Anda di halaman 1dari 8

Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Puji dan Syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta
berkah-Nya kepada kita, umat islam. Shalawat dan salam kita curah limpahkan kepada
junjungan alam Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan semua pengikutnya.

Hadirin rahimakumullah..
Syarat diterimanya ibadah adalah rasa ikhlas sebagaimana firman Allah SWT:

65 - َ‫ن عملُكَ ولت ُك ْوننَ مِ نَ ْال ٰخس ِِريْن‬


َ ‫ن ا ْشر ْكتَ ليحْ بط‬
َْ ‫ِك ل ِٕى‬ َْ ِ‫ولق َْد ا ُ ْوحِ يَ اِليْكَ واِلى ال ِذيْنَ م‬
َ ‫ن ق ْبل‬

Artinya: "Sungguh, benar-benar telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang (para
nabi) sebelummu, "Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan gugurlah
amalmu dan tentulah engkau termasuk orang-orang yang rugi." (QS Az-Zumar: 65)

Dengan ikhlas kita tidak akan tersesat ke jalan yang tidak diridhai Allah SWT, tidak akan
menjadi orang yang riya atau sombong, karena sombong itu merupakan sifatnya setan.
Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras dari kerikil-kerikil dan
batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi
jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil.

Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan
segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan
menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.

Tetapi banyak dari kita yang beribadah tidak berlandaskan rasa ikhlas kepada Allah SWT,
melainkan dengan sikap riya atau sombong supaya mendapat pujian dari orang lain. Hal
inilah yang dapat menyebabkan ibadah kita tidak diterima oleh Allah SWT.

Rasulullah SAW pernah bersabda, "Ikhlaslah dalam beragama, cukup bagimu amal yang
sedikit." Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda," Sesungguhnya Allah tidak menerima
amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya."

Imam Syafi'i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya,"Wahai Abu Musa, jika
engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia
ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu
karena Allah SWT."

Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, "Amal tanpa
keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi
tidak bermanfaat."

Dalam kesempatan lain ia juga berkata," Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak
mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan,
maka tidak mungkin Allah SWT mencela orang-orang munafik."

Dari beberapa contoh hadits di atas menunjukkan bahwa ikhlas itu memang sangat penting
bagi umat muslim dalam melaksanakan ibadah, karena tanpa rasa ikhlas dan hanya
mengharap ridha dari Allah SWT ibadah kita tidak akan diterima oleh-Nya.

Lalu, bagaimana cara agar bisa beribadah dengan ikhlas? Cara agar kita dapat mencapai
rasa ikhlas adalah dengan mengosongkan pikiran disaat kita sedang beribadah kepada
Allah SWT.

Kita hanya perlu memikirkan Allah, shalat untuk Allah, zikir untuk Allah, semua amal yang
kita lakukan hanya untuk Allah. Lupakan semua urusan duniawi, kita hanya tertuju pada
Allah. Jangan munculkan rasa riya atau sombong di dalam diri kita karena kita tidak berdaya
di hadapan Allah SWT. Rasakanlah Allah berada di hadapan kita dan sedang menyaksikan
kita.

Insyaallah, dengan cara di atas anda dapat mencapai ikhlas. Dan jangan lupa untuk berdoa
memohon kepada Allah SWT agar kita dapat beribadah secara ikhlas untuk-Nya,

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat. Mohon maaf atas
segala kekurangan, billahi taufiq wal hidayah.. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak
sekali kenikmatan kepada kita semua sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang insya
Allah mulia ini.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Di mana atas
berkat perjuangan beliau dan para sahabatnya sehingga kita dapat merasakan indahnya
islam seperti sekarang ini.

Jamaah yang dirahmati Allah,


Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan ceramah singkat mengenai ikhlas.
Dalam arti yang sering kita ketahui bahwa ikhlas merupakan segala sesuatu yang dilakukan
tanpa mengharapkan imbalan apapun. Arti ikhlas ini sudah benar, tetapi kurang tepat.

Dalam agama islam, ikhlas berarti melakukan sesuatu karena Allah SWT. Perihal ibadah
misalnya, ikhlas berarti melakukan ibadah karena Allah SWT, bukan karena yang lain. Bukan
juga karena ingin dipuji, ingin terlihat sholeh, tetapi memang benar-benar karena Allah SWT.

Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:

َ‫ّللا لِي ْعبُدُوَا اِّلَ اُمِ ُر ْوَا وما‬ ِ ‫وة ويُؤْ تُوا الص ٰلوةَ ويُ ِق ْي ُموا ُحنف ۤاءَ َە‬
ِ ‫الديْنَ ل َهُ ُم ْخل‬
َٰ َ‫ِصيْن‬ َ ‫ن و ٰذل‬
َ ‫ِك الز ٰك‬ َُ ‫ ْالق ِيم َِة ِد ْي‬- 5

Artinya: "Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan
ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istiqomah), melaksanakan sholat, dan menunaikan zakat.
Itulah agama yang lurus (benar)."

Ikhlas akan menjadi sangat. penting untuk diaplikasikan dalam kehidupan, sebab pada
setiap amalan yang kita lakukan tanpa didasari dengan keikhlasan maka amalan tersebut
dipandang tidak sah di hadapan Allah.

Ikhlas juga menjadi alat ukur pada setiap amalan yang kita lakukan, semakin kita ikhlas
maka pahala yang akan kita dapatkan juga akan semakin besar. Semakin ikhlas seseorang
dalam beramal, maka akan semakin besar pula balasan yang akan diterima.

Setelah anda memahami pentingnya ikhlas dalam kehidupan sehari-hari, maka latihlah hati
untuk selalu ikhlas pada setiap hal. Saya rasa cukupkan sekian, semoga apa yang saya
sampaikan dapat bermanfaat. Kurang lebihnya mohon maaf. Terimakasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah
memberikan kita beribu-ribu kenikmatan, baik nikmat iman dan Islam ataupun nikmat sehat
walafiat, sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul tanpa satu halangan apa pun dan tidak
kurang satu pun untuk hadir di acara yang insyaallah dimuliakan oleh Allah SWT.

Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, yang telah
yang telah banyak mengajarkan kepada kita tentang keikhlasan. Ikhlas merupakan salah
satu sunnahnya. Oleh sebab itu, kita diharuskan untuk senantiasa mengikutinya.

Ikhlas adalah amaliah hati yang tingkatannya sangat tinggi. Ikhlas berbeda dengan sabar,
yang merupakan penerimaan atas suatu ketetapan, ketentuan dan sesuatu yang mengenai
diri seseorang.

Ikhlas justru sebaliknya, di mana baru akan terlihat setelah terjadinya suatu amal. Orang
yang ikhlas dalam beramal adalah mereka yang merasa seakan-akan tidak melakukan amal
itu. Kita biasa menganalogikan ikhlas seperti halnya bekerja tanpa minta upah.

Saking tingginya amalan ini, ibadah yang mengharapkan surga belum terhitung ikhlas sebab
masih mengharapkan upah dari Allah SWT. Akan tetapi, tingkatan ini sudah sangat tinggi,
tidak untuk orang awam seperti saya dan Anda. Kita ini tingkatannya masih rendah.

Tapi, bukan berarti beramal karena mengharap surga dan takut neraka itu tidak baik.
Menurut Imam Al-Ghazali, beramal karena mengharap surga itu hukumnya sah dan bagus
serta berfaedah untuk diterimanya suatu amal.

Menurut Imam Al-Ghazali, hakikat ikhlas adalah kemurnian niat dari kotoran-kotoran yang
mencampurinya. Mau sholat, ya sholat aja. Makan ya makan aja. Pergi ya pergi aja. Tanpa
memikirkan hal-hal lain.

Allah SWT berfirman melalui Al-Qur'an pada Surat Al-Bayyinah ayat 5:

َ‫ّللا لِي ْعبُدُوَا اِّلَ اُمِ ُر ْوَا وما‬ ِ ‫وة ويُؤْ تُوا الص ٰلوةَ ويُ ِق ْي ُموا ُحنف ۤاءَ َە‬
ِ ‫الديْنَ ل َهُ ُم ْخل‬
َٰ َ‫ِصيْن‬ َ ‫ن و ٰذل‬
َ ‫ِك الز ٰك‬ َُ ‫ ْالق ِيم َِة ِد ْي‬- 5

Artinya: "Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan
ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istiqomah), melaksanakan sholat, dan menunaikan zakat.
Itulah agama yang lurus (benar)." (QS Al-Bayyinah: 5)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa betapa tingginya derajat sifat ikhlas. Dengan ikhlas,
semua orang dengan profesinya masing-masing telah menjadi seorang sufi (orang yang
bersih hatinya). Dengan didasari rasa ikhlas ini, seorang pedagang akan menjadi pedagang
yang baik dan jujur, seorang petani menjadi petani yang baik, seorang pejabat menjadi
pejabat yang baik, dan seterusnya.

Menurut Imam Al-Ghazali, "Semua manusia akan rusak, kecuali manusia yang berilmu.
Semua manusia berilmu akan rusak, kecuali yang mengamalkan ilmunya. Semua manusia
berilmu yang mengamalkan ilmunya akan rusak, kecuali yang ikhlas. Dan orang-orang yang
ikhlas pun masih dalam keadaan kekhawatiran yang besar."

Dari ungkapan Imam Al-Ghazali tersebut, semua ilmu dan amal akan sia-sia jika di
dalamnya tidak ada sifat ikhlas. Ilmu dan amal itu tidak dapat dibanggakan. Bagaimana mau
dibanggakan, sedangkan yang ikhlas saja masih dalam keadaan khawatir yang besar.

Maka, bapak ibu dan sahabatku sekalian. Mari, mulai saat ini kita tanamkan rasa ikhlas. Ke
mana pun kita pergi, jangan lupa kita kantongi tuh ikhlas. Seperti saat ini, kalau kita sedang
membawa uang, mari sisihkan ke kotak amal. Syukur-syukur yang jumlahnya besar.

Sebab menurut Imam Al-Ghazali, sifat ikhlas mempunyai prinsip dan hakikat. Kalau kita
sudah mencari-cari alasan, prinsip dan hakikat itu akan hilang.

Demikian yang bisa saya sampaikan semoga ada manfaat yang bisa kita ambil untuk kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan Syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta
berkah-Nya kepada kita, umat islam. Shalawat dan salam kita curah limpahkan kepada
junjungan alam Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan semua pengikutnya.

Rasulullah SAW. berpesan kepada umatnya: "Sungguh, sahnya amal itu tergantung niat.
Bagian setiap orang (dari amalnya) adalah niatnya. Barang siapa hijrahnya karena Allah
SWT dan rasul-Nya, maka hijrahnya karena Allah SWT dan rasul-Nya (diterima dan
mendapat pahala). Barang siapa hijrahnya karena dunia yang dicapai atau perempuan yang
dinikahi maka hijrahnya karena tujuan tersebut (tercela, tidak diterima di sisi Allah SWT dan
tidak mendapat pahala)."

Begitu luas makna dari hadis di atas, bahkan dikatakan hadis tersebut merupakan separuh
ilmu. Bagaimana tidak, amal yang dikerjakan oleh setiap orang muslim sangat-sangat
bergantung pada niat. Bahkan tidak berlebihan kiranya jika dikatakan niat lebih utama
daripada amal. Sebab, balasan dari amal seorang muslim tergantung oleh niatnya.

Az-Zarnuji dalam Ta'lim al-Muta'allim menjelaskan: "Banyak amal perbuatan yang berbentuk
amal dunia, lalu menjadi amal akhirat karena bagusnya niat, dan banyak pula amal yang
berbentuk amal akhirat, kemudian menjadi amal dunia karena buruknya niat."
Andai kita mau berangan-angan, sekilas orang yang tidak makan sejak fajar sampai
terbenamnya matahari dengan niat puasa itu sama saja dengan orang yang tidak makan
tanpa niat puasa.

Mereka berdua sama-sama kehausan, sama-sama kelaparan, lemas dan kurang tenaganya
karena tidak makan dan minum. Akan tetapi orang yang pertama mendapat pahala ibadah
puasa karena telah niat puasa. Sementara orang yang kedua tidak mendapat apa-apa
kecuali rasa lapar dan haus. Karena apa? Tentu jawabannya karena tidak terbesit di dalam
hatinya untuk niat puasa, beribadah kepada Allah SWT.

Hadirin yang dirahmati Allah, maka dari itu sangat penting kiranya kita murnikan setiap
aktifitas yang kita jalankan untuk beribadah kepada Allah SWT.

Imam Al-Ghazali menjelaskan, ikhlas adalah sebagaimana sabda Rasulullah SA ketika


ditanya tentang ikhlas. Dalam kitab Ihya' Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menjelaskan:

"Penjelasan yang tuntas (terkait ikhlas) adalah penjelasan pemimpin setiap makhluk yakni
Nabi SAW saat ditanya perihal ikhlas. Rasulullah SAW menjelaskan (ikhlas adalah) kamu
berkata: 'Allah SWT adalah Tuhanku." Lantas kamu konsisten sebagaimana kamu
diperintah. Artinya jangan kamu sembah hawa nafsu kamu, jangan kamu sembah selain
Tuhan kamu dan kamu konsisten dalam beribadah kepada Allah SWT. Penjelasan demikian
memberi isyarat untuk menghilangkan selain Allah dalam pandangan dan inilah hakikatnya
ikhlas."

Sederhananya, yang dapat mengukur taraf keikhlasan adalah diri kita sendiri. Bagaimana
kita mengarahkan hati dan pikiran supaya beramal murni untuk Allah SWT. Menghilangkan
tujuan-tujuan lain yang dapat merusak amal sehingga apa yang kita lakukan tidak ada
artinya.

Terakhir, mari kita berdo'a bersama semoga kita bisa meluruskan niat dalam beribadah
kepada Allah serta semoga amal kita diterima di sisi Allah SWT. Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan ketakwaan yang sebenar-
benarnya, yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya serta
menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad SAW.
Kemudian keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman

Kaum muslim yang dirahmati Allah..


Sesungguhnya tujuan utama agama Islam adalah agar manusia beribadah kepada Allah
SWT dengan ikhlas. Allah SWT berfirman:

َ‫ّللا لِي ْعبُدُوَا اِّلَ اُمِ ُر ْوَا وما‬ ِ ‫وة ويُؤْ تُوا الص ٰلوةَ ويُ ِق ْي ُموا ُحنف ۤاءَ َە‬
ِ ‫الديْنَ ل َهُ ُم ْخل‬
َٰ َ‫ِصيْن‬ َ ‫ن و ٰذل‬
َ ‫ِك الز ٰك‬ َُ ‫ ْالق ِيم َِة ِد ْي‬- 5

Artinya: "Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan
ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istiqomah), melaksanakan sholat, dan menunaikan zakat.
Itulah agama yang lurus (benar)." (QS Al-Bayyinah: 5)

Lalu apa yang dimaksud dengan keikhlasan? Ikhlas secara bahasa artinya memurnikan
sesuatu dan membersihkannya dari campuran. Secara istilah ada beberapa arti, di
antaranya adalah:

Ikhlas adalah penyucian niat dari seluruh noda dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Noda di sini misalnya mencari perhatian makhluk dan pujian mereka.
Ikhlas adalah pengesaan Allah SWT dalam niat dan ketaatan.
Ikhlas adalah melupakan perhatian makhluk dan selalu mencari Allah Ta'ala.
Ikhlas adalah seorang berniat mendekatkan diri kepada Allah dalam ibadahnya.
Ikhlas adalah samanya perbuatan seorang hamba antara yang nampak dan yang
tersembunyi.
Singkatnya, ikhlas adalah seseorang beribadah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah,
mengharapkan pahala-Nya, takut terhadap siksa-Nya dan ingin mencari ridha-Nya.

Dzun Nun al-Mishri rahimahullah berkata: "Tiga tanda keikhlasan adalah: (1) Seimbangnya
pujian dan celaan orang-orang terhadapnya, (2) Lupa melihat amal dalam beramal, (3) Dan
mengharapkan pahala amalnya di akhirat."

Ikhlas adalah asas keberhasilan dan keberuntungan di dunia dan akhirat. Ikhlas bagai amal
ibarat pondasi bagi sebuah bangunan dan ibarat ruh bagi sebuah jasad, di mana sebuah
bangunan tidak akan dapat berdiri kokoh tanpa pondasi, demikian juga jasad tidak akan
dapat hidup tanpa ruh.

Oleh karena itu, amal shalih yang kosong dari keikhlasan akan menjadikannya mati, tidak
bernilai serta tidak membuahkan apa-apa, atau dengan kata lain "wujuduha ka adaamiha"
(keberadaannya sama seperti ketidakadaannya).

Ikhlas juga merupakan syarat diterimanya amal di samping sesuai dengan sunnah. Dalam
hadits Qudsi dikatakan: "Aku sangat tidak butuh sekutu, siapa saja yang beramal
menyekutukan sesuatu dengan-Ku, maka Aku akan meninggalkan dia dan syiriknya." (HR
Muslim)

Buah yang dihasilkan dari keikhlasan sungguh banyak, seorang yang dalam mengucapkan
laa ilaaha illallah, maka Allah akan mengharamkan neraka baginya. Seorang yang mengikuti
ucapan muadzin dengan ikhlas, maka Allah akan memasukkannya ke surga. Seorang yang
menuntut ilmu agama dengan ikhlas maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.
Seorang yang ikhlas menjalankan puasa, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang
telah lalu. Bahkan perbuatan mubah akan menjadi berpahala dengan keikhlasan.

Rasulullah SAW bersabda: "Menafkahkah satu nafkah pun karena mengharapkan keridhaan
Allah, kecuali kamu akan diberikan pahala terhadapnya sampai dalam suapan yang kamu
masukkan ke dalam mulut istrimu." (HR Bukhari dan Muslim)

Perhatikanlah kisah tiga orang yang bermalam di sebuah gua, lalu jatuh sebuah batu besar
menutupi gua tersebut, sehingga mereka tidak bisa keluar. Masing-masing mereka berdoa
kepada Allah dengan menyebutkan amal shalih yang mereka kerjakan dengan ikhlas.
Akhirnya Allah menyingkirkan batu tersebut dari gua, hingga mereka semua bisa keluar. Ini
sebuah contoh buah dari keikhlasan.

Itulah mengapa kita harus beramal dengan ikhlas. Demikian yang bisa saya sampaikan
semoga ada manfaat yang bisa kita ambil untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai