BAB I
PEMBAHASAN
َّللاُ إِلَيْك
سنَ هَ ْوََ أَحْ سِن َك َما أَح
Artinya : dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu.(QS-Al-Qashash:77).
Ihsan memiliki satu rukun yaitu engkau beribadah kepada Allah Azza wa Jalla
seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya
Dia melihatmu. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari ‘Umar bin al-
Khaththab Radhiyallahu anhu dalam kisah jawaban Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
kepada Jibril Alaihissallam ketika ia bertanya tentang ihsan, maka Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam menjawab:
َ أَ ْنَت ْعبُدَهللاَكأنَّكَتراهَُفإِ ْنَل ْمَت ُك ْنَتراهَُفَإ ِنَّهَُير.
اك
“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka bila engkau
tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”
Maksudnya, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan ihsan dengan
memperbaiki lahir dan batin, serta menghadirkan kedekatan Allah Azza wa Jalla, yaitu
bahwasanya seakan-akan Allah berada di hadapannya dan ia melihat-Nya, dan hal itu
akan mengandung konsekuensi rasa takut, cemas, juga pengagungan kepada Allah
Azza wa Jalla, serta mengikhlaskan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla dengan
memperbaikinya dan mencurahkan segenap kemampuan untuk melengkapi dan
menyempurnakannya.
1.2 TIGA ASPEK POKOK DALAM IHSAN
Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah,
muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok bahasan dalam ihsan.
1. IBADAH
Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis
ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu
menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan
mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan
ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat
(menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa
memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya.
Minimal seorang hamba merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya, karena
dengan inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan
sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan. Inilah
maksud dari perkataan Rasulullah saw yang berbunyi,
“Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika
engkau tak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah
luas. Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak kalah pentingnya
adalah juga jenis ibadah lainnya seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik
anak, menyenangkan isteri, meniatkan setiap yangmubah untuk mendapat ridha
Allah, dan masih banyak lagi. Oleh karena itulah, Rasulullah saw. menghendaki
umatnya senantiasa dalam keadaan seperti itu, yaitu senantiasa sadar jika ia ingin
mewujudkan ihsan dalam ibadahnya.
2. MUAMALAH
Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah swt. pada surah An-Nisaa’ ayat
36, yang berbunyi sebagai berikut, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.”
Kita sebelumnya telah membahas bahwa ihsan adalah beribadah kepada Allah
dengan sikap seakan-akan kita melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya,
maka Allah melihat kita. Kini, kita akan membahas ihsan dari muamalah dan siapa
saja yang masuk dalam bahasannya. Berikut ini adalah mereka yang berhak
mendapatkan ihsan tersebut:
a. ihsan kepada kedua orang tua
b. ihsan kepada karib kerabat
c. ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin
d. ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat
e. ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya
f. ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia
g. ihsan dalam hal muamalah
h. ihsan dengan berlaku baik kepada binatang.
3. AKHLAK
Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah.
Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan
ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadits yang telah
dikemukakan di awal tulisan ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya,
dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat
kita. Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah
puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi akhlak atau
perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan
terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.
Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang —yang diperoleh dari
hasil maksimal ibadahnya– maka kita akan menemukannya dalam muamalah
kehidupannya. Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya,
pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini
semua, maka Rasulullah saw. mengatakan dalam sebuah hadits, “Aku diutus
hanyalah demi menyempurnakan akhlak yang mulia.”
1.3 PERBUATAN-PERBUATAN YANG MERUSAK IHSAN
Berikut ini adalah sikap dan perbuatan yang dapat merusak ihsan dalam diri, antara
lain :
1) Sikap dan perbuatan Sombong. Dalam sebuah hadits diterangkan : sombong adalah
menolak kebenaran dan suka meremehkan orang lain. (HR. Muslim)
2) Sikap Serakah dan Egois. Mengenai serakah dan egois Nabi Muhammad saw,
bersabda : seandainya seorang anak Adam sudah mempunyai dua lembah harta,
maka ia akan mencari lembah yang ketiganya. Dan tidak akan merasa puas
perutnya, melainkan dengan dimasukkan ke dalam tanah. (HR. Bukhari dan
Muslim)
3) Sikap Iri Dengki. Nabi saw. bersabda : Sesungguhnya dengki itu akan memakan
habis kebaikan, seperti api yang melalap habis kayu bakar. (HR. At-Tirmidzi).
Sikap iri Dengki akan menjadi penghambat dalam kesuksesan, menyia-nyiakan
energy, menghilangnya kesempatan untuk kerja sama dan akan menghilangkan
kesempatan belajar.
Firman Allah swt.:
ۡ اَم ۡن ُه ۡمَز ۡهرة
َرَوأ ۡبق ٰىٞ َٱلحي ٰو ِةَٱلد ُّۡنياَ ِلن ۡف ِتن ُه ۡمَ ِفي ِۚ ِهَو ِر ۡز ُقَر ِبكَخ ۡي ِ وَلَت ُمد ََّّنَع ۡين ۡيكَ ِإل ٰىَماَمتَّعۡ ناَ ِب ِ ٓۦهَأ ۡز ٰو ٗج
Artinya : Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami
berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia
untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik
dan lebih kekal. (QS. Thaha [20]: 131).
Ghibah atau menggunjing
Sikap berburuk Sangka
Sikap Dendam
Sikap Kikir atau pelit.