Anda di halaman 1dari 14

KHUTBAH

Khutbah Jumat: Meraih Amal


yang Diridhai Allah   
M. Tatam Wijaya 
Kamis, 1 Juni 2023 | 10:30 WIB

Setiap umat Islam tentu menginginkan amalnya diterima


dan diridai Allah. Namun, bagaimanakah caranya? Melalui
khutbah Jumat yang berjudul, “Meraih Amal yang Diridhai
Allah,” khatib memetik penjelasan hikmah Syekh Ibnu
‘Athaillah mengenai apa saja yang harus kita persiapkan
demi meraih tingkatan amal istimewa di sisi Allah.
 
Selain itu, Syekh Ibnu ‘Athaillah juga menekankan
pentingnya bersandar pada Allah dan jangan pernah bangga
dengan amal yang kita tunaikan. Sebab bukan mustahil,
orang yang bangga dengan amal kataatannya akan terjebak
pada sikap sombong dan takabur. Merasa dirinya sudah
bagus. Dampaknya, mudah menyalahkan orang lain dimana
sikap tersebut kembali menghapus keistimewaan amalnya.
 
‫‪Untuk mencetak, silahkan klik tombol download di atas‬‬
‫‪atau bawah naskah khutbah ini.‬‬
‫‪ ‬‬
‫‪Khutbah I:‬‬


‪Baca Juga:‬‬
‫‪Khutbah Jumat: Mari Beragama dengan Sepenuh Jiwa‬‬
‫‪ ‬‬
‫ِإ ّن اْل َحْمَد ِللِه َنْحَمُدُه َوَنْس َتِعْيُنُه َوَنْس َتْغِفُرُه َوَنُعْوُذ ِباللِه ِمْن ُشُرْوِر َأ ْنُفِس َنا َوِمن‪ ‬‬

‫َسّيَئاِت َأ ْعَماِلَنا َمْن َيْهِدِه اللُه َفلَا ُمِض ّل َلُه َوَمْن ُيْض ِلْل َفلَا َهاِدَي َلُه ‪َ ،‬أ ْشَهُد‬
‫َأ ْن لَا ِإ لَه ِإ لّا اللُه َوَأ ْشَهُد َأ ّن ُمَحّمًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه‪ ،‬لَاَّل ُهَّم َص ِّل َوَسِّلْم َعَلى َسِّيِدَنا‬

‫ُم َّمَح ٍد َوَعلى آِلِه ِوَأ ْص َحاِبِه َوَمْن َتِبَعُهْم ِإِب ْح َساٍن ِإ َلى َيْوِم الّدْين‪َ ،‬قاَل اللُه َتَعاَلى ِفي‬
‫ِه‬
‫اْلُقْرآِن اْل َكِرْيِم‪َ ،‬أ ُعْوُذ ِبالل ِمَن الَّش ْيَطاِن الَّر ِجْيِم‪َ ،‬ياَأ ّي َها اّلَذْيَن آَمُنْوا اَّت ُقوا اللَه‬
‫َحَّق ُتَقاِتِه َولَا َتُمْوُتّن ِإ َّل ا َوَأ ْنُتْم ُمْس ِلُمْوَن‪َ ،‬وَقاَل‪َ :‬مْن َعِمَل صاِل حًا ِمْن َذَكٍر َأ ْو‬
‫ُأ ْنثى َوُهَو ُمْؤِمٌن َفَلُنْح ِي َّنَي ُه َحياًة َط ِّيَبًة َوَلَنْج َّن‬
‫ِزَي ُهْم َأ ْجَرُهْم ِبَأ ْح َسِن ما كاُنوا‬

‫َيْعَمُلوَن ‪َ ،‬صَدَق اللُه اْلَعِظْيُم‪َ ،‬أ َّم ا َبْعُد‬


‫‪ ‬‬

‪Sidang Jum’at yang berbahagia ‬‬
‫‪Pertama marilah kita panjatkan sama-sama puji dan syukur‬‬
‫‪ke hadirat Allah swt. Dzat yang maha mengatur dan‬‬
‫‪memberi nikmat kepada kita semua, terutama nikmat iman,‬‬
‫‪islam, dan ihsan, sehingga pada kesempatan ini kita bisa‬‬
‫‪sama-sama duduk di tempat yang mulia ini dalam rangka‬‬
menunaikan shalat Jum'at. Semoga setiap langkah kita
menuju tempat ini senantiasa mendapat rida Allah dan
kelak menjadi saksi ketaatan kita kepada-Nya.
 
