
bahwa yang di luar diri kita itu baik. Islam mengajarkan bahwa manusia itu pada
asalnya adalah baik, karena Allah menciptakan manusia atas fitrah dengan tujuan
kebaikan.
Baik sangka merupakan sifat terpuji yang harus dimiliki oleh setiap muslim.
Dengan baik sangka setiap muslim dapat menjalani hidup dengan tenang dan senang,
karena tidak ada beban dan masalah yang menghimpit pikiran dan perasaan. Sangat
berbeda dengan orang yang selalu punya prasangka buruk, hidupnya selalu resah,
gelisah dan tidak nyaman karena memikirkan hal jelek dari orang lain. Buruk sangka
dapat merusak pergaulan, menimbulkan fitnah dan permusuhan. Setiap muslim
senantiasa harus memiliki prasangka baik kepada orang lain dan menjauhi prasangka
jelek, karena buruk sangka itu adalah dosa.
Sikap husnudzon akan melahirkan keyakinan bahwa segala kenikmatan dan
kebaikan yang diterima manusia berasal dari Allah, sedangkan keburukan yang
menimpa manusia disebabkan dosa dan kemaksiatannya. Tidak seorang pun bisa lari
dari takdir yang telah ditetapkan Allah. Tidak ada yang terjadi di alam semesta ini
melainkan apa yang Dia kehendaki dan Allah SWT tidak meridhai kekufuran untuk
hamba-Nya. Allah telah menganugerahkan kepada manusia kemampuan untuk
memilih dan berikhtiar. Segala perbuatannya terjadi atas pilihan dan kemampuannya
yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Seorang muslim wajib
bersopan santun terhadap saudara, karib-kerabatnya dan kepada orang-orang yang ada
hubungan silaturahmi, seperti bersopan santun terhadap kedua orang tuanya, anak-
anaknya dan saudara-saudaranya, hilangkan perasaan suudzon.
Husnudzon atau baik sangka terhadap sesame manusia, merupakan sikap mental
terpuji, yang harus diwujudkan melalui sikap lahir, ucapan dan perbuatan yang baik,
diridhai Allah SWT dan bermanfaat. Sikap, ucapan dan perbuatan baik sebagai
perwujudan dari husnudzan itu hendaknya diterapkan dalam kehidupan berkeluarga,
bertetangga serta bermasyarakat. Tujuan hidup berkeluarga yang islami adalah
terbentuknya keluarga yang memperoleh ridha dan rahmat Allah SWT, bahagia serta
sejahtera baik di dunia dan di akhirat. Maka, agar tujuan luhur tersebut dapat tercapai,
diperlukan adanya prasangka baik antar anggota keluarga.
2. Dalil Berbaik Sangka
Allah SWT berfirman :

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اْج َتِنُبوا َك ِثيًرا ِم َن الَّظِّن ِإَّن َبْع َض الَّظِّن ِإْثٌم ۖ َو اَل َتَج َّسُسوا َو اَل َيْغ َتْب َبْعُض ُك ْم َبْعًضاۚ َأُيِح ُّب َأَح ُد ُك ْم‬
‫َأْن َيْأُك َل َلْح َم َأِخ يِه َم ْيًتا َفَك ِرْهُتُم وُهۚ َو اَّتُقوا َهَّللاۚ ِإَّن َهَّللا َتَّواٌب َر ِح يٌم‬

“Wahai orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu dosa. Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 12)

‫َح َّد َثَنا َأُبو ُك َر ْيٍب ُمَحَّم ُد ْبُن اْلَع اَل ِء َح َّد َثَنا َوِكيٌع َع ْن َج ْع َفِر ْبِن ُبْر َقاَن َع ْن َيِزيَد ْبِن اَأْلَص ِّم َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َقاَل‬
‫َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإَّن َهَّللا َيُقوُل َأَنا ِع ْنَد َظِّن َع ْبِد ي ِبي َو َأَنا َم َع ُه ِإَذ ا َدَعاِني‬

“Sesungguhnya Allah berkata : Aku sesuai prasangka hambaku padaku. Jika


prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka
keburukan baginya.” (HR. Muslim no. 4849)

‫َح َّد َثَنا ِإْس َم اِع يُل ْبُن َع ْبِد ِهَّللا َقاَل َح َّد َثِني َم اِلٌك َع ْن َناِفٍع َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن ُع َم َر َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُهَم ا َأَّنُه َطَّلَق اْمَر َأَتُه َوِهَي‬
‫َح اِئٌض َع َلى َع ْهِد َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَس َأَل ُع َم ُر ْبُن اْلَخ َّطاِب َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع ْن َذ ِلَك‬
‫َفَقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُم ْر ُه َفْلُيَر اِج ْع َها ُثَّم ِلُيْمِس ْك َها َح َّتى َتْطُهَر ُثَّم َتِح يَض ُثَّم َتْطُهَر ُثَّم ِإْن َش اَء َأْمَس َك‬
‫َبْعُد َو ِإْن َش اَء َطَّلَق َقْبَل َأْن َيَم َّس َفِتْلَك اْلِع َّد ُة اَّلِتي َأَم َر ُهَّللا َأْن ُتَطَّلَق َلَها الِّنَس اُء‬

Dari Abu Hurairah R.A dia berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda : “Allah SWT
berfirman, ‘Aku tergantung persangkaan hamba kepada-Ku. Aku bersamanya kalau
dia mengingat-Ku. Kalau dia mengingat-ku pada dirinya, maka Aku mengingatnya
pada diri-Ku. Kalua dia mengingat-Ku di keramaian, maka Aku akan mengingatnya di
keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka Aku
akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada diri-Ku sehasta, maka
Aku akan mendekatinya sedepa. Kalau dia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku
akan mendatanginya dengan berlari.” (HR. Muslim dan Bukhari no. 4850)
Hasan Al-Bashri R.A berkata :

‫َقاَل اْلَح اِر ُث ْبُن ِم ْس ِكيٍن ِقَر اَء ًة َع َلْيِه َو َأَنا َأْس َم ُع َع ْن اْبِن اْلَقاِس ِم َح َّد َثِني َم اِلٌك ح َو َأْنَبَأَنا ُقَتْيَبُة َقاَل َح َّد َثَنا اْلُمِغ يَر ُة َع ْن َأِبي‬
‫الِّز َناِد َع ْن اَأْلْع َر ِج َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل ُهَّللا َتَع اَلى ِإَذ ا َأَح َّب َع ْبِد ي ِلَقاِئي‬
‫َأْح َبْبُت ِلَقاَءُه َوِإَذ ا َك ِر َه ِلَقاِئي َك ِر ْهُت ِلَقاَءُه‬

“Sesungguhnya seorang mukmin ketika berbaik sangka kepada Tuhannya, maka dia
akan memperbaiki amalnya. Sementara orang buruk, dia berprasangka buruk kepada
Tuhannya, sehingga dia melakukan amal keburukan.” (HR. Ahmad no. 1812)

‫َح َّد َثَنا َيْح َيى ْبُن َيْح َيى َقاَل َقَر ْأُت َع َلى َم اِلٍك َع ْن َأِبي الِّز َناِد َع ْن اَأْلْع َر ِج َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه‬
‫َو َس َّلَم َقاَل ِإَّياُك ْم َو الَّظَّن َفِإَّن الَّظَّن َأْكَذ ُب اْلَحِد يِث َو اَل َتَح َّسُسوا َو اَل َتَج َّسُسوا َو اَل َتَناَفُسوا َو اَل َتَح اَس ُدوا َو اَل َتَباَغُضوا‬
‫َو اَل َتَداَبُروا َو ُك وُنوا ِعَباَد ِهَّللا ِإْخ َو اًنا‬

“Janganlah salah satu diantara kalian mati, kecuali berprasangka baik terhadap
Allah.” (HR. Muslim no. 4646)

‫و َح َّد َثِني َأُبو َداُوَد ُس َلْيَم اُن ْبُن َم ْع َبٍد َح َّد َثَنا َأُبو الُّنْع َم اِن َعاِر ٌم َح َّد َثَنا َم ْهِد ُّي ْبُن َم ْيُم وٍن َح َّد َثَنا َو اِص ٌل َع ْن َأِبي الُّز َبْيِر َع ْن‬
‫َج اِبِر ْبِن َع ْبِد ِهَّللا اَأْلْنَص اِر ِّي َقاَل‬
‫َسِم ْع ُت َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقْبَل َم ْو ِتِه ِبَثاَل َثِة َأَّياٍم َيُق وُل اَل َيُم وَتَّن َأَح ُد ُك ْم ِإاَّل َو ُه َو ُيْح ِس ُن الَّظَّن ِباِهَّلل َع َّز‬
‫َو َج َّل‬

“Janganlah seorang diantara kalian meninggal kecuali dia telah berbaik sangka
kepada Allah.” (HR. Muslim no. 5125)
‫َح َّد َثَنا ِبْش ُر ْبُن ُمَحَّمٍد َأْخ َبَر َنا َع ْبُد ِهَّللا َأْخ َبَر َنا َم ْع َم ٌر َع ْن َهَّم اِم ْبِن ُم َنِّبٍه َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫َقاَل ِإَّياُك ْم َو الَّظَّن َفِإَّن الَّظَّن َأْكَذ ُب اْلَحِد يِث َو اَل َتَح َّسُسوا َو اَل َتَج َّسُسوا َو اَل َتَح اَس ُدوا َو اَل َتَداَبُروا َو اَل َتَباَغُضوا َو ُك وُنوا‬
‫ِعَباَد ِهَّللا ِإْخ َو اًنا‬

“Telah menceritakan kepada kami (Bisyr bin Muhammad) telah mengabarkan kepada
kami (Abdullah) telah mengabarkan kepada kami (Ma’mar) dari (Hammam bin
Munabbih) dari (Abu Hurairah) dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda :
“Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta,
janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari isu, saling
mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci tetapi jadilah kalian hamba-
hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari no. 5604)

‫َح َّد َثَنا اْبُن َأِبي ُع َم َر َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َع ْن َأِبي الِّز َناِد َع ْن اَأْلْع َر ِج َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬
‫ِإَّياُك ْم َو الَّظَّن َفِإَّن الَّظَّن َأْكَذ ُب اْلَحِد يِث َقاَل َأُبو ِع يَس ى َهَذ ا َحِد يٌث َح َس ٌن َص ِح يٌح َقاَل و َسِم ْعت َع ْبَد ْبَن ُح َم ْيٍد َيْذ ُك ُر َع ْن‬
‫َبْع ِض َأْص َح اِب ُس ْفَياَن َقاَل َقاَل ُس ْفَياُن الَّظُّن َظَّناِن َفَظٌّن ِإْثٌم َو َظٌّن َلْيَس ِبِإْثٍم َفَأَّم ا الَّظُّن اَّلِذ ي ُهَو ِإْثٌم َفاَّلِذ ي َيُظُّن َظًّنا‬
‫َو َيَتَك َّلُم ِبِه َو َأَّم ا الَّظُّن اَّلِذ ي َلْيَس ِبِإْثٍم َفاَّلِذ ي َيُظُّن َو اَل َيَتَك َّلُم ِبِه‬

Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Umar], telah menceritakan kepada kami
[Sufyan] dari [Abu Zinad] dari [Al A’raj] dari [Abu Hurairah] bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah oleh kalian prasangka, karena
prasangka itu adalah ungkapan yang paling dusta.” Abu Isa berkata; Ini adalah hadits
hasan shahih. Ia juga berkata; Dan aku mendengar Abda bin Humaid menyebutkan
dari se bahagian sahabat Sufyan berkata, bahwa Sufyan berkata, “Prasangka itu ada
dua, yaitu prasangka yang mengandung dosa dan prasangka yang tidak mengandung
dosa. Yang mengandung dosa adalah seorang yang berprasangka buruk lalu ia
membicarakannya. Sedangkan yang tidak mengandung dosa adalah seorang yang
berprasangka, namun ia tidak membicarakannya.” Hadits Tirmidzi no. 1911
3. Contoh Perilaku Berbaik Sangka
Baik sangka adalah sikap mental. Objek dari buruk sangka setidaknya ada dua:
yakni baik sangka kepada Allah SWT dan kepada sesame manusia. Baik sangka
kepada Allah SWT adalah dengan menganggap bahwa Allah akan memberikan
kebaikan kebaikan kepada kita. Semua hal yang terjadi pada diri kita pada dasarnya
adalah kebaikan yang berasal dari Allah SWT. Seseorang yang memiliki sifat baik
sangka, ketika mengalami kegagalan dalam hidup tidak akan menimpakan kesalahan
kepada Allah SWT. Dia tidak akan menyangka bahwa Allah SWT memang
menginginkan kegagalan menimpa dirinya. Namun sebaliknya, dia akan menganggap
bahwa kegagalan yang terjadi itu adalah dalam rangka memotivasi dirinya untuk
berusaha lebih baik.
Seorang hamba yang berburuk sangka kepada Allah SWT akan malas untuk
berusaha dan bekerja. Dirinya akan disibukkan dengan pikiran-pikiran yang buruk
terhadap Allah. Akan banyak berandai-andai dan tidak mau bekerja keras.
Husnudzan kepada sesama manusia adalah sikap yang selalu berpikir dan
berprasangka baik kepada sesama manusia. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa senang,
berpikir positif, dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga, dengki, dan
perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas. Berprasangka baik terhadap sesama
manusia hukumnya mubah/jaiz/boleh. Husnudzan terhadap sesama baik berupa sikap,
ucapan, dan perbuatan yang hendaknya kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak berprasangka buruk kepada orang lain. Bekerja sama dengan orang lain
dalam hal kebaikan. Husnudzon kepada sesama merupakan tindakan terpuji. Sikap ini
membawa kita pada pikiran positif kepada sesama. Dengan adanya pikiran positif itu,
kita dapat memandang orang lain dengan ramah tanpa syak wasangka yang tidak
perlu. Sikap saling mencurigai akan hilang dengan sendirinya. Apabila hubungan
antarsesama dilandasi dengan baik sangka tanpa kecurigaan yang tidak perlu maka
kehidupan akan berjalan dengan indah. Oleh karena itu, saat kita mendapatkan
informasi tentang suatu hal, sangat perlu bagi kita untuk melakukan tabayyun atau
konfirmasi atas informasi yang kita dapatkan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai