Alhamdulillah. Puji dan syukur hanya kepada Allah Swt. Beruntunglah orang
yang senantiasa mendapat petunjuk Allah, semoga kita termasuk orang-orang
yang mendapat petunjuk. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
baginda nabi Muhammad Saw.
Sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati, yang hakikatnya adalah
iman. Hati (iman) yang baik/lurus akan membuat baik seluruhnya namun
apabila hati (iman) rusak/sakit/sesat maka akan rusak seluruhnya.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
” َأال وِإَّن ِفي الَج َسِد ُمْض َغ ًة ِإَذ ا َص َلَح ْت َص َلَح الَج َس ُد ُك ُّل ُه وإَذ ا َف َس َدت َف َس َد الَج َس ُد
.“ رواه البخاري ومسلم. ُك ُّلُه َأال َو هَي الَقْلُب
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging,
jika segumpal daging itu baik, maka akan baik seluruh tubuh manusia,
dan jika segumpal daging itu buruk, maka akan buruk seluruh tubuh
manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati
manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Meskipun anaknya dia lima atau sepuluh, kita sebagai anak tetap wajib.
Mestinya kita berlomba-lomba. Umpamanya ada orang tua kita yang punya anak
lima atau sepuluh, jangan kita katakan: “Gantian kita berbuat baik,” tidak
demikian, mestinya kita berfikir: “Saya punya orang tua, saya ingin berbuat baik
terus sampai akhir hayat saya.” Meskipun ada saudara kita yang lain, bagaimana
kita berlomba apa yang bisa kita lakukan untuk orang tua kita yang terbaik
sampai dia menjelang meninggal dunia, apa yang bisa kita lakukan sampai dia
wafat. Mestinya begitu.
Kadang-kadang tidak demikian. Ketika dia memiliki saudara lima misalnya, dia
menganggap bahwa yang lain dulu yang berbuat baik. Bahkan ada yang berfikir:
“Dulu saya, rumah sakit saya yang bayar, sekarang giliran yang lain.” Kita tidak
boleh seperti itu kepada orang tua, tidak boleh hitungan kepada orang tua. Apa
yang bisa kita lakukan buat orang tua, kita berbuat baik kepada orang tua.
Berlomba-lomba untuk berbuat baik. Sebab banyak anak-anak yang tidak
berbuat baik kepada orang tuanya dan mengandalkan saudaranya yang lain.
Kita seharusnya berlomba-lomba, kita ingin mencari pahala akhirat atau tidak?
Kesempatan kita, orang tua adalah jalan kita menuju surga. Kapan lagi kita
berbuat baik? Kalau sudah ngaji, antum harus bertakwa kepada Allah tentang
orang tua. Apa yang bisa kita lakukan dari perbuatan baik, lakukan, jangan
ditunda!
Antum bisa lihat nanti ayatnya dalam surat Al-Isra[17]: 23-24 tentang berbuat
baik kepada orang tua, tidak boleh berkata “Ah”, tidak boleh berkata “Uff”, tidak
boleh menengking, tidak boleh menghardik.
Jadi, berlomba-lomba. Antum ingat, untuk berbuat baik kepada orang tua jangan
itungan, apa yang bisa kita lakukan, maka lakukan. Meskipun uang kita habis
jutaan atau milyaran untuk berbuat baik kepada orang tua kita, tidak ada
masalah, Allah akan ganti yang lebih baik. Jangankan kita, antum lihat orang-
orang kafir saja yang berbuat baik kepada orang tua, luar biasa dikasih
kehidupannya oleh Allah. Ini padahal orang kafir, apalagi orang Islam yang taat
kepada Allah dan berbuat baik kepada orang tua. Sebab Allah kaitkan:
َو َق َض ٰى َر ُّب َك َأاَّل َت ْع ُبُد وا ِإاَّل ِإَّياُه َو ِباْلَو اِلَد ْي ِن ِإْح َس اًن ا
“Allah mewajibkan tidak boleh kalian beribadah melainkan hanya kepada Allah
dan berbuat baik kepada orang tua.” (QS. Al-Isra[17]: 23)
…َو اْع ُبُد وا الَّلـَه َو اَل ُتْش ِر ُك وا ِبِه َش ْي ًئ اۖ َو ِباْلَو اِلَد ْي ِن ِإْح َس اًن ا
“Beribadahlah kepada Allah, jangan berbuat syirik, dan berbuat baiklah kepada
orang tua…” (QS. An-Nisa[4]: 36)
Jadi, pada orang tua, ini adalah kesempatan. Selama kita masih ada umur,
lakukan terus. Kalau bisa kunjungan ke orang tua setiap hari, maka lakukan tiap
hari. Jika tidak bisa setiap hari, lakukan tiap pekan. Jika tidak bisa setiap pekan,
lakukan tiap bulan kalau jauh di luar kota. Artinya ini harus terus berbuat baik
dengan apa yang bisa kita lakukan.
Jangan datang ke orang tua menyusahkan mereka. Ada anak yang sudah dari
kecil dia dibiayai hidupnya sampai dewasa sampai nikah, setelah itu dia datang
ke orang tua menyusahkan. Jangan demikian. Apa yang kita bisa bawa untuk
orang tua kita, apa yang menggirangkan dia, menyenangkan dia. Umpamanya
kita mampu dan dia minta umroh, maka berangkatkan umroh. Kita ada uang dan
dia minta haji, berangkatkan haji. Ini tidak ada masalah dan Allah akan ganti
yang lebih baik.
aum Muslimin Rahimakumullah;
Alhamdulillah, kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT bahwa dengan
hidayah-Nya kita menjadi muslim. Penganut agama Islam dan pengikut Nabi
Muhammad SAW. Sebagai muslim yang baik, kita harus berperilaku dan
berprihidup secara Islami, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai
makhluk sosial, baik dalam hidup perorangan maupun dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Salah satu ciri seorang muslim yang baik ialah hidup bersih dan memelihara
kebersihan. Agama Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan, bahkan
bersih atau suci dijadikan sebagai syarat sahnya ibadah. Misalnya wudhu
merupakan syarat sahnya ibadah shalat, malahan wudhu itu sendiri termasuk
ibadah. Begitu pentingnya kebersihan, sehingga bersuci atau
membersihkan/melakukan kebersihan merupakan salah satu ajaran pokok dalam
agama Islam. Di dalam kitab-kitab fiqih masalah bersuci atau kebersihan
termasuk Bab Thaharah.
… ِإَّن َهَّللا ُيِحُّب الَّت َّو اِبيَن َو ُيِحُّب اْلُم َت َط ِّه ِر يَن
Ajaran kebersihan dalam agama Islam berpangkal tolak dari pada iman kepada
Allah, Tuhan Yang Maha Suci. Oleh karena itu setiap mu’min harus berupaya
menjadikan dirinya suci/bersih supaya berpeluang mendekat dan akrab kepada
Allah Tuhan Yang Maha Suci itu. Hal ini dapat dipahami dari beberapa hadits
sebagai berikut:
) َالَّط ُهْو ُر َش ْط ُر ْاِإلْي َم اِن (رواه أحمد ومسلم والترمذى:َع ْن َأِبْي َم اِلٍك ْاَالْش َع ِر ى
“Dari Abi Malik: Kebersihan itu adalah sebagian dari iman“. (Hadits riwayat
Ahmad, Muslim dan Tirmidzi).
َأْف َض ُلَه ا َقْو ُل َال ِاَلَه ِإَّال ُهللا َو َاْد َن اَه ا ِإَم اَطُة ْاَألَذ ى َع ِن الَّط ِر ْي ِق (رواه. ْاِإلْي َم اُن ِبْض ٌع َو ِس ُّت ْو َن ُشْع َب ًة: َع ْن َأِبى ُه َر ْي َر َة َق اَل
)مسلم وأبو داود والنسائى وابن ماجه
“Dari Abi Huraifah: Iman itu terdiri dari 69 cabang. Seutamautamanya iman
adalah ucapan “laailaaha illallah”, dan serendah-rendahnya iman adalah
membuang kotoran dari jalan raya”. (Hadits riwayat Muslim, Abu Daud, Nasa’i
dan Ibnu Majah).
Allah SWT yang kita imani dan kita sembah bersifat Maha Bersih dan mencintai
kebersihan. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya:
ِإَّن َهللا َط ِّيٌب ُيِحُّب الَّط ِّي َب َ َن ِظ ْيٌف ُيِحُّب الَّن َظ اَف َة َك ْر ْي ٌم ُيِحُّب اْلَك َر َم َج َّو اٌد ُيِحُّب اْلُجْو َد َفَتَن َّظ ُفْو ا َاْف ِنَي َت ُك ْم: َع ْن َس ْع ٍد َقاَل
)(رواه الترمذى
“Dari Sa’id: Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Baik yang menyintai kebaikan,
Maha Bersih yang menyintai kebersihan, Maha Mulia yang menyintai kemuliaan,
Maha Pemurah yang menyintai kemurahan. 0leh karena itu bersihkanlah
halaman dan pekarangan rumahmu “. (Hadits riwayat Tirmidzi).
Sifat-sifat Allah tersebut harus menjadi motivasi yang mendorong, menjiwai dan
menyemangati perilaku dan perbuatan kita dalam kehidupan sehari-hari
sehingga kita menjadi orang yang baik, bersih dan mulia. Dengan demikian
maka kita akan dicintai dan diridhai oleh Allah SWT.
Ajaran kebersihan dalam Islam harus dijadikan pola hidup praktis, agar kita hidup
bersih sepanjang masa. Ajaran Islam memberikan perhatian yang sangat besar
terhadap kebersihan di berbagai aspek kehidupan. Di antaranya ialah:
… َّلَم ْس ِج ٌد ُأِّس َس َع َلى الَّتْق َو ٰى ِمْن َأَّو ِل َي ْو ٍم َأَح ُّق َأن َت ُقوَم ِفيِهۚ ِفيِه ِر َج اٌل ُيِحُّبوَن َأن َي َت َط َّهُروۚا َو ُهَّللا ُيِحُّب اْلُم َّط ِّه ِر يَن
“…sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak
hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya
ada orangorang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang
yang bersih”. (At-Taubah [9]: 108).
)َأْص ِلُحْو ا ِر َح اَلُك ْم َو ِثَي اَب ُك ْم َح َّت ى َت ُك ْو ُنْو ا ِفي الَّن اِس َش اَّم ًة (رواه الحاكم
َي ا َأُّي َه ا اْلُم َّد ِّث ُر ُقْم َف َأنِذْر َو َر َّب َك َفَك ِّبْر َو ِثَي اَبَك َف َط ِّهْر َو الُّر ْج َز َفاْه ُجْر
“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan
Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa
tinggalkanlah”. (Al Muddatsir [74]: 1-5)
Nabi Bersabda:
) ِإَّن َهللا َج ِم ْيٌل ُيِحُّب اْلَج َم اَل (رواه مسلم الترمذى: َع ْن َس ْع ٍد َقاَل
َي ا َأُّي َه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا ُك ُلوا ِمن َط ِّيَباِت َم ا َر َز ْق َن اُك ْم َو اْشُك ُروا ِهَّلِل ِإن ُك نُتْم ِإَّياُه َت ْع ُبُد وَن
“ Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang
Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar
kepada-Nya kamu menyembah”. (Al Baqarah [2]: 172)
)َو َم ا الَّالِع َن اِن َي ا َر ُسْو َل ِهللا ؟ َق اَل اَّلِذى َي َتَخ َّلى ِفى ُط ُر ِق الَّن اِس (رواه أحمد ومسلم وابو داود: َع ْن َأِبي ُه َر ْي َر ْي َة َق اَل
“Dari Abi Hurairah: Takutlah akan dua hal yang mendatangkan laknat. Para
sahabat bertanya:”Apakah dua hal yang mendatangkan laknat itu wahai
Rasulullah? Bersabda Nabi: “Ialah buang hajat/kotoran di jalan tempat lewat
manusia atau di tempat manusia berteduh”. (Hadits riwayat Ahmad Muslim dan
Abu Daud).
) َال َض َر َر َو َال ِض َر اَر (رواه أحمد وابن ماجه: َع ِن اْب ِن َع َّباٍس َقاَل
…َأْس ِك ُنوُهَّن ِمْن َح ْي ُث َس َك نُتم ِّمن ُو ْج ِد ُك ْم َو اَل ُتَض اُّر وُهَّن ِلُتَض ِّي ُقوا َع َلْي ِه َّن
ُخ ْذ ِمْن َأْم َو اِلِه ْم َص َد َق ًة ُتَط ِّهُرُه ْم َو ُتَز ِّك يِه م ِبَه ا َو َص ِّل َع َلْي ِه ْم ۖ ِإَّن َص اَل َت َك َس َك ٌن َّلُهْۗم َو ُهَّللا َسِم يٌع َع ِليٌم
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka,
sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “. (At Taubah [9]: 103).
َو ُقِل اْع َم ُلوا َفَس َيَر ى ُهَّللا َع َم َلُك ْم َو َر ُسوُلُه َو اْلُمْؤ ِم ُنوَن ۖ َو َس ُتَر ُّد وَن ِإَلٰى َع اِلِم اْلَغ ْيِب َو الَّش َه اَد ِة َف ُيَن ِّب ُئُك م ِبَم ا ُك نُتْم َت ْع َم ُلوَن
“Dan katakanlah, bekerjalah kamu semua maka Allah akan melihat hasil-hasil
amalmu, dan Rasul-Nya serta orang-orang berimanpun akan melihat
pekerjaannmu itu. Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha
Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Maka akan diberitahukan kepadamu
(seberapa nilai )apa yang kamu kerjakan”. (At Taubah [9]: 105).