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
Baginda Alam Nabi Besar Muhammad saw. Penghulu para
nabi dan rasul, Pembawa rahmat ke seluruh alam, dan
Pemberi syafaat kelak di padang mahsyar. Shalawat dan
salam juga semoga tercurah kepada keluarga dan para
sahabatnya, tak terkecuali kepada para tabiin, para tabi’
tabiin, hingga kepada kita yang tak henti-hentinya berharap
semoga kelak diakui umatnya yang mendapatkan
syafa'atnya.
 
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah
Sebelum melanjutkan khutbah, khatib berpesan kepada
jamaah sekalian, marilah kita sama-sama meningkatkan
ketakwaan kepada Allah. Sabab, orang yang paling dekat
dan paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling
takwa, bukan orang yang paling tinggi jabatan, bukan pula
orang yang paling melimpah kekayaannya. Ini artinya,
muslim mana pun tanpa memandang pangkat dan status
sosial, berkesempatan untuk meraih derajat takwa dan
menjadi hamba paling mulia di sisi Allah.

Baca Juga:

Khutbah Jumat: Larangan Berbuat Dzalim di Bulan


Dzulqa’dah
 
Hadirin sekalian,
Sebagaimana ayat yang sudah dibacakan khatib dalam
muqadimah di atas, Allah sudah berfirman:
 
‫َمْن َعِمَل صاِل حًا ِمْن َذَكٍر َأ ْو ُأ ْنثى َوُهَو ُمْؤِمٌن َفَلُنْح ِي َّنَي ُه َحياًة َط ِّيَبًة َوَلَنْج َّن‬
‫ِزَي ُهْم‬

‫َأ ْجَرُهْم ِبَأ ْح َسِن ما كاُنوا َيْعَمُلوَن‬


 
Artinya, “Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki
maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin,
sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang
lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan,” (QS.
an-Nahl [16]: 97).
 
Sidang Jumat yang dirahmati Allah 

Melalui ayat ini, Allah sudah menjanjikan kehidupan yang


baik bagi hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal
saleh. Bahkan, Allah sudah menjanjikan balasan yang lebih
baik dibanding dengan amal yang dikerjakan hamba-
hamba-Nya.
 
Ini menjadi bukti bahwa Allah sangat menghargai hamba-
hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal saleh.
Oleh sebab itu, mari kita sama-sama meningkatkan
keimanan dan memperbanyak mengerjakan kebajikan.
Sebab, iman dan amal saleh yang diridai Allah yang akan
menjadi bekal kita menghadapi alam akhirat kelak.
 
Hadirin yang berbahagia 

Meski amal menjadi bekal menghadapi kehidupan kekal di


akhirat, tetapi kita jangan tergantung pada amal kita
sendiri. Sebab, kunci meraih kebahagiaan akhirat bukan
amal melainkan keridaan Allah. Tidak ada amal besar ketika
tidak diridai oleh Allah. Pun tidak ada amal kecil ketika
diridai Allah. Inilah hakikat amal yang perlu dipahami oleh
kita semua yang sedang berupaya mengerjakan amal saleh.
 
Karena itu, alangkah pentingnya kita mengetahui hakikat
amal yang kita kerjakan. Tujuannya agar kita tidak sia-sia
dalam mengerjakan suatu amal, tetapi jauh dari rida Allah.
Hal ini tentu sangat merugikan.
 
Sidang Jumah yang dimulyakan Allah

Ibnu ‘Athaillah dalam kitab Hikam-nya memberikan


pedoman bagi kita semua, sebelum mengerjakan suatu amal,
hendaknya hati kita penuh dengan makrifat, ketauhidan,
dan ubudiyah kepada Allah. Sesuai dengan bunyi ayat di
atas yang mengistilahkan ketauhidan dan ubudiyah dengan
istilah keimanan. Ini artinya, syarat diterima dan diridainya
amal baik adalah keimanan. Sehingga manusia yang tidak
beriman dan tidak bertauhid kepada Allah, tidak memiliki
kesempatan diterimanya amal.
 
Selanjutnya, Ibnu ‘Athaillah menjelaskan kadar makrifat,
ketauhidan, dan ubudiyah seorang salik atau orang yang
sedang menempuh jalan akhirat ditentukan seberapa
totalitas dirinya bersandar kepada Allah.
 
Pertanyaannya, mengapa bersandar kepada Allah menjadi
ukuran makrifat,  ketauhidan, dan ubudiyah seorang salik?
Sebab, orang-orang yang makrifat dan bertauhid akan
selamanya melihat Allah. Sementara orang yang sudah
melihat Allah, maka akan selalu dekat dan musyahadah
kepada-Nya. Ia akan fana dan tidak akan melihat perkara
lain selain Allah. Sehingga yang terlihat dalam hatinya tak
ada lagi selain Allah, aturan Allah, kekuasaan Allah, dan
kehendak Allah.
 
Ketika terjerumus kepada satu kesalahan, orang yang
bertauhid kepada Allah akan melihat kesalahannya itu
sebagai perlakuan, hukuman, dan ketentuan Allah bagi
hamba-Nya, yang tentunya menyimpan hikmah dan faidah
yang harus disadari bahwa dirinya tidak maksum dan tidak
terpelihara dari dosa. Dimana kesalahannya itu harus
menjadi perhatian agar tidak terulang, tidak boleh
dilakukan lagi, serta harus hati-hati agar dirinya tidak
terjerumus kepada kesalahan serupa.
 
Begitu pula ketika ada ketaatan yang keluar dari dirinya,
maka ia tidak melihat dirinya unggul dan memiliki
kekuatan. Sebab, ketaatan itu semata-mata merupakan daya
dan kekuatan dari Allah. Sehingga dirinya tetap tenang
terhadap takdir-takdir Allah. Hatinya tetap dalam cahaya-
cahaya Allah. Baginya, tidak ada perbedaan antara baik dan
buruk, mudah dan susah. Sebab, dirinya tenggelam dalam
samudera ketauhidan, tetap khauf dan raja’ (takut dan
harap) kepada Allah. Khauf dan raja’-nya tetap sama dan
berjalan bersamaan. Ia tetap  takut meskipun sudah
melakukan ketaatan. Dan ia tetap berharap rahmat Allah
meskipun sudah melakukan kesalahan.
 
Demikian seperti yang telah dikemukakan dalam untaian
hikmah Syekh Ibnu ‘Athaillah berikut ini:
 
‫ِمْن َعَلاَماِت الِاْعِتَماِد َعَلى اْلَعَمِل ُنْقَصاِن الَّر َجاِء ِعْنَد ُوُجْوِد الَّز َلِل‬
 
Artinya, “Di antara tanda bergantung pada amal adalah
kurangnya harapan ketika tergelincir pada kesalahan.”  
 
Pensyarah kitab Mahasin al-Majalis, Ibnul ‘Arif ash-Shanhaji
menjelaskan bahwa orang-orang yang sudah sampai pada
tingkatan makrifat akan selamanya bersama-sama dengan
Allah, sebab dirinya yakin hanya Allah yang mengatur dan
mengurus dirinya. Yakin hanya Allah yang memberi
kekuatan taat bagi dirinya. 
 
Tak heran jika lahir satu ketaatan dari dirinya, ia tidak
menuntut pahala. Sebab, ia tidak melihat dirinya yang
melakukan ketaatan tersebut. Lagi pula, amal ibadah dirinya
belum tentu diterima Allah. Mengapa harus menuntut
balasan dari Allah? 
 
Begitu pula ketika terjerumus pada satu keburukan, dirinya
segera memperbaikinya sebab hukuman Allah tetap bagi
orang yang berbuat salah. Dosa harus segera ditaubati dan
ditebus. Dirinya tidak melihat siapa pun kecuali Allah, baik
dalam keadaan sulit maupun mudah, baik dalam keadaan
taat maupun maksiat. Penglihatannya fokus pada Allah.
Takut hanya pada Allah dan harapannya hanya kepada
rahmat Allah. 
 
Sedangkan orang yang tidak makrifat akan menisbahkan
amal dan perbuatannya kepada dirinya sendiri. Oleh karena
itu, ia akan menuntut bagian dari amal dan kebaikannya,
yaitu ganjaran dan pahala. Penyebabnya selain belum
makrifat, dirinya masih bergantung pada amal. Ia merasa
tenang akan keadaan ruhaninya.  
 
Ketika terjerumus dalam kesalahan, ia akan berkurang
harapannya. Ketika melakukan ketaatan, ia akan berkurang
ketakutannya. Itu adalah bukti bahwa dirinya belum tajrid,
belum terlepas dari sebab, dan belum makrifat pada Allah.
Siapa pun yang melihat pertanda ini dalam dirinya, maka
janganlah dirinya mengaku sudah memiliki kedudukan
khusus di sisi Allah. Sebaliknya, ia baru termasuk orang
baik dari kalangan awam. 
 
Hadirin sidang jumat yang berbahagia 

Namun, perlu diketahui bahwa melalui untaian hikmah di


atas, Syekh Ibnu ‘Athaillah bukan berarti mengurangi
semangat amal kita dan para penempuh jalan Allah,  tetapi
sebaliknya. Ia hendak mendorong kita meningkatkan
kualitas dan kuantitas amaliah ibadah. Ia justru ingin
mengalihkan sifat bersandar dan bergantung kita kepada
selain Allah, seperti amal, maqam, keadaan ruhani, serta
segala yang sudah dicapai, menjadi bersandar kepada Allah,
rahmat, dan karunia-Nya.  
 
Karena itu, orang-orang yang salah dan berdosa, masih bisa
berharap akan rahmat dan pertolongan Allah. Ia masih bisa
menatap firman Allah yang menyatakan:
 
‫َوُهَو اَّلِذي َيْقَبُل الَّت ْو َبَة َعْن ِعَباِدِه َو َيْعُفو َعِن الَّس ِّيَئاِت َو َيْعَلُم َما َتْفَع‬
 
Artinya, “Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-
Nya, memaafkan kesalahan-kesalahan, mengetahui apa yang
kamu kerjakan,” (QS. asy-Syura [42]: 25).
 
‫ُقْل َيا ِعَباِدَي اَّلِذيَن َأ ْسَرُفوا َعَلى َأ ْنُفِسِهْم َلا َتْقَنُطوا ِمْن َرْح َمِة الَّل ِه ِإ َّن الَّل َه َيْغِفُر‬

‫الُّذ ُنوَب َجِميًعا ِإ َّن ُه ُهَو اْلَغُفوُر الَّر ِحيُم‬


 
Artinya, “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai hamba-
hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi)
dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya,’” (QS. az-
Zumar [39]: 53).
 
Lagi pula, jika ditelusuri, untaian hikmah Syekh Ibnu
‘Athaillah di atas juga merupakan intisari dari sabda Nabi
saw. yang menyatakan: 
 
،‫ َولَا َأ َنا‬:‫ َولَا َأ ْنَت َيا َرُسوَل الَّل ِه؟ َقاَل‬:‫ َقاُلوا‬، ‫الَجَة بعمله‬
‫َلْن ُيْدِخَل أحدكم َّن‬

‫ِإ َّل ا َأ ْن َيَتَغَّم َدِني الَّل ُه ِبَفْض ٍل َوَرْح َمٍة‬


 
Artinya, “Tidak akan masuk surga seorang di antara kalian
karena sebab amalnya.” Ditanya para sahabat, “Termasuk
engkau, wahai Rasulallah?” Beliau menjawab, “Termasuk
aku, kecuali jika Allah melimpahkan karunia dan rahmat-
Nya,”  (HR. al-Bukhari-Muslim). 
 
Kembali lagi kepada untaian hikmah Syekh Ibnu ‘Atha’illah,
mengapa kita begitu penting bersandar kepada Allah? Sebab
bukan mustahil, orang yang awalnya bangga kepada amal
kataatannya akan terjebak pada sikap takabur dan sombong.
Merasa dirinya sudah bagus. Dampaknya, mudah
menyalahkan orang lain dan menyalahkan amaliah orang
lain. Dan sebagainya.
 
Walhasil, jangan bangga dengan amal karena kita sudah
mampu beramal. Sebab, yang membawa kita kepada amal
bukan daya dan kekuatan kita, tapi taufik, hidayah dan
pertolongan Allah. Yang mengantarkan seorang hamba ke
surga bukan amalnya, melainkan ridha, rahmat, dan karunia
Allah, sebagaimana sabda Nabi saw.
 
Namun bukan berarti kita tidak perlu beramal. Kualitas dan
kuantitas amal kita tetap harus ditingkatkan. Yang harus
diluruskan adalah bersandar kita pada amal, rasa senang
dan bangga kita pada amal. Justru bersyukurlah jika kita
sudah mampu beramal. Yakinlah itu semata pertolongan
Allah. Tetap kita mesti takut walau sudah bisa melakukan
kataatan. Juga tetap kita harus berharap meski kita sudah
berbuat kesalahan.
 
Sidang Jumat yang dimuliakan Allah  

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang bisa


menjaga amal. Tetap bersyukur meski kita sudah beramal.
Tetap ingat bahwa kekuatan amal semata-mata dari Allah.
Semoga Allah menerima dan meridhai segala amal kebaikan
kita di akhirat, serta mengampuni kelengahan dan kesalahan
kita, sehingga kita berhasil meraih ridha dan masuk surga-
Nya. Amin ya rabbal alamin.
 
Khutbah II
 
‫ َأ ْشَهُد َأ ْن لَا ِإ َلَه‬.‫َاْل َحْمُد َّلِلِه اَّلِذْي َأ َمَرَنا ِبْالِاِّت َحاِد َوْالِاْعِتَصاِم ِب َحْبِل اللِه اْلَمِتْيِن‬

‫ َوَأ ْشَهُد َأ َّن ُم َّمَح ًدا َعْبُدُه‬.‫ ِإ َّي اُه َنْعُبُد ِإَو َّي ُاه َنْس َتِعْيُن‬،‫ِإ لَّا اللُه َوْحَدُه لَاَشِرْيَك َلُه‬
‫ لَاَّل ُهَّم َص ِّل َعَلى َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َوَعَلى آِلِه َوَأ ْص َحاِبِه‬.‫ َاْلَمْبُعْوُث َرْح َمًة ِلْلَعاَلِمْيَن‬،‫َوَرُسْوُلُه‬
‫ِا‬
‫ ِإ َّن اللَه‬.‫ َّت ُقوا اللَه َما اْس َتَطْعُتْم َوَساِرُعْوا ِإ َلى َمْغِفَرِة َرِّب اْلَعاَلِمْيَن‬.‫َأ ْج َمِعْيَن‬
.. ‫ َياَأ ُّي هَا اَّلِذْيَن َءاَمُنْوا َص ُّل ْوا َعَلْيِه َوَس ِّلُمْوا َتْس ِلْيًما‬، ‫َوَملَاِئَكَتُه ُيَص ُّل ْوَن َعَلى الَّن ِبِّي‬
‫َوَص َّلى الله َعَلى َسِّيَدَنا َوَمْوَلاَنا ُم َّمَح ٍد َوَعَلى آِلِه َوَص ْحِبِه َوَس َّل َم‬
 
‫لَاَّل ُهَّم اْغِفْر ِلْلُمْؤِمِنْيَن َواْلُمْؤِمَناِتَواْلُمْس ِلِمْيَن َو اْلُمْس ِلَماِت َالَاْح َياِء ِمْنُهْم َواْلَاْمَواْت‬
‫ِإ َّن َك َسِمْيٌع َقِرْيٌب ُمِجْيُب الَّد َعَواِت َوَيا َقاِضَي اْل َحاَجاِت ِبَرْح َمِتَك َيا َاْرَحَم‬

‫الَّر ِحِمْيَن‬
‫‪ ‬‬
‫الَّل ُهَّم ِإ َّن ا َنُعوُذ ِبَك ِمْن َعَذاِب َجَهَّن َم َوَنُعوُذ ِبَك ِمْن َعَذاِب اْلَقْبِر َوَنُعوُذ ِبَك‬

‫ِمْن ِفْتَنِة اْلَمِسيِح الَّد َّج اِل َوَنُعوُذ ِبَك ِمْن ِفْتَنِة اْلَمْح َيا َواْلَمَماِت ‪ ،‬الَّل ُهَّم ِإ َّن ا َنُعوُذ‬

‫ِبَك ِمْن اْلَهِّم َواْل َحَزِن َوَنُعوُذ ِبَك ِمْن اْلَعْج ِز َواْلَكَسِل َو َنُعوُذ ِبَك ِمْن اْل ُجْبِن‬

‫َواْلُبْخِل َوَنُعوُذ ِبَك ِمْن َغَلَبِة الَّد ْيِن َوَقْهِر الِّرَجاِل ‪َ ‬رَّب َنا آِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَسَنًة َوِفي‬
‫الآِخَرِة َحَسَنًة َوِقَنا َعَذاَب الَّن اِر‬
‫‪ ‬‬
‫ِعَباَد اللِه‪ِ ،‬إ َّن اللَه َيْأ ُمُرُكْم ِباْلَعْدِل َوْالِإ ْح َساِن ِإَو يَتآِئ ِذي اْلُقْرَبى َوَيْنَه ى َعِن‬
‫اْلَفْح َشآِء َواْلُمنَكِر َواْلَبْغِي َيِعُظُكْم َلَعَّل ُكْم َتَذَّك ُرْوَن‪َ .‬فاْذُكُروا اللَه اْلَعِظْيَم َيْذُكْرُكْم‬
‫َواْدُعْوُه َيْسَتِجْب َلُكْم َوَلِذْكُر اللِه َأ ْك َبُر‬
‫‪ ‬‬
‫‪Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA‬‬
‫‪Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.‬‬

‫‪Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman‬‬


‫‪terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta‬‬
‫‪pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di‬‬
Indonesia.

TAGS:
khutbah jumat

Anda mungkin juga menyukai