Anda di halaman 1dari 5

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Agama islam adalah obor yang menerangi setiap hati umat Islam. Dengan Islam, seseorang akan
menemukan padang kehidupan yang terang benderang. Ia akan merasa aman, tentram, terhindar
dari rasa was-was, stress dan tekanan hidup yang berlebihan. Hal ini tidak lain karena Islam
mengatur segala tatan hiduo manusia. Islam mengantarkannya menjadi makhluk yang paling
mulia di muka bumi dengan bekal akal yang sehat dan nafsu yang terkendali.
Islam menyuruh setiap pemeluknya menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya, sebagai bentuk komitmen terhadap keimanan yang ia ikrarkan dengan mengucap
kalimat syahadat. 

Artinya: “Padahal mereka tidak dirusuh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al Bayyinah: 5)

Dari ayat di atas, jelaslah bahwa kita diperintahkan untuk beribadah kepada Allah dan
mengerjakan perinta-perinta-Nya seperti shalat, zakat, dan lain-lain hanya karena Allah. Orang
yang beriman bukan hanya dituntut untuk mengerjakan amal shaleh semata seperti shalat, puasa,
berdoa dan lain-lain, tanpa memperhatikan masyarakat sekitarnya. Dengan kata lain selain
seseorang dituntut untuk mengerjakan ibadah kepada Allah, ia juga harus memperhatikan apakah
orang lain juga melakukan yang sama, apakah kemungkaran terjadi di sekitar rumah tinggalnya.

Inilah konsep amar ma’ruf nahi munkar, yakni seseorang selain dituntun untuk melakukan
ibadah pribadi kepada Allah, ia juga harus memerintahkan orang berbuat kebaikan dan
melarangnya berbuat kemungkaran. Mengenai perintah amar ma’ruf nahi munkar, Allah
berfirman

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang
beruntung." (QS. Ali Imran: 104)
Hadirin yang berbahadia, 
Amar ma’ruf nahi mungkar wajib kita jalankan. Dalam menjalankannya harus ada
keseimbangan, yakni selain kita menyuruh seseorang berbuat baik, kita juga harus melarangnya
berbuat buruk. Jangan sampai kita lakukan salah satu dan meninggalkan yang lainnya. Misalnya
kita menyuruh orang lain shalat, maka kita harus melarangnya berjudi, berkata bohong, mencuri
dan lain-lainnya.
Ibarat pesawat terbang, kedua baling-balingnya harus aktif bekerja dengan baik. Bila salah satu
baling-balingnya tidak bekerja dengan baik, maka pesawat itu akan jatuh. Oleh karena antara
baling amar ma’ruf dan baling nahi mungkar harus berjalan dengan baik, maka keimanan dan
keislaman seseorang akan terjaga dengan baik.

Allah menjelaskannya dalam Al Quran bahwa amar ma’ruf nahi mungkar Allah mutlat untuk
dijalankan. Bila seseorang di sekitar kita berbuat kemungkaran atau tidak mau berbauat kebaikan
sedangkan kita mengetahui, maka kita wajib memberitahunya. Karena bila tidak, kita akan
terima akibatnya, kita akan ikut terkena murka atau azat dari Allah SWT meskipun kita sendiri
rajin beribadah. Mengenai hal ini, Allah berfirman:

Artinya: “Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang
yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (QS. Al
Anfal: 25)

Dari ayat tersebut jelas bagi kita bahwa siksa Allah bukan khusus bagi orang yang durhaka
kepada Allah, para ahli maksiat dan penggila dosa. Kita juga akan terkena azab Allah bila kita
diamkan saja dan tidak mau beramar makruf nahi mungkar, padahal kita mengetahuinya.

Namun sebaliknya Allah akan memberikan apresiasi yang besar terhadap orang yang mengajak
kepada suatu kebaikan. Bahwa baginya pahala sebagaimana pahala orang yang diajak berbuat
kebaikan. Berkaitan Nabi SAW pernah bersabda

Artinya: “Siapa yang mengajak seseorang kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti
pahala orang yang melakukannya. (HR. Muslim).”
Saudara-saudara sekalian yang berbahagia,
Dikisahkan bahwa ada seorang ahli ibadah dari ummat Nabi Musa AS. Ia sangat taat kepada
Allah, selalu dzikir dan doa kepada Allah, menjalankan shalat setiap saat, puasa sepanjang hari
dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan dan keburukan. Suatu saat ia berkata kepada Nabi
Musa AS: “hai Nabi Musa, tolong tanyakan kepada Allah apakah saya akan masuk surge setelah
sekian lama aku beribadah menyembah-Nya?” Maka Nabi Musa menanyakannya kepada Allah.
Maka Allah berfirman: “Hai Musa katakan kepada orang itu bahwa ia akan masuk neraka,
karena tidak peduli dengan kemaksiatan yang dilakukan kaumnya.” Mendengat kabar dari Nabi
Musa tersebut, menangislah ahli ibadah tersebut dan menyadari kesalahannya seraya memohon
ampun kepada Allah. Suatu saat Bani Israil mengalami kekeringan yang berkepanjangan. Maka
Ahli Ibadah tersebut menggeggam pasir dan berkata: “Sekiranya ini adalah beras, maka akan aku
kenyangkan Bani Israil dengan beras ini.” Karena ucapa ahli ibadah ini Allah berfirman kepada
Nabi Musa AS bahwa orang tersebut akan masuk surga.

Hadirin sekalian yang berbahagia.

Bagaimana kita beramar makruf nahi mungkar?


Allah dan Rasul-Nya memberikan tuntunan kita sebagaimana yang di perintahkan Allah melalui
firmannya

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan perkataan yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. An Nahl: 125)

Dari ayat tersebut dapat kita ambil beberapa poin penting dalam berdakwah yakni dalam
menyeru kepada kebaikan atau mencegah kemungkaran sebagai berikut:
1. Dakwah harus dilakukan dengan hikmah
Maksud hikmah pada ayat ini sebagaimana perkataan atau tafsir adalah dengan apa yang
diturunkan oleh Allah kepada Rasun-Nya, yaitu Al Quran dan As-Sunnah. Menyeru dengan
hikmah adalah menyeru kepada kebaikan sesuai dengan apa yang diatur oleh Al Quran dan As
Sunah atau Al Hadits. Misalnya kita menyeru seseorang untuk melaksanakan shalat, maka kita
seru dan ajarkan tata cara shalat sesuai yang disyariatkan oleh Al Quran dan As Sunah tersebut. 
2. Dakwah harus disampaikan dengan mauizhoh hasanah
Mauizhah hasanah adalah perkataan yang baik, yakni bahasa yang bagus yang dapat diterima
oleh orang yang kita seu. Pemakaian bahasa yang baik dalam berda’wah sangat menentukan
berhasil atau tidak da’wah kita. Dengan bahasa yang baik, lemah lembut, dan teratur seseorang
tidak akan merasa digurui dan tersinggung dan insya Allah akan mengikuti seruan kita. Sejalan
dengan ini Allah pernah berfirman kepada Nabi Musa AS.

Artinya: “maka berbicalah kamu berdua (hai Musa dan Harun) kepadanya (Firaun) dengan
akta-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha: 44) 

3. Bila ada seseorang yang menyanggah atau mendebat kita, maka sanggahlah dengan cara
yang baik pula.
Ini adalah etika diskusi yang baik, menggunakan bahasa yang santun, menyampaikan
argumentasi yang logis dan alasan serta dalil yang haq dari Al Quran dan As Sunah. Rasulullah
bila disanggah oleh seseorang, maka beliau tidak lantas marah dan berkeras bahwa belia yang
benar. Beliau akan menyanggahnya dengan santun, baik dan sopan. Bila ia mengemukakan
jawaban atas sanggahan tersebut, beliau akan sampaikan saat itu juga. Namun bila tidak, Beliau
akan menunggu petunjuk dan wahyu dari Allah SWT.

Berkaitan dengan hal itu, Allah berfirman:


Artinya: ”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berawakal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159) 
4. Yang keempat adalah sesuai dengan ayat di atas, berdoa dan bertawakal kepada Allah, mudah-
mudahan DIa berkenan memberikan petunjuk kepada orang yang kita dakwahi. Karena Allah
yang member petunjuk kepadanya. Tugas kita hanya menyampaikan kebenaran Firman-Nya.

Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan. Marilah kita beramar makruf nahi mungkar. Kita
maksimalkan diri kita dalam beramar makruf nahi mungkar tanpa takut celaka atau didzalimi. Ini
adalah bagian jihad kita menegakkan agama ALlah. Siapa yang gugur dalam membela agama
Allah, maka ia mati syahid, dan siapa yang mati syahid, maka Allah akan jamin baginya masuk
ke dalam surga-Nya. Lebih kurangnya kami mohon maaf, semoga Allah berkenan menolong kita
dalam berdakwah.

Anda mungkin juga menyukai