Jika penilaian validitas cenderung bersifat kualitatif karena abstrak, penilaian reliabilitas lebih
bersifat nyata karena dapat menggunakan perhitungan kuantitatif.
Menilai Reliabilitas Alat Ukur
Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menilai reliabilitas alat ukur, yaitu metode ulang,
metode paralel, dan metode belah dua.
a. Metode ulang
Penilaian reliabilitas dengan menggunakan metode ulang dilakukan dengan cara alat ukur
yang sama diberikan kepada responden yang sama tetapi dalam situasi yang berbeda.
Suatu alat ukur dikatakan reliabel atau memiliki reliabilitas yang tinggi jika hasil dari ke
dua pengukuran itu sama. Aspek reliabilitas yang ditekankan di sini adalah kemantapan
alat ukur tersebut.
Misalnya, kita menanyakan pendapat 50 remaja tentang suatu pernyataan yang berbunyi:
Setuju Tidak Setuju
“Untuk menciptakan lingkungan yang sehat,
kita harus memulainya dengan membersihkan
lingkungan rumah kita sendiri”
……… ……….
Ternyata ada 25 remaja yang menjawab setuju dan 25 remaja yang menjawab tidak setuju.
Sebulan kemudian, pernyataan yang sama ditanyakan lagi kepada 50 remaja yang
sama.
Hasilnya, 30 remaja menjawab setuju dan 20 remaja menjawab tidak setuju. Ke
dua hasil
penelitian tersebut jika ditabelsilangkan akan terlihat seperti tabel di bawah ini.
Pengukuran 2
Pengukuran 1 Setuju Tidak Setuju Jumlah
Setuju 20 5 25
Tidak Setuju 10 15 25
Jumlah 30 20 50
Jadi ada perubahan jawaban responden, yakni remaja yang pada pengukuran 1 menjawab ‘tidak
setuju’ pada pengukuran 2 berubah menjawab ‘setuju’. Selain itu, ada remaja yang
tadinya
menjawab ‘setuju’ berubah ” menjadi ‘tidak setuju’.
Hasil pengukuran yang berbeda antara pengukuran 1 dengan pengukuran 2 menunjukkan bahwa
alat ukur tersebut tidak reliabel. Penilaian ini sepintas benar, tetapi untuk lebih tepat kita bisa
menghitung tingkat reliabilitasnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
L
Pc = ∑ nii/n
I=1
Pc= indeks reliabilitas kasar
L= data matriks
nii= jumlah jawaban garis diagonal
n= jumlah seluruh jawaban
Jika rumus ini diterapkan dalam contoh kasus di atas, akan diperoleh hasil sebagai berikut
24 + 18/60 = 0.70
Angka 0.70 menunjukkan bahwa 70% dari seluruh remaja yang menjadi responden memberikan
jawaban yang konsisten baik pada survei I maupun pada survei II. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa alat ukur yang digunakan dalam pengukuran ini memiliki tingkat reliabilitas yang sedang
atau cukup baik. Tingkat reliabilitas paling tinggi akan diperoleh jika 100% responden menjawab
secara konsisten baik pada survei I maupun pada survei II.
Menurut Gay (1980, dalam Aria Djalil, 1997), koefisien reliabilitas alat akur penelitian dalam
bidang ilmu-ilmu sosial yang dapat diterima berkisar antara 0.60 sampai 0.90. Tetapi, pada
umumnya reliabilitas yang dicapai berkisar antara 0.70 sampai 0.90. Jika koefisien reliabilitas
yang dicapai kurang dari 0.60, maka keandalan alat ukur penelitian tersebut rendah sehingga
perlu diperbaiki. Meskipun demikian, jika koefisien reliabilitas yang dicapai lebih tinggi dari
0.90, alat ukur penelitian tersebut juga tidak dapat disarankan untuk digunakan karena
ada
kemungkinan jawaban yang diberikan responden telah direkayasa.
Metode ulang ini meskipun mudah, tetapi sebenarnya memiliki beberapa keterbatasan, antara
lain:
Hasil pengukuran dari ke dua bagian alat ukur tersebut kemudian dikorelasikan. Jika hasil
pengukuran ke dua bagian alat ukur tersebut memiliki korelasi yang tinggi, maka alat
tersebut dapat dikatakan reliabel. Sebaliknya jika korelasi hasil pengukuran ke dua bagian
alat ukur itu korelasinya rendah, maka alat ukur tersebut tidak reliabel.
Pembelahan alat ukur menjadi dua bagian merupakan titik rawan yang harus diperhatikan
dalam metode ini. Ada beragam cara dalam membelah alat ukur, yaitu:
1. dibelah menjadi dua secara random;
2. dibelah menjadi dua: bagian atas dan bagian bawah;
3. dikelompokkan menjadi kelompok nomor genap dan nomor ganjil.
Pada dasarnya proses pengujian reliabilitas metode belah dua sama dengan metode
paralel. Masalah utama dalam metode belah dua terletak pada bagaimana meyakinkan
diri bahwa dua bagian alat ukur tersebut benar-benar mengukur konsep yang sama. Jika
konsep yang diukur tidak benar-benar sama, walaupun hasil pengukurannya
menghasilkan koefisien reliabilitas yang tinggi, tetap tidak dapat dikatakan bahwa alat
ukur tersebut reliabel.
Metode penilaian reliabilitas mana yang akan dipilih sangat tergantung pada teknik
pengumpulan data.yang dipilih. Jika data dikumpulkan dengan teknik wawancara, maka
metode paralel lebih tepat. Penelitian tentang sikap yang datanya dikumpulkan dengan
menggunakan skala sikap akan lebih tepat jika reliabilitasnya diukur dengan metode
belah dua