Anda di halaman 1dari 5

1.

Tunjukkan bagaimana prinsip-prinsip kebebasan manusia dalam Islam beserta ayat Al-Quran
yang mendukungnya?
Islam adalah agama yang secara inheren menegaskan mengenai prinsip kebebasan manusia
yang di bawa sejak lahir.
Pembahasan terhadap berbagai masalah di atas bertitik tolak dari beberapa ayat Al-Qur`an,
antara lain:
• Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu siapa yang ingkar kepada
Thâgūt dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia berpegang kepada buhul
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha endengar lagi Maha
Mengetahui. (Q.S. 2 :256).
• Maka berikanlah peringatan, karena sesungguhnya kamu adalah orang yang memberi
peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka). (Q.S. 88:21-22).
• Dan jikalau Tuhan-mu menghendaki tentulah semua orang yang ada di muka bumi
beriman seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka
menjadi orang-orang yang beriman semuanya. (Q.S 10:99).
• Katakanlah: Hai Ahli Kitâb marilah (berpegang) pada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak
sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun
dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai
tuhan selain dari pada Allah, jika mereka berpaling, maka
katakanlah kepada mereka, saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang
yang menyerahkan diri (kepada Allah). (Q.S. 3:64).
• Katakanlah: Siapakah yang memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan dari
bumi. Katakanlah: Allah, dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-
orang musyrik) pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.
(Q.S. 34:24).
• Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.(Q.S. 60:8).
• Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli kitab melainkan dengan cara yangpaling
baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka dan katakanlah: Kami
beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan
kepadamu. Tuhan kami dan Tuhan-mu adalah satu dan kami
hanya kepadanya diri. (Q.S. 29:46).

2. Berikan penjelasan tentang peran dan fungsi ilmu terhadap iman dan amal seseorang,
disertai dengan menyebutkan ayat Al-Quran tentang larangan orang yang taklid buta tanpa
penalaran dan pemahaman yang benar tentang keyakinannya hanya ikut-ikutan saja!

Agama ini tidak memperkenankan seorang untuk bertaklid pada suatu pendapat tanpa
memperhatikan dalilnya. Hal ini dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut:

Pertama: Allah ta’alla memerintahkan para hamba-Nya untuk memikirkan (bertafakkur) dan
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬
merenungi (bertadabbur) ayat-ayat-Nya. Allah ta’alla berfirman, ‫ت‬ ِ ‫ِإ َّن فِى خ َْل‬
َّ ‫ق ٱل‬
ِ َ‫ت ِْل ُ ۟و ِلى ْٱْل َ ْل َٰب‬
‫ب‬ ٍ َ‫ار َل َءا َٰي‬ ِ َ‫ٱختِ َٰل‬
ِ ‫ف ٱلَّ ْي ِل َوٱلنَّ َه‬ ِ ‫َو ْٱْل َ ْر‬
ْ ‫ض َو‬
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.” (QS. Ali Imran: 190-191).

Penjelasan:
Iman tanpa amal itu hampa, sedangkan amal tanpa iman itu percuma. Ada saja Muslim yang
hanya mengaku beriman, tapi lalai menger jakan amal saleh. Padahal, jika memang benar-
benar beriman, seharusnya melaksanakan ibadah dan amal kebaikan lainnya secara
berkelanjutan.
Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, yang tidak akan memberatkan.
Namun, bukan berarti penganutnya dapat menggampangkan urusan agama dengan alasan
yang dibuat-buat sendiri.
Dalam buku berjudul Kesepaduan Iman dan Amal Saleh, Abdul Malik Karim Amrullah atau
Buya Hamka menegaskan bahwa pertanda kosongnya jiwa serta binasa nya hati. Yaitu, ketika
seorang Muslim sekadar mengaku beriman, tapi enggan mengerjakan amal saleh secara
berkelanjutan.
Hal itu sesuai dengan kondisi sekarang. Keimanan hanya dijadikan 'topeng' untuk meraih
keuntungan tertentu, seperti halnya dalam politik. Namun, untuk mengerjakan amal saleh
mereka lalai.
Padahal, iman dan amal saleh merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena,
apabila salah satunya hilang, kesungguhan menjalankan Islam menjadi tidak sempurna. Iman
tanpa amal itu hampa, sedangkan amal tanpa iman itu percuma.
Hal ini terlihat dari sabda Nabi SAW: Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan
tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman. (HR ath-Thabrani). Dalam karyanya ini,
Buya Hamka menjelaskan tentang bagaimana seharusnya menempatkan porsi iman dan amal
saleh secara tepat sesuai tuntunan syariat.
Bukti kita percaya kepada-Nya ten tu kita ikuti perintah-Nya. Kita mengikuti perintah-Nya
adalah karena kita percaya, kata Buya Hamka. Pada zaman modern ini, sebagian masyarakat
mungkin masih banyak yang beranggapan bahwa shalat tidak harus berupa ritual ibadah.
Perempuan tidak harus menutup aurat, yang penting adalah menjaga hati, dan lain
sebagainya. Anggapan semacam itu sangat bertolak belakang dengan ajaran agama Islam.
Karena, Rasulullah sangat tekun melaksanakan ibadah dan amal saleh.
Saat mengerjakan shalat, kaki Rasulullah bahkan sampai bengkak. Uangnya pun tak pernah
tersimpan lama di rumahnya karena langsung disedekahkan. Allah menjadikan manusia
sebagai makhluk teristimewa.
Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi sehingga malaikat dan iblis pun disuruh
sujud padanya. Sementara, manusianya sendiri justru banyak yang mengabaikan perintah-
Nya.
Melihat fenomena semacam itu, Buya Hamka pun tergugah un tuk menyusun tulisan-
tulisannya berke naan dengan keimanan yang lekat dengan amal saleh. Jika me ngaku Islam,
menurut Hamka, umat sudah selayaknya menger jakan ibadah dan amal saleh lainnya.
Namun, sebaliknya amal saleh tanpa iman juga tidak dibenarkan dalam agama. Banyak orang
yang kelihatan berbuat baik, padahal ia tak beriman. Ia banyak beramal, tapi hal yang
dilakukannya tidak berlandaskan iman.
Padahal, Allah telah menegaskan dalam Alquran bahwasanya amal seseorang menjadi sia-sia
jika mempersekutukan Allah dengan yang lain (Surah al-An'am ayat 88). Karena itu, umat
mem butuhkan iman agar amal saleh nya diterima oleh Allah.
Menurut Buya Hamka, iman yang baik akan menimbulkan amal yang baik. Sedangkan, amal
yang baik ti dak akan ada kalau imannya ti dak ada. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW:
Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuat an
tanpa iman. (HR ath- Thab rani).
Hamka juga mengatakan, suatu amal yang timbul bukan dari iman pada hakikatnya adalah
menipu diri sendiri. Mengerjakan kebaikan tidak dari hati adalah dusta. Jika manusia
menegakkan kebaikan tidak dari iman, akan telantar di tengah jalan. Lantaran tidak ada
semangat suci yang men dorongnya.
Jika seseorang telah mengakui percaya kepada Allah dan rasul- Nya, niscaya kepercayaan itu
akan mendorongnya berbuat baik. Tujuannya tentu untuk menggapai ridha Allah. Hubungan
antara iman dan amal adalah antara budi dan perangai.

3. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan umat beragama dalam mewujudkan masyarakat
madani tersebut ?

Adapun ada beberapa peran yang harus dilakukan oleh umat beragama dalam mewujudkan
masyarakat madani dalam binaan rasulullah yang didasarkan pada alquran dan assunnah beliau
sendiri diantaranya :
Pertama, Tauhid. Tauhid ini sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Ikhlas:1-4 "Dia lah Allah
Yang Maha Esa". Alla adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada
beranak dan tiada pula dianakan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan dia." Dalam
ayat kedua tersebut menyatakan bahwa segala sesuatu itu bergantung kepada Allah swt.
Termasuk segala urusan yang berkenaan dengan masyarakat. Kepada Allah mereka,
masyarakat, kumpulan dari orang perorang, yang memiliki sistem budaya dan pandangan
hidup, menyembah dan mohon pertolongan.

Kedua, Perdamaian. Dalam kumpulan masyrakat, negara bahkan masyarakat yang paling
mikro yaitu keluarga batih (nuclear family: suami, istri, dan anak) tidak akan bisa bertahan
keberadaanya jika didalamnya tidak diterapkan perdamaian dianatar warganya. Seperti
dijelaskan dalam Al-Qur'an surah Al-Hujurat:9 dan 10. "Dan jika dua golongan orang-orang
mukmin berperang (bermusuhan), maka damaikan diantara keduanya ... sesungguhnya orang-
orang mukmin itu adalah bersaudar. Karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu itu."
Dalam surah Al-Hujurat ini menjelaskan hendaklah yang satu kepada yang lain senantiasa
berbuat baik, dan tidak boleh saling bermusuhan.

Ketiga, Saling Tolong Menolong. Tolong menolong merupakan kelanjutan dan isi berbuat
baik terhadap orang lain. Secara naluri, orang yang pernah ditolong orang oleh orang lain
disaat ia tertimpa kesulitan/musibah diam-diam ia berjanji "suatu saat akan membalas budi
baik yang ia sedang terima". Dan disaat itulah ia merasa berhutang budi. Disaat itu juga
biasanya sering terlontar kata "semoga Allah membalas budi baik Ibu... dan juga sering
diiringi dengan doa "Jazakumu-llahu khairal jaja', jazakumu-llah khairan kasira" (semoga
Allah membalas kebaikan yang jauh lebih baik dan semoga Allah membalas kebaikan yang
lebih banyak). Dan dalam hal tolong-menolong Allah juga memerintahkan didalam Q.S Al-
Maidah:3 " Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya".

Keempat, Bermusyawarah. Biasanya didalam bermusyawarah sering munculnya argumen-


argumen yang berbeda dari masing-masing sub kelompok atau warga. Agar tidak terjadinya
pihak yang dirugikan dan tertindas, maka musyawarah untuk mencapai kata sepakat, motto
yang harus sama-sama dijunjung tinggi adalah "berat sama dipikul, ringan sama dijinjing",
nikmat sama dirasakan," duduk sama rendah berdiri sama tinggi". Kemudian Allah berfirman
dalam Q.S Ali Imran:159 " Dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu,
kemudian apabila membulatkan tekad (keputusan) maka bertakwalah kepada Allah". Dalam
ayat ini sudah jelas bahwasanya dalam bermusyawarah harus tetap mempersatukan tidak
terjadi pertentangan.

Kelima, Adil. Adil merupakan kata kunci untuk menghapus segala bentuk kecemburan satu
sama lain. Munculnya bentuk macam protes dan demo-demo kolosal karena terjadinya tidak
keadilan mereka merasa dirugikan oleh mitra kerja, juragan, majikan, atau pemerintah. Jika
para pengusaha, majika, juragan dan pemerintah berbuat adil insyaallah kesentosaan dan
kesejahteraan akan menjadi kenyataan bagi masyarakatnya karena rakyat merasa dilindungi
dan diayomi, dan penguasa juga dihormati dan disegani.

Keenam, Akhlak. Berbicara tentang akhlak sudah tidak di asingkan lagi karena akhlak adalah
buah dari keimanan dan keistiqomahan seseorang dalam menjalankan ibadah atau bisa juga
diartikan sebagai perangai, tabiat, budi pekerti dan sifat seseorang. Jadi, pada intinya akhlak
adalah budi pekerti yang dimiliki seseorang terkait dengan sifat-sifat yang ada pada dirinya.
Seperti Nabi Muhammad bahwa dirinya diutus dimuka bumi ini untuk menyempurnakan
akhlak manusia supaya ber-akhlaqul karimah. Pengakuan itu diwujudkan dengan tindakan
konkrit beliau baik sebagai pribadi maupun dalam membangun masyarakat islam dimasanya,
yaitu masyarakat yang disitir dalam Al-Qur'an surah As-Saba:15 "Negeri yang baik dan Allah
berkenan senantiasa menurunkan ampunan-Nya

4. Deskripsikan prinsip kebebasan dalam berekpresi, berpikir dan menyatakan pendapat,


beragama, musyawarah, dan berpindah tempat yang dijelaskan dalam Al-Quran, serta
sebutkan ayat Al-Quran yang menjelaskan kelima prinsip kebebasan dalam Islam tersebut.
Pembahasan terhadap berbagai masalah di atas bertitik tolak dari beberapa ayat Al-
Qur`an, antara lain:
• Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu siapa yang ingkar kepada Thâgūt dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha endengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. 2
:256).
• Maka berikanlah peringatan, karena sesungguhnya kamu adalah orang yang memberi
peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka). (Q.S. 88:21-22)
• Dan jikalau Tuhan-mu menghendaki tentulah semua orang yang ada di muka bumi
beriman seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka
menjadi orang-orang yang beriman semuanya. (Q.S 10:99).
• Katakanlah: Hai Ahli Kitâb marilah (berpegang) pada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak
sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak
(pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain dari pada
Allah, jika mereka berpaling, maka
katakanlah kepada mereka, saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang
yang menyerahkan diri (kepada Allah). (Q.S. 3:64).
• Katakanlah: Siapakah yang memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan dari bumi.
Katakanlah: Allah, dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik) pasti
berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. 34:24).
• Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.(Q.S. 60:8).
• Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli kitab melainkan dengan cara yangpaling
baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka dan katakanlah: Kami
beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan
kepadamu. Tuhan kami dan Tuhan-mu adalah satu dan kami hanya kepadanya diri.
(Q.S. 29:46)

Anda mungkin juga menyukai