Anda di halaman 1dari 3

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Pertama-tama dan yang paling utama, marilah kita panjatkan puji syukur kita
kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah dan masih memberi kita banyak
sekali nikmat sehingga dengan nikmat-nikmat itu kita masih bisa melaksanakan
perintahnya dengan baik.

Yang kedua, semoga sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang dengan perjuangan beliau dan
para sahabatnya kita bisa merasakan manisnya iman dan indahnya islam. Dan juga
kepada keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman kelak, amiin ya
Rabbal a’lamiin.

Hadirin yang dirahmati oleh Allah,

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya akan menyampaikan Kultum Singkat
Tentang Ikhlas. Ikhlas dalam arti yang sering kita pahami adalah, melakukan
sesuatu tanpa mengharap imbalan apa-apa. Pengertian ini sedikit banyak sudah
benar, hanya saja kurang tepat.

Dalam agama kita, ikhlas adalah melakukan sesuatu karena Allah Subhanahu wa
ta’ala. ikhlas sendiri mempunyai banyak sekali dimensi dalam kehidupan sehari-
hari kita. Contoh, ikhlas dalam bekerja, ikhlas dalam beramal, ikhlas dalam
mengajar, ikhlas dalam beribadah, dll.

Nah, contohnya apabila kita masukkan dalam konteks ibadah, maka ikhlas berarti
melakukan ibadah karena Allah SWT, bukan yang lain, bukan karena ingin dipuji,
bukan karena ingin terlihat soleh, tapi benar-benar semata-mata hanya karena
Allah.

Allah berfirman dalam surat Al-Bayyinah ayat 5

Artinya : Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah, dengan ikhlas


menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama dan juga agar
melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus (benar). (Q.S. al-Bayyinah [98]: 5)

Ayat diatas menerangkan pada kita tentang berlaku ikhlas dalam beragama. Agama
apabila tidak dilandasi dengan ikhlas dan kejujuran akan runyam dan seolah tak
berbekas. Orang sibuk memikirkan kepentingan diri sendiri tanpa sedikitpun
menempatkan agama dalam prioritas hidupnya.

Fenomena diatas banyak sekali terjadi disekitar kita, bahkan mungkin tanpa sadar
kita termasuk dalam arus masyarakat yang seperti itu, Naudzubillahimindzalik.
Semoga kita dihindarkan oleh Allah dari sifat seperti itu. Ikhlas dalam beragama
menjadi sangat penting untuk pupuk dalam diri karena dengannya semua urusan
menjadi lebih terang dan mudah untuk dijalankan.
Dari keterangan ayat diatas menunjukkan bahwa betapa tingginya derajat sifat
ikhlas. Dengan ikhlas, semua orang dengan profesinya masing-masing telah
menjadi seorang sufi (orang yang bersih hatinya).

Jika ia adalah seorang pedagang maka akan menjadi pedagang yang baik dan jujur.
Jika ia adalah seorang petani maka akan menjadi petani yang baik. Jika ia adalah
seorang pejabat maka akan menjadi pejabat yang baik, dst.

Semua Manusia Akan Rusak Kecuali yang Memiliki Sifat Ikhlas

Imam Ghozali Rohimahullah berkata:

Semua manusia akan rusak, kecuali manusia yang berilmu. Semua manusia
berilmu akan rusak, kecuali yang mengamalkan ilmunya. Semua manusia berilmu
yang mengamalkan ilmunya akan rusak, kecuali yang ikhlas. Dan orang-orang
yang ikhlas pun masih dalam keadaan kekhawatiran yang besar.

Dari ungkapan diatas menunjukkan bahwa semua ilmu dan amal akan sia-sia jika
didalamnya tidak ada sifat ikhlas. Ilmu dan amal itu tidak dapat dibanggakan.
Bagaimana mau dibanggakan, sedangka yang ikhlas saja masih dalam keadaan
khawatir yang besar.

Definisi Ikhlas Menurut Imam Al Ghozali

Menurut Imam Al Ghozali, sifat ikhlas mempunyai prinsip, hakikat dan


kesempurnaa. Prinsip ikhlas yaitu niat, karena didalam niat itu sendiri ada sebuah
keikhlasan.

Sedangkan hakikat ikhlas yaitu kemurnian suatu niat dari kotoran-kotoran yang
mencampurinya. Dan kesempurnaan ikhlas adalah sebuah kejujuran.

Itulah definisi atau pembagian ikhlas secara singkat oleh Imam Al Ghozali

Ikhlas juga menjadi penting untuk dipraktik kan karena setiap amalan yang kita
lakukan tidak sah di mata Allah apabila tidak tanpa nya. Dalam hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahih muslim, diceritakan tentang
suatu perkara yang akan terjadi nanti pada hari akhir dihadapan Allah.

Saya kutip satu kisahnya, dikatakan nanti dihadapan Allah: Ada seorang hamba
ditanya oleh Allah “Apa yang telah kamu lakukan di dunia wahai hamba-Ku?” Ia
menjawab, “Saya berjuang dan berperang demi Engkau ya Allah, sehingga saya
mati syahid.” Allah berkata “Dusta kamu! Sebenarnya kamu berperang bukan
karena-Ku, melainkan agar disebut orang yang berani. Kini kamu telah
menyandang gelar tersebut.” Kemudian Allah memerintahkan agar dia
dicampakkan dan dilempar ke neraka.

Kutipan hadist shahih diatas adalah contoh orang yang beribadah dengan tidak
ikhlas dan mengharap selain-Nya. Kisah ini menjadi tamparan keras bagi kita yang
masih sering beribadah atau melakukan sesuatu bukan karena-Nya. Semoga kita
termasuk orang-orang yang Allah lindungi dari hal-hal seperti itu

Hadirin yang dirahmati oleh Allah,


Dalam beramal juga ikhlas menjadi barometer sebesar apa pahala yang kita dapat.
Semakin ikhlas seseorang dalam beramal semakin besar juga balasan yang
diterima, semakin murni karena Allah dia melakukan sesuatu, maka semakin
bernilai amalan itu di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala.

Nah, setelah memahami pentingnya berlaku ikhlas, maka hendaknya kita mulai
memupuk dan melatih diri kita untuk ikhlas dalam segala hal. Sehingga apa yang
telah Rasulullah siratkan dalam hadist nya tidak terjadi pada kita. Amiin

Saya kira cukup dulu Kultum Duha Tentang Ikhlas ini, semoga apa yang telah saya
sampaikan bisa bermanfaat bagi anda semua.

wabillahi taufiq wal hidayah,

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai