Anda di halaman 1dari 4

Contoh Materi 1

Sesungguhnya, manusia, siapapun dia akan celaka jika tidak beramal dengan niat yang
tulus dan hati yang ikhlas. Karena ikhlas adalah syarat mutlak diterimanya sebuah amal.
Betapa banyak ayat dan hadits yang menjelaskan akan pentingnya niat yang benar dan
mencela orang yang salah niatnya. Allah SWT. berfirman

)23 :‫َوقَ ِد ْمنَا َإ ٰلى َما َع ِملُ ْوا ِم ْن َع َم ٍل فَ َج َع ْلنَاهُ هَبَآ ًء َّم ْنثُ ْورًا (الفرقان‬
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang beterbangan”. (QS. al-Furqan/25 : 23)

Para Imam terdahulu, seperti Imam Syafi’i, Ahmad bin Hambal, Ibnu Madini dan yang
lainnya telah bersepakat bahwa niat adalah sepertiga dari ilmu. Imam Baihaqi memberikan
suatu alasan tentang niat yang termasuk sepertiga dari ilmu itu karena perbuatan manusia,
senantiasa berhubungan dengan tiga unsur, yaitu:

1.    Hati

2.    Lisan

3.    Anggota badan

Diantara tiga hal tersebut, niat adalah satu yang terpenting. Bahkan terkadang niat
merupakan ibadah tersendiri dan ibadah yang lain mengikut padanya. Maka dapat
dikatakan bahwa niat seorang mukmin itu lebih baik dari amalnya.

Ikhlas sendiri secara lughawi atau bahasa bermakna murni, sedangkan dalam pengertian
syari’at, ikhlas berarti:
1.   Memurnikan tujuan hanya kepada Allah dalam setiap bentuk ketaatan;
2.   Amalan hati yang diperuntukkan hanya kepada Allah semata bukan untuk yang lain;
3.   Melepaskan diri dari pandangan manusia (makhluk) dan senantiasa memandang Allah
(khalik);
4.    Memurnikan maksud dan tujuan untuk taqarrub (memnekatkan diri) kepada Allah
SWT.
Adapun dalam al-Quran sendiri, Allah menjelaskan:

َ‫صاَل ة‬ ِ ِ‫َو َمآ اُ ِمر ُْوا إاَّل لِيَ ْعبُ ُدوا هللاَ ُم ْخل‬
َّ ‫صي َْن لَهُ ال ِّدي َْن ُحنَفَآ َء َويُقِ ْي ُم ْوا ال‬
َ ِ‫َويُْؤ تُ ْوا ال َّز َكاةَ َو ٰذل‬
‫ك ِدي ُْن ْالقَيِّ َم ِة‬
“Padahal, mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan (supaya)
mendirikan salat, dan menunaikan zakat. Yang demikian itulah agama yang lurus”. (QS.
al-Bayyinah: 5)
Dalam sebuah hadits dari Abi Hurairah RA., Nabi SAW bersabda :

‫الِ ُك ْم‬ww‫وبِ ُك ْم َوَأ ْع َم‬wْ wُ‫ ُر ِإ ٰلى قُل‬wُ‫ِإ َّن هللاَ اَل يَ ْنظُ ُر َإ ٰلى ص َُو ِر ُك ْم َوَأ ْم َوالِ ُك ْم َو ٰل ِك ْن يَ ْنظ‬
)‫(رواه مسلم‬
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk dan harta kalian, akan tetapi Allah akan
melihat hati dan amal kalian”. (QS. al-Bayyinah: 5)

Ikhlas adalah syarat diterimanya amal. Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu
amalan kecuali hanya iklas kepada-Nya, bukankah kita pun tidak bisa menerima sesuatu
jika memang sesuatu itu tidak ditujukan untuk kita?
Dan barangsiapa yang ikhlas niatnya dalam suatu kebenaran maka Allah akan
mencukupkan antara ia dan manusia. Dan barangsiapa yang memamerkan kebaikannya
karena riya’, maka Allah SWT. akan memamerkan keburukannya.
Demikianlah pentingnya niat yang benar dalam segala amal ibadah kita, dan bahayanya
amal jika tidak dilandasi keikhlasan karena Allah.

Sebagai renungan akhir bagi kita, Ibnu ‘Uyaynah berkata: “ apabila yang tersembunyi
sesuai dengan yang nampak, maka itu adalah keadilan, sedangkan apabila yang
tersembunyi itu lebih baik dari pada yang nampak, maka itu adalah keutamaan, dan
apabila yang nampak lebih baik dari pada yang tersembunyi, maka itu adalah
kedurhakaan”

ِ ‫لِ َما‬w‫لِ ِمي َْن َو ْال ُم ْس‬w‫َأقُ ْو ُل قَ ْولِ ْي ٰه َذا َأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َسآِئ ِر ْال ُم ْس‬
‫ت‬
ِ ‫فَا ْستَ ْغفِر ُْوهُ ِإنَّهٗ هُ َو ْال َغفُ ْو ُر الر‬
‫َّح ْي ُم‬
Wassalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarokatuh.
Contoh Materi 2

Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Pertama-tama dan yang paling utama, marilah kita panjatkan puji syukur kita kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala yang telah dan masih memberi kita banyak sekali nikmat sehingga
dengan nikmat-nikmat itu kita masih bisa melaksanakan perintahnya dengan baik.

Yang kedua, semoga sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang dengan perjuangan beliau dan para
sahabatnya kita bisa merasakan manisnya iman dan indahnya islam. Dan juga kepada
keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman kelak, amiin ya Rabbal
a’lamiin.

Hadirin yang dirahmati oleh Allah,

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya akan menyampaikan Kultum Singkat Tentang
Ikhlas. Ikhlas dalam arti yang sering kita pahami adalah, melakukan sesuatu tanpa
mengharap imbalan apa-apa. Pengertian ini sedikit banyak sudah benar, hanya saja kurang
tepat.

Dalam agama kita, ikhlas adalah melakukan sesuatu karena Allah Subhanahu wa ta’ala.
ikhlas sendiri mempunyai banyak sekali dimensi dalam kehidupan sehari-hari kita.
Contoh, ikhlas dalam bekerja, ikhlas dalam beramal, ikhlas dalam mengajar, ikhlas dalam
beribadah, dll.

Nah, contohnya apabila kita masukkan dalam konteks ibadah, maka ikhlas berarti
melakukan ibadah karena Allah SWT, bukan yang lain, bukan karena ingin dipuji, bukan
karena ingin terlihat soleh, tapi benar-benar semata-mata hanya karena Allah.

Allah berfirman dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 yang artinya: ” Tidaklah mereka
diperintahkan kecuali untuk mengikhlaskan agama untuk-Nya.”
Ayat diatas menerangkan pada kita tentang berlaku ikhlas dalam beragama. Agama
apabila tidak dilandasi dengan ikhlas dan kejujuran akan runyam dan seolah tak berbekas.
Orang sibuk memikirkan kepentingan diri sendiri tanpa sedikitpun menempatkan agama
dalam prioritas hidupnya.

Fenomena diatas banyak sekali terjadi disekitar kita, bahkan mungkin tanpa sadar kita
termasuk dalam arus masyarakat yang seperti itu, Naudzubillahimindzalik. Semoga kita
dihindarkan oleh Allah dari sifat seperti itu. Ikhlas dalam beragama menjadi sangat
penting untuk pupuk dalam diri karena dengannya semua urusan menjadi lebih terang dan
mudah untuk dijalankan.
Ikhlas juga menjadi penting untuk dipraktik kan karena setiap amalan yang kita lakukan
tidak sah di mata Allah apabila tidak tanpa nya. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim dalam kitab shahih muslim, diceritakan tentang suatu perkara yang akan
terjadi nanti pada hari akhir dihadapan Allah.

Saya kutip satu kisahnya, dikatakan nanti dihadapan Allah: Ada seorang hamba ditanya
oleh Allah “Apa yang telah kamu lakukan di dunia wahai hamba-Ku?” Ia menjawab,
“Saya berjuang dan berperang demi Engkau ya Allah, sehingga saya mati syahid.” Allah
berkata “Dusta kamu! Sebenarnya kamu berperang bukan karena-Ku, melainkan agar
disebut orang yang berani. Kini kamu telah menyandang gelar tersebut.” Kemudian Allah
memerintahkan agar dia dicampakkan dan dilempar ke neraka.

Kutipan hadist shahih diatas adalah contoh orang yang beribadah dengan tidak ikhlas dan
mengharap selain-Nya. Kisah ini menjadi tamparan keras bagi kita yang masih sering
beribadah atau melakukan sesuatu bukan karena-Nya. Semoga kita termasuk orang-orang
yang Allah lindungi dari hal-hal seperti itu

Hadirin yang dirahmati oleh Allah,


Dalam beramal juga ikhlas menjadi barometer  sebesar apa pahala yang kita dapat.
Semakin ikhlas seseorang dalam beramal semakin besar juga balasan yang diterima,
semakin murni karena Allah dia melakukan sesuatu, maka semakin bernilai amalan itu di
sisi Allah Subhanahu wa ta’ala.

Nah, setelah memahami urgensi berlaku ikhlas, maka hendaknya kita mulai memupuk dan
melatih diri kita untuk ikhlas dalam segala hal. Sehingga apa yang telah Rasulullah
siratkan dalam hadist nya tidak terjadi pada kita. Amiin

Saya kira cukup dulu Kultum Singkat Tentang Ikhlas ini, semoga apa yang telah saya
sampaikan bisa bermanfaat bagi anda semua.

wabillahi taufiq wal hidayah,

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ya diatas adalah contoh kultum yang bisa anda jadikan referensi dalam menyampaikan
kultum dihadapan jamaah, semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